Share

Bab 182 : Dokter Frustrasi

Penulis: NACL
last update Terakhir Diperbarui: 2025-02-20 08:47:55

Di rumah sakit lain, Darius berdiri tegak di depan ranjang pasien, jemarinya mencengkeram kotak cincin dengan kuat. Tatapannya menusuk, menatap Dania yang terisak di bawah selimut.

Seharusnya dia tidak perlu mengambil keputusan sejauh ini, tetapi keadaan memaksanya.

"Putriku tidak mencintaimu!" bentak Didit, suaranya bergetar marah. Dia mengibaskan tangan, mengusir Darius dari ruangan.

Darius terkekeh, senyum miring menghiasi wajahnya. "Apa cinta masih dibutuhkan dalam situasi seperti ini, Pak Didit? Atau Anda hanya ingin menyelamatkan harga diri keluarga Anda?"

Didit mengepalkan tangan, ekspresinya mengeras. Amarah terpancar jelas dari sorot matanya, seolah ingin menerjang Darius saat itu juga.

"Menikah hari ini atau tidak ada satu pun pria yang mau dengannya!" ancam Darius, suaranya dingin dan tajam.

Dania tersentak, tangisnya makin keras. Didit menoleh pada putrinya dengan kebingungan dan amarah yang bercampur menjadi satu.

"Apa kamu bisa berjanji akan mencintai putriku?" tanya Did
Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi
Bab Terkunci
Komen (2)
goodnovel comment avatar
NACL
iya yah kasian juga dariussss
goodnovel comment avatar
Uchie Hidayat
kenapaaaa ... kenapa darius hrs menikah dgn wanita ular itu .........
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

  • Terjebak Hasrat Terlarang Dokter Denver   Bab 183 : Kompaknya Ayah dan Anak

    Pukul 12 malam, Dewi terbangun. Matanya langsung tertuju pada Dirga yang tertidur nyenyak di samping Denver. Bocah itu benar-benar melepaskan rindu, bahkan tak lagi mencari Dewi seperti sebelumnya. "Dirgantara anak Mama, cepat sehat, Nak. Sekarang Papa sudah di sini," bisik Dewi lembut. Dia mengecup pelipis putranya, membuat anak itu menggerakkan pipi seakan geli dalam tidurnya. Tatapan Dewi pun beralih pada Denver. Pipi pria itu masih menunjukkan sisa memar, dan punggung tangannya dihiasi cakaran yang tampak cukup dalam. Meskipun mulai memudar, tetap saja luka itu membuat dadanya terasa sesak. Tanpa suara, dia meraih cairan pembersih luka, lalu dengan hati-hati mengoleskannya. Dewi berusaha agar gerakannya tidak membangunkan Denver, karena jika pria itu sadar, pasti akan besar kepala. Setelah selesai, dia duduk sejenak, menatap paras rupawan suami yang tertidur lelap. Jarinya bergerak di udara, membentuk tanda hati untuk Dirga dan Denver. Akan tetapi, pikirannya kembali t

    Terakhir Diperbarui : 2025-02-21
  • Terjebak Hasrat Terlarang Dokter Denver   Bab 184: Anugerah Terindah Dari Tuhan Untukku

    “Dewi, aku memang marah. Tapi aku tidak pernah memaki wanita yang tidak berdaya!” Suara Danis menggelegar, matanya menyala penuh kemarahan. Dewi kebingungan berdiri di tengah ruangan. Satu sisi, dia ingin menghampiri Dwyne yang terlihat begitu rapuh. Namun, di sisi lain, Danis adalah ayah kandungnya. Dia tidak bisa mengabaikannya begitu saja. Sebelum Dewi sempat membuka mulut, Denver lebih dulu berbicara. "Sayang, kamu ke kamar saja. Kasihan Dirga, dia butuh istirahat,” kata Denver lembut tetapi penuh ketegasan. Dewi mengangguk, mengambil alih bayinya dari gendongan sang suami, lalu melangkah ke lantai dua. Hanya saja, saat menapaki tangga, perasaannya masih berkecamuk. Setelah memastikan Dewi benar-benar pergi, Denver kembali menatap Danis dengan pandangan tegas. “Sebenarnya ada masalah apa, Pak?” Danis mendengkus tajam. “Karena ulah keluarga kalian, Darius harus menikahi perempuan depresi! Masa depannya suram!” Suaranya bergetar karena emosi. Mata karamel Denver menggel

