Home / Romansa / Terjebak Hasrat Terlarang Dokter Denver / Bab 187 : Kamu Bukan Jodohku

Share

Bab 187 : Kamu Bukan Jodohku

Author: NACL
last update Last Updated: 2025-02-22 10:37:13
Darius menatap layar ponselnya dengan rahang mengatup, menekan rem mobil dengan kasar di depan area sepi. Titik merah di layar masih bergerak, tetapi dia sudah tahu pasti ke mana tujuannya.

"Dia pikir bisa lolos dariku begitu saja?" gumamnya dengan suara serak tertahan amarah.

Begitu mobilnya berhenti di tempat tujuan, Darius keluar dengan langkah panjang. Mata hitamnya menyapu area sekitar, memastikan keberadaan seseorang yang dia cari.

Udara dingin malam ini menusuk kulit, tapi bukan itu yang membuat bulu kuduknya berdiri—melainkan sosok di balik batang pohon besar, menatap ke arah rumah keluarga Bradley dengan sorot mata penuh obsesi.

"Heh, sedang apa di sini?" tegurnya dingin.

Dania tersentak, tubuhnya langsung kaku. Perlahan, dia berbalik, dan seketika wajahnya berubah tegang.

"Kamu … Darius?" Suara Dania bergetar, tetapi detik berikutnya, dia menyeringai. "Mau apa kamu di sini?"

"Seharusnya aku yang bertanya," desis Darius. Dengan cepat, tangannya mencengkeram pergel
NACL

siapa tamunya? semoga gak cari masalah ya. Jan lupa dukung Pak Dokter yaaaaaaa maaacih Kakak Kakak ╰⁠(⁠^⁠3⁠^⁠)⁠╯╰⁠(⁠^⁠3⁠^⁠)⁠╯╰⁠(⁠^⁠3⁠^⁠)⁠╯ 2 lagu kuusahakan up siang ini

| 3
Continue to read this book for free
Scan code to download App
Locked Chapter

Related chapters

  • Terjebak Hasrat Terlarang Dokter Denver   Bab 188 : Dokter Mesum dan Pamrih

    “Om Danis? Kenapa ke sini?” tanya Darius sambil melangkah mendekati sosok yang kini tersenyum dan menatapnya dengan sendu.“Om rindu sama kamu. Ditunggu di apartemen, kamu tidak pulang, ya, sudah Om ke sini. Bagaimana kabarmu?” tanya Danis dengan penuh perhatian.Tangan Darius terbuka lebar, dia langsung menghambur ke dalam pelukan pamannya yang sudah dianggapnya sebagai ayah kandung. Dekapan ini terasa begitu nyaman, seakan melepas lelah atas beban berat yang selama ini dipikulnya.Akan tetapi, dia juga cemas jika keputusan besarnya ini membuat Dani marah padanya.“Om bangga sama kamu, dan terima kasih, Darius. Demi Dewi, kamu ....” Danis tidak bisa melanjutkan. Suaranya tercekat membayangkan betapa berat hari-hari yang harus dijalani Darius ke depannya.“Tolong jangan sedih, Om. Bukankah aku sudah janji mau melindungi Dewi? Ya, ini caraku. Doakan saja aku dan Dania bahagia.” Darius meraih tangan Danis, lalu mengecupnya penuh hormat.Danis menghela napas panjang, mata hitamnya berkab

    Last Updated : 2025-02-22
  • Terjebak Hasrat Terlarang Dokter Denver   Bab 189 : Dicintai 2 Dokter Menawan

