Viana segera mengambil masker mulut dari jaket dan memakainya. Berharap cara ini bisa sedikit menyamarkannya sehingga terhindar dari mata Teofilano.“Oh my God! Oh my God! Mereka berkelahi lagi. Ya Tuhan, selamatkan kami," histeris oma-oma, mengagetkan seisi resto.Viana memicingkan mata, sepertinya kenal oma itu. Tapi lupa tempatnya.Dalam hitungan detik, kondisi di restoran ikut chaos. Banyak pelanggan yang sedang makan pizza kabur.Memang menakutkan berada dalam situasi gebuk-gebukan seperti ini. Dan Viana baru tahu rasanya sekarang.Meski pertikaian Teofilano dengan Tiger—ayah mertuanya pecah di toko buah, resto ini kena dampaknya. Karena tidak ada yang membayar pizza, semua kabur. Entah lupa karena panik atau aji mumpung, susah dibedakan.Tapi kaki Viana tetap berdiri di sini, menunggu pesanan yang sedang diproses. Dia tidak tega ikut-ikutan membuat resto ini rugi.Tindakannya itu dilakukan juga oleh beberapa orang yang masih antri, termasuk si remaja perempuan yang ternyata cuc
Keringat Viana sebesar biji jagung, entah apa yang dia takutkan sekarang. Takut dengan profile Teofilano yang ternyata pentolan organisasi kriminal atau takut jatuh cinta pada pria brengsek itu!Viana pucat pasi Teofilano semakin dekat dan menyerangnya dengan tatapan penuh emosi. Dalam sekejab, dirinya dan Teofilano terkubur dalam restoran pizza yang luas ini.Ya, kini hanya ada dirinya dan Teofilano yang sudah membuang balok kayunya ke lantai.Viana terkejut Teofilano tiba-tiba merengkuh pinggangnya dan merampas bibirnya, setelah menyingkirkan penutup mulut. Viana mencoba melepaskan diri ketika jari-jari pipih Teofilano ikut berimprovisasi dengan membuka resleting jaketnya.“Mau apa kamu?!”“Aku mau tubuh resepsionisku!”Jari Teofilano kembali meraih resleting jaket Viana dan menurunkannya ke bawah.Tekanan darah Viana seketika tembus angka 200.Ternyata benar yang dikatakan Alice, buaya-buaya ini tidak tahu cinta, tahunya bercinta. Teofilano hanya menginginkan tubuhnya, bukan hatiny
Tapi, setelah Viana duduk di samping Vonny, dia baru menyadari kalau perempuan berusia 57 tahun itu ternyata meneteskan air mata.“Mama kenapa?”Vonny mengusap air matanya. “Barusan Tuan Teo bilang, Galla tertangkap polisi gara-gara pesta miras dan narkoba. Mama nggak mau putra mama dipenjara, Viana. Mama nggak mau.”Viana menatap Teofilano, berharap yang dia dengar tidak nyata. “Benarkah?”Sayangnya Teofilano mengangguk, Viana menutup mulut, mata coklatnya yang bening berkaca-kaca.Setahu dia Galla adalah pria baik. Rokok, alkohol, judi, perempuan, club malam apalagi narkoba, bukanlah hal yang biasa Galla sentuh. Tapi kenapa tiba-tiba konsumsi narkoba?“Apa dia dijebak? Jawab aku pak Teo, apa dia dijebak?!” tangis Viana pecah.Viana mendekati Teofilano, sedikit banyak dia curiga, jangan-jangan Teofilano yang menjebak Galla karena pria gila ini datang ke sini untuk menjemputnya. “Aku tidak akan mengampuni siapapun yang menjebaknya! Aku sumpahi tidak bahagia seumur hidup!”“Viana, Tuan
