Elvaro teringat ucapan Bi Siti tentang dugaan kehamilan Bella. Akan tetapi, ia ragu karena wanita itu sama sekali tidak bicara apa pun saat pergi. Jika memang Bella dalam kondisi hamil, harusnya dia mengatakan padanya. "Tapi itu Bella, aku yakin." Elvaro kembali memperhatikan wanita dalam CCTV. Dia itu sangat yakin jika yang di lihat adalah bila istrinya.David kembali berpikir, saya mengajak Tuan El untuk keluar dari ruangan itu. Mereka kembali berdebat, tapi David kembali mencoba menenangkan Tuan."Ya sudah sekarang Tuan maunya bagaimana?" "Kita tunggu sampai wanita itu muncul lagi." Elvaro kembali kekeh untuk mencari tahu. Satu jam berlalu, tidak ada tanda-tanda kehadiran Bella. David pun mengajaknya untuk pulang lebih dahulu. Tuan El tidak boleh lelah dan banyak pikiran. Hal itu akan mempengaruhi kondisinya yang baru saja sadar dari koma.Akhirnya Tuan El luluh juga dan mau ikut pulang bersama David. Memang tidak ada tanda-tanda kehadiran Bella di sana. Sebelum mereka pulang,
Mendengar nama Bella tubuh Sinta sedikit bergetar. Dugaan wanita itu benar yang ng dicari mereka adalah bela asisten rumah tangganya. Mungkin saat Bella keluar tadi Elvaro melihatnya, dan pria itu menunggu tapi sang istri malah masuk rumah sakit."Apa Anda pernah mendengarnya?" tanya David. Sinta pun langsung menggeleng lalu berpamitan untuk kembali ke kamarnya. Bagas melihat kondisi Sinta begitu heran karena sang istri terlihat sangat gugup."Ada apa?""Oh tidak ada apa-apa. Tadi aku kembali bertemu dengan asisten Tuan El, emang seberapa besarnya pengaruh pria itu di perusahaan kamu?""Sangat besar. Kalau memang ada yang jadi masalah dengan dia, habis sudah perusahaan itu."Sinta bergidik ngeri, ia membayangkan jika Tuan El tahu saat dirinya sengaja menyembunyikan Bella maka perusahaan sang suami akan hancur. Sinta pun kembali bimbang, apa harus memberitahu pada mereka di mana Bella.Bagas mulai merasa aneh saat melihat sang istri seperti itu. Berpikir kalau Sinta sedang memikirkan
Bella tidak menjawab pertanyaan Sinta. Tidak sabar Bagas pun akhirnya mengajak mereka untuk cepat bergegas kembali ke kamar Inap. Bagas kesal dengan Bella yang menguji kesabarannya hari ini. Sementara Sintang masih penasaran siapa yang dilihat Bella hingga asistennya berlari mengejarnya.Kondisi Bella sudah baik dan mereka pun sudah mengurus semua administrasi untuk kembali ke Bandung."Apa kita tidak kembali ke hotel?" tanya Bella."Nggak usah, semua barang dan kopermu tidak aku masukkan ke dalam mobil. Lagi jauh kalau kita kembali ke hotel."Bella mengiyakan saja karena ia tidak tahu jika Sinta mencemaskan pertemuannya dengan Elvaro. Sinta pun mencoba untuk tenang agar tidak terlihat gugup atau ketakutan di depan Bagas sang suami. Bagasnya sudah mengurus administrasi dan mereka langsung pergi ke mobil dan bersiap untuk kembali ke Bandung. Di dalam mobil Bella masih terus bertanya-tanya. Apa benar yang ia lihat ada Elvaro, kenapa pria itu menaiki kursi roda dan didorong oleh David.