    "Ada yang bisa dibantu?" tanya Dewi dengan ragu, langkahnya tanpa sadar mundur selangkah. Tatapannya bergantian mengamati dua wanita di hadapannya. Salah satu dari mereka tersenyum penuh arti, sementara yang lainnya lebih ramah dan tenang. "Selamat pagi, Nyonya Bradley," sapa mereka bersamaan. Dewi mengerutkan kening. "K-kalian siapa?" "Kami pengawal yang diperintahkan Dokter Denver untuk menjaga Nyonya," jawab wanita pertama dengan nada sopan tetapi tegas. "Saya Tina, dan ini partner saya, Siska. Kami akan menemani Nyonya selama di luar rumah." Dewi melongo. Sesaat, dia menoleh ke arah parkiran, berharap menemukan Audi hitam milik Denver, tetapi mobil itu sudah tidak ada. Wanita itu menelan ludah, netra hitamnya menyapu sekitar kampus, memastikan bahwa tidak ada yang terlalu lama memperhatikannya. Namun, tetap saja, kehadiran dua wanita berpakaian formal itu terasa mencolok. Tanpa membuang waktu, dia merogoh ponselnya dan menekan kontak suaminya. "Ya, Mon ange, ada apa, hmm?" S

    Last Updated : 2025-02-22
  • Terjebak Hasrat Terlarang Dokter Denver   Bab 190 : Dokter Ingkar Janji Lagi?

    [Mon ange, hari ini aku sibuk, pulang terlambat lagi.] Dewi menatap layar ponsel, ibu jarinya menggantung di atas keyboard. Dia ragu untuk membalas. Napas wanita itu panjang, seperti menelan kekecewaan yang sudah berulang kali datang. Sudah hampir dua minggu seperti ini. Bahkan Denver mengurungkan niat menjadi dosen di kampus ini. Dia menoleh ke arah parkiran kampus yang mulai sepi. Rasa lelah mulai merayap ke tubuhnya, tetapi bukan hanya karena aktivitas seharian, melainkan karena kerinduan yang perlahan berubah menjadi sejumput kesedihan. [Oke, aku pulang dulu, ya, Dokterku Sayang.] Pesan balasan Dewi terkirim pada Denver, dan tak lama ponselnya kembali bergetar. [Maaf, ingkar lagi jemput kamu di kampus. Aku sudah telepon Pak Agus untuk jemput.] Dewi menghela napas. Setidaknya, sekalipun Denver sibuk menghabiskan hampir 24 jam waktunya di rumah sakit, pria itu masih memedulikannya. [Siap, Dok.] Dewi mengunci layar ponsel. Saat sedang menunggu, seperti biasa, Darius

    Last Updated : 2025-02-23
  • Terjebak Hasrat Terlarang Dokter Denver   Bab 191 : Cukup 15 Menit Sayang

    "Ya ampun, Denver!" seru Dewi panik. Dia melangkah masuk ke dalam ruangan dengan napas sedikit tertahan. Mata sipitnya membulat saat melihat sosok suaminya tergeletak di atas karpet dengan kaki masih berada di atas sofa. Jantungnya mencelos. Dengan cepat, Dewi berlutut, tangannya menyentuh pipi pria itu yang terasa sedikit dingin. Sejenak pikirannya dipenuhi berbagai kemungkinan buruk. Apa Denver pingsan? Apa dia kelelahan sampai jatuh sakit? Napas wanita itu tercekat dan paniknya makin parah, tetapi Denver terkekeh kecil. Mata pria itu mengerjap, lalu menatap Dewi dengan seringai khasnya. "Ah, enaknya punya istri perawat," godanya serak. Dewi memukul bahunya gemas. "Ish, tidak lucu, Dokter! Aku benar-benar khawatir!" Pagi ini dia sengaja datang sebelum kuliah, ingin memastikan Denver baik-baik saja setelah semalaman

    Last Updated : 2025-02-23
  • Terjebak Hasrat Terlarang Dokter Denver   Bab 192 : Lagi-lagi Aku Mengalah

    Dewi duduk di salah satu rumah makan sederhana, jemari rampingnya mengetuk meja dengan gelisah. Sudah satu jam berlalu, tetapi orang yang dia tunggu belum bersedia menghampiri. Di layar ponselnya, pop-up pesan terus bermunculan.[Sayang, maaf. Bukan maksudku tidak mau bantu.][Dewi, jangan marah! Kamu salah paham!][Mon ange? Kamu ingat, kunci dari permasalahan adalah komunikasi?]Dewi menatap pesan-pesan itu tanpa keinginan untuk membalas. Napas wanita itu agak berat, mebuat dadanya terasa sesak. Kenapa semua orang tidak mau membantu? Kenapa mereka seolah menghindari permintaannya?Tepat saat pikirannya tambah kacau, seorang wanita berjalan ke arahnya."Rani ... aku—""Dewi, maaf. Aku tidak bisa bantu. Restoranku ini lagi bermasalah," sela Maharani dengan ekspresi menyesal dan atapannya penuh rasa iba.Dewi seketika terdiam. Senyum maniss yang sempat muncul perlahan memudar."Oh, baik," ujarnya, mencoba terdengar santai. "Nanti aku datang lagi. Umm ... boleh aku pesan makanan? Dibungk

