Share

Bab 55 : Pulang

Penulis: Az Zidan
last update Terakhir Diperbarui: 2024-01-18 22:11:46

Mata Ivy berkaca-kaca kala melihat kondisi Divya. Ia berusaha membendung air matanya. Tetap saja butiran sebening kristal itu luruh. Ghazi menepati janjinya. Semalam ia benar-benar mengirim pesan pada Ivy. Hingga pagi ini gadis keriting itu datang. Ia ingin memeluk Divya tetapi takut menyakitinya.

“Kemarilah! Lo nggak bakal diem doang ‘kan? Peluk dong!” seru Divya seolah tidak terjadi apa pun padanya. Ivy mendekatkan langkahnya pada ranjang dan memeluk Divya sepelan mungkin. Penuh kewaspadaan.

“Kenapa ceroboh banget, Sih?” omel Ivy.

“Kamu mabuk? Nggak kan?” tambahnya. Pelukan mereka terlerai. Kemudian Ivy duduk di kursi yang semalam sudah diduduki Ghazi.

“Lo tahu gue udah lama nggak minum. Mana mungkin juga gue mabok sambil nangis,” tutur Divya. Ia masih tersenyum tipis pada Ivy. Bahagia karena bisa bertemu dengan teman baiknya lagi.

“Kalian bertengkar ‘kan?” Ivy menatap Ghazi yang hanya duduk seperti patung.

“Hanya sedikit. Udahlah, jadi— gimana KKN lo?”

“Nggak enak banget. Udah kek
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

  • Terjebak Gairah Sang Bodyguard    Bab 56 : Lampu Hijau

    Bab 56 Seluruh pakaian Divya tertanggal, begitupun dengan Ghazi. Dua sejoli yang kini ada di bawah guyuran air dalam bilik mandi itu, menikmati kebersamaan sore ini. Ghazi membelakangi Divya, ia membasuh tubuhnya terlebih dulu. Kemudian, gadis berambut panjang itu memeluk tubuh sang suami dari balik punggung kokohnya. Melilitkan lengannya pada bahwa ketiak Ghazi dan mencengkeram bahu pria kokoh itu. Tidak ada jarak bagi mereka. “Kau yakin tidak ingin bermain? Aku bisa perkiraan kalau dua sampai tiga hari ke depan, bakalan haid, big bear. Ini kesempatanmu,” bisiknya. Divya menjulurkan lidah menyapu punggung suaminya. Sapuan napasnya terasa hangat di permukaan kulit Ghazi. “Berbaliklah!” pinta, Divya. Ia menarik tubuh besar yang selama ini sudah menjaga dan mengurung Divya dalam pesona panasnya. Divya melompat dan melingkarkan lengan panjangnya pada leher satu-satunya pria yang menjadi pemenang dalam hidup. Melilitkan kakinya pada pinggang Ghazi. Menatap suaminya dengan tatapan yang

    Terakhir Diperbarui : 2024-01-19
  • Terjebak Gairah Sang Bodyguard    Bab 57 : Tidak Janji

    Sore ini sesuai dengan kesepakatan keduanya. Setelah menjemput Divya dari kampus, mereka lekas bertandang ke rumah sakit. Divya tidak sabar bertemu dengan sang ayah yang sudah sangat lama tidak dia temui. Ia berusaha melupakan pertemuan terakhir yang sungguh menyesakkan baginya. Namun, dia juga sadar bahwa Hendery dan Greta tetaplah orang tuanya.“Pa!” panggil, Divya saat pintu kamar ayahnya dibuka oleh Ghazi. Hendery menatap keberadaan Divya. Ia tersenyum pada anak gadisnya.“Nak?!” Matanya seketika berkaca-kaca. Ia ingat betapa kerasnya Hendery mendidik Divya. Hanya memerintah dan mengarahkan tanpa memberikan contoh. Membuat Divya justru kehilangan arah.Divya mendekati ayahnya dan memeluk tubuh sang ayah. “Bagaimana kondisi Papa? Divya minta maaf—”“Sst! Tidak perlu mengatakan apa pun, Divya. Papa tahu kamu adalah putri terbaik Papa. Seharusnya papa yang minta maaf.”“Kalau begitu tidak perlu ada yang meminta maaf. Di mana mama?”Hendery tersenyum pada anaknya. Menggenggam jemari t

    Terakhir Diperbarui : 2024-01-19
  • Terjebak Gairah Sang Bodyguard    Bab 58 : Rahasia

    Jarum jam terus berputar. Waktu tidak akan berhenti begitu saja. Sudah lewat sebulan dari hari di mana segala kegiatan Divya dilakukan. Ia tersenyum puas saat keluar dari ruangan dospemnya. Perjuangannya membuahkan hasil, kendati revisi yang dia lakukan sebanyak dua kali itu membuatnya kehilangan banyak waktu bersama dengan suaminya. Akan tetapi, hal itu sama sekali tidak dipermasalahkan bagi suaminya. Pria itu juga membantu Divya.“Gimana?” tanya Ivy. Pasalnya tiga hari yang lalu, Ivy sudah terlebih dulu menerima kabar baiknya. Ia siap mendaftar wisuda. Bukankah itu hal yang membanggakan sekaligus menggembirakan?“Yes!” Keduanya lantas bersorak dan melompat kegirangan. Kemudian setelah sadar dari tingkah konyolnya, mereka berhenti. Mengulum senyum dengan merunduk.“Gua lulus, gila, sih ini! Akhirnya,” sanjung Divya pada dirinya sendiri. Membanggakan diri adalah hal yang tidak pernah terlewat bagi Divya.“Selamat, Divya. Aku ikut senang,” tangkas Ivy.“Em— tidak! Selamat untuk kita da

    Terakhir Diperbarui : 2024-01-20
  • Terjebak Gairah Sang Bodyguard    Bab 59 : Fakta Besar

    “Tunggu, Divya!” Hendery menghentikan langkah Divya. Dia siap jika harus menceritakan segalanya pada sang anak sekarang. Sudah terlalu lama ia memendam fakta. Divya sudah berusia dua puluh tahun. Bahkan sebulan lagi umurnya tepat dua puluh satu tahun.Divya berhenti, ia memutar tubuh dan duduk di anak tangga pertama. Wanita itu enggan berpindah. Mengabaikan sang ayah jika ia harus berdiri di tempatnya. Namun, Ghazi dengan cepat menarik sofa single untuk pria itu.“Terima kasih, Ghaz,” lirih Hendery.Ghazi menatap wajah yang terlihat sangat jauh berbeda dari sebelumnya. Saat ini, Hendery terlihat sangat tua dan lelah. Padahal usainya belum genap enam puluh tahun. Lantas pria itu mengangguk tanpa mengeluarkan sepatah kata.“Mulailah! Waktu gue nggak banyak,” desak Divya. Ia tidak percaya akan mendengar apa kali ini.Sedangkan Greta, wanita itu menjauh dan memilih duduk di sofa panjang yang ada di ruang tengah. Mendengar penjelasan Hendery yang sudah dimulai.“Greta dan ibumu saudara, Na

    Terakhir Diperbarui : 2024-01-21
  • Terjebak Gairah Sang Bodyguard    Bab 60 : Jajan

    Rasa lelah yang menggulung raga membuat Ghazi terlelap pekat malam ini. Ia tidak menyadari bahwa Divya tidak lagi berada di sampingnya. Gadis itu melamun pada kursi kepompong di ujung luar ruangan. Matanya tampak tidak berhenti meneteskan air mata. Terlalu banyak penyesalan yang dirasa olehnya.Terlalu banyak waktu yang terbuang selama dua puluh tahun. Seharunya dia bisa lebih bijak menyikapi semua masalahnya, bukannya malah mencari pelampiasan dengan menghabiskan hari di luar rumah, malam kelayapan ke kelab tidak ada manfaatnya. Selama ini banyak orang yang telah berjuang dan berkorban untuknya— sejauh ini.Hingga pagi tiba, suara azan pertama guna mengawali hari Divya dengar, gadis itu masih terjaga. Saat itu juga, Ghazi terbangun. Ia tidak mendapati sang istri di sisinya. Begitu bangkit, melihat Divya berdiri di pinggir pembatas kaca menikmati terpaan udara pagi yang belum terkontaminasi oleh udara buruk perkotaan.“Pagi, Bee,” sapa Ghazi sembari memeluk pinggang Divya dan menyanda

    Terakhir Diperbarui : 2024-01-21
  • Terjebak Gairah Sang Bodyguard    bab 61 : Cukup!

