Tok! Tok!Viana mendengar pintu kamarnya diketuk. Tapi malas membuka mata.“Vi, ada paket untukmu,” suara Gustav, 63 tahun—papa mertua Viana.Bola mata Viana sontak membelalak. Di rumah ini, hanya papa mertuanya yang dia sungkani. Itu karena ayah mertua jarang bicara, sopan dan berwibawa.Kadang Viana heran, kenapa kedua anaknya yaitu Galla dan Michael tidak menuruni sifatnya ini. Mereka justru mewarisi Vonny yang kadang tidak bisa menyaring kata-katanya.Viana turun dari ranjang, bergegas membuka pintu.“Dari siapa, Pa?” Viana membolak balik bungkusan hitam itu, mencari pengirimnya.“Papa juga nggak tahu, gak ada keterangannya.”“Makasih, Pa,” ucap Viana, ketika papa mertuanya pergi.Sembari berjalan menuju sofa di depan kamarnya, Viana membuka paket.“G string?”Viana penasaran, siapa yang kurang ajar mengiriminya barang memalukan itu. Dia membaca selembar kertas yang diselipkan di antara pakaian dalam itu.“Pakai itu saat mengambil ijazah nanti.”Hari saat Viana diikat kaki dan tan
“Aku kangen sama kamu.” Galla kembali memeluk Viana.Viana tahu pelukan adalah bahasa kasihnya. Tapi dipeluk oleh orang yang sedang menutupi perselingkuhannya itu rasanya tidak enak, karena terasa palsunya.“Aku gerah.” Alasan Viana sembari menjauhkan lengan Galla dari padanya.Viana sudah mengambil keputusan. Jika Galla punya wanita lain, dia akan merelakan pria itu.Sebab alasan pertama dia mempertahankan rumah tangganya karena melihat pria ini pria baik.Bayangkan saja, pria yang tidak merokok, tidak pernah berjudi, tidak pernah minum alkohol kecuali saat patah hati, tidak pernah pergi ke klub malam, tidak pernah melirik wanita secantik apapun itu, tiba-tiba selingkuh di belakangnya.Viana butuh waktu untuk bisa menerima ini.“Aku mau kamu,” ucap Galla tiba-tiba.Mata Viana sontak terbuka. Terkejut merasakan ujung hidung Galla menyusuri tengkuknya sembari meremas puncak kembar.“Aku nggak mau.” Buru-buru Viana menyingkirkan tangan Galla. Dia tidak mood begituan sebab suasana hatiny
“Kenapa menangis?” Teofilano mengelap darah di bibir dan dahi Viana.“Aku pikir orang lain,” aku Viana, di sela isak tangisnya.Teofilano tertawa. “Apa kamu sedang mengatakan kepadaku bahwa kamu hanya mau denganku?”Viana tidak membalas, karena tebakan Teofilano benar. Tapi dia mengatakan hal lain.“Aku sudah mengakui dosaku.”“Aku tahu,” jawab Teofilano.Viana menatap Teofilano yang masih menggenakan topeng. “Maksud Bapak?”“Bukankah sudah ku katakan di awal, kamu milikku?”Teofilano menyuruh 2 orang bodyguard bayangannya untuk mengikuti Viana, sejak hari pertama. Mereka memakai drone untuk mengetahui design rumah dan keamanannya. Sehingga dia bisa masuk melalui tembok belakang.Dan ketika berhasil menyusup ke rumah Viana pertama kali, dia memasang kamera tersembunyi di beberapa titik.Itulah juga kenapa dia membeli dog food di supermarket milik suami Viana. Karena dia kangen dengan perempuan itu. Dia juga yang menyuruh Ceko mendekatinya.Kemarin saat dia menyusup ke kamar Viana, dia