    Last Updated : 2025-02-24
  • Terjebak Hasrat Terlarang Dokter Denver   Bab 193 :  Tindakan Sang Dewi

    Pagi ini, Dewi sengaja bangun lebih awal. Tangannya cekatan mengiris bawang dan jahe di dapur, disertai aroma kaldu ayam kampung mulai memenuhi ruangan. Namun, sesekali dia melirik ke arah pintu, memastikan tidak ada yang melihatnya dengan tatapan aneh."Nyonya, jangan. Ini tugas kami," ujar salah satu pelayan, suaranya terdengar canggung.Dewi tersenyum lembut, meskipun hatinya sedikit berdebar. "Tidak apa. Sesekali aku ingin masak untuk suamiku."Chef yang biasa datang dari hotel keluarga Bradley pun menatapnya dengan ragu, tetapi tidak berkata apa-apa.Dewi tahu, ini adalah tantangan. Selama ini, rumah besar ini tidak pernah mengenal menantu yang masuk dapur kecuali Fredella—istri pamannya Denver."Semoga mereka suka," gumam Dewi pelan sambil menuangkan nasi tim ayam kampung ke dalam mangkuk.Ini bukan sekadar masakan, ini cara Dewi menunjukkan bahwa dirinya benar-benar bagian dari keluarga ini. Selain itu ada maksud terselubung untuk Denver. Apalagi prilakunya kemarin sangat kasar

    Last Updated : 2025-02-24
  • Terjebak Hasrat Terlarang Dokter Denver   Bab 194 : Rahasia Masa Lalu

    Dewi melenguh dan menggeliatkan tubuhnya, perlahan mengerjap menyesuaikan cahaya yang masuk ke ruangan. Saat melihat sinar matahari sore menyelinap di balik tirai, dia sontak terduduk, mengucek matanya dengan panik."Ya ampun ... ini sudah sore," ucapnya sambil bangkit dengan buru-buru.Hanya saja, gerakan Dewi terhenti saat menyadari ada yang memperhatikannya. Di sudut ruangan, Denver duduk di kursi kerjanya, menatap wanita itu tajam dengan sorot mata yang sulit diartikan.Manik karamel itu tidak seperti biasanya, bukan sekadar lelah atau jenuh, tetapi menyimpan sesuatu yang lebih dalam.Dewi menelan ludah, merasa ada yang tidak beres. Dia mengusap kemeja yang kusut, kemudian meraba kantong skiny jeans-nya, mencari sesuatu. Napas wanita itu mulai berat saat tidak menemukannya.Di saat bersamaan, Denver berdiri, langkah boots-nya menggema di ruangan yang sunyi. Dengan gerakan tenang dan penuh tekanan, pria itu mengulurkan sebuah ponsel ke arahnya."Cari ini, hmm?" tanya Denver dengan,

    Last Updated : 2025-02-24
  • Terjebak Hasrat Terlarang Dokter Denver   Bab 195 : Kegilaan Yang Menyiksa

    "Suami macam apa yang pulang jam segini?" Suara seorang wanita terdengar sarkastik, nadanya malas, tetapi matanya menyala penuh emosi. Pria yang baru saja memasuki rumah itu menatap wanitanya dengan rahang mengatup. Wanita itu berdiri di ruang tengah dengan gelas kristal di tangan, meneguk cairan bening dengan ekspresi menikmati. Padahal dia sengaja pulang pukul satu pagi supaya tidak bertemu dengan sang istri. Ternyata gagal. "Apa yang kamu minum, Dania?" Darius melangkah mendekat, matanya menangkap botol yang hampir kosong di meja. Dania terkekeh kecil, lalu mengangkat gelasnya. "Vodka. Mau coba?" Dengan santai, dia menyodorkan gelasnya pada Darius. Darius menerima gelas itu, tetapi alih-alih meneguk, dia menuangkan isinya ke wastafel. "What the—are you crazy, Doctor?!" Dania berteriak kesal. Darius hanya tersenyum miring, menatap istrinya yang jelas-jelas sudah setengah mabuk. "Ya, aku memang gila. Sama seperti kamu." Tanpa menunggu jawaban, Darius berjalan menuju kamar. Lan

