Share

6. Pak Tua

Penulis: D Aries Ryu
last update Terakhir Diperbarui: 2024-10-29 19:42:56

Suara-suara asing terus saja terdengar, membuat tidur nyenyak Clay terganggu. Padahal ia masih sangat mengantuk. Belum lagi tubuhnya yang belum bisa digerakkan membuatnya banyak mengeluarkan kata makian sejak kemarin. Dirinya marah atas ketidakberdayaan dan keterasingan saat ini. Ia berjanji jika sembuh akan membalas perbuatan Mafia Nostra. Juga kelompok mafia lainnya yang bisa menjadi musuh dirinya di masa depan.

"Shut up!" teriaknya.

Membuat dua orang yang sedang membaca alqur'an itu terjengkit dengan serempak mengucapkan kalimat istiqfar.

"Astaqfirullah, astaqfirullah, astaqfirulla, astaqfirullah," dengan tangan yang mengurut dada.

Kompak keduanya melihat kearah Clay. Abi El bangun, Umi Salimah menahan tangan suaminya. Feelingnya kuat jika suaminya akan dimarahi kembali. Ia hanya ingin mencengah dan meminta suaminya membiarkan saja. Namun, Abi El menolak lewat sorot matanya seolah mengatakan dia anak kita. Membuat Umi Salimah melepaskan genggamannya. Abi El lantas berjalan mendekati ranjang Clay.

"Apa yang terjadi, Nak? Kamu membutuhkan sesuatu?" tanya Abi El lembut.

"Apa kalian bodoh! Suara kalian mengganggu tidurku," bentak Clay. 

Abi El menghela nafas dan terus beristiqfar melihat sikap putranya yang kini menjadi sangat pemarah.

"Abi sedang mengaji dengan Umi, meminta pada Allah untuk kesembuhanmu. Apa kamu terbangun karena ingin sholat subuh? Abi bisa membantumu untuk berwudhu," ucap Abi El tetap berusaha sabar menghadapi sikap Ezra yang berbeda. 

"Sholat, sholat apa itu. Aku tak mengenalnya. Lebih baik pergi kalian dari sini, aku ingin tidur. Aku juga ingin segera sembuh tanpa doa atau apapun itu dari kalian,," ucap Clay berapi-api.

Membuat Abi El dan Umi Salimah menjadi semakin sedih. Seamnesia-amnesianya seseorang bukankah kebiasaannya yang telah lama dilakukan tidak hilang begitu saja. Itulah yang membuat Abi El dan Umi Salimah semakin bersedih. 

Ezranya bahkan seolah lupa akan Tuhannya. Tak sekalipun sejak sadar ia mengucapkan kalimat dzikir yang biasa dilantunkan olehnya walau sedang duduk memandang langit sekalipun. Yang ada sejak kembali sadar, Ezranya marah-marah dan membuat ia dan istrinya serba salah.

Ezra tak pernah melalaikan kewajibannya sebagai hamba Tuhan yang harus tunduk dan patuh akan ketentuan dariNYA. Tetapi kenapa Ezranya begitu mudah melupakan semua itu. Tak lagi bisa menahannya, bulir-bulir air mata mengalir dipelupuk matanya. tanpa bisa dicegah.

Di usia senjanya Abi El ingin tenang dan menyerahkan urusan Pesantren Jingga pada putra satu-satunya itu setelah pernikahan Ezra dan Khansa digelar. Hanya ingin fokus beribadah dan berniat sementara waktu akan tinggal di Kota Suci Mekkah minimal dalam jangka satu tahun ke depan. Namun, sepertinya semua rencana hancur seketika. Harapannya luruh seiring sikap Ezra yang sangat asing baginya.

"Pergi!!" usir Clay.

Abi El masih tak bergeming, ia segera mengusap air matanya dan melihat ke arah Clay.

"Abi bantu ambil wudhu ya, setelahnya sholat dan dizkirlah. Biar hatimu tenang tidak marah-marah terus."

Masih dengan suara lembut Abi El membantu Clay berwudhu dengan cara tayamum. Walau Ezra menatap tajam dan raut wajah tak senang ia tetap melakukannya. Istrinya hanya memperhatikan suaminya, tentu perasaannya kini bercampur aduk antara iba dan tak tega. Tetapi ia juga tak bisa berbuat apa-apa.

"Pergi sialan! Apakah kau tidak tau kata pergi hah?" suara Clay makin kencang saat usapan telapak tangan Abi El ke wajahnya. Suara Clay menggema dalam ruangan kamar VVIP itu. Abi El membuang nafas kasar setelah selesai melakukan tahap tayamum pada Clay. 

"Ckk menganggu saja," ujar Clay dengan melirik Umi Salimah yang langsung tertunduk.

"Pak Tua apa yang kau lakukan hah? Kau ingin aku membunuhmu segera? Jangan kau pikir setelah kau menolongku, aku akan iba. Jika tubuhku bisa bergerak, akan kupastikan kau mati di tanganku."

Kalimat demi kalimat menyakitkan yang keluar dari bibir Clay tak membuat tekad Kyai besar itu mundur. Disela rasa sedih dan sakit akibat perlakuan Clay, ia akan berusaha tetap mengingatkan putranya itu.

Jadi ia diam saja dan terus melakukan tahap demi tahap mewudhukan Clay. Membuat Clay makin berang tapi tak bisa berbuat apa-apa. Jari-jemarinya yang kemarin sempat bergerak kini mendadak kaku lagi. Ia hanya bisa mengumpat dan memarahi Abi El yang keras kepala.

"Nah sudah selesai dan bersiaplah sholat. Jika tubuhmu tidak bisa digerakkan maka cukup kedipkan saja bola matamu. Tetapi tetap tahapan rukun dan syarat sahnya sholat harus kau jalankan.

Allah Maha Tahu keadaan setiap hambaNYA. Abi yakin kelak saat kesadaranmu kembali seperti dulu, kau akan berterima kasih pada Abi dan Umimu. Kau tidak lupa kan, bacaan-bacaan sholatnya?"

Clay melengoskan wajah, tak lagi berteriak-teriak. Rasa haus membuatnya menahan diri. Ini masih sangat pagi, jam di dinding menunjukkan pukul lima lewat nol lima menit. Tapi suaranya sejak bangun sudah ia buat untuk memarahi lelaki tua di hadapannya itu. Abi El sama sekali tak terpengaruh atau merasa takut akan amarah dan ancamannya. Abi El seolah mengerti, tanpa berkata ia mengambil gelas di nakas dan menuangkan air minum di dalamnya.

Ia berjalan kembali mendekatkan gelas itu ke bibir Clay. Tetapi gengsi dan kemarahannya sangat tinggi. Saat gelas mendekat ke arahnya, ia menanduk gelas itu hingga isinya tumpah. Sudah pasti air itu tumpah mengenai tubuhnya. Rembesan air mengenai tubuh bagian atasnya, masuk menyentuh kulit dan terus mengalir ke bawah.

"Sialan, kau sengaja Pak Tua? Kau balas dendam padaku dengan cara murahan seperti ini hah?" maki Clay.

Padahal jelas dirinyalah yang salah. Tetapi mana mau dia menyalahkan dirinya sendiri walau tau itu adalah kesalahannya. Abi El benar-benar diuji kesabarannya. Ia terus beristiqfar tanpa menjawab makian dari Clay. Ia pun segera meletakkan gelas yang sudah kosong itu di nakas. Mengambil tisu dan mengelap tubuh Clay yang terkena air minum.

"Jangan sentuh tubuhku Pak Tua. Berani-beraninya menyentuh tubuhku yang berharga ini," ucap Clay masih memarahi Abi El.

"Jika bukan Abi yang menyentuh mau siapa lagi? Perawat? Waktu mereka terbagi-bagi, tentu saja mereka tidak bisa menjaga dan merawatmu dua puluh empat jam. Hanya Abi dan Umi yang ada di sisimu Nak. Jadi tolong hargailah kami dengan tidak berkata kasar."

Abi El terus berbicara menasehati Clay dengan tangan yang juga bergerak mengeringkan air yang mengenai tubuh anaknya. Ia juga menggantikan baju Clay, agak kesusahan. Umi Salimah pun membantu saat melepaskan dan mengenakan pakaian dari rumah sakit tersebut. Membuat Clay memalingkan wajah ke kanan. Tak ingin melihat pasangan suami istri itu dengan telaten, sabar dalam merawatnya. Apa itu artinya Clay mulai tersentuh, tentu saja jawabannya tidak. Ia membiarkannya saja tanpa suara karena dalam hati mengakui jika dirinya butuh bantuan pasutri itu.

"Sudah selesai, sholatlah mumpung masih pagi. Abi akan duduk di sana, jika ada apa-apa panggil saja."

Abi dan Umi Salimah pun kembali ke tempat duduk semula yang tak lain adalah sofa. Keduanya diam dengan tangan saling menggenggam. Saling menguatkan hati dan mental dalam menghadapi perubahan Ezra yang luar biasa di luar ekspektasinya.

Clay sendiri tidak sholat. Jangankan menunaikannya, kata sholat saja asing di telinganya. Mana dia tau gerakan sholat itu seperti apa. Jadi ia memilih memejamkan mata sambil menahan haus. Berharap perawat akan segera tiba dan ia bisa meminta bantuan mereka. Dalam benaknya ia bertanya-tanya, sampai kapan dia berada di pembaringan dengan tubuh yang tidak bisa digerakkan.

"Aku harus segera menghubungi Jonas dan membawaku pergi dari sini, tapi bagaimana caranya?" monolog Clay dalam hati.

Bab terkait

  • Terjebak Di Tubuh Ustad   1. Serangan Musuh

    "Tembak." Suara seruan disusul tembakan beruntun dari jenis senjata AK-12 sontak membuat lelaki yang berpakaian serba hitam berusaha berlari. Ia dikejar oleh puluhan orang musuh-musuhnya bersenjata lengkap sedangkan dirinya hanya sendirian. Mencoba lari menghindar karena tidak memungkinkan baginya melawan. Dikarenakan tubuhnya belum pulih benar akibat tembakan dari aksi balas dendam dengan anggota Mafia Zetas sebelumnya yang dikalahkan oleh kelompok mafia pimpinan dirinya. Niat hati ingin menyendiri di sebuah villa pinggir kota untuk pemulihan kaki tidak menyangka Mafia Nostra menemukan dan menyerangnya. Satu bulan sebelumnya pagi hari dalam perjalanan pulang. Clay mengemudikan mobil dengan santai, semalam ia bersama anak buahnya berpesta. Setelah berhasil menaklukkan Mafia Zetas dan menguasai bisnis haramnya. Walau sang ketua berhasil kabur dan sekarang masih diburu olehnya, tetap saja ia merasa bahagia atas pencapaiannya sebagai mafia. Bisnis senjata dan kasino kini dikuasai s

  • Terjebak Di Tubuh Ustad   2. Syabil Ezra El Haq

    Di sebuah rumah sakit. Hujan deras dan petir sejak tadi tiada henti beriringan dan saling bersahut-sahutan. Tak jua reda sudah cukup lama. Seolah memberi tanda pada seorang gadis sedang menunggui lelaki yang berbaring koma sudah sebulan lamanya berada dalam duka. Gadis itu memandang ke arah luar jendela. Khansa namanya, calon istri lelaki yang mengalami kecelakaan mobil kala ia akan menggelar pernikahan dengannya. Gadis itu pun setia menemani hari-hari calon suaminya. Meski tak pernah menyentuh, tapi ia berharap dengan kehadirannya calon suaminya itu bisa merasakan dan bersemangat untuk bangun. Gadis itu sedih bukan karena pernikahannya saja yang tertunda atau bahkan terancam gagal akibat kecelakaan itu, tapi juga harapannya tipis. Setipis harapan hidup Syabil Ezra El Haq, begitu nama lengkap calon suaminya yang sering disapa Ezra atau Ustad Ezra. Membuat keluarga Kyai Hasal El Haq memintanya mencari lelaki lain. Karena menurut tim medis, hanya keajaiban Tuhan yang bisa membuat Ezr

  • Terjebak Di Tubuh Ustad   3. Siapa Nama Anda

    "Tangannya bergerak, Bi." Umi Salimah yang begitu gembira melihat pergerakan jari jemari tangan Ezra. Abi El Haq pun memperhatikan ke dua tangan putranya, secara perlahan gerakan jari-jemari tangan itu kembali bergerak. "Alhamdulillah ya Allah," seru keduanya begitu senang. Hari yang dinanti-nantikan akan segera tiba, dimana Ezra akan kembali pulih dan bangun dari komanya begitu pikir mereka. "Panggil Dokter lagi Bi." Umi Salimah berseru pada suaminya agar perkembangan Ezra bisa dilihat segera oleh dokter dan mereka mendapat kabar baik selanjutnya. Abi El Haq pun bergegas memencet tombol di samping kanan brangkar. Lalu kembali mendekati istrinya yang memanggil-manggil nama putra mereka. "Nak bangun sayang, ini Umi dan Abi," ucap Umi Salimah. Ia meraih tangan Ezra yang masih bergerak lemah, mencium punggung, telapak tangannya berulang-ulang secara bergantian hingga air matanya juga ikut membasahi tangan Ezra. "Ezra, ini Abi Nak. Kamu mendengar Abi?" Kini giliran Abi El yang me

  • Terjebak Di Tubuh Ustad   4. Clay

    Ezra menatap wajah dokter yang lagi-lagi menanyakan namanya. Apakah dia benar-benar dianggap amnesia sehingga membuat orang-orang di sekelilingnya begitu menunggu jawaban dari bibirnya.Haruskah aku memberitahukan namaku saat ini? Sebentar. Ezra kembali mengingat-ingat nama panggilan dan kata-kata asing yang ia dengar. Sejurus kemudian ekor matanya menoleh pada dua orang pasangan paruh baya itu. Wajahnya senang tapi ada gurat cemas terpancar begitu jelas. "Siapa mereka?" tunjuknya pada Abi El dan Umi Salimah.Alih-alih menjawab pertanyaan dokter tentang namanya. Ia ingin tau siapa orang yang sejak tadi menangisi dirinya, bahkan Ezra yakin dua orang itulah yang telah membisikkan kata-kata-kata asing di telinganya. saat ia berusaha membuka kedua matanya."Anda tidak ingat mereka?"Lagi Dokter Jibril yang bertanya, Ezra menggeleng. Bagaimana dia ingat pernah bertemu saja tidak, bukankah ini pertemuan pertamanya dengan orang-orang yang berada di ruangan ini, gerutunya tentu dalam hati."

  • Terjebak Di Tubuh Ustad   5. Menjadi Asing

    Beberapa saat sebelumnya. "Abiii." Khansa yang baru saja naik ke kamarnya lantas turun kembali. Tanpa sadar sudah memanggil Abinya dengan berteriak karena terkejut akan kabar yang baru saja ia terima. Ia berlari-lari menuruni anak tangga mencari orang tuanya. "Astaqfirullahaladzhim itu kenapa putri kita teriak manggil-manggil Bi." Umi Hanan segera menggunakan jilbab yang baru saja dilepas, keduanya baru saja hendak tidur setelah berbicara panjang lebar dengan Khansa sepulangnya dari rumah sakit. Abi Hanan pun lekas bangkit dari pembaringan, keduanya lalu keluar kamar. Mereka terkejut saat melihat Khansa berlari langsung menubruk tubuh Abinya. "Abi, Mas Ezra Bi." Khansa menangis sesegukan, Abi Hanan melirik pada istrinya seolah bertanya tapi istrinya mengangkat kedua bahu tanda tak mengetahui apa-apa. Abi Hanan pun membelai rambut Khansa dengan lembut. "Ada kabar apa dengan Nak Ezra sampai-sampai putri Abi teriak-teriak begini," tanya Abi Hanan lembut, "Mas Ezra, Mas Ezra sa

Bab terbaru

  • Terjebak Di Tubuh Ustad   6. Pak Tua

    Suara-suara asing terus saja terdengar, membuat tidur nyenyak Clay terganggu. Padahal ia masih sangat mengantuk. Belum lagi tubuhnya yang belum bisa digerakkan membuatnya banyak mengeluarkan kata makian sejak kemarin. Dirinya marah atas ketidakberdayaan dan keterasingan saat ini. Ia berjanji jika sembuh akan membalas perbuatan Mafia Nostra. Juga kelompok mafia lainnya yang bisa menjadi musuh dirinya di masa depan. "Shut up!" teriaknya. Membuat dua orang yang sedang membaca alqur'an itu terjengkit dengan serempak mengucapkan kalimat istiqfar. "Astaqfirullah, astaqfirullah, astaqfirulla, astaqfirullah," dengan tangan yang mengurut dada. Kompak keduanya melihat kearah Clay. Abi El bangun, Umi Salimah menahan tangan suaminya. Feelingnya kuat jika suaminya akan dimarahi kembali. Ia hanya ingin mencengah dan meminta suaminya membiarkan saja. Namun, Abi El menolak lewat sorot matanya seolah mengatakan dia anak kita. Membuat Umi Salimah melepaskan genggamannya. Abi El lantas berjalan mend

  • Terjebak Di Tubuh Ustad   5. Menjadi Asing

    Beberapa saat sebelumnya. "Abiii." Khansa yang baru saja naik ke kamarnya lantas turun kembali. Tanpa sadar sudah memanggil Abinya dengan berteriak karena terkejut akan kabar yang baru saja ia terima. Ia berlari-lari menuruni anak tangga mencari orang tuanya. "Astaqfirullahaladzhim itu kenapa putri kita teriak manggil-manggil Bi." Umi Hanan segera menggunakan jilbab yang baru saja dilepas, keduanya baru saja hendak tidur setelah berbicara panjang lebar dengan Khansa sepulangnya dari rumah sakit. Abi Hanan pun lekas bangkit dari pembaringan, keduanya lalu keluar kamar. Mereka terkejut saat melihat Khansa berlari langsung menubruk tubuh Abinya. "Abi, Mas Ezra Bi." Khansa menangis sesegukan, Abi Hanan melirik pada istrinya seolah bertanya tapi istrinya mengangkat kedua bahu tanda tak mengetahui apa-apa. Abