Viana miring ke kiri, Galla miring ke kanan. Mereka saling berhadapan sembari memeluk guling masing-masing, bersiap untuk tidur. Hari ini bukan hari terbaik bagi Viana, tapi melihat suaminya memejamkan mata hancur karena kehangatan mulutnya, dia suka.Setidaknya sekarang Viana tahu 1 hal untuk menyenangkan suaminya. Viana tak sabar ingin tahu hal-hal lain yang Galla sukai supaya bisa membahagia serta menggemukkan pria itu.“Gimana perutmu, masih sakit?”“Masih.” Viana meneruskan kebohongan.“Besok ku antar ke Dokter.”“Dokter?!” pekik Viana reflek. Dia tidak mau dibawa ke Dokter karena hanya pura-pura sakit. Tapi kemudian sadar, responnya mengundang kecurigaan Galla. “Nggak perlu, besok pasti udah enakan,” ralat Viana segera sembari melandaikan nada serta menekan getaran di dada.“Kenapa?”“Ya nggak apa. Nanti kalau sudah berhari-hari tidak sembuh baru ke Dokter.”Galla memperhatikan Viana yang tidak berani menatap matanya. “Jangan lama-lama, supaya tidak terlambat.”Anggukan Viana me
“Karena aku belum selesai bicara.”Beberapa saat lalu Galla menelpon KIC untuk bicara dengan Viana. Tapi recepsionis bernama Rafa mengatakan Viana tidak ada di KIC. Hingga 2 jam kemudian Galla telpon KIC kembali, Viana masih belum datang.Karena itu Galla menelpon Kakek Viana dan Cherry, untuk menghilangkan kecurigaanya Viana ditikung Teofilano.Dari kakek Viana Galla tahu beberapa tempat yang kemungkinan didatangi Viana. Dari Cherry dia tahu kalau sedih Viana suka jajan atau makan. Kedai ini adalah tempat yang sama-sama disebut oleh Cherry dan Kakek Viana.“Kamu datang untuk membujukku?” tuduh Viana.“Aku datang untuk minta maaf.”Alih-alih menanggapi Galla, Viana memakan roti kukusnya sembari membuang wajah. Dan dia berhasil membuat Galla jengkel. Tapi Galla tak mau mempermasalahkan, tujuannya ke sini bukan untuk menambah masalah tapi menyelesaikan.“Aku akan bilang Teofilano, kalau kita tidak bisa membantu.”Viana tetap tidak menanggapi. Bukannya apa, meski dirinya bukan Tuhan, cu
“I love you, too, Nenek.” balas Galla.Jasmine tertawa. Malam ini dia memang berdandan seperti perempuan berusia 50 tahun, supaya tidak ada yang mengenalinya.Jasmine tidak menyangka Galla mendengar idenya untuk memberi obat tidur kepada Viana. Dan seperti prediksinya, malam ini dia bisa nonton bioskop tanpa gangguan meskipun Viana ada didepan mata.“Terima kasih, La.”“Sama-sama. Kamu senang?”“Senang.” Jasmine pikir dirinya sudah kehilangan Galla, ternyata pria itu masih lebih memilih dirinya dibanding Viana. Jasmine bersumpah akan menyingkirkan perempuan miskin itu dari keluarga Galardi.Galla senang hari ini bisa menyenangkan kedua wanitanya sekaligus. Viana senang karena dia belikan ponsel baru, sementara Jasmine sedang karena dia turuti keinginanya jalan-jalan tanpa ketahuan Viana atau orang lain.Harapan Galla bisa adil seperti itu seterusnya. Karena dia tidak bisa kehilangan salah satu di antara mereka berdua.2 hari kemudian…..“Apa, Tan?!”“Sudah 2 hari ini Jasmine tidak pul