    Last Updated : 2025-02-25

Latest chapter

  • Terjebak Hasrat Terlarang Dokter Denver   Bab 330 : Simbol Cinta Untuk Istri

    Denver merangkul bahu Darius dan menggiringnya keluar dari ruang sidang. Sikapnya mencerminkan kedekatan khas dua lelaki yang sudah seperti saudara. Bahkan postur tubuh mereka yang nyaris sama tinggi membuat keduanya tampak seperti kembar jika dilihat sepintas.Hanya saja, rambut cokelat kehitaman milik Denver tampak kontras dengan rambut Darius yang hitam legam dan selalu tertata rapi.“Lepas, Denver,” gerutu Darius, berusaha menyingkirkan lengan pria itu dari bahunya.“Minum kopi. Aku traktir,” ajak Denver spontan, tahu betul bahwa pikiran sahabatnya itu tengah kusut dan butuh pelarian sejenak.Darius mengangguk kecil dan menghela napas panjang. Setelah berhasil meloloskan diri dari genggaman Denver, dia langsung menuju mobilnya yang terparkir tepat di depan gedung pengadilan.Sementara itu, Denver harus berjalan sedikit lebih lama. Audi hitam miliknya tadi diparkir cukup jauh karena dia datang agak terlamb

  • Terjebak Hasrat Terlarang Dokter Denver   Bab 329 : Gen Denver Memang Kuat

    “Wah … itu adik? Tapi kenapa adiknya kecil banget, Pa?” tanya Dirga sambil menunjuk layar monitor dengan mata membulat penasaran.Dua minggu telah berlalu sejak hari pernikahan Darius dan Maharani. Semua kembali beraktivitas normal.Hari ini, Dewi memutuskan melakukan pemeriksaan kehamilan bersama suaminya di ruang praktik milik Denver. Sebenarnya, ini karena permintaan Dirga yang terus-menerus merengek ingin melihat calon adiknya.“Ya, perkembangan manusia memang dimulai dari yang sangat kecil, Nak. Kalau dijelaskan panjang lebar, kamu pasti bingung,” tutur Denver lembut. Senyumnya merekah melihat Dirga begitu terkesima memandangi layar.Sementara itu, Dewi terus menatap Denver tanpa berkedip. Ada rasa geli dan manis saat melihat pria tampan yang kini jadi suaminya itu serius memeriksanya—sebagai dokter kandungan. Lucu rasanya, diperiksa oleh suami sendiri.“Kenapa kamu lihat aku terus, Mon ange? Jangan goda aku di tempat kerja, hmm,” bisik Denver seraya mengerlingkan sebelah matany

  • Terjebak Hasrat Terlarang Dokter Denver   Bab 328 : Kesal!

    “Sakit, Oma …,” adu Dirga sambil menunjuk kakinya yang tersembunyi di balik celana panjang. Bibir mungilnya maju ke depan, dan manik karamel bergerak gelisah, mencari dua sosok yang sejak tadi dinantikan.“Iya, itu sudah diobati, Sayang. Tidak ada luka apa pun, kan?” sahut Dwyne sembari membelai puncak kepala Dirgantara dengan sentuhan penuh kasih.“Olang itu jalannya sembalang, ah!” Dirga bersedekap dada. Kedua alisnya bertaut, bola matanya menatap tajam ke arah tamu-tamu yang masih ramai di taman, menikmati pesta.Wajah tampan anak itu merengut.Beberapa saat lalu, ketika mengambil makanan di meja, seorang anak kecil menabrak Dirga cukup keras hingga makanannya terjatuh. Beruntung tuksedo mininya tidak kotor, tetapi tubuh kecil Dirga ikut terhuyung dan tersungkur. Anak yang menabraknya pun menangis sehingga mengundang perhatian para tamu.“Dia lebih kecil dari kamu. Jadi … belum tahu cara menghindar,” ujar Dwyne, masih dengan nada lembut. Dalam hati, wanita paruh baya itu ingin sek