“Maaf, Nyonya,” tolak Teofilano dengan halus lalu pergi.Sejak dengan Viana, Teofilano tidak pernah menyentuh wanita lain. Rasanya aneh jika menerima tawaran Vonny.Vonny berpikir alasan Teofilano menolaknya karena usia, jika itu masalahnya, Teofilano salah besar. Meski sudah cukup umur, dia masih kuat meladeni anak muda seperti Teofilano. Dan urusan badan, dia tak pernah kuatir karena selama ini investasi banyak untuk itu.Vonny memang masih cantik dan berisi. Karena bokong dan buah dadanya terbantu implant, wajahnya tertolong operasi plastik.Vonny kembali meraih tangan Teofilano. “Tuan Teo, saya tidak akan mengecewakan anda.”Teofilano menyingkirkan tangan Vonny, masih sopan meski malu dilihat Simon—satpam Vonny. “Maaf, Nyonya.”Jika Galla tidak tersandung narkoba, Vonny bisa maju sendiri dengan uangnya. Tapi ini narkoba. Vonny tahu dimana dirinya tinggal, dia tinggal di negeri para mafia. Mafia-mafia itu tidak hanya ada di luar pemerintah, seperti Teofilano. Tapi juga di dalam pem
“Terimakasih, Tuan Teo. Silahkan dihitung,” sahut Vonny.Teofilano meminta tolong Simon menghitungnya. Sementara dia, merokok setelah diberi lilin oleh Vonny.Vonny canggung, setelah menawarkan diri kepada pria muda itu. Rasanya ingin menghapus hari ini dari ingatan Teofilano.Berbeda dengan Teofilano, dia biasa saja.“Kapan Tuan Gustav pulang?” tanya Teofilano.“Seminggu lagi.”“Apa dia tidak marah kehilangan 10 juta dollar?”Vonny menertawakan kesialannya. Semua ini gara-gara Viana tidak mau ikut Teofilano. Kalau perempuan tak berguna itu nurut sedikit saja, tak perlu dia menguras tabungan seperti ini.“Apa anda akan mengembalikan uang saya, jika dia marah?”“Tidak.”“Seharusnya saya seret saja Viana ke depan anda.”Teofilano tertawa lalu menyesap rokoknya. Asapnya dia hembuskan ke samping, supaya tidak mengganggu Vonny.“Anda menyukainya?”“Saya suka uang.”Teofilano berbohong atau tidak memang beda tipis, sebab itu Vonny tidak percaya dan semakin penasaran.“Tadi anda bilang mengi
“Mulai sekarang kamu yang menggantikan posisi Lauren!”Rahang Viana jatuh mendengar hukuman tak masuk akal dari CEO-nyaーTeofilano Kwan, 34 tahun. Semua berawal karena Viana gagal menutupi pernikahan Teofilano dengan istri keduanya. Akibatnya, siang ini Viana dipanggil ke ruang kerja Teofilano.“Ke-kenapa Bapak menyuruh saya menggantikan posisi Bu Lauren?”Viana mengira, dirinya akan dipecat. Tapi sekarang, dia justru terkejut dengan permintaan Teofilano yang di luar nalarnya. Tapi, hal itu terlalu mustahil! Karena Viana sudah bersuami.“Kamu masih tanya kenapa?!” Teofilano benar-benar ingin melempar Viana ke mulut hiu.Semua karyawan di King International Club tahu, Teofilano sangat menyayangi Lauren, 27 tahun. Lauren adalah istri kedua Teofilano yang dinikahinya secara sembunyi–sembunyi 3 tahun lalu. Sementara istri pertamanya bernama Cintya, 34 tahun, yang merupakan anak semata wayang seorang mafia bernama Tiger.Karena kecerobohan Viana, Cintya memulangkan Lauren ke negara asaln
Viana menangis, selain syok jatuh dari ketinggian 3 meter, dia juga trauma dengan sakit sekejab yang baru dia rasakan. Dia tidak menyangka, sesakit itu saat tubuh kekurangan oksigen akibat arteri karotis tertekan.“Apa aku membuatmu senang?” olok Teofilano.Beberapa saat lalu Teofilano menembak tali Viana hingga putus sesaat setelah kaki perempuan itu menggantung. Selain tahu Viana berubah pikiran, dia masih penasaran dengan Viana kenapa bisa begitu mirip dengan Lauren—perempuan yang pernah menolongnya.“Menyebalkan!”Teofilano tertawa, “Bagian mana yang menyebalkan, Viana?”Viana tahu, Teofilano tidak mungkin tulus menolongnya, “Saya nggak minta tolong sama Bapak! Kenapa Bapak tolong saya?!”“Ah ya, kamu benar. Kamu terlalu seksi, sampai aku tidak bisa berpikir.”Kepala Viana menunduk, ‘Kurang ajar!’Viana segera menutup pahanya yang dikonsumsi Teofilano.“Rey,” panggil Teofilano, tanpa mengalihkan pandangan sedikitpun dari Viana.“Ya, Pak.”“Di mobil masih ada kondom kan?” Teofilano