Rumi memperhatikan Viana, apa yang membuat perempuan itu gugup dan berjalan mondar mandir di depannya. “Kenapa, Non?”“Aku mau pulang,” jawab Viana.“Antar dulu ini ke Bapak,” ujar Rumi.Viana menatap 3 croissant yang sudah diisi dengan saus berwarna putih, daging ham, keju mozzarella, scramble egg, succini, dan tomat. Tidak menyangka dirinya disuruh mengantar makanan ke Teofilano.“Bibi saja,” tolak Viana, dia tidak sanggup bertemu Teofilano.Rumi menggelengkan kepala. “Pesan Bapak, Non Viana yang nganter.”Terpaksa Viana mengantar sarapan Teofilano. Kata Rumi pria itu ada di ruang bilyar. Viana heran, rumah seluas ini apa hanya Rumi yang membersihkannya? Sebab hanya perempuan itu asisten rumah tangga di sini.“Apa ini ruangannya?” Viana mendorong pintu kayu berwarna putih. “Bukan ternyata. Ini ruang teater.”Bangunan ini semuanya berwarna putih. Mulai dari lantai granitnya, tembok hingga furniture. Sangat kontras dengan Teofilano yang menyukai warna hitam.Dulu, Viana kira Teofilano
Viana berusaha fokus ke meja bilyar, meksipun suhu tubuh dan wangi parfum Teofilano merusak konsentrasi.“Lakukan sekarang!” kata Teofilano.“Hm?” Viana menatap Teofilano bingung. Dia tidak menyimak sama sekali materi dari pria itu.Sayang, Teofilano sedang tidak minat mengulangi kalimatnya.Viana menggambar bayangan dengan matanya. Tapi pikirannya memikirkan hal lain.Pikirannya mengatakan menikah dengan Teofilano sama dengan menggali kuburannya sendiri, sebab pria itu sudah beristri. Jika Cintya tahu pasti akan mencincangnya. Belum lagi, sifat brengsek Teofilano yang suka selingkuh, pasti akan banyak sakit hati dari pada senangnya.Tapi entah kenapa hati ini bebal, menginginkan pria brengsek yang mengerti bahasa kasihnya itu.Tag!“Yes!” Viana senang sekali, tidak menyangka bola pertamanya masuk. Sampai lupa apa yang barusan dia takutkan.“Bagus, Viana. 1 lagi aku akan menikahimu.”Hati Viana berbunga-bunga, sebelum mendengar lagu beautiful in white dari ponselnya. Galla menelpon.Vi
“Boleh saya masuk?” tanya Viana.“Tentu, ini kamarmu.” Teofilano memindai wajah Viana dengan seksama.Viana tersenyum simpul sebelum melangkah masuk. Membuat Teofilano hampir tidak bisa bangun dari lamunannya.“Kenapa Bapak memberi saya kamar? Saya nggak apa kok tidur di kamar Bu Lauren.”Viana merasa special, sebab kamar ini 2 kali lebih luas dari kamar tidur Lauren. Dan yang pasti punya taman buatannya sendiri.“Viana … kamu ….?”4 tahun lalu Viana menjadi korban hipnotis saat berkunjung ke kota Kana. Dompet dan ponselnya raib dibawa pria tak di kenal. Akibatnya, dia terlantar selama 2 hari di pantai Kana, tanpa makan dan minum.Terpaksa Viana menggunakan bakatnya. Dia menari belly dance untuk mandapatkan uang supaya bisa beli makan dan pulang ke Triodes.Viana meliuk-liukan tubuhnya dengan begitu seksi dan lemah gemulai sehingga beberapa pengunjung pantai berkumpul untuk menonton dan meletakkan uang ke atas kemejanya.Viana tidak sadar jika ada dua pria yang memperhatikannya dari j
2 tahun kemudian.......“Viana!”Viana terkejut ibu mertuanya masuk ke kamar dengan nada berang.“Ya, Ma.” Viana menutup laptopnya.“Mama kan udah suruh pasang gas. Kenapa belum kamu lakuin?!”Sumpah, Viana tidak ingat apa – apa. Viana membuka buku catatannya. Lega, ternyata alasan dia belum mengganti tabung elpiji karena takut.“Viana nggak bisa, Ma. Takut bocor. Jadi tadi Viana tulis catatan untuk Bi Daria”Vonny berdecak, “Bi Daria sudah lama keluar, Viana. Gimana sih kamu ini?!”Wajah Viana tampak bingung, “Kapan Bik Daria Keluar?”