Happy Reading ..... semoga suka dengan ceritanya
“Di ruangan saya, Pak,” sahut Emily, lega Teofilano sudah datang.Teofilano terkejut Cintya duduk di meja kerja Emily dengan setumpuk uang kertas serta sertifikat-sertifikat rumah milik nasabah yang dia simpan di ruangan khusus. Hanya dia dan Oleg yang tahu kombinasi rumit untuk membuka ruang berangkas.Jika bukan dirinya yang memberitahu Cintya hal itu, pasti Oleg. Sehingga ,ruangan teraman di gedung 6 lantai ini berhasil dibobol. Tapi itu bukan hal penting sekarang.“Apa maumu?!” kesabaran Teofilano kepada Cintya habis.“Aku terima hubunganmu dengan Lauren karena kalian sudah menikahinya. Tapi jangan menjalin hubungan dengan perempuan lain.”Teofilano mengusap wajah. Dia tahu perempuan lain yang Cintya maksud adalah Viana. Detik ini, dia terngiang-ngiang ucapan perempuan plin plan itu.“Aku tidak akan menceraikannya. Meskipun dia menceraikanku aku tidak mau nikah sama Bapak!” tegas Viana kala itu.“Aku tidak akan menceraikannya. Meskipun dia menceraikanku aku tidak mau nikah sama Ba
“Jangan menemuiku!” Viana menutup telpon sepihak.“Good Night, Viana,” kata Teofilano meskipun Viana sudah menutup telpon.Usai telpon, Teofilano tersenyum kepada anjing border collienya sembari mengelus punggung hewan berbulu itu.Semua yang dekat karena dia masih berguna untuk kantong mereka. Jika sudah tidak berguna, entahlah, mungkin hanya Ceko yang setia di sisinya.Teofilano baru ingat, dia belum memberi makan Ceko dari kemarin!“I have roast turkey for you (Aku punya kalkun panggang untukmu).”Ceko turun dari pangkuan Teofilano dengan suasana hati girang karena akan dapat kalkun.Saat tidak ada Viana, Ceko bebas berkeliaran di mansion. Seperti saat ini, sembari menunggu makanan datang, dia berlari ke sana ke mari mencari Reynhart untuk diajak main. Sebab itu dia berharap Viana tidak sering-sering datang, karena dia benci di kurung dalam keranjang. Viana is enemy.Sementara Ceko makan, Teofilano kembali memikirkan masalahnya. Cintya bukan lawan yang bisa tumbangkan sekali serang
“Kendalikan dirimu, Alessio,” Anan angkat bicara.Karena pertimbangan itu, mulut Viana tetap dibiarkan tersumpal tisu. Alessio merasa Viana sudah basah, tanda siap dimasuki. Dia segera memindahkan Viana ke lantai dan melepas celana.Air mata Viana menetes, merasakan kejantanan Alessio melesak masuk ke dalam intinya. Dia jijik kepada benda itu.Alessio memejamkan mata sembari mencekram lutut Viana ketika pelepasannya tiba. Saat membuka mata, terkejut melihat Teofilano bersandar di ambang pintu. Pria itu merokok sembari menatap dirinya.“Tu—Tuan Teo?”Alessio segera mencabut diri dari Viana dan memakai celana. Sementara tubuh polos Viana dia tutupi dengan jasnya. Jantung Alessio berdebar gugup ketakutan, sudah berapa lama pria itu berdiri di sana?Ya. Alessio bertanya-tanya. Sudah berapa lama Teofilano berada di sana. Alessio pucat pasi, sepertinya bukan Viana yang mati hari ini, tapi dirinya!Bukan hanya Alessio. Sandy, Miller, Jay dan Anan yang baru menyadari kehadiran Teofilano ikut