“Mulai sekarang kamu yang menggantikan posisi Lauren!”Rahang Viana jatuh mendengar hukuman tak masuk akal dari CEO-nyaーTeofilano Kwan, 34 tahun. Semua berawal karena Viana gagal menutupi pernikahan Teofilano dengan istri keduanya. Akibatnya, siang ini Viana dipanggil ke ruang kerja Teofilano.“Ke-kenapa Bapak menyuruh saya menggantikan posisi Bu Lauren?”Viana mengira, dirinya akan dipecat. Tapi sekarang, dia justru terkejut dengan permintaan Teofilano yang di luar nalarnya. Tapi, hal itu terlalu mustahil! Karena Viana sudah bersuami.“Kamu masih tanya kenapa?!” Teofilano benar-benar ingin melempar Viana ke mulut hiu.Semua karyawan di King International Club tahu, Teofilano sangat menyayangi Lauren, 27 tahun. Lauren adalah istri kedua Teofilano yang dinikahinya secara sembunyi–sembunyi 3 tahun lalu. Sementara istri pertamanya bernama Cintya, 34 tahun, yang merupakan anak semata wayang seorang mafia bernama Tiger.Karena kecerobohan Viana, Cintya memulangkan Lauren ke negara asaln
Viana menangis, selain syok jatuh dari ketinggian 3 meter, dia juga trauma dengan sakit sekejab yang baru dia rasakan. Dia tidak menyangka, sesakit itu saat tubuh kekurangan oksigen akibat arteri karotis tertekan.“Apa aku membuatmu senang?” olok Teofilano.Beberapa saat lalu Teofilano menembak tali Viana hingga putus sesaat setelah kaki perempuan itu menggantung. Selain tahu Viana berubah pikiran, dia masih penasaran dengan Viana kenapa bisa begitu mirip dengan Lauren—perempuan yang pernah menolongnya.“Menyebalkan!”Teofilano tertawa, “Bagian mana yang menyebalkan, Viana?”Viana tahu, Teofilano tidak mungkin tulus menolongnya, “Saya nggak minta tolong sama Bapak! Kenapa Bapak tolong saya?!”“Ah ya, kamu benar. Kamu terlalu seksi, sampai aku tidak bisa berpikir.”Kepala Viana menunduk, ‘Kurang ajar!’Viana segera menutup pahanya yang dikonsumsi Teofilano.“Rey,” panggil Teofilano, tanpa mengalihkan pandangan sedikitpun dari Viana.“Ya, Pak.”“Di mobil masih ada kondom kan?” Teofilano
Viana lega, bebas dari Teofilano. Sore ini Viana minta tolong seseorang di depan swalayan untuk menelpon suaminya. Untuk menjemput, sebab ponsel, tas dan dompetnya tertinggal di KIC.Itu karena tadi Reynhart menyeretnya begitu saja dari ruang kerja Teofilano ke parkiran mobil.Viana mondar mandir, 20 panggilannya tidak terangkat satupun, “Angkat La, pliss!”“Viana?”Spontan Viana membalik badan, “Cherry!”Cherry heran melihat wajah Viana yang berantakan, dan seragam kerjanya tampak lusuh, “Kamu habis ngapain, Vi?”Debu di gudang kosong sangat tebal. Setelah Teofilano menembak tali yang menggantung Viana, perempuan itu jatuh dari ketinggian 3 meter dalam kondisi tengkurap, sebab itu seragamnya lusuh.“Ceritanya panjang. Aku balikin ponsel oma itu dulu ya.”Cherry melongo, tak sengaja matanya melihat ikat rambut Viana.***’“Siapa yang menelpon?”“Nggak tahu, nomor tak dikenal,” sahut Galla.Galla membalik ponselnya lalu jarinya kembali mencari bagian paling sensitif dari Jasmine, “Aku
Wajah putih Viana semakin pucat melihat Teofilano yang menyusup masuk ke dalam rumahnya. Selain karena menyusup, dia pikir Teofilano masih di kantor polisi. Sepertinya dia tidak mengenal pria ini dengan baik.Orang yang selama ini dia hormati, segani, anggap baik, lebih tepat disebut bandit dari pada CEO King International Club.“Ba—bagaimana Bapak bisa masuk ke sini?” Viana melirihkan suaranya agar tidak membangunkan orang serumah.“Kamu tidak perlu tahu bagaimana caraku melakukannya. Yang perlu kamu tahu, mulai sekarang kamu akan mengangkat telpon jika ku telpon.”“Bapak tidak bisa mengancam—”Teofilano menarik tangan Viana, membuat perempuan itu jatuh ke dalam pelukannya, “Kalau aku mau, aku bisa membunuhmu dan semua orang di rumah ini!”Tubuh Viana mengigil, melihat Teofilano menyusup ke dalam rumah dengan begitu mudahnya, tidak ada pilihan bagi Viana selain mengiyakan.Teofilano menepuk pipi Viana, “Bagus, Viana.”Viana melihat Teofilano dengan santainya keluar melalui pintu bela
