Melihat Bella di halaman rumah, Tuan Bagas pun menghampirinya. Sejak tadi ia mencari sang istri, tapi tak melihatnya. "Bel, kamu lihat istri saya?" tanya Tuan Bagas."Nyonya sedang mandi mungkin, sebab enggak ada pamit ke mana-mana." Bella.menjawab sembari menyirami bunga. Bagas bingung, ia kembali ke dalam. Akan tetapi, langkahnya kembali terhenti. Ia pun menghampiri Bella kembali dan ingin menyangka sesuatu."Bell, saya mau bicara." "Kalau Tuan meminta saya untuk membujuk Nyonya lagi, enggak mau saya." Bella berkata tegas karena ia tidak ingin membuatnya Sinta bersedih."Bukan soal itu, tapi soal ...." Tuan Bagas tidak melanjutkan ucapannya karena ia merasa tidak enak saat mengatakan hal itu. "Soal apa Tuan?" Bella bertanya karena merasa ingin tahu sebenarnya ada masalah apa lagi yang ditanyakan oleh sang tuan."Saya mau bicaranya tidak enak sih, tapi setidaknya saya cuma mau bilang kalau Sinta bicara hal-hal yang tidak masuk akal jangan dimasuki dalam hati. Misalnya kalau dia t
"Aku tidak gila, aku hanya ingin terbaik untuk suamiku." Sinta menggenggam erat tangan sang suami. Ia hanya berharap dalam kondisinya yang seperti itu bisa meninggalkan prianya dengan tenang."Aku tidak mau membahas itu lagi."Tuan Bagas pun langsung menghindar dari Sinta. Itu memilih untuk membersihkan diri ke kamar mandi setelah datang dari Jakarta. Melihat sang suami seperti marah, Sinta hanya pasrah.Sebagai wanita yang normal, Sinta pun merasakan cemburu jika suaminya menyukai wanita lain atau bahkan menikah lagi. Hanya saja, ia memprediksi dirinya tak akan lama hidup. Dia tidak mau melihat sang suami dengan wanita pilihan ibu mertuanya. Ia inginkan adalah wanita yang baik dan sepeti Bella. Namun, Bella menolak keinginan gilanya. Dengan tegas pun mengatakan tidak akan menikah dengan Bagas walau dirinya telah bercerai. Hal itu membuat Sinta merasa butuh ide untuk mendekatkan mereka.Bagas keluar dari kamar mandi, wajahnya masih masam. Tanpa menegur Sinta, pria itu berlalu ke lua
"Namanya Elvaro, aku biasa memanggilnya Tuan El." Terngiang di pikiran Sinta ucapan Bella kala itu saat Ia menceritakan tentang suaminya. Tuan El, nama itu selalu terucap dari mulut Bella saat menceritakan sang suami. Sinta sedikit lemas, pria itu duduk di kursi roda. Berbeda dengan apa yang di ceritakan oleh Bella. Pria gagah kaya raya dan mampu melakukan apa pun yang dia inginkan."Kamu kenapa?" hanya Bagas saat melihat sang istri seperti sedang melihat hantu."Jangan bilang kamu tertarik melihat Tuan El? Emang dari dulu aku akui ke sana pria itu memang begitu hebat. Saat menggunakan kursi roda pun dia terlihat masih berwibawa." Bagas kembali melanjutkan perkataannya.Bukan itu yang ada di pikiran Sinta, tapi sang suami tidak tahu jika Sinta kaget bukan karena wajah tampan pria yang ia pikir hanya orang biasa. Dia kini hadir di acara besar sang suami dan ternyata memang dia berpengaruh. Pantas saja Bella tidak mau terlepas darinya karena memang Elvaro pria yang begitu hebat.Sinta
Elvaro teringat ucapan Bi Siti tentang dugaan kehamilan Bella. Akan tetapi, ia ragu karena wanita itu sama sekali tidak bicara apa pun saat pergi. Jika memang Bella dalam kondisi hamil, harusnya dia mengatakan padanya. "Tapi itu Bella, aku yakin." Elvaro kembali memperhatikan wanita dalam CCTV. Dia itu sangat yakin jika yang di lihat adalah bila istrinya.David kembali berpikir, saya mengajak Tuan El untuk keluar dari ruangan itu. Mereka kembali berdebat, tapi David kembali mencoba menenangkan Tuan."Ya sudah sekarang Tuan maunya bagaimana?" "Kita tunggu sampai wanita itu muncul lagi." Elvaro kembali kekeh untuk mencari tahu. Satu jam berlalu, tidak ada tanda-tanda kehadiran Bella. David pun mengajaknya untuk pulang lebih dahulu. Tuan El tidak boleh lelah dan banyak pikiran. Hal itu akan mempengaruhi kondisinya yang baru saja sadar dari koma.Akhirnya Tuan El luluh juga dan mau ikut pulang bersama David. Memang tidak ada tanda-tanda kehadiran Bella di sana. Sebelum mereka pulang,