    Terakhir Diperbarui : 2025-02-21
  • Terjebak Hasrat Terlarang Dokter Denver   Bab 185 : Menunggu Balasan Darimu

    Dewi memeluk tubuhnya sendiri, membiarkan angin malam menyapu kulitnya yang hanya tertutup kimono tipis.Netra sipit wanita itu menatap ke halaman yang sunyi, di mana lampu-lampu taman menyala redup. Sejak tadi, dia menunggu di balkon, berharap melihat mobil suaminya memasuki gerbang.'Kapan dia pulang?' batinnya.Jemari ramping wanita itu meremas ujung kimono, detak jantungnya terasa lebih cepat tanpa alasan yang jelas.Malam ini terasa lebih panjang dari biasanya. Rasa rindu yang dia pendam selama beberapa hari terakhir begitu menyesakkan.Baru saja hendak berbalik masuk, suara langkah berat terdengar mendekat dari belakang.Dewi menoleh dan mendapati Denver berdiri di ambang pintu, menatapnya dengan sorot mata yang sulit diartikan.Pria itu melangkah mendekat dengan sweater rajut merah muda di tangannya. Tanpa berkata-kata, dia menyampirkan di bahu Dewi, lalu merangkulnya erat."Kenapa berdiri di sini, Sayang?" bisik pria itu lembut, suara beratnya terdengar begitu mendamaikan.Dew

    Terakhir Diperbarui : 2025-02-21
  • Terjebak Hasrat Terlarang Dokter Denver   Bab 186 : Suami Paket Komplit

    Dewi terbangun dengan mata yang masih berat. Tangannya refleks meraba sisi ranjang yang terasa kosong dan dingin. Dahinya berkerut. 'Pergi ke mana dia?' batinnya.Mata sipitnya mengerjap, berusaha menyesuaikan diri dengan cahaya pagi yang mulai masuk dari celah tirai. Suara detak jam terasa lebih nyaring dalam keheningan. Seingatnya, semalam Denver masih bersamanya, membaca buku di sampingnya setelah mereka gagal melanjutkan sesi bercinta yang kedua. Bahkan, dia sempat memindahkan Dirga ke ranjang utama agar tidur lebih nyaman.Akan tetapi, kini, sosok suaminya tidak ada.Dewi segera meraih ponselnya, matanya mencari pesan dari Denver. Mungkin saja pria itu ada kegiatan mendesak. Namun, belum sempat dia mengecek layar, pintu kamar terbuka.Denver muncul dengan nampan kecil di tangannya, aroma sup krim ayam yang mengepul memenuhi ruangan. Senyum hangat pria itu langsung menghapus kecemasan di hati Dewi.“Sarapan untukmu, Sayang.”Dewi tersenyum melihat perhatian suaminya, tetapi ekspr

    Terakhir Diperbarui : 2025-02-21
  • Terjebak Hasrat Terlarang Dokter Denver   Bab 187 : Kamu Bukan Jodohku

    Darius menatap layar ponselnya dengan rahang mengatup, menekan rem mobil dengan kasar di depan area sepi. Titik merah di layar masih bergerak, tetapi dia sudah tahu pasti ke mana tujuannya. "Dia pikir bisa lolos dariku begitu saja?" gumamnya dengan suara serak tertahan amarah. Begitu mobilnya berhenti di tempat tujuan, Darius keluar dengan langkah panjang. Mata hitamnya menyapu area sekitar, memastikan keberadaan seseorang yang dia cari. Udara dingin malam ini menusuk kulit, tapi bukan itu yang membuat bulu kuduknya berdiri—melainkan sosok di balik batang pohon besar, menatap ke arah rumah keluarga Bradley dengan sorot mata penuh obsesi. "Heh, sedang apa di sini?" tegurnya dingin. Dania tersentak, tubuhnya langsung kaku. Perlahan, dia berbalik, dan seketika wajahnya berubah tegang. "Kamu … Darius?" Suara Dania bergetar, tetapi detik berikutnya, dia menyeringai. "Mau apa kamu di sini?" "Seharusnya aku yang bertanya," desis Darius. Dengan cepat, tangannya mencengkeram pergel