Adam dan Viana turut membungkuk, “Pagi, Pak.”Masih seperti biasa, Teofilano tidak menoleh atau menjawab saat di sapa. Tapi pagi ini dia tidak menjawab karena tidak suka melihat Viana dipegang – pegang Adam.Tak lama, telpon kembali berdering. Viana pura – pura ke Toilet karena tahu yang menelpon 201, Teofilano. Sayang, baru saja kembali dari Toilet. Rafa membawa kabar buruk.“Vi, disuruh ke ruangan Bapak,” ujar Rafa.Rahang Viana jatuh, dia pikir sudah lolos dari Teofilano, ternyata malah disuruh menemuinya.Viana gugup, di depan sekretaris Teofilano, “Bapak memintaku menemuinya.”“Ya, masuk aja.”Tidak ada karyawan rendahan seperti Viana yang masuk ruangan CEO. Tapi semua orang tahu, kemarin Viana membuat kesalahan fatal.Selama 5 bulan bekerja di KIC, baru kali ini Viana tahu ruangan Teofilano. Ruangan segi empat dengan dinding kaca menghadap parkiran.“Bapak panggil saya?” jantung Viana berdetak tidak normal ditatap manik hitam Teofilano.“Ya, sini.”Viana menolak duduk di pangkua
“I love you, too, Nenek.” balas Galla.Jasmine tertawa. Malam ini dia memang berdandan seperti perempuan berusia 50 tahun, supaya tidak ada yang mengenalinya.Jasmine tidak menyangka Galla mendengar idenya untuk memberi obat tidur kepada Viana. Dan seperti prediksinya, malam ini dia bisa nonton bioskop tanpa gangguan meskipun Viana ada didepan mata.“Terima kasih, La.”“Sama-sama. Kamu senang?”“Senang.” Jasmine pikir dirinya sudah kehilangan Galla, ternyata pria itu masih lebih memilih dirinya dibanding Viana. Jasmine bersumpah akan menyingkirkan perempuan miskin itu dari keluarga Galardi.Galla senang hari ini bisa menyenangkan kedua wanitanya sekaligus. Viana senang karena dia belikan ponsel baru, sementara Jasmine sedang karena dia turuti keinginanya jalan-jalan tanpa ketahuan Viana atau orang lain.Harapan Galla bisa adil seperti itu seterusnya. Karena dia tidak bisa kehilangan salah satu di antara mereka berdua.2 hari kemudian…..“Apa, Tan?!”“Sudah 2 hari ini Jasmine tidak pul
“Karena aku belum selesai bicara.”Beberapa saat lalu Galla menelpon KIC untuk bicara dengan Viana. Tapi recepsionis bernama Rafa mengatakan Viana tidak ada di KIC. Hingga 2 jam kemudian Galla telpon KIC kembali, Viana masih belum datang.Karena itu Galla menelpon Kakek Viana dan Cherry, untuk menghilangkan kecurigaanya Viana ditikung Teofilano.Dari kakek Viana Galla tahu beberapa tempat yang kemungkinan didatangi Viana. Dari Cherry dia tahu kalau sedih Viana suka jajan atau makan. Kedai ini adalah tempat yang sama-sama disebut oleh Cherry dan Kakek Viana.“Kamu datang untuk membujukku?” tuduh Viana.“Aku datang untuk minta maaf.”Alih-alih menanggapi Galla, Viana memakan roti kukusnya sembari membuang wajah. Dan dia berhasil membuat Galla jengkel. Tapi Galla tak mau mempermasalahkan, tujuannya ke sini bukan untuk menambah masalah tapi menyelesaikan.“Aku akan bilang Teofilano, kalau kita tidak bisa membantu.”Viana tetap tidak menanggapi. Bukannya apa, meski dirinya bukan Tuhan, cu