Anan adalah ayah biologis Jasmine.Anan terpaksa meninggalkan Jasmine di rumah sakit karena tidak sanggup merawatnya seorang diri. Istrinya meninggal setelah melahirnya, sementara dia tidak punya pekerjaan tetap, terpaksa jalan itu dia pilih.Tapi setiap hari Anan menyamar jadi marinir, dan bolak balik masuk rumah sakit untuk melihat siapa yang mengadopsi bayinya. Dia lega, pengadopnya keluarga kaya, pemilik PT Emas Laut.Anan selalu melihat Jasmine dari jauh. Ketika melihat putrinya pacaran dengan Galla, Anan melamar jadi tukang kebun di rumah pria itu, tujuannya supaya bisa lebih dekat dengan Jasmine. Sebab Jasmine sering menginap di rumah Galla.Sakit hatinya muncul ketika Galla menghamili Jasmine dan tidak mau tanggung jawab. Galla menyuruh putrinya aborsi. Bukan sekali, tapi 2x.Pertama ketika Jasmine masih kuliah. Kedua, 2 tahun lalu. Meski dia bukan ayah yang sempurna, tidak mau anaknya dibuat semena-mena.“Aku minta maaf tidak bisa menjagamu dengan baik,” aku Galla. Tanpa ceri
Viana membersihkan diri. Merendam tubuhnya di dalam bathup yang penuh air hangat. Tangannya mengusap perut. Tidak percaya, dalam 24 jam, di rahimnya sudah ada benih Teofilano, Alessio dan Galla.‘Kamu toilet umum, Viana. Tempat orang membuat hajat. Jorok dan menjijikkan!”“Bukan! Aku bukan toilet umum,” tolak Viana segera.‘Kalau bukan toilet umum apa? Tempat penangkaran?”“Aku bukan tempat penangkaran.”‘Trus apa? Pelacur?’“Bukan, aku bukan pelacur, aku perempuan baik-baik.”‘Mana ada perempuan baik-baik sepertimu? Perempuan baik-baik itu hanya menampung 1 pria, bukan 3 pria. Jadi, kamu itu kalau bukan pelacur, toilet umum, ya tempat penangkaran satwa liar.’Viana tergugu mendapat intimidasi dari otaknya sendiri. Dirinya begitu kotor, jorok, dan menjijikkan saat ini. Cita-citanya menjadi perempuan baik-baik, meskipun miskin bisa menjaga diri, supaya dihormati suami.Tidak disangka, diporak porandakan Teofilano dan Alessio. Meski Galla tidak mengatakannya, Viana perasaan.Usai minum m
"Ok, nanti ku telpon jika ada perubahan.”“Jangan!”Tas Viana tertinggal di mobil Cintya. Ponsel dan dompetnya yang berisi identitas diri dan ATM ada di dalam tas itu.Viana menunggu Galla sembari membersihkan kamar yang seperti kapal pecah selama dia tinggal sebulan. Usai membersihkan kamar, dia berdiri di depan foto pernikahannya yang terpajang di dinding.“Aku bersyukur punya suami kamu. Kamu tampan, kaya, dan baik padaku. Aku tidak tahu kenapa kamu masih mau menerimaku setelah tahu aku selingkuh. Apa cintamu memang sebesar itu? atau karena hal lain?”Viana kembali sedih dihantui perasaan bersalah karena melihat Galla tak gemuk-gemuk. Ternyata Dari menikah sampai sekarang badan Galla memang tak berubah.“Aku takut kamu mengaku bahagia padahal sebenarnya tidak.”Semalaman Viana menunggu Galla dengan perasaan tidak enak. Mungkin bagi orang lain hal itu sepele, tapi bagi Viana sangat penting.Viana lebih suka Galla bilang tidak bahagia, supaya dia bisa memilih pergi atau memperbaiki d