    Ghazi mengambil tanah liat dari berapa gumpal yang sudah dia letakkan di meja panjang. Kemudian duduk pada kursi bulat. Terdapat meja putar berbentuk bulat pula, di hadapannya. Ia memberikan sedikit air untuk membasahi tanah yang ia ambil sebelumnya.“Duduklah!” perintah Ghazi pada istrinya yang sedari tadi hanya terpaku menatap dirinya. Divya tidak bisa membendung keterkejutan yang ia lihat saat ini.“Kamu bisa membuat kerajinan? Maksudku bagaimana bisa?” Divya mendaratkan pantat pada sofa kecil yang ada di ruangan luas itu. Ada puluhan barang yang sudah tercetak di sana, ada bejana, fas, pot, dan celengan. Divya menatap kagum sekitarnya. Rasanya tidak puas ia mengamati tiap detail guratan yang ada di sana. Namun, kakinya lelah setelah mengayuh sepeda tadi.“Kenapa tidak, Bee? Dulu— aku punya banyak waktu. Jika tidak ada job, keseharianku hanya di rumah.”“Dari mana kamu belajar semua ini. Gini— kamu seorang pembalap bagaimana bisa kamu berkamuflase sebagai pengrajin tanah liat? Apa

    Terakhir Diperbarui : 2024-01-22
  • Terjebak Gairah Sang Bodyguard    Bab 62 : Keinginan Kuat

    Ghazi mengangguk dengan pertanyaan Divya. Biasanya gadis itu tidak pernah meminta izin ketika hendak menanyakan sesuatu. Suasana hati, Ghazi sudah sedikit membaik setelah cukup lama ia mengontrol dirinya. Tidak lekas menjawab apa yang dilontarkan sang istri. Beruntung, Divya tidak menuntut cepat.“Katakan.” Ghazi berusaha untuk mengulas senyum selebar mungkin.“Sekarang kamu sudah memiliki kesempatan untuk meraih mimpi, Ghazi. Kamu sudah punya segalanya. Apakah keinginan untuk balapan masih ada? Balapan motor atau mobil yang lebih kamu inginkan?”“Kukira betul-betul satu pertanyaan, Bee,” kelakar Ghazi. Hal itu disambut kekehan kecil Divya.“Aku suka semuanya. Namun, perlombaan pertama yang aku menangkan adalah mobil.”“Ya— aku tahu mobilnya. Itu mobil yang keren. Apa masih ada?” Berkat pengambilan foto itu, Divya jadi tahu dan bisa membayangkan sekeren apa Ghazi saat duduk di balik kemudi. Dia pernah melihat Ghazi mengebut. Pertama kali saat Ghazi baru masuk dalam kehidupannya.“Buka

    Terakhir Diperbarui : 2024-01-23
  • Terjebak Gairah Sang Bodyguard    Bab 63 : Bimbang

    “Papa tahu pasti kamu menanyakan hal itu. Maafkan, Papa, Divya. Kamu tidak bisa memiliki kenangan itu. Papa minta maaf, sungguh,” sesal Hendery. Kematian Gia sungguh tidak bisa ditunda. Bahkan semua kematian tidak pernah memiliki waktu yang tepat bagi para makhluk. Datang tiba-tiba dan tanpa persiapan.“Tapi, papa punya banyak foto saat mama mengandungmu, Divya.” Hendery kembali bangkit mendekati bufet. Kali ini album foto itu tidak jauh lebih tebal dari yang dipegang oleh Divya. Hendery memberikan album bersampul emas itu pada Divya.Begitu dibuka sampulnya, Divya melihat kedua orang tuanya berpose dengan romantisnya. Menunjukkan hasil tespeck yang dipegang berdua dan saling mempertemukan bibir mereka. Kemudian senyum mengembang di wajah Gia.Tangis Divya semakin pecah, ketika terus membalik foto demi foto, Gia kian kurus dan memburuk kesehatannya seiring dengan usia kehamilan yang membesar. Wajahnya berubah pucat. Kehilangan binar diseraut muka yang cantik itu. Ini memilukan, Divya