Viana lega, bebas dari Teofilano. Sore ini Viana minta tolong seseorang di depan swalayan untuk menelpon suaminya. Untuk menjemput, sebab ponsel, tas dan dompetnya tertinggal di KIC.Itu karena tadi Reynhart menyeretnya begitu saja dari ruang kerja Teofilano ke parkiran mobil.Viana mondar mandir, 20 panggilannya tidak terangkat satupun, “Angkat La, pliss!”“Viana?”Spontan Viana membalik badan, “Cherry!”Cherry heran melihat wajah Viana yang berantakan, dan seragam kerjanya tampak lusuh, “Kamu habis ngapain, Vi?”Debu di gudang kosong sangat tebal. Setelah Teofilano menembak tali yang menggantung Viana, perempuan itu jatuh dari ketinggian 3 meter dalam kondisi tengkurap, sebab itu seragamnya lusuh.“Ceritanya panjang. Aku balikin ponsel oma itu dulu ya.”Cherry melongo, tak sengaja matanya melihat ikat rambut Viana.***’“Siapa yang menelpon?”“Nggak tahu, nomor tak dikenal,” sahut Galla.Galla membalik ponselnya lalu jarinya kembali mencari bagian paling sensitif dari Jasmine, “Aku
“Terimakasih, Tuan Teo. Silahkan dihitung,” sahut Vonny.Teofilano meminta tolong Simon menghitungnya. Sementara dia, merokok setelah diberi lilin oleh Vonny.Vonny canggung, setelah menawarkan diri kepada pria muda itu. Rasanya ingin menghapus hari ini dari ingatan Teofilano.Berbeda dengan Teofilano, dia biasa saja.“Kapan Tuan Gustav pulang?” tanya Teofilano.“Seminggu lagi.”“Apa dia tidak marah kehilangan 10 juta dollar?”Vonny menertawakan kesialannya. Semua ini gara-gara Viana tidak mau ikut Teofilano. Kalau perempuan tak berguna itu nurut sedikit saja, tak perlu dia menguras tabungan seperti ini.“Apa anda akan mengembalikan uang saya, jika dia marah?”“Tidak.”“Seharusnya saya seret saja Viana ke depan anda.”Teofilano tertawa lalu menyesap rokoknya. Asapnya dia hembuskan ke samping, supaya tidak mengganggu Vonny.“Anda menyukainya?”“Saya suka uang.”Teofilano berbohong atau tidak memang beda tipis, sebab itu Vonny tidak percaya dan semakin penasaran.“Tadi anda bilang mengi
“Maaf, Nyonya,” tolak Teofilano dengan halus lalu pergi.Sejak dengan Viana, Teofilano tidak pernah menyentuh wanita lain. Rasanya aneh jika menerima tawaran Vonny.Vonny berpikir alasan Teofilano menolaknya karena usia, jika itu masalahnya, Teofilano salah besar. Meski sudah cukup umur, dia masih kuat meladeni anak muda seperti Teofilano. Dan urusan badan, dia tak pernah kuatir karena selama ini investasi banyak untuk itu.Vonny memang masih cantik dan berisi. Karena bokong dan buah dadanya terbantu implant, wajahnya tertolong operasi plastik.Vonny kembali meraih tangan Teofilano. “Tuan Teo, saya tidak akan mengecewakan anda.”Teofilano menyingkirkan tangan Vonny, masih sopan meski malu dilihat Simon—satpam Vonny. “Maaf, Nyonya.”Jika Galla tidak tersandung narkoba, Vonny bisa maju sendiri dengan uangnya. Tapi ini narkoba. Vonny tahu dimana dirinya tinggal, dia tinggal di negeri para mafia. Mafia-mafia itu tidak hanya ada di luar pemerintah, seperti Teofilano. Tapi juga di dalam pem