“Kurang dari 1 jam?!” pekik Devdan tak percaya. “Jangan-jangan dia yang umpetin bini loe.”“Ngaco! Anak buah dia itu banyak dan dimana-dimana. Sekali kirim foto dan perintah, ratusan laporan masuk.”“Iya juga sih.” Devdan akhirnya juga paham. “Trus kalau Viana udah ketemu, kenapa muka loe masih bete?”“Sekarang gue pusing gimana caranya bayar Teofilano.”“Maksud loe?”Galla mengambil nafas sebelum menjawab pertanyaan Devdan. “Dompet gue disita sama Mama.”Devdan bertambah melongo sebelum akhirnya menertawakan kesialan sahabatnya. “Mampus, loe!”“Sialan loe!”Galla pusing. Tadinya dia mengajak ketemuan Jasmine karena ingin pinjam duit ke perempuan itu. Tapi, sampai Jasmine pulang mulutnya tidak bisa mengatakan sepatah katapun. Sebab tidak pernah hutang ke perempuan.“Kapan loe janji bayar?” Devdan ingin tahu meski tidak bisa membantu.“Hari ini.”Kepala Galla langsung cenat cenut.Hening. Mereka minum bir dengan pikiran masing-masing.“Gue sampe sekarang gak ngerti, kenapa loe masih pe
Viana segera mengambil masker mulut dari jaket dan memakainya. Berharap cara ini bisa sedikit menyamarkannya sehingga terhindar dari mata Teofilano.“Oh my God! Oh my God! Mereka berkelahi lagi. Ya Tuhan, selamatkan kami," histeris oma-oma, mengagetkan seisi resto.Viana memicingkan mata, sepertinya kenal oma itu. Tapi lupa tempatnya.Dalam hitungan detik, kondisi di restoran ikut chaos. Banyak pelanggan yang sedang makan pizza kabur.Memang menakutkan berada dalam situasi gebuk-gebukan seperti ini. Dan Viana baru tahu rasanya sekarang.Meski pertikaian Teofilano dengan Tiger—ayah mertuanya pecah di toko buah, resto ini kena dampaknya. Karena tidak ada yang membayar pizza, semua kabur. Entah lupa karena panik atau aji mumpung, susah dibedakan.Tapi kaki Viana tetap berdiri di sini, menunggu pesanan yang sedang diproses. Dia tidak tega ikut-ikutan membuat resto ini rugi.Tindakannya itu dilakukan juga oleh beberapa orang yang masih antri, termasuk si remaja perempuan yang ternyata cuc
Teofilano membuang putung rokoknya, berjalan santai menyusul Viana yang masuk ke jok baris kedua. Tak lama, mobil sedan warna hitam yang disopiri Dion itu bergerak menuju KIC.Sebenarnya Teofilano tahu dari dulu Galla menyelingkuhi Viana. Ketika Viana koma, Felix—bodyguard bayangan Viana sering mengiriminya foto Galla bersama Jasmine. Kedua makluk itu pacaran, pelukan di depan Viana yang sedang koma.Tapi Teofilano tidak mau ikut campur. Sebab itu tidak pernah cerita kepada Viana tentang aib Galla.Tapi semalam, Felix mengirim foto Galla meneteskan sesuatu ke dalam botol air mineral Viana ketika perempuan itu ke toilet.Teofilano memang masih marah kepada Viana karena perempuan itu tidak mau mengakui bahwa dirinya anak Gabriella dan Nit King.Tapi, melihat Viana diberi sesuatu oleh Galla, dia jauh lebih marah. Tidak ada yang boleh menyakiti Viana selain dirinya!Ya, tidak ada yang boleh menyakiti Viana selain dirinya. Karena Viana miliknya, tawanannya. Pikir Teofilano semalam.Sebab
“I love you, too, Nenek.” balas Galla.Jasmine tertawa. Malam ini dia memang berdandan seperti perempuan berusia 50 tahun, supaya tidak ada yang mengenalinya.Jasmine tidak menyangka Galla mendengar idenya untuk memberi obat tidur kepada Viana. Dan seperti prediksinya, malam ini dia bisa nonton bioskop tanpa gangguan meskipun Viana ada didepan mata.“Terima kasih, La.”“Sama-sama. Kamu senang?”“Senang.” Jasmine pikir dirinya sudah kehilangan Galla, ternyata pria itu masih lebih memilih dirinya dibanding Viana. Jasmine bersumpah akan menyingkirkan perempuan miskin itu dari keluarga Galardi.Galla senang hari ini bisa menyenangkan kedua wanitanya sekaligus. Viana senang karena dia belikan ponsel baru, sementara Jasmine sedang karena dia turuti keinginanya jalan-jalan tanpa ketahuan Viana atau orang lain.Harapan Galla bisa adil seperti itu seterusnya. Karena dia tidak bisa kehilangan salah satu di antara mereka berdua.2 hari kemudian…..“Apa, Tan?!”“Sudah 2 hari ini Jasmine tidak pul