“Hadeh, bisa gila aku lama – lama ngomong sama kamu. Cepet pasangin!”2 tahun lalu, Cinta menyuruh orang menabrak Viana. Karena Galih berhasil menolongnya, kondisi Viana tidak terlalu parah. Sementara Galih tewas saat itu juga.Viana koma selama 1 tahun. Dan 6 bulan lalu dia berhasil bangun, sayang kondisinya cacat. Ingatan Viana selama 3 tahun terakhir hilang. Dia juga kesusahan mengingat hal yang belum lama dia kerjakan. Serta, kakinya patah.Tapi 1 b
Triodes adalah ibukota negara Arama. Kota yang dijuluki sebagai surga bagi orang kaya ini tidak hanya menjadi magnet bagi penduduk sekitarnya, tapi juga tenaga kerja asing. Rumi, Galih, Olek, Daria, Anan, Vonny diantaranya.Dan Vonny, salah satu tenaga kerja asing yang beruntung. Dari waiter, dia dinikahi bosnya—Gustav Galardi.Sementara Ayah, Ibu, dan Kakek Viana tergolong tenaga kerja asing yang kurang beruntung. Bos tempat ayah Viana mengabdi meninggal 18 tahun lalu, katanya.Tak sampai 10 menit Viana sampai di depan jajaran food truck. Dia bingung memilih makanan sebab uangnya terbatas.“1 french fries, ukuran small,” pesan Viana.“Ayam? minuman?” pemilik food truck itu menanyakan tambahannya.“Kentang aja.” Viana mengulurkan uang ketika ada yang menyenggol bahunya.“Kenyang makan siang kentang aja?”Viana menoleh ke kanan, memindai pria dengan kemeja hitam yang selalu tak pernah dikancing bagian atasnya. Memakai jas juga tidak di kancing. Untung celana bahannya dikancing. Fantofe
Viana teringat Teofilano. Minuman alkohol inilah yang dulu dia lihat di meja kerja pria itu di mansion, saat dia ingin mencegah kehamilan.Alkohol bukan kebutuhan primer. Bahkan masih tidak layak disebut kebutuhan tersier. Tapi bos mafia itu rela membuang uang banyak untuk sesuatu yang bukan kebutuhan dasar.Itu artinya Teofilano cukup kaya. Karena tidak mungkin minum seharga jutaan dollar kalau uangnya pas-pas an.Viana tersenyum simpul. Meskipun pria itu kaya dan berkuasa kini hobinya menciumi intinya dan mengatakan suka dengan aromanya yang khas. Lalu mengigiti pahanya sebelum akhirnya memasukinya.Teofilano memang sangat menjijikkan saat di ranjang. Baik perkataan maupun perbuatan. Sampai kadang Viana ingin mencabuti rambut kepala pria itu satu persatu sampai habis.Kesal, kapok campur jadi satu di hati Viana. Karena dia baru bisa keluar dari ruang VIP jam 9 malam.“Viana.”“Ya, Mr?”“Next aku mau kamu yang temani aku lagi.”“What?!”Viana benar-benar tidak percaya masih ada next.
Bagi Viana yang tidak pernah menemani orang minum, melihat kepala Mr Fox ambruk ke meja dikira mabuk, padahal pria itu baru kehilangan koordinasi.“Lagi.”“Tapi—"Mr fox menatap Viana kesal, perempuan ini berani mengatur hidupnya.“Kamu mau menghabiskan sisanya?”Viana menggeleng. Agak takut dengan tatapan muak dari Mr Fox.“Kalau begitu tuang minuman itu ke gelas, sekarang!”Viana gemetar Mr Fox tiba-tiba menyentaknya. Padahal tujuannya mengingatkan agar pria itu tak berlebihan mengkonsumsi alkohol.Akhirnya, Viana kembali menggunakan kedua tangannya untuk menuang isi botol itu ke dalam gelas. Karena botol itu berat, isinya 5 liter.Viana merasa Mr Fox sudah sinting karena pengaruh alkohol. Beberapa detik lalu pria itu menyentaknya dengan nada tinggi, seperti orang marah. Tapi sekarang senyum-senyum melihatnya, sepertinya hati pria itu senang setelah meluapkan emosi padanya.“Kamu tahu berapa harga pergelas minuman ini?”Viana menggeleng.“3,7 juta dollar pergelas.”Rahang Viana jatu