    Terakhir Diperbarui : 2024-01-23

Bab terbaru

  • Terjebak Gairah Sang Bodyguard    Bab 95 : Awal Baru

    Sepasang sorot mata yang dulunya bersinar indah dan teduh terus menyorot televisi dengan layar besar di hadapannya. Tanpa dia sadari dari pelupuk kelopak mata tetesan air mata luruh membasahi pipi.Ini bukan tangis kesedihan, ini tangis haru yang dia rasakan setelah bertahun-tahun melewati hidup dalam kesedihan yang nyata. Air mata yang tidak berkesudahan."Mom, sudah dong. Masa tiap liat aku malah nangis. Lama-lama tuh tivi kujual juga," sungut Zie. Sekarang, wanita itu tumbuh menjadi gadis ayu dengan rambut hitam yang panjang. Sama seperti Divya yang selalu menyukai rambut panjang. Berkat kelebihan yang dia miliki saat ini, bukan hanya sang ibu yang mampu memandang dengan tatapan kagum pada Liorazie Fahar Aurora. Namun, seluruh pencinta film yang dia bintangi bisa menikmati wajah yang tidak membosankan itu."Kamu tahu ini tangis bahagia, Nak. Mama bangga sama kamu, mama tidak bisa berkata-kata setiap melihatmu di balik layar.""Semua yang terjadi, semua yang Zie miliki berkat Momm

  • Terjebak Gairah Sang Bodyguard    Bab 94 : Sky Ahlam Gatra Fahar

    Bocah perempuan kecil dengan rambut sebahu itu meraung sangat keras, hingga hidungnya memerah. Sama halnya seperti sang kakak, ia bisa tenang setelah didekap oleh ayahnya.“Kakak siapa? Besok kita beli yang baru okey,” bujuk Ghazi seraya berjalan keluar dari kamar, membiarkan istrinya mengatur emosi serta membetulkan pakaiannya.Setelah tiba di ruang tamu, ternyata bukan hanya Ghea yang menangis, si Zie pun tidak kalah kesalnya terhadap sang kakak yang selalu usil di setiap kesempatan.“Sky, bisa jelaskan?” Ghazi menatap anak keduanya. Jelas dialah pelaku utamanya. Tidak ada yang berani mengusik si kembar jika bukan bocah itu. “Aku hanya meminjam. Aku bersumpah hanya pinjam, Yah. Dia saja yang cengeng, kalian berdua sama-sama cengeng,” efeknya pada Ghea dan Zie. Bukannya merasa bersalah bocah enam tahun itu justru menjulurkan lidahnya. Hal itu kian membuat si kembar menangis dan membuat gaduh seantero rumah. “Sky! Please, minta maaf lalu kembali ke kamarmu!” hardik Divya yang

  • Terjebak Gairah Sang Bodyguard    Bab 93 : Cengeng dan Centil

    Suara tangisan seorang gadis kecil terdengar sangat kencang sejak kaki kecilnya melewati pintu utama rumah. Ia meraung dan berderai air mata guna mencari keberadaan sang ayah. Tangisannya tidak akan berhenti sebelum satu ritual bersama laki-laki pertama dalam hidupnya itu merengkuh tubuh kecilnya. "Hei, ada apa, Sayang?" tanya Ghazi lembut. Ia berjongkok dan mengulurkan tangannya pada balita itu. Usianya baru empat tahun, ia telah menikmati taman bermainnya sekarang. "Huh— kumat lagi, dah," keluh Divya di belakang tubuh si gadis kecil itu. "Diam, mommy! Kamu membuat aku semakin sesak," sergahnya. "Hem— ada apa ini?" Kembali tangisannya memekikkan telinga. Divya mengerutkan keningnya untuk menghalau dengung di telinganya. "Daddy, you can dance with me?" "Oh— ss— sure, Baby." Ghazi membopong tubuh anaknya. Ya— anak keduanya yang kerap dipanggil baby, itu. Gadis kecil manja yang selalu berhasil merebut hati Ghazi dari keduanya kakaknya. Pria dewasa itu melangkah ke kiri dan ka