    Terakhir Diperbarui : 2025-02-22
  • Terjebak Hasrat Terlarang Dokter Denver   Bab 188 : Dokter Mesum dan Pamrih

    “Om Danis? Kenapa ke sini?” tanya Darius sambil melangkah mendekati sosok yang kini tersenyum dan menatapnya dengan sendu.“Om rindu sama kamu. Ditunggu di apartemen, kamu tidak pulang, ya, sudah Om ke sini. Bagaimana kabarmu?” tanya Danis dengan penuh perhatian.Tangan Darius terbuka lebar, dia langsung menghambur ke dalam pelukan pamannya yang sudah dianggapnya sebagai ayah kandung. Dekapan ini terasa begitu nyaman, seakan melepas lelah atas beban berat yang selama ini dipikulnya.Akan tetapi, dia juga cemas jika keputusan besarnya ini membuat Dani marah padanya.“Om bangga sama kamu, dan terima kasih, Darius. Demi Dewi, kamu ....” Danis tidak bisa melanjutkan. Suaranya tercekat membayangkan betapa berat hari-hari yang harus dijalani Darius ke depannya.“Tolong jangan sedih, Om. Bukankah aku sudah janji mau melindungi Dewi? Ya, ini caraku. Doakan saja aku dan Dania bahagia.” Darius meraih tangan Danis, lalu mengecupnya penuh hormat.Danis menghela napas panjang, mata hitamnya berkab

    Terakhir Diperbarui : 2025-02-22
  • Terjebak Hasrat Terlarang Dokter Denver   Bab 189 : Dicintai 2 Dokter Menawan

    "Ada yang bisa dibantu?" tanya Dewi dengan ragu, langkahnya tanpa sadar mundur selangkah. Tatapannya bergantian mengamati dua wanita di hadapannya. Salah satu dari mereka tersenyum penuh arti, sementara yang lainnya lebih ramah dan tenang. "Selamat pagi, Nyonya Bradley," sapa mereka bersamaan. Dewi mengerutkan kening. "K-kalian siapa?" "Kami pengawal yang diperintahkan Dokter Denver untuk menjaga Nyonya," jawab wanita pertama dengan nada sopan tetapi tegas. "Saya Tina, dan ini partner saya, Siska. Kami akan menemani Nyonya selama di luar rumah." Dewi melongo. Sesaat, dia menoleh ke arah parkiran, berharap menemukan Audi hitam milik Denver, tetapi mobil itu sudah tidak ada. Wanita itu menelan ludah, netra hitamnya menyapu sekitar kampus, memastikan bahwa tidak ada yang terlalu lama memperhatikannya. Namun, tetap saja, kehadiran dua wanita berpakaian formal itu terasa mencolok. Tanpa membuang waktu, dia merogoh ponselnya dan menekan kontak suaminya. "Ya, Mon ange, ada apa, hmm?" S

    Terakhir Diperbarui : 2025-02-22
  • Terjebak Hasrat Terlarang Dokter Denver   Bab 190 : Dokter Ingkar Janji Lagi?

    [Mon ange, hari ini aku sibuk, pulang terlambat lagi.] Dewi menatap layar ponsel, ibu jarinya menggantung di atas keyboard. Dia ragu untuk membalas. Napas wanita itu panjang, seperti menelan kekecewaan yang sudah berulang kali datang. Sudah hampir dua minggu seperti ini. Bahkan Denver mengurungkan niat menjadi dosen di kampus ini. Dia menoleh ke arah parkiran kampus yang mulai sepi. Rasa lelah mulai merayap ke tubuhnya, tetapi bukan hanya karena aktivitas seharian, melainkan karena kerinduan yang perlahan berubah menjadi sejumput kesedihan. [Oke, aku pulang dulu, ya, Dokterku Sayang.] Pesan balasan Dewi terkirim pada Denver, dan tak lama ponselnya kembali bergetar. [Maaf, ingkar lagi jemput kamu di kampus. Aku sudah telepon Pak Agus untuk jemput.] Dewi menghela napas. Setidaknya, sekalipun Denver sibuk menghabiskan hampir 24 jam waktunya di rumah sakit, pria itu masih memedulikannya. [Siap, Dok.] Dewi mengunci layar ponsel. Saat sedang menunggu, seperti biasa, Darius