  • Terjebak Hasrat Terlarang Dokter Denver   Bab 327 : Cinta Tak Mengenal Jeda

    “Ah … Darius, kamu benar-benar penjahat,” lenguh Maharani, matanya terpejam sesaat, napasnya tersendat di tengah desahan halus. Dia menelan saliva, kini tubuhnya menegang seperti tersentuh listrik halus di bawah kulitnya.Tadi, pria itu membawanya langsung ke kamar hotel usai prosesi pernikahan mereka. Tanpa banyak kata, dengan antusiasme yang membuncah, Darius melucuti kebaya pengantin Maharani. Jemarinya bekerja luwes, sudah hafal setiap lipatan dan kancing, lalu membaringkan sang istri di ranjang pengantin berseprai putih yang bertabur kelopak mawar.Detik ini, mereka telah sama-sama polos, tidak ada lagi batas di antara kain dan kulit.Darius tampak sangat menguasai momen. Namun, di balik geraknya yang percaya diri, ada ketulusan yang menyelinap di setiap kecupan dan belaian.“Penjahat?” bisik Darius sembari menelusuri ceruk leher sang istri dengan ciuman yang membuat bulu kuduk Maharani meremang.“Umm … iya. Kamu menculikku. Pesta kita bahkan belum selesai, Da-Darius …, ah … ini

  • Terjebak Hasrat Terlarang Dokter Denver   Bab 326 : Masih Cemburu?

    Setelah resmi menyandang status duda dan mempertahankan gelar itu selama kurang dari sebulan, akhirnya hari ini Darius melepas masa kesendiriannya dengan mempersunting Maharani.Bunga-bunga bermekaran indah menghiasi pelaminan serta taman. Bahkan pepohonan rindang pun seolah merestui hari penuh cinta ini. Suhu yang sejuk turut mendukung segalanya yang telah dirancang dengan saksama.Saat ini Darius mengenakan jas putih dengan rambut ditata rapi menggunakan pomade. Dia duduk bersama Denver dan Danis sebagai saksi pernikahan, menanti sang mempelai wanita yang belum juga tiba."Santai, Darius. Tenanglah, Maharani sedang bersiap. Kamu jangan bikin malu seperti ini," bisik Denver sambil melirik kaki Darius yang bergerak-gerak gelisah. Kening Darius juga dipenuhi keringat sebesar biji jagung."Aku tidak perlu nasihat. Aku butuh Maharani!" tegas Darius dengan wajah tegang.Denver terkekeh melihat mantan rivalnya panik. Dia pun menggoda lagi dengan suara rendah, "Ah … bagaimana kalau Maharani

  • Terjebak Hasrat Terlarang Dokter Denver   Bab 325 : Hadiah Istimewa

    Hari berikutnya, Darius masih cuti. Dia datang lebih awal ke persidangan kedua Dania. Pria itu duduk menyendiri di bangku tunggu, memandangi sisi kanan dan kiri ruang sidang yang masih sepi. Padahal dia sudah janjian dengan Denver, tetapi pria itu belum tampak.Darius memejamkan mata sambil menyandarkan punggung ke dinding dingin. Dia mencoba membayangkan wajah Maharani agar suasana hatinya lebih tenang, dan berhasil.Bahkan ketika Denver datang bersama Ruslan dan Rudi, Darius menyapa dengan santai. Termasuk saat bertemu Dania di ruang sidang, tatapan tajam sang mantan tidak lagi menggoyahkan hatinya.Sidang pun selesai. Jadwal sidang berikutnya masih menunggu konfirmasi. Hal ini membuat Darius sedikit cemas, lantaran pernikahannya dengan Maharani makin dekat.“Tidak baik melamun,” tegur Denver, melihat Darius tampak berpikir di depan pintu pengadilan.“Ah, bukan melamun. Aku sedang berpikir cari kado untuk anakmu.” Darius m