Setelah mengabarkan Elvaro, David pun langsung menuju rumah sakit mustika untuk mendapatkan info langsung tentang Bella. Dari saksi yang mengatakan terserempet mobil dan dibawa ke rumah sakit itu.David langsung menuju ke administrasi untuk bertanya tentang pasien bernama Bella. Namun, sayangnya Bella sudah kembali pulang. "Apa saya tidak bisa meminta alamat Nyonya Bella?" tanya David. "Maaf, Pak. Saya tidak bisa membocorkan data pasien." Apa yang dikatakan pihak administrasi membuat David tidak menyerah ia mencoba untuk membujuk bahkan memberikan uang. Hanya saja wanita itu sedikit ragu karena ia takut jika terkena salah oleh rumah sakit itu dan dipecat dari tempat itu. "Maaf Tuan, sepertinya saya tidak bisa memberikan. Saya hanya bisa mengatakan jika Nyonya Bella berada di kota Bandung." David bisa memahami dan tidak kembali memaksa. Ia memiliki tugas untuk mencari istri sang bos ke Bandung.Setelah itu dapat memutuskan ke rumah Elvaro untuk membahas tentang Bella yang berada d
Teriakan Bella terdengar sampai keluar, beberapa karyawan pun langsung datang dan membawa sang Nyonya untuk ke rumah sakit. Bella sangat cemas selama perjalanan ke rumah sakit.Sesampainya di rumah sakit, Sinta pun langsung di bawa ke ruangan IGD. "Tolong tunggu di depan."Bella pun menunggu dengan cemas, ia tidak mau terjadi sesuatu dengan majikannya. Dari kejauhan, Bagas terlihat datang tergopoh-gopoh. Pria itu datang setelah Bella menelepon dirinya untuk mengabarkan jika istrinya pingsan."Sinta mana?" tanya Bagas dengan cemas."Di dalam Tuan." Bella menjawab dengan Isak tangis."Kenapa bisa seperti ini? Awalnya bagaimana?" Bagas terus bertanya dengan cemas karena ia melihat memang sang istri yang beberapa hari terlihat kurang enak badan."Saya juga tidak tahu Tuan, kami berbincang tiba-tiba Nyonya pingsan." Bella mencoba menjelaskan semuanya, ia pun tidak mengerti dengan kondisi sang nyonya. Ia pun sudah menjadwalkan minum obat untuk Sinta, tapi entah kondisi wanita itu kenapa m
"Bagaimana keadaan Elvaro saat ini?" tanya Bella setelah David kembali duduk di sampingnya."Kondisinya perlahan kembali membaik. Tadi dokter bilang, Tuan drop karena dia kecapekan. Tuan juga terlihat banyak pikiran, bahkan dokter bilangnya Tuan tampak sedikit depresi." David tertunduk. Kesetiaannya kepada Elvaro membuat hati pria itu terenyuh jika melihat keadaan tuannya yang benar-benar menyedihkan.Bella kini tak lagi sanggup menahan air mata yang membendung di pelupuk matanya. Dia menangis sesenggukan, terasa sakit hatinya saat ini. Hatinya merasa iba sekaligus menyesal sebab meninggalkan suaminya itu. Ah, seandainya Ibu mertuanya itu tak berbuat kejam padanya."Maaf. Aku tidak bisa menahan diri untuk tidak menangis," ucap Bella."Tidak apa-apa, Nyonya," balas David. Seandainya dia bukan seorang pria, tentu saja David akan seperti Bella saat ini. Menangisi tuannya yang memang terlihat mengkhawatirkan."Aku gak tahu apa boleh aku mengatakan ini. Beberapa bulan ke belakang hatiku me
"Oh ya, Nyonya. Jika boleh tahu, selama ini di mana Nyonya tinggal?" tanya David saat keduanya berjalan melalui koridor menuju ruangan Elvaro. "Aku tinggal di rumah Tuan Bagas dan Nyonya Sinta. Di sana aku menjadi asisten mereka," jawab Bella seraya menatap lurus. Di sampingnya, David menautkan kedua alis. Heran sebab apa yang baru saja disampaikan Bella sangat berbeda dengan apa yang disampaikan Bagas juga istrinya. Namun, David mencoba mencari tahu lebih dalam lagi. "Sudah lama, Nyonya? Atau baru minggu-minggu ini saja?" tanyanya kemudian untuk memastikan. "Sejak aku keluar dari rumah Elvaro," jawab Bella apa adanya. David menganga tak percaya. Namun, dia tahan untuk menceritakan yang sebenarnya sebab saat ini mereka sudah tiba di depan ruangan VIP yang ditempati oleh Elvaro. Bella menghentikan langkahnya. "Nyonya yakin tidak ingin masuk?" tanya David kembali. Dia pikir barangkali istri tuannya itu berubah pikiran. Bella terdiam tidak langsung menjawab. Matanya lurus menatap
Sinta yang berada di ruangannya merasa heran karena Bella yang belum kembali. Asistennya itu sudah cukup lama pergi ke luar padahal dia meminta izin tadi hanya untuk membeli makanan, seharusnya Bella sudah sampai. Namun, hingga kini hampir satu jam berlalu Bella masih belum kembali lagi.Sinta mengambil ponselnya. Dia memeriksa pesan yang sempat dikirimkan tadi, tapi Bella masih belum membacanya. Kemudian wanita ringkih itu segera melakukan panggilan. Beberapa saat hanya terdengar nada sambung saja, hingga suara perempuan khas operator terdengar di akhir nada sambung, Sinta segera mematikannya.Heran. Ke mana perginya Bella saat ini? Tidak mungkin bukan jika wanita hamil itu kesasar? Dia bukan bocah ingusan yang tak tahu jalan kembali setelah berulang kali pulang pergi.Lama menunggu akhirnya yang ditunggu datang. Sinta tersenyum lega, setelah sempat memikirkan hal-hal burung yang terlintas di kepala."Dari mana saja, Bella?" tanyanya dengan senyum tulus.Pertanyaan itu keluar dari mu