Sejumlah uang yang diberikan oleh Oscar pada Dasha. Ingin Dasha investasikan ke dalam logam mulia. Selain untuk mempercantik dirinya, itu juga adalah bagian dari penghematan dari Dasha akan uang yang diberikan oleh Oscar.
Dasha tampil cantik saat pergi ke toko emas. Ia sudah memiliki toko perhiasan yang memang kerap menjadi langganannya. Setiap Dasha mencari perhiasan yang akan dia kenakan. Dasha akan datang ke toko perhiasan tersebut.Kedatangan dari Dasha justru menjadi asing bagi pemilik toko. Wajahnya sudah tidak sama seperti dahulu lagi. Kini Dasha sudah memiliki wajah yang mirip dengan Rena. Sehingga pemilik toko perhiasan itu tidak mengenali wajah Dasha."Selamat pagi Bu, ada yang bisa saya bantu." tanya pemilik toko."Ko, boleh saya melihat koleksi perhiasan yang biasa saya beli di sini." jawab Dasha sambil melihat-lihat perhiasan yang terpajang rapi."Koleksi yang biasa dibeli. Perasaan Kakak ini pelanggan baru saya. Jadi saIbu Oscar nampak begitu kecewa ketika membaca kembali pesan yang dikirim oleh pacar Oscar. Hadiah yang seharusnya dikirim setiap minggu, kini sudah mulai jarang Oscar kirim. Hampir 3 bulan terakhir Oscar tidak mengirimkan hadiah untuk pacarnya tersebut. Tentu ada kekhawatiran yang datang dalam hubungan itu. Mungkin saja, hubungan yang sudah cukup erat itu. Seketika bisa rusak, dengan keputusan dari Oscar yang jarang mengirimkan hadiah pada pacarnya. Ibu Oscar segera kembali memasukkan ponsel mahalnya ke dalam tas. Dia keluar dari dalam mobil mewahnya. Mulai berjalan menuju ke dalam rumah Oscar. Ia ingin segera bertemu dengan Oscar, mengetahui apa yang menyebabkan Oscar mulai jarang mengirim hadiah pada pacarnya. Tidak harus masuk ke dalam rumah. Di pinggir kolam renang, Oscar yang bertelanjang dada. Terlihat begitu santai berjemur dengan di atas sebuah bangku panjang. Dengan kacamata hitam yang melindungi kedua matanya. Serta segelas jus melon, yang ber
Oscar hampir menabrak Dasha tepat di depan pintu masuk. Wajah keduanya sudah hampir bertabrakan. Untung keduanya bisa saling mengerem dengan baik. Sehingga mereka pun tidak beradu. Oscar terlihat terpukau dengan perhiasan yang dikenakan oleh Dasha. Ia menyukai semua perhiasan yang Dasha kenakan. Tidak heran Oscar pun langsung memuji Dasha yang semakin cantik dengan perhiasan yang membalut tubuhnya. "Kamu cantik sekali dengan perhiasan ini." ucap Oscar dengan senyum. Dasha seketika salah tingkah dengan pujian yang Oscar berikan pada dirinya. Tidak biasanya pria itu memuji Dasha dengan begitu tinggi. Sehingga sedikit heran bagi Dasha, saat dia mendapatkan pujian yang cukup tinggi dari Oscar. "Bisa saja kamu, tapi aku rasa ini karena perhiasan yang aku kenakan. Jadi semuanya terlihat begitu indah." ucap Dasha menggenggam liontin di kalungnya. Sepertinya Oscar tidak harus pergi belanja sendirian, mungkin dia bisa mengajak Dasha. Apalagi
Seseorang menekan bel di gerbang rumah Oscar. Bunyinya yang tidak terdengar dengan baik, membuat Oscar dan Dasha yang ada di dalam rumah. Sama sekali tidak mendengar suara bel yang dibunyikan oleh orang tersebut. Pria itu pun terus menekan bel itu berulang kali. Berharap ada seseorang yang akan keluar dari dalam rumah Oscar. Tetapi usaha dari pria itu sama sekali tidak berhasil, Dasha dan Oscar sama sekali tidak mendengar bunyi bel yang ditekan oleh pria tadi. Mereka yang sedang berada di dalam kamar masing-masing, sama sekali tidak mendengar suara dari bel tersebut. Mulai sedikit kesal, pria itu beberapa kali mengumpat dengan kata-kata yang kurang pantas. Sampai ketika dia mengatakan tuli pada penghuni rumah. Di saat itu Oscar keluar membuka pintu gerbang rumahnya. Oscar yang mendengar umpatan dari pria itu, tentu tidak terima dengan apa yang dia sampaikan. "Bicara apa tadi kamu?" tanya Oscar dengan wajah marah. Pria itu seketika mulai takut
Oscar terlihat mulai bosan berada di dalam mobilnya. Dia sudah tidak sabar untuk ke tempat pengiriman paket. Tetapi Dasha yang ingin ikut bersama dengan dirinya, tidak kunjung datang menemui Oscar. Beberapa batang rokok sudah hampir habis dihisap oleh Oscar. Dia sudah tidak sabar untuk pergi ke tempat pengiriman paket tersebut. Oscar melempar rokok terakhir yang dia hisap. Dia keluar dari dalam mobil untuk segera memanggil Dasha masuk ke dalam mobilnya. Amarah dari Oscar seketika berubah saat dia melihat bagaimana Dasha dengan penampilan cantiknya mulai berjalan mendekat ke arah Oscar. Perempuan itu benar-benar tampil seksi dengan kaos yang begitu ketat berwarna kuning. Begitu juga dengan rok mini yang ia kenakan, semakin menambah cantik penampilan dari Dasha. Mata Oscar pun tidak henti menatap cantiknya penampilan dari Dasha dengan pakaian serba minimnya tersebut. Dasha yang sadar akan dirinya yang telah membuat Oscar menunggu lama. Seketika meminta maaf pada Oscar. Dengan pandang
Semua panik saat tubuh Romeo dibawa menggunakan sebuah ranjang berjalan di rumah sakit. Sekujur tubuhnya terlihat merah dengan suhu tubuh yang begitu panasnya. Adiknya tidak henti menangis melihat bagaimana raut wajah kakaknya yang terlihat begitu lesuh. Bintang sebagai seorang ayah tidak bisa tenang melihat bagaimana kondisi dari anaknya. Apalagi ibunya yang terlihat sudah cukup panik dengan kondisi dari cucunya tersebut. Itu semakin membuat Bintang tidak bisa berpikir baik dalam menunggu kabar dari Romeo. Suster meminta semuanya untuk menunggu di luar ruangan. Mereka dilarang untuk masuk ke dalam ruangan tempat Romeo dilakukan pemeriksaan. Sebab hanya ada dokter yang diizinkan untuk masuk ke dalam ruangan itu. Begitu juga dengan suster yang yang akan membantu dokter itu dalam melakukan pemeriksaan terhadap Romeo. Bintang mencoba menenangkan ibunya yang mulai menangis melihat kondisi dari Romeo. Bintang meyakinkan ibunya untuk yakin akan Romeo yang akan kembali sehat seperti sedia
Begitu mengetahui kabar sakitnya Romeo dari pembantu Bintang. Riska segera mengajak Dasha untuk bertemu. Tentu pertemuan itu untuk membahas rencana dari Dasha yang mungkin ingin menjenguk anaknya tersebut. Kembali sebuah restoran mewah menjadi tempat pertemuan dari Riska dan Dasha. Riska sudah tidak sabar untuk mengabarkan pada Dasha akan kondisi sakit yang dialami oleh Romeo. Bukan tidak mungkin Dasha akan sedih mendengar kabar yang akan dibawa oleh Riska pada dirinya. Sebelum benar-benar bertemu dengan Dasha, Riska mencoba mencari cara untuk mengatakan hal buruk itu pada Dasha. Ia tahu itu tidak akan mudah untuk Dasha. Mengetahui anaknya sakit adalah hal yang sulit untuk Dasha. Apalagi Dasha begitu mencintai kedua anaknya. Baru beberapa cara dicoba oleh Riska, Dasha yang sudah di tunggu olehnya. Sudah datang dengan wajah paniknya serta penasaran. Ia tentu ingin tahu apa yang sebenarnya terjadi pada Romeo. Kabar buruk itu benar-benar membuat Dasha penasaran. "Apa yang terjadi den
Bintang masih belum bisa tenang dengan kondisi dari Romeo. Anak itu masih belum sadarkan diri hingga saat ini. Ada sedikit kekhawatiran yang terus melanda hatinya. Pikiran dari Bintang juga tidak bisa hilang dari hal buruk. Sepertinya Bintang harus segera membuang jauh-jauh apa yang ada di pikirannya saat ini. Hal buruk akan Romeo terus membayangi dirinya, sehingga Bintang harus bisa menjernihkan pikirannya tersebut. Bintang mengangkat kedua tangannya, dia malu akan Tuhan. Sudah berapa lama ia tidak pernah bersujud. Sehingga ia merasa tidak pantas meminta bantuan pada Tuhan. Bintang yang sudah siap berdoa, seketika kembali mengurungkan niatnya. Orang sepertinya, dirasa tidak pantas mendapatkan sebuah mukjizat dari Tuhan. Tidak akan sampai doa dari Bintang, sebab ia merasa bukan hamba yang taat. Bintang hanya menangis melihat kondisi dari Romeo. Tidak tahu harus melakukan tindakan apapun, sehingga anaknya itu bisa kembali pulih dari sakitnya. Ditengah rasa sedih yang semakin dalam
Ada sedikit suara yang berbeda ketika Dasha membuka pintu rumah. Dia mendengar bagaimana indahnya suara piano yang ada di dalam rumah. Entah siapa yang bermain piano, tetapi suara piano itu benar-benar candu saat masuk ke dalam telinganya. Dasha terus mengikuti setiap alunan musik yang dihasilkan oleh suara piano tersebut. Bagi dirinya ini adalah alunan piano yang begitu indah. Dasha menyukai alunan piano yang lembut tersebut. Sehingga Dasha merasa alunan piano itu begitu enak untuk dijadikan lantunan saat berdansa. Benar yang ada dipikiran seorang Dasha, suara piano itu dimainkan oleh Oscar. Dia melihat dokter cabul itu sedang bermain piano dengan begitu baiknya. Wajahnya terlihat begitu bersemangat saat menekan setiap keyboard yang ada di pianonya. Dasha berjalan dengan sedikit hentakan kaki, mengikuti irama yang muncul dari piano tersebut. Suara hentakan kaki Dasha semakin lembut terdengar. Begitu ia mulai berada di dekat Oscar. Oscar seketika menghentikan permainan piano indahn