    Terakhir Diperbarui : 2025-02-23

Bab terbaru

  • Terjebak Hasrat Terlarang Dokter Denver   Bab 330 : Simbol Cinta Untuk Istri

    Denver merangkul bahu Darius dan menggiringnya keluar dari ruang sidang. Sikapnya mencerminkan kedekatan khas dua lelaki yang sudah seperti saudara. Bahkan postur tubuh mereka yang nyaris sama tinggi membuat keduanya tampak seperti kembar jika dilihat sepintas.Hanya saja, rambut cokelat kehitaman milik Denver tampak kontras dengan rambut Darius yang hitam legam dan selalu tertata rapi.“Lepas, Denver,” gerutu Darius, berusaha menyingkirkan lengan pria itu dari bahunya.“Minum kopi. Aku traktir,” ajak Denver spontan, tahu betul bahwa pikiran sahabatnya itu tengah kusut dan butuh pelarian sejenak.Darius mengangguk kecil dan menghela napas panjang. Setelah berhasil meloloskan diri dari genggaman Denver, dia langsung menuju mobilnya yang terparkir tepat di depan gedung pengadilan.Sementara itu, Denver harus berjalan sedikit lebih lama. Audi hitam miliknya tadi diparkir cukup jauh karena dia datang agak terlamb

  • Terjebak Hasrat Terlarang Dokter Denver   Bab 329 : Gen Denver Memang Kuat

    “Wah … itu adik? Tapi kenapa adiknya kecil banget, Pa?” tanya Dirga sambil menunjuk layar monitor dengan mata membulat penasaran.Dua minggu telah berlalu sejak hari pernikahan Darius dan Maharani. Semua kembali beraktivitas normal.Hari ini, Dewi memutuskan melakukan pemeriksaan kehamilan bersama suaminya di ruang praktik milik Denver. Sebenarnya, ini karena permintaan Dirga yang terus-menerus merengek ingin melihat calon adiknya.“Ya, perkembangan manusia memang dimulai dari yang sangat kecil, Nak. Kalau dijelaskan panjang lebar, kamu pasti bingung,” tutur Denver lembut. Senyumnya merekah melihat Dirga begitu terkesima memandangi layar.Sementara itu, Dewi terus menatap Denver tanpa berkedip. Ada rasa geli dan manis saat melihat pria tampan yang kini jadi suaminya itu serius memeriksanya—sebagai dokter kandungan. Lucu rasanya, diperiksa oleh suami sendiri.“Kenapa kamu lihat aku terus, Mon ange? Jangan goda aku di tempat kerja, hmm,” bisik Denver seraya mengerlingkan sebelah matany

  • Terjebak Hasrat Terlarang Dokter Denver   Bab 328 : Kesal!

    “Sakit, Oma …,” adu Dirga sambil menunjuk kakinya yang tersembunyi di balik celana panjang. Bibir mungilnya maju ke depan, dan manik karamel bergerak gelisah, mencari dua sosok yang sejak tadi dinantikan.“Iya, itu sudah diobati, Sayang. Tidak ada luka apa pun, kan?” sahut Dwyne sembari membelai puncak kepala Dirgantara dengan sentuhan penuh kasih.“Olang itu jalannya sembalang, ah!” Dirga bersedekap dada. Kedua alisnya bertaut, bola matanya menatap tajam ke arah tamu-tamu yang masih ramai di taman, menikmati pesta.Wajah tampan anak itu merengut.Beberapa saat lalu, ketika mengambil makanan di meja, seorang anak kecil menabrak Dirga cukup keras hingga makanannya terjatuh. Beruntung tuksedo mininya tidak kotor, tetapi tubuh kecil Dirga ikut terhuyung dan tersungkur. Anak yang menabraknya pun menangis sehingga mengundang perhatian para tamu.“Dia lebih kecil dari kamu. Jadi … belum tahu cara menghindar,” ujar Dwyne, masih dengan nada lembut. Dalam hati, wanita paruh baya itu ingin sek