Tapi, setelah Viana duduk di samping Vonny, dia baru menyadari kalau perempuan berusia 57 tahun itu ternyata meneteskan air mata.“Mama kenapa?”Vonny mengusap air matanya. “Barusan Tuan Teo bilang, Galla tertangkap polisi gara-gara pesta miras dan narkoba. Mama nggak mau putra mama dipenjara, Viana. Mama nggak mau.”Viana menatap Teofilano, berharap yang dia dengar tidak nyata. “Benarkah?”Sayangnya Teofilano mengangguk, Viana menutup mulut, mata coklatnya yang bening berkaca-kaca.Setahu dia Galla adalah pria baik. Rokok, alkohol, judi, perempuan, club malam apalagi narkoba, bukanlah hal yang biasa Galla sentuh. Tapi kenapa tiba-tiba konsumsi narkoba?“Apa dia dijebak? Jawab aku pak Teo, apa dia dijebak?!” tangis Viana pecah.Viana mendekati Teofilano, sedikit banyak dia curiga, jangan-jangan Teofilano yang menjebak Galla karena pria gila ini datang ke sini untuk menjemputnya. “Aku tidak akan mengampuni siapapun yang menjebaknya! Aku sumpahi tidak bahagia seumur hidup!”“Viana, Tuan
Keringat Viana sebesar biji jagung, entah apa yang dia takutkan sekarang. Takut dengan profile Teofilano yang ternyata pentolan organisasi kriminal atau takut jatuh cinta pada pria brengsek itu!Viana pucat pasi Teofilano semakin dekat dan menyerangnya dengan tatapan penuh emosi. Dalam sekejab, dirinya dan Teofilano terkubur dalam restoran pizza yang luas ini.Ya, kini hanya ada dirinya dan Teofilano yang sudah membuang balok kayunya ke lantai.Viana terkejut Teofilano tiba-tiba merengkuh pinggangnya dan merampas bibirnya, setelah menyingkirkan penutup mulut. Viana mencoba melepaskan diri ketika jari-jari pipih Teofilano ikut berimprovisasi dengan membuka resleting jaketnya.“Mau apa kamu?!”“Aku mau tubuh resepsionisku!”Jari Teofilano kembali meraih resleting jaket Viana dan menurunkannya ke bawah.Tekanan darah Viana seketika tembus angka 200.Ternyata benar yang dikatakan Alice, buaya-buaya ini tidak tahu cinta, tahunya bercinta. Teofilano hanya menginginkan tubuhnya, bukan hatiny
Viana segera mengambil masker mulut dari jaket dan memakainya. Berharap cara ini bisa sedikit menyamarkannya sehingga terhindar dari mata Teofilano.“Oh my God! Oh my God! Mereka berkelahi lagi. Ya Tuhan, selamatkan kami," histeris oma-oma, mengagetkan seisi resto.Viana memicingkan mata, sepertinya kenal oma itu. Tapi lupa tempatnya.Dalam hitungan detik, kondisi di restoran ikut chaos. Banyak pelanggan yang sedang makan pizza kabur.Memang menakutkan berada dalam situasi gebuk-gebukan seperti ini. Dan Viana baru tahu rasanya sekarang.Meski pertikaian Teofilano dengan Tiger—ayah mertuanya pecah di toko buah, resto ini kena dampaknya. Karena tidak ada yang membayar pizza, semua kabur. Entah lupa karena panik atau aji mumpung, susah dibedakan.Tapi kaki Viana tetap berdiri di sini, menunggu pesanan yang sedang diproses. Dia tidak tega ikut-ikutan membuat resto ini rugi.Tindakannya itu dilakukan juga oleh beberapa orang yang masih antri, termasuk si remaja perempuan yang ternyata cuc
“Kurang dari 1 jam?!” pekik Devdan tak percaya. “Jangan-jangan dia yang umpetin bini loe.”“Ngaco! Anak buah dia itu banyak dan dimana-dimana. Sekali kirim foto dan perintah, ratusan laporan masuk.”“Iya juga sih.” Devdan akhirnya juga paham. “Trus kalau Viana udah ketemu, kenapa muka loe masih bete?”“Sekarang gue pusing gimana caranya bayar Teofilano.”“Maksud loe?”Galla mengambil nafas sebelum menjawab pertanyaan Devdan. “Dompet gue disita sama Mama.”Devdan bertambah melongo sebelum akhirnya menertawakan kesialan sahabatnya. “Mampus, loe!”“Sialan loe!”Galla pusing. Tadinya dia mengajak ketemuan Jasmine karena ingin pinjam duit ke perempuan itu. Tapi, sampai Jasmine pulang mulutnya tidak bisa mengatakan sepatah katapun. Sebab tidak pernah hutang ke perempuan.“Kapan loe janji bayar?” Devdan ingin tahu meski tidak bisa membantu.“Hari ini.”Kepala Galla langsung cenat cenut.Hening. Mereka minum bir dengan pikiran masing-masing.“Gue sampe sekarang gak ngerti, kenapa loe masih pe
"Ok, nanti ku telpon jika ada perubahan.”“Jangan!”Tas Viana tertinggal di mobil Cintya. Ponsel dan dompetnya yang berisi identitas diri dan ATM ada di dalam tas itu.Viana menunggu Galla sembari membersihkan kamar yang seperti kapal pecah selama dia tinggal sebulan. Usai membersihkan kamar, dia berdiri di depan foto pernikahannya yang terpajang di dinding.“Aku bersyukur punya suami kamu. Kamu tampan, kaya, dan baik padaku. Aku tidak tahu kenapa kamu masih mau menerimaku setelah tahu aku selingkuh. Apa cintamu memang sebesar itu? atau karena hal lain?”Viana kembali sedih dihantui perasaan bersalah karena melihat Galla tak gemuk-gemuk. Ternyata Dari menikah sampai sekarang badan Galla memang tak berubah.“Aku takut kamu mengaku bahagia padahal sebenarnya tidak.”Semalaman Viana menunggu Galla dengan perasaan tidak enak. Mungkin bagi orang lain hal itu sepele, tapi bagi Viana sangat penting.Viana lebih suka Galla bilang tidak bahagia, supaya dia bisa memilih pergi atau memperbaiki d
Viana membersihkan diri. Merendam tubuhnya di dalam bathup yang penuh air hangat. Tangannya mengusap perut. Tidak percaya, dalam 24 jam, di rahimnya sudah ada benih Teofilano, Alessio dan Galla.‘Kamu toilet umum, Viana. Tempat orang membuat hajat. Jorok dan menjijikkan!”“Bukan! Aku bukan toilet umum,” tolak Viana segera.‘Kalau bukan toilet umum apa? Tempat penangkaran?”“Aku bukan tempat penangkaran.”‘Trus apa? Pelacur?’“Bukan, aku bukan pelacur, aku perempuan baik-baik.”‘Mana ada perempuan baik-baik sepertimu? Perempuan baik-baik itu hanya menampung 1 pria, bukan 3 pria. Jadi, kamu itu kalau bukan pelacur, toilet umum, ya tempat penangkaran satwa liar.’Viana tergugu mendapat intimidasi dari otaknya sendiri. Dirinya begitu kotor, jorok, dan menjijikkan saat ini. Cita-citanya menjadi perempuan baik-baik, meskipun miskin bisa menjaga diri, supaya dihormati suami.Tidak disangka, diporak porandakan Teofilano dan Alessio. Meski Galla tidak mengatakannya, Viana perasaan.Usai minum m
Anan adalah ayah biologis Jasmine.Anan terpaksa meninggalkan Jasmine di rumah sakit karena tidak sanggup merawatnya seorang diri. Istrinya meninggal setelah melahirnya, sementara dia tidak punya pekerjaan tetap, terpaksa jalan itu dia pilih.Tapi setiap hari Anan menyamar jadi marinir, dan bolak balik masuk rumah sakit untuk melihat siapa yang mengadopsi bayinya. Dia lega, pengadopnya keluarga kaya, pemilik PT Emas Laut.Anan selalu melihat Jasmine dari jauh. Ketika melihat putrinya pacaran dengan Galla, Anan melamar jadi tukang kebun di rumah pria itu, tujuannya supaya bisa lebih dekat dengan Jasmine. Sebab Jasmine sering menginap di rumah Galla.Sakit hatinya muncul ketika Galla menghamili Jasmine dan tidak mau tanggung jawab. Galla menyuruh putrinya aborsi. Bukan sekali, tapi 2x.Pertama ketika Jasmine masih kuliah. Kedua, 2 tahun lalu. Meski dia bukan ayah yang sempurna, tidak mau anaknya dibuat semena-mena.“Aku minta maaf tidak bisa menjagamu dengan baik,” aku Galla. Tanpa ceri