“Wah, hebat sekali kamu. Kecil-kecil jago bisnis,” puji Galla.Jika Reyna malu dipuji seorang Galla, pebisnis muda yang sukses menyulap Galardi Kitchen dari 3 cabang menjadi 9 cabang dalam waktu kurang dari 5 tahun, Vonny menatap Galla sebal karena saat ini merangkul pundak Viana—perempuan miskin, bodoh, dan tak berguna itu.Reyna memang layak dipuji dan dibanggakan. Usianya masih 19 tahun, baru lulus SMA, tapi sudah punya bisnis online shop yang sukses. Bisa beli apartemen serta mobil dengan uangnya sendiri.“Itulah pentingnya latar belakang keluarga. Keluarganya pebisnis semua, makanya Reyna jago bisnis. Coba kalau orang tuanya buruh cuci dan sopir angkutan umum, anaknya pasti gak bisa apa-apa. Gak mampu otaknya buat melihat peluang dan cari uang.”Deg!Viana merasa tersindir. Setelah bisnis toko lampu orang tuanya bangkrut, mendiang Ibunya—Hesti Tanama memang menjadi buruh cuci baju dari rumah ke rumah, dan mendiang ayahnya—Adnan Tanama menjadi sopir bis milik pemerintah.Kalau diri
Mata coklat Viana memperhatikan pesawat yang sedang take off. Kalau boleh teriak, dia ingin menyuruh Teofilano turun dari pesawat itu atau jangan pergi selama itu.Tapi Viana hanya bisa menelan semua itu sendiri. Karena sadar Teofilano sedang melakukan tugasnya sebagai suami.Sebenarnya sudah lama Lauren meminta Teofilano menemuinya. Tapi baru kali ini Teofilano sempat.Teofilano berani meninggalkan Viana karena Cintya sudah dia kurung di rumah sakit jiwa dan Tiger tidak berkutik setelah Teofilano menemukan bukti bahwa pembunuh berantai yang selama ini memutilasi korbannya setelah diperkosa adalah Tiger.Viana memarkir mobil milik Teofilano di KIC. Segera dia temui Dion yang sedang mengopi di pos satpam malam ini.“Dion, ini kunci mobil Bapak.”Dion bingung. “ Kenapa dikasih ke aku? Kan bapak suruh kamu pake selama Bapak nggak ada.”“Tahu. Tapi aku nggak mau. Nih.” Viana menyuruh Dion menerima kuncinya.Viana masih cukup waras. Bawa mobil Teofilano pulang ke rumah sama dengan minta d
Teofilano mendorong piring Viana. Menyuruh perempuan itu menghabiskan makanannya. Begitu pula dengan dirinya.“Sudah jam 1 siang, saya harus kembali,” ucap Viana.“Nanti malam aku ke Irish menemui Lauren.”Viana memasukkan baju dan lain-lain ke dalam koper yang akan dibawa Teofilano. Sementara pria itu menelpon Lauren.“Aku sudah beli semua pesanan kamu. Semua sudah masuk ke dalam koper,” ucap Teofilano usai melirik hasil pekerjaan Viana.Lauren memesan beberapa makanan khas Triodes dan restoran KIC. Sebab itu Teofilano membawa koper besar, padahal baju yang dia bawa hanya 3 pasang.Teofilano memang tidak suka bepergian dengan membawa banyak barang, dia lebih suka bawa uang, sesampainya di tempat biasanya beli baju dan baju kotornya dia buang ke tempat sampah.“Makasih, Honey. Aku gak sabar ketemu kamu,” ucap Lauren manja.“Aku juga.” Teofilano memperhatikan Viana yang memasukkan charger, laptop, parfum dan waxnya ke dalam tas. Kini perempuan itu usai dan duduk di sofa membuka ponsel.