Viana miring ke kiri, Galla miring ke kanan. Mereka saling berhadapan sembari memeluk guling masing-masing, bersiap untuk tidur. Hari ini bukan hari terbaik bagi Viana, tapi melihat suaminya memejamkan mata hancur karena kehangatan mulutnya, dia suka.Setidaknya sekarang Viana tahu 1 hal untuk menyenangkan suaminya. Viana tak sabar ingin tahu hal-hal lain yang Galla sukai supaya bisa membahagia serta menggemukkan pria itu.“Gimana perutmu, masih sakit?”“Masih.” Viana meneruskan kebohongan.“Besok ku antar ke Dokter.”“Dokter?!” pekik Viana reflek. Dia tidak mau dibawa ke Dokter karena hanya pura-pura sakit. Tapi kemudian sadar, responnya mengundang kecurigaan Galla. “Nggak perlu, besok pasti udah enakan,” ralat Viana segera sembari melandaikan nada serta menekan getaran di dada.“Kenapa?”“Ya nggak apa. Nanti kalau sudah berhari-hari tidak sembuh baru ke Dokter.”Galla memperhatikan Viana yang tidak berani menatap matanya. “Jangan lama-lama, supaya tidak terlambat.”Anggukan Viana me
“Dari mana, Vi?!” Galla menyusul Viana yang baru saja naik ke lantai 3.“E … Galla? Dari mana kamu?” Viana malah bertanya balik karena terkejut. Dia pikir semua orang sudah tidur.“Dari kamar Mama. Kamu?”Viana bingung mencari alasan karena tidak mungkin mengatakan habis dari Kana bersama Teofilano.“Tadi habis sarapan di Brandon aku pergi ke rumah Kakek.”Tekanan darah Galla yang hampir menyentuh 180 segera melandai, mendengar Viana menyebut kata Brandon. Artinya Viana jujur, sebab tadi Jasmine mengatakan melihat Viana di restoran itu.“Gimana kabar Kakek?”Viana segera menghindari Galla karena takut kissmarknya terlihat oleh pria itu. “Kakek baik-baik saja.”Di dalam kamar mandi, Viana lemas membayangkan lamanya kissmark itu hilang. Viana membersihkan diri dan mengaplikasikan concealer pada lehernya sebelum keluar dari toilet.Viana gugup Galla tidak berhenti menatapnya sejak dia keluar dari kamar mandi.“Habis ngobrol apa sama Mama?”“Banyak hal.” Galla malas menceritakan detailnya.
Satu-satunya alasan Teofilano masih membiarkan Alessio hidup karena pria ini menutupi tubuh polos Viana dengan bajunya. Sehingga organ sensitive Viana tidak terlihat oleh anak buahnya yang mengepung gudang kosong kala itu.Jika tidak, hari itu puluhan anak buahnya melihat tubuh polos Viana utuh-utuh.Alessio menyunggingkan senyum. “Bunuh saja aku, seperti kamu membunuh Jay, Sandy, Anan, dan Miller. Karena tidak ada gunanya aku hidup.”Dorr!Teofilano menembak kursi disamping kepala Alessio menggunakan pistol pria itu. "Aku sudah menembakmu."“Kamu mengebiriku seperti binatang. Padahal aku hanya melakukan tugas dari Istrimu. Harusnya dia yang kau kebiri, bukan aku! ... tapi kamu hanya memasukkannya ke dalam rumah sakit jiwa. kamu tidak adil!" Alessio menangis, putus harapan. Dia laki, tapi sudah kehilangan cirinya sebagai lelaki.Darah Teofilano mendidih mengingat Viana ditiduri dan dicekik oleh Alessio Tapi, bayangan Alessio menutupi tubuh polos Viana sehingga tidak terlihat banyak or
Viana memaklumi Vonny yang masih marah padanya karena tidak mau ikut Teofilano.Viana tak munafik, Teofilano telah merebut hatinya.Meski caranya tak benar, melalui paksaan, pria itu memang berhasil melakukannya, dan sejak lama menggoyahkan cintanya kepada Galla.Jika tidak berhenti sekarang, Viana takut hatinya semakin tak bisa dikendalikan. Karena cinta itu datangnya perlahan. Entah kapan besarnya, tahu-tahu tak mudah ditebang.Dan jika itu terjadi, yang rugi adalah dirinya karena mencintai orang yang hanya menginginkan tubuhnya yang seperti Lauren ini.Saat Lauren kembali nanti, pria itu tidak akan menolehnya lagi. Seperti dulu, ketika Lauren belum pergi.“Selamat pagi, selamat datang di Brandon Eatery. Untuk berapa orang, Kak?” tanya seorang greter restoran yang Viana datangi pagi ini.“Ya, satu orang saja.”Hari ini Viana ingin memanjakan diri dengan makanan karena sedang stress dan lapar parah setelah 3 hari ini kurang makan.Brandon Eatery pagi ini tak terlalu ramai karena suda
“Terimakasih, Tuan Teo. Silahkan dihitung,” sahut Vonny.Teofilano meminta tolong Simon menghitungnya. Sementara dia, merokok setelah diberi lilin oleh Vonny.Vonny canggung, setelah menawarkan diri kepada pria muda itu. Rasanya ingin menghapus hari ini dari ingatan Teofilano.Berbeda dengan Teofilano, dia biasa saja.“Kapan Tuan Gustav pulang?” tanya Teofilano.“Seminggu lagi.”“Apa dia tidak marah kehilangan 10 juta dollar?”Vonny menertawakan kesialannya. Semua ini gara-gara Viana tidak mau ikut Teofilano. Kalau perempuan tak berguna itu nurut sedikit saja, tak perlu dia menguras tabungan seperti ini.“Apa anda akan mengembalikan uang saya, jika dia marah?”“Tidak.”“Seharusnya saya seret saja Viana ke depan anda.”Teofilano tertawa lalu menyesap rokoknya. Asapnya dia hembuskan ke samping, supaya tidak mengganggu Vonny.“Anda menyukainya?”“Saya suka uang.”Teofilano berbohong atau tidak memang beda tipis, sebab itu Vonny tidak percaya dan semakin penasaran.“Tadi anda bilang mengi
“Maaf, Nyonya,” tolak Teofilano dengan halus lalu pergi.Sejak dengan Viana, Teofilano tidak pernah menyentuh wanita lain. Rasanya aneh jika menerima tawaran Vonny.Vonny berpikir alasan Teofilano menolaknya karena usia, jika itu masalahnya, Teofilano salah besar. Meski sudah cukup umur, dia masih kuat meladeni anak muda seperti Teofilano. Dan urusan badan, dia tak pernah kuatir karena selama ini investasi banyak untuk itu.Vonny memang masih cantik dan berisi. Karena bokong dan buah dadanya terbantu implant, wajahnya tertolong operasi plastik.Vonny kembali meraih tangan Teofilano. “Tuan Teo, saya tidak akan mengecewakan anda.”Teofilano menyingkirkan tangan Vonny, masih sopan meski malu dilihat Simon—satpam Vonny. “Maaf, Nyonya.”Jika Galla tidak tersandung narkoba, Vonny bisa maju sendiri dengan uangnya. Tapi ini narkoba. Vonny tahu dimana dirinya tinggal, dia tinggal di negeri para mafia. Mafia-mafia itu tidak hanya ada di luar pemerintah, seperti Teofilano. Tapi juga di dalam pem
Tapi, setelah Viana duduk di samping Vonny, dia baru menyadari kalau perempuan berusia 57 tahun itu ternyata meneteskan air mata.“Mama kenapa?”Vonny mengusap air matanya. “Barusan Tuan Teo bilang, Galla tertangkap polisi gara-gara pesta miras dan narkoba. Mama nggak mau putra mama dipenjara, Viana. Mama nggak mau.”Viana menatap Teofilano, berharap yang dia dengar tidak nyata. “Benarkah?”Sayangnya Teofilano mengangguk, Viana menutup mulut, mata coklatnya yang bening berkaca-kaca.Setahu dia Galla adalah pria baik. Rokok, alkohol, judi, perempuan, club malam apalagi narkoba, bukanlah hal yang biasa Galla sentuh. Tapi kenapa tiba-tiba konsumsi narkoba?“Apa dia dijebak? Jawab aku pak Teo, apa dia dijebak?!” tangis Viana pecah.Viana mendekati Teofilano, sedikit banyak dia curiga, jangan-jangan Teofilano yang menjebak Galla karena pria gila ini datang ke sini untuk menjemputnya. “Aku tidak akan mengampuni siapapun yang menjebaknya! Aku sumpahi tidak bahagia seumur hidup!”“Viana, Tuan