Mendengar nama Bella tubuh Sinta sedikit bergetar. Dugaan wanita itu benar yang ng dicari mereka adalah bela asisten rumah tangganya. Mungkin saat Bella keluar tadi Elvaro melihatnya, dan pria itu menunggu tapi sang istri malah masuk rumah sakit."Apa Anda pernah mendengarnya?" tanya David. Sinta pun langsung menggeleng lalu berpamitan untuk kembali ke kamarnya. Bagas melihat kondisi Sinta begitu heran karena sang istri terlihat sangat gugup."Ada apa?""Oh tidak ada apa-apa. Tadi aku kembali bertemu dengan asisten Tuan El, emang seberapa besarnya pengaruh pria itu di perusahaan kamu?""Sangat besar. Kalau memang ada yang jadi masalah dengan dia, habis sudah perusahaan itu."Sinta bergidik ngeri, ia membayangkan jika Tuan El tahu saat dirinya sengaja menyembunyikan Bella maka perusahaan sang suami akan hancur. Sinta pun kembali bimbang, apa harus memberitahu pada mereka di mana Bella.Bagas mulai merasa aneh saat melihat sang istri seperti itu. Berpikir kalau Sinta sedang memikirkan
Bella tidak menjawab pertanyaan Sinta. Tidak sabar Bagas pun akhirnya mengajak mereka untuk cepat bergegas kembali ke kamar Inap. Bagas kesal dengan Bella yang menguji kesabarannya hari ini. Sementara Sintang masih penasaran siapa yang dilihat Bella hingga asistennya berlari mengejarnya.Kondisi Bella sudah baik dan mereka pun sudah mengurus semua administrasi untuk kembali ke Bandung."Apa kita tidak kembali ke hotel?" tanya Bella."Nggak usah, semua barang dan kopermu tidak aku masukkan ke dalam mobil. Lagi jauh kalau kita kembali ke hotel."Bella mengiyakan saja karena ia tidak tahu jika Sinta mencemaskan pertemuannya dengan Elvaro. Sinta pun mencoba untuk tenang agar tidak terlihat gugup atau ketakutan di depan Bagas sang suami. Bagasnya sudah mengurus administrasi dan mereka langsung pergi ke mobil dan bersiap untuk kembali ke Bandung. Di dalam mobil Bella masih terus bertanya-tanya. Apa benar yang ia lihat ada Elvaro, kenapa pria itu menaiki kursi roda dan didorong oleh David.
Setelah mengabarkan Elvaro, David pun langsung menuju rumah sakit mustika untuk mendapatkan info langsung tentang Bella. Dari saksi yang mengatakan terserempet mobil dan dibawa ke rumah sakit itu.David langsung menuju ke administrasi untuk bertanya tentang pasien bernama Bella. Namun, sayangnya Bella sudah kembali pulang. "Apa saya tidak bisa meminta alamat Nyonya Bella?" tanya David. "Maaf, Pak. Saya tidak bisa membocorkan data pasien." Apa yang dikatakan pihak administrasi membuat David tidak menyerah ia mencoba untuk membujuk bahkan memberikan uang. Hanya saja wanita itu sedikit ragu karena ia takut jika terkena salah oleh rumah sakit itu dan dipecat dari tempat itu. "Maaf Tuan, sepertinya saya tidak bisa memberikan. Saya hanya bisa mengatakan jika Nyonya Bella berada di kota Bandung." David bisa memahami dan tidak kembali memaksa. Ia memiliki tugas untuk mencari istri sang bos ke Bandung.Setelah itu dapat memutuskan ke rumah Elvaro untuk membahas tentang Bella yang berada d
Teriakan Bella terdengar sampai keluar, beberapa karyawan pun langsung datang dan membawa sang Nyonya untuk ke rumah sakit. Bella sangat cemas selama perjalanan ke rumah sakit.Sesampainya di rumah sakit, Sinta pun langsung di bawa ke ruangan IGD. "Tolong tunggu di depan."Bella pun menunggu dengan cemas, ia tidak mau terjadi sesuatu dengan majikannya. Dari kejauhan, Bagas terlihat datang tergopoh-gopoh. Pria itu datang setelah Bella menelepon dirinya untuk mengabarkan jika istrinya pingsan."Sinta mana?" tanya Bagas dengan cemas."Di dalam Tuan." Bella menjawab dengan Isak tangis."Kenapa bisa seperti ini? Awalnya bagaimana?" Bagas terus bertanya dengan cemas karena ia melihat memang sang istri yang beberapa hari terlihat kurang enak badan."Saya juga tidak tahu Tuan, kami berbincang tiba-tiba Nyonya pingsan." Bella mencoba menjelaskan semuanya, ia pun tidak mengerti dengan kondisi sang nyonya. Ia pun sudah menjadwalkan minum obat untuk Sinta, tapi entah kondisi wanita itu kenapa m