  • Terjebak Hasrat Terlarang Dokter Denver   Bab 327 : Cinta Tak Mengenal Jeda

    “Ah … Darius, kamu benar-benar penjahat,” lenguh Maharani, matanya terpejam sesaat, napasnya tersendat di tengah desahan halus. Dia menelan saliva, kini tubuhnya menegang seperti tersentuh listrik halus di bawah kulitnya.Tadi, pria itu membawanya langsung ke kamar hotel usai prosesi pernikahan mereka. Tanpa banyak kata, dengan antusiasme yang membuncah, Darius melucuti kebaya pengantin Maharani. Jemarinya bekerja luwes, sudah hafal setiap lipatan dan kancing, lalu membaringkan sang istri di ranjang pengantin berseprai putih yang bertabur kelopak mawar.Detik ini, mereka telah sama-sama polos, tidak ada lagi batas di antara kain dan kulit.Darius tampak sangat menguasai momen. Namun, di balik geraknya yang percaya diri, ada ketulusan yang menyelinap di setiap kecupan dan belaian.“Penjahat?” bisik Darius sembari menelusuri ceruk leher sang istri dengan ciuman yang membuat bulu kuduk Maharani meremang.“Umm … iya. Kamu menculikku. Pesta kita bahkan belum selesai, Da-Darius …, ah … ini

  • Terjebak Hasrat Terlarang Dokter Denver   Bab 326 : Masih Cemburu?

    Setelah resmi menyandang status duda dan mempertahankan gelar itu selama kurang dari sebulan, akhirnya hari ini Darius melepas masa kesendiriannya dengan mempersunting Maharani.Bunga-bunga bermekaran indah menghiasi pelaminan serta taman. Bahkan pepohonan rindang pun seolah merestui hari penuh cinta ini. Suhu yang sejuk turut mendukung segalanya yang telah dirancang dengan saksama.Saat ini Darius mengenakan jas putih dengan rambut ditata rapi menggunakan pomade. Dia duduk bersama Denver dan Danis sebagai saksi pernikahan, menanti sang mempelai wanita yang belum juga tiba."Santai, Darius. Tenanglah, Maharani sedang bersiap. Kamu jangan bikin malu seperti ini," bisik Denver sambil melirik kaki Darius yang bergerak-gerak gelisah. Kening Darius juga dipenuhi keringat sebesar biji jagung."Aku tidak perlu nasihat. Aku butuh Maharani!" tegas Darius dengan wajah tegang.Denver terkekeh melihat mantan rivalnya panik. Dia pun menggoda lagi dengan suara rendah, "Ah … bagaimana kalau Maharani

  • Terjebak Hasrat Terlarang Dokter Denver   Bab 325 : Hadiah Istimewa

    Hari berikutnya, Darius masih cuti. Dia datang lebih awal ke persidangan kedua Dania. Pria itu duduk menyendiri di bangku tunggu, memandangi sisi kanan dan kiri ruang sidang yang masih sepi. Padahal dia sudah janjian dengan Denver, tetapi pria itu belum tampak.Darius memejamkan mata sambil menyandarkan punggung ke dinding dingin. Dia mencoba membayangkan wajah Maharani agar suasana hatinya lebih tenang, dan berhasil.Bahkan ketika Denver datang bersama Ruslan dan Rudi, Darius menyapa dengan santai. Termasuk saat bertemu Dania di ruang sidang, tatapan tajam sang mantan tidak lagi menggoyahkan hatinya.Sidang pun selesai. Jadwal sidang berikutnya masih menunggu konfirmasi. Hal ini membuat Darius sedikit cemas, lantaran pernikahannya dengan Maharani makin dekat.“Tidak baik melamun,” tegur Denver, melihat Darius tampak berpikir di depan pintu pengadilan.“Ah, bukan melamun. Aku sedang berpikir cari kado untuk anakmu.” Darius m