“Karena aku belum selesai bicara.”Beberapa saat lalu Galla menelpon KIC untuk bicara dengan Viana. Tapi recepsionis bernama Rafa mengatakan Viana tidak ada di KIC. Hingga 2 jam kemudian Galla telpon KIC kembali, Viana masih belum datang.Karena itu Galla menelpon Kakek Viana dan Cherry, untuk menghilangkan kecurigaanya Viana ditikung Teofilano.Dari kakek Viana Galla tahu beberapa tempat yang kemungkinan didatangi Viana. Dari Cherry dia tahu kalau sedih Viana suka jajan atau makan. Kedai ini adalah tempat yang sama-sama disebut oleh Cherry dan Kakek Viana.“Kamu datang untuk membujukku?” tuduh Viana.“Aku datang untuk minta maaf.”Alih-alih menanggapi Galla, Viana memakan roti kukusnya sembari membuang wajah. Dan dia berhasil membuat Galla jengkel. Tapi Galla tak mau mempermasalahkan, tujuannya ke sini bukan untuk menambah masalah tapi menyelesaikan.“Aku akan bilang Teofilano, kalau kita tidak bisa membantu.”Viana tetap tidak menanggapi. Bukannya apa, meski dirinya bukan Tuhan, cu
Viana miring ke kiri, Galla miring ke kanan. Mereka saling berhadapan sembari memeluk guling masing-masing, bersiap untuk tidur. Hari ini bukan hari terbaik bagi Viana, tapi melihat suaminya memejamkan mata hancur karena kehangatan mulutnya, dia suka.Setidaknya sekarang Viana tahu 1 hal untuk menyenangkan suaminya. Viana tak sabar ingin tahu hal-hal lain yang Galla sukai supaya bisa membahagia serta menggemukkan pria itu.“Gimana perutmu, masih sakit?”“Masih.” Viana meneruskan kebohongan.“Besok ku antar ke Dokter.”“Dokter?!” pekik Viana reflek. Dia tidak mau dibawa ke Dokter karena hanya pura-pura sakit. Tapi kemudian sadar, responnya mengundang kecurigaan Galla. “Nggak perlu, besok pasti udah enakan,” ralat Viana segera sembari melandaikan nada serta menekan getaran di dada.“Kenapa?”“Ya nggak apa. Nanti kalau sudah berhari-hari tidak sembuh baru ke Dokter.”Galla memperhatikan Viana yang tidak berani menatap matanya. “Jangan lama-lama, supaya tidak terlambat.”Anggukan Viana me
“Dari mana, Vi?!” Galla menyusul Viana yang baru saja naik ke lantai 3.“E … Galla? Dari mana kamu?” Viana malah bertanya balik karena terkejut. Dia pikir semua orang sudah tidur.“Dari kamar Mama. Kamu?”Viana bingung mencari alasan karena tidak mungkin mengatakan habis dari Kana bersama Teofilano.“Tadi habis sarapan di Brandon aku pergi ke rumah Kakek.”Tekanan darah Galla yang hampir menyentuh 180 segera melandai, mendengar Viana menyebut kata Brandon. Artinya Viana jujur, sebab tadi Jasmine mengatakan melihat Viana di restoran itu.“Gimana kabar Kakek?”Viana segera menghindari Galla karena takut kissmarknya terlihat oleh pria itu. “Kakek baik-baik saja.”Di dalam kamar mandi, Viana lemas membayangkan lamanya kissmark itu hilang. Viana membersihkan diri dan mengaplikasikan concealer pada lehernya sebelum keluar dari toilet.Viana gugup Galla tidak berhenti menatapnya sejak dia keluar dari kamar mandi.“Habis ngobrol apa sama Mama?”“Banyak hal.” Galla malas menceritakan detailnya.