  • Terjebak Gairah Sang Bodyguard    Bab 92 : Berakhir Bahagia

    Setelah pemakaman Hendery usai, Ghazi dan Divya harus kembali ke rumah sakit. Di tengah acara pemakaman, gadis itu kembali pingsan. Beban berat yang dia tanggung mengguncang pikirannya. Hubungan Divya dengan sang ayah memanglah tidak baik di awal. Namun, ditinggal untuk selamanya tetaplah hal yang sangat menyesakkan. "Aku minta maaf, Ghaz. Aku tahu ini salahku," sesal Ivy. Dia benar-benar merasa bersalah atas segalanya. Jika tidak sibuk mengurus anaknya, Divya akan memiliki banyak waktu untuk Hendery. Bahkan di detik-detik terakhirnya, Divya bisa berada di sisi sang ayah. Akan tetapi, setelah memilih kesibukan bersama dengan kedua anak Ivy, hal itu membuatnya jauh dan mengharuskan diri menjauh dari rumah sakit. Divya tidak ingin kedua anak asuhnya terpapar penyakit dari orang-orang di sana. "Bukan salahmu. Perlu kamu tahu, selama ini ternyata Divya hamil. Sudah menginjak usia empat bulan, Iv. Bisa kamu bayangkan bagaimana lelah dan lemasnya dia?" "Apa?! Kamu serius?" Seraut wajah

  • Terjebak Gairah Sang Bodyguard    Bab 91 : Dua Kabar

    Ditengah kondisi, Divya yang masih sangat rapuh, gadis itu duduk di bangku mobil dengan gusar. Tidak sabar ingin bertemu dengan sang ayah. “Lebih cepat, Big. Aku takut Papa kenapa-kenapa,” cemasnya. “Ini udah cepat, Bee.” Tangan Divya terus meremas jarinya sendiri. Pandangannya kesana kemari. Wanita itu benar-benar khawatir atas mimpi yang baru saja dia dapatkan. Ia juga lupa tentang Wynne dan juga Rayyan. Begitu tiba di rumah sakit, Divya berlarian di koridor untuk menuju ke ruangan sang ayah. Jantungnya kian berdegup dengan cepat. Bahkan ia tak acuh dengan kondisinya sendiri. Banyak yang dikorbankan oleh wanita itu, sangat banyak, secara fisik, Divya sudah sangat jauh berbeda dari dulu. Ia kehilangan kebiasaannya berdandan, kehilangan kebahagiaan yang dia upayakan setiap harinya. Waktunya terus ia habiskan dengan Wynne dan Rayyan. Dia benar-benar membunuh waktu agar melupakan kesialan nasibnya. “Pelan-pelan, Bee,” pinta Ghazi yang membuntuti langkah istrinya. Meskipun, D

  • Terjebak Gairah Sang Bodyguard    Bab 90 : Banyak Hal

    Rengekan gadis kecil dalam gendongan Divya membuat kepalanya kian pening. Tubuhnya juga dipenuhi dengan keringat dingin dan juga dalam kondisi lemas, membuatnya seolah hampir tumbang. Namun, bocah kecil itu masih juga tidak mau terlelap. Biasanya, ketika berada dalam dekapan Divya, ia akan cepat tertidur. Hari ini sangat berbeda, dia rewel dan tidak mau berhenti diayun dalam gendongan Divya. Alhasil Divya harus menahan rasa meriang yang sudah menyerangnya sejak pagi tadi."Tenanglah, girl. Jangan rewel, please," lirih Divya. Berharap anak asuhnya mampu memahami kondisinya. Akan tetapi, bayi berusia satu tahun bisa apa? Dia akan terus menangis jika tidak menemukan kenyamanan yang diinginkan. Jarum sudah menunjukkan pukul tiga sore. Jam pulang Rayyan sudah tiba. Divya semakin kebingungan. Biasanya dia cekatan menjemput anak pertama Ivy itu. Kali ini, dia benar-benar butuh bantuan."Aku pu— Bee!" Belum usai Ghazi menyapa sang istri yang sudah dia nikahi selama dua belas tahun lalu itu