  • Terjebak Hasrat Terlarang Dokter Denver   Bab 324 : Menguras Tenaga, Emosi, dan Pikiran

    Minggu ini menjadi yang paling berat sepanjang hidup Darius. Bahkan dia sengaja mengajukan cuti dari rumah sakit hanya untuk menyelesaikan segala masalah yang selama ini menggantung.Sekarang, dengan ditemani pengacara serta pamannya yang sangat baik, Darius duduk di ruang sidang yang terasa dingin dan sunyi.Bau kertas tua bercampur aroma pembersih ruangan menyengat di hidung. Suara langkah sepatu para pengacara dan detik jarum jam di dinding terasa memekakkan di tengah ketegangan.Dia menoleh ke samping, menatap kursi kosong di sebelahnya—kursi yang seharusnya diisi oleh Dania. Namun, wanita itu hanya menghadiri sidang melalui layar ponsel, sebab pihak kepolisian tidak mengizinkannya keluar dari sel tahanan karena perilaku buruknya yang makin menjadi.Darius menarik napas panjang, terasa sesak dan perih di dadanya. Ketika hakim memintanya mengucap ikrar talak, sejenak dia terdiam. Ada kilatan ingatan yang muncul—saat pertama kali menggenggam tangan Dania di bawah langit sore, berjan

  • Terjebak Hasrat Terlarang Dokter Denver   Bab 323 : Nasib Dua Dokter Tampan

    “Kamu kenapa? Ada yang sakit?” tanya Maharani sambil menatap Darius yang sejak tadi hanya bersedekap dada, duduk di pojokan kamar.Setelah Dewi dan Dirgantara dijemput Denver, Maharani langsung menghampiri Darius. Pria itu tidak menyambutnya dengan senyum atau pelukan, melainkan ekspresi super dingin, seperti freezer yang kelupaan ditutup.Apa mungkin Darius kesal karena dia terlalu lama menemani Dewi di kamar? Atau ... ada sesuatu yang tidak dia tahu?“Mulai sekarang jangan makan tempe goreng lagi!” geram Darius tiba-tiba. Nada suaranya seperti menegur pasien bandel.Maharani langsung melongo. Tadi pria ini begitu antusias ketika diberikan tempe goreng hangat. Sekarang mendadak berubah arah.“Kamu sakit perut karena makan tempe goreng?” tanya Maharani curiga. Matanya menyipit, memeriksa wajah calon suaminya dari atas ke bawah.Darius berdecak, lalu menggeleng cepat. “Bukan perut yang sakit, Rani. Tapi hati. Mengerti?!” ucapnya dengan desahan napas berat seperti habis lari maraton.“A

  • Terjebak Hasrat Terlarang Dokter Denver   Bab 322 : Cemburu Versi Darius

    "Rani … apa yang kamu—"Protes Darius terputus begitu saja saat Maharani menatapnya tajam dan mengangkat telunjuk di depan bibirnya, memberi isyarat tegas agar pria itu diam."Tapi aku—""Jangan berisik, Dok!" tegur Maharani dengan tegas, sambil meraih handuk dan menghela napas panjang.Dia berbalik, mengambil pakaian dengan wajah jengkel, lalu mengenakannya secepat kilat.Beberapa detik kemudian, langkah kecil terdengar mendekat. Seorang anak laki-laki muncul di ambang pintu, membawa aroma tempe goreng yang menguar dari kotak kecil di tangannya."Tante Lani, tempe golengnya masih anget, enak loh dimakan pakai kecap!" celoteh Dirga ceria. Namun, matanya menyapu ke dalam kamar, tidak menemukan keberadaan Maharani."Tante Lani di mana?" tanyanya polos sambil mengetuk pintu, dia tidak berani masuk tanpa izin. Meskipun kakinya terlalu gatal ingin melangkah.Maharani segera melangkah dengan cepat menghampiri Dirga, sambil sibuk mengancingkan kancing baju. Senyum wanita itu dibuat selebar m

Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status