Satu-satunya alasan Teofilano masih membiarkan Alessio hidup karena pria ini menutupi tubuh polos Viana dengan bajunya. Sehingga organ sensitive Viana tidak terlihat oleh anak buahnya yang mengepung gudang kosong kala itu.Jika tidak, hari itu puluhan anak buahnya melihat tubuh polos Viana utuh-utuh.Alessio menyunggingkan senyum. “Bunuh saja aku, seperti kamu membunuh Jay, Sandy, Anan, dan Miller. Karena tidak ada gunanya aku hidup.”Dorr!Teofilano menembak kursi disamping kepala Alessio menggunakan pistol pria itu. "Aku sudah menembakmu."“Kamu mengebiriku seperti binatang. Padahal aku hanya melakukan tugas dari Istrimu. Harusnya dia yang kau kebiri, bukan aku! ... tapi kamu hanya memasukkannya ke dalam rumah sakit jiwa. kamu tidak adil!" Alessio menangis, putus harapan. Dia laki, tapi sudah kehilangan cirinya sebagai lelaki.Darah Teofilano mendidih mengingat Viana ditiduri dan dicekik oleh Alessio Tapi, bayangan Alessio menutupi tubuh polos Viana sehingga tidak terlihat banyak or
Viana memaklumi Vonny yang masih marah padanya karena tidak mau ikut Teofilano.Viana tak munafik, Teofilano telah merebut hatinya.Meski caranya tak benar, melalui paksaan, pria itu memang berhasil melakukannya, dan sejak lama menggoyahkan cintanya kepada Galla.Jika tidak berhenti sekarang, Viana takut hatinya semakin tak bisa dikendalikan. Karena cinta itu datangnya perlahan. Entah kapan besarnya, tahu-tahu tak mudah ditebang.Dan jika itu terjadi, yang rugi adalah dirinya karena mencintai orang yang hanya menginginkan tubuhnya yang seperti Lauren ini.Saat Lauren kembali nanti, pria itu tidak akan menolehnya lagi. Seperti dulu, ketika Lauren belum pergi.“Selamat pagi, selamat datang di Brandon Eatery. Untuk berapa orang, Kak?” tanya seorang greter restoran yang Viana datangi pagi ini.“Ya, satu orang saja.”Hari ini Viana ingin memanjakan diri dengan makanan karena sedang stress dan lapar parah setelah 3 hari ini kurang makan.Brandon Eatery pagi ini tak terlalu ramai karena suda
“Terimakasih, Tuan Teo. Silahkan dihitung,” sahut Vonny.Teofilano meminta tolong Simon menghitungnya. Sementara dia, merokok setelah diberi lilin oleh Vonny.Vonny canggung, setelah menawarkan diri kepada pria muda itu. Rasanya ingin menghapus hari ini dari ingatan Teofilano.Berbeda dengan Teofilano, dia biasa saja.“Kapan Tuan Gustav pulang?” tanya Teofilano.“Seminggu lagi.”“Apa dia tidak marah kehilangan 10 juta dollar?”Vonny menertawakan kesialannya. Semua ini gara-gara Viana tidak mau ikut Teofilano. Kalau perempuan tak berguna itu nurut sedikit saja, tak perlu dia menguras tabungan seperti ini.“Apa anda akan mengembalikan uang saya, jika dia marah?”“Tidak.”“Seharusnya saya seret saja Viana ke depan anda.”Teofilano tertawa lalu menyesap rokoknya. Asapnya dia hembuskan ke samping, supaya tidak mengganggu Vonny.“Anda menyukainya?”“Saya suka uang.”Teofilano berbohong atau tidak memang beda tipis, sebab itu Vonny tidak percaya dan semakin penasaran.“Tadi anda bilang mengi
“Maaf, Nyonya,” tolak Teofilano dengan halus lalu pergi.Sejak dengan Viana, Teofilano tidak pernah menyentuh wanita lain. Rasanya aneh jika menerima tawaran Vonny.Vonny berpikir alasan Teofilano menolaknya karena usia, jika itu masalahnya, Teofilano salah besar. Meski sudah cukup umur, dia masih kuat meladeni anak muda seperti Teofilano. Dan urusan badan, dia tak pernah kuatir karena selama ini investasi banyak untuk itu.Vonny memang masih cantik dan berisi. Karena bokong dan buah dadanya terbantu implant, wajahnya tertolong operasi plastik.Vonny kembali meraih tangan Teofilano. “Tuan Teo, saya tidak akan mengecewakan anda.”Teofilano menyingkirkan tangan Vonny, masih sopan meski malu dilihat Simon—satpam Vonny. “Maaf, Nyonya.”Jika Galla tidak tersandung narkoba, Vonny bisa maju sendiri dengan uangnya. Tapi ini narkoba. Vonny tahu dimana dirinya tinggal, dia tinggal di negeri para mafia. Mafia-mafia itu tidak hanya ada di luar pemerintah, seperti Teofilano. Tapi juga di dalam pem