“Makasih Rumi,” ucap Teofilano.“Ya, Pak.” Rumi meninggalkan Viana dan majikannya setelah menyiapkan makan siang untuk mereka.Teofilano menuang beberapa sendok daging sapi ke piring Viana. “Hari ini kamu membuatku surprise sampai tidak tahu harus memberimu SP atau penghargaan.”Viana menyumpit nasi dan memasukkan ke dalam mulut sembari menunduk. Begitu pula dengan daging sapi lada hitam di depannya, dia masukkan satu persatu ke dalam mulut dengan kepala menunduk.Tadi saat memperkosa Teofilano tidak semalu ini, kenapa sekarang malunya minta ampun?Rasanya Viana tidak mampu menghadapi sisa hari.Ah! Tidak. Yang dia rasakan saat ini bukan cuma malu tapi juga merasa telah kurang ajar kepada CEOnya itu. Harusnya dia tak melakukan hal tak wajar bin stupid itu.“Lihat aku, Viana.”Viana tak menjawab apalagi melihat pria itu. Dia sedang menghalu andai bisa menghilang seperti jin detik ini.Cowok menyatakan cinta duluan itu wajar. Tapi cewek menembak cowok, memalukan. Apalagi dalam hubungan
“Kamu angkat telpon Bapak,” perintah Luigi kepada Viana.Rahang Viana jatuh, dia belum sempet menjawab tapi kepala resepsionis itu sudah mengangkat telpon dari luar duluan. Tapi kemudian bersyukur, ternyata telpon dari luar orang yang tanya-tanya paket wedding, hal yang belum dia kuasai.Luigi menerangkan sedikit karena departemen marketing sedang diluar kantor untuk makan siang.Terpaksa Viana mengangkat telpon dari nomor ekstensi 201 itu.“Ya, Pak,” sahut Viana sembari menatap Adam. Suaranya agak kaku mengingat apa yang beberapa saat lalu dia lakukan ke pentolan silent killer itu. Tadi saat berbuat dia tidak berpikir karena terbawa keadaan, sekarang baru mikir tidak seharusnya dia begitu.“Pak … ada yang bisa saya bantu?”Viana bingung, Teofilano memutus sambungan tanpa sepatah kata.“Kenapa Bapak?” tanya Lolita.Viana mengedikkan bahu. “Gak ada ngomong apa-apa. Mungkin maunya diangkat Kak Luigi atau Kak Lolita.”“Ngusir aku kayaknya,” Adam perasaan.Sementara Adam pergi Viana jadi m
Viana kembali ke konter resepsionisnya dengan wajah penuh tanda tanya. Hal apa kira-kira yang membuat Galla tiba-tiba dingin dan mendiaminya. Memang ini pertanyaan bodoh yang pernah terlintas dalam benaknya setelah melakukan dosa bersama Teofilano, tapi tetap saja ingin tahu.“Woi! Ngelamun aja!”Viana menjingkat tiba-tiba ada yang menepuk bahunya dengan suara nyaring. Tangannya gatal untuk tidak memukul lengan pria yang dari dulu suka menggodanya itu.“Kenapa sih Pak Adam hobi banget kagetin orang?!” Viana emosi, benci di kageti.sAdam cekikikan sembari mengikuti Viana yang masuk ke lobby KIC, senang cewek cantiknya kembali. Sebenarnya di KIC bertabur cewek cantik karena Bos mereka—Teofilano membuat aturan jelas untuk terima karyawan yaitu harus good looking.Meskipun cuma SMA seperti Viana, asal cantik dan seksi pasti ketrima kerja di KIC, dari pada lulusan S2 dengan wajah hancur dan body ala kadar.Tapi khusus Viana, selain kecantikannya mirip Lauren, dia tidak merokok, minum alkoh
Viana termangu di salahpahami oleh Teofilano.Entah setan mana yang merasuki Viana, urat malunya tiba-tiba putus. Sudah diperlakukan seperti itu, tangannya masih meraih kembali milik Teofilano yang sudah mengecil dari tadi.Membelai lembut dan penuh kasih sayang ketika Teofilano tidak lagi menolaknya. Viana berhenti ketika benda itu diameternya mengetarkan jantung. Benar-benar ingin benda itu menggantikan jari Teofilano.Viana menatap mata Teofilano. “Aku mohon … masukin ….”Alih-alih mendengarkan Viana, Teofilano terus memainkan lubang peranakan yang basah itu dengan penuh nafsu. Semakin Viana tersiksa, semakin berkurang amarahnya. Setidaknya sampai beberapa detik kemudian.Jika memohon tidak di dengarkan, maka jalan satu-satunya main hakim sendiri. Viana mendorong Teofilano sekuat tenaga hingga pria itu mundur beberapa langkah. Jangan menindas orang yang lemah.Viana baru keluar dari ruang kerja Teofilano pukul 12 siang. Berjalan layaknya tidak terjadi apa-apa, padahal baru saja mel