  • Terjebak Gairah Sang Bodyguard    Bab 89 : Pluto

    Bab 89Ghazi dan Divya segera berlari ke arah kamar, di mana Rayyan meraung-raung di sana. membuat pasangan tua, Dadang dan istrinya kewalahan. Sungguh bocah itu tidak bisa jauh dari Divya. Hanya wanita inilah yang mampu membuatnya tenang.“Sayang, anak Ibu. Kenapa nangis lagi? Ibu hanya keluar sebentar,” tutur Divya lembut. Dia merasa bersalah karena harus keluar pagi itu. Seharunya momen ini menjadi lebih indah jika saja ia tidak keluar, dia bisa menikmati pagi bersama bayi laki-laki itu.Akan tetapi, Divya juga tidak bisa membiarkan suaminya sendirian lagi. Dia sudah berjanji kalau tidak akan keras kepala atau bahkan membuat laki-lakinya kecewa. Sudah cukup keegoisan itu membuat hubungan mereka selalu dalam pertengkaran.“Dasar bocah tengil. Bisa tidak sehari kau beri istriku waktu hanya bersamaku?” Ghazi sungguh geram. Mereka sangat tampak khawatir tadi begitu melihat Dadang dan istrinya bersama-sama mendatangi mereka.Selama itulah, Rayyan menangis, selama kepergian Divya satu ja

  • Terjebak Gairah Sang Bodyguard    Bab 88 : Dia Mengejekku?

    Tengah malam, Rayyan menangis tidak henti, padahal suhu tubuhnya snagat normal, tetapi dia benar-benar rewel. Istri Dadang tidak lagi mampu membuatnya tenang. Sampai, Divyalah yang harus turun tangan.“Mau ke mana, Bee?” tanya Ghazi saat melihat sang istri turun dari ranjang.“Kayanya, Ray nangis, Big. Aku turun dulu, ya,” pamit Divya. Ia sudah meninggalkan bayi itu setelah makan malam tadi. Ivy pun juga sudah menyempatkan menelepon mereka. Gadis itu tempak sangat sibuk, sehingga tidak ada banyak waktu untuk menatap wajah bayinya.Sebetulnya dia enggan untuk tidur di atas. Inilah yang dia takutkan, Rayyan rewel dan menangis tidak bisa ditenangkan kecuali dengan Divya.“Sama aku, Bee.” Pria itu memutuskan untuk ikut turun tangan, takut jika sang istri kelelahan.Mereka turun dan begitu tiba di lantai bawah keduanya melihat Dadang dan istrinya kewalahan mengurus bayi yang terus menangis dengan sangat kencang itu. Divya ingat saat pertama kali mendengar tangisan bocah itu saat hari perta

  • Terjebak Gairah Sang Bodyguard    Bab 87 : Lembut

    [Aku harus keluar kota, Divya. Bisakah titip Rayyan sampai besok sore?]Sebuah pesan singkat diterima oleh Divya tepat pukul lima petang, sang ibu dari bayi itu tampak sangat sibuk.Divya justru tersenyum bahagia. Ia membalas dengan ujaran yang penuh keikhlasan. Mengatakan bahwa dirinya tidak keberatan akan hal itu. Rayyan adalah bagian dari kebahagiaan Divya saat ini.Di saat cobaan pernikahannya masalah kehamilan, Ivy justru hadir dengan bayi yang menjadi idaman gadis cantik itu.[Terima kasih, Div]Setelah itu, Divya memandikan Rayyan. Mereka tertawa dan sesekali bermain air dan bebek air dalam bak mandi."Rayyan, doakan Ibumu ini bisa memberimu teman, ya. Ibu juga pengen mengurus bayi setiap hari," lirih Divya.Namun, sambutan yang tidak disangka justru diberikan Rayyan. Dia merengek, mencelupkan tangannya ke air sangat kencang hingga menyemprot ke muka Divya."Oh, sepertinya kamu tidak setuju, ya? Cemburuan sekali kamu, hm." Divya menggosok pelan kulit Rayyan. Membaluri tubuh itu

DMCA.com Protection Status