  • Terjebak Hasrat Terlarang Dokter Denver   Bab 324 : Menguras Tenaga, Emosi, dan Pikiran

    Minggu ini menjadi yang paling berat sepanjang hidup Darius. Bahkan dia sengaja mengajukan cuti dari rumah sakit hanya untuk menyelesaikan segala masalah yang selama ini menggantung.Sekarang, dengan ditemani pengacara serta pamannya yang sangat baik, Darius duduk di ruang sidang yang terasa dingin dan sunyi.Bau kertas tua bercampur aroma pembersih ruangan menyengat di hidung. Suara langkah sepatu para pengacara dan detik jarum jam di dinding terasa memekakkan di tengah ketegangan.Dia menoleh ke samping, menatap kursi kosong di sebelahnya—kursi yang seharusnya diisi oleh Dania. Namun, wanita itu hanya menghadiri sidang melalui layar ponsel, sebab pihak kepolisian tidak mengizinkannya keluar dari sel tahanan karena perilaku buruknya yang makin menjadi.Darius menarik napas panjang, terasa sesak dan perih di dadanya. Ketika hakim memintanya mengucap ikrar talak, sejenak dia terdiam. Ada kilatan ingatan yang muncul—saat pertama kali menggenggam tangan Dania di bawah langit sore, berjan

  • Terjebak Hasrat Terlarang Dokter Denver   Bab 323 : Nasib Dua Dokter Tampan

    “Kamu kenapa? Ada yang sakit?” tanya Maharani sambil menatap Darius yang sejak tadi hanya bersedekap dada, duduk di pojokan kamar.Setelah Dewi dan Dirgantara dijemput Denver, Maharani langsung menghampiri Darius. Pria itu tidak menyambutnya dengan senyum atau pelukan, melainkan ekspresi super dingin, seperti freezer yang kelupaan ditutup.Apa mungkin Darius kesal karena dia terlalu lama menemani Dewi di kamar? Atau ... ada sesuatu yang tidak dia tahu?“Mulai sekarang jangan makan tempe goreng lagi!” geram Darius tiba-tiba. Nada suaranya seperti menegur pasien bandel.Maharani langsung melongo. Tadi pria ini begitu antusias ketika diberikan tempe goreng hangat. Sekarang mendadak berubah arah.“Kamu sakit perut karena makan tempe goreng?” tanya Maharani curiga. Matanya menyipit, memeriksa wajah calon suaminya dari atas ke bawah.Darius berdecak, lalu menggeleng cepat. “Bukan perut yang sakit, Rani. Tapi hati. Mengerti?!” ucapnya dengan desahan napas berat seperti habis lari maraton.“A

  • Terjebak Hasrat Terlarang Dokter Denver   Bab 322 : Cemburu Versi Darius

    "Rani … apa yang kamu—"Protes Darius terputus begitu saja saat Maharani menatapnya tajam dan mengangkat telunjuk di depan bibirnya, memberi isyarat tegas agar pria itu diam."Tapi aku—""Jangan berisik, Dok!" tegur Maharani dengan tegas, sambil meraih handuk dan menghela napas panjang.Dia berbalik, mengambil pakaian dengan wajah jengkel, lalu mengenakannya secepat kilat.Beberapa detik kemudian, langkah kecil terdengar mendekat. Seorang anak laki-laki muncul di ambang pintu, membawa aroma tempe goreng yang menguar dari kotak kecil di tangannya."Tante Lani, tempe golengnya masih anget, enak loh dimakan pakai kecap!" celoteh Dirga ceria. Namun, matanya menyapu ke dalam kamar, tidak menemukan keberadaan Maharani."Tante Lani di mana?" tanyanya polos sambil mengetuk pintu, dia tidak berani masuk tanpa izin. Meskipun kakinya terlalu gatal ingin melangkah.Maharani segera melangkah dengan cepat menghampiri Dirga, sambil sibuk mengancingkan kancing baju. Senyum wanita itu dibuat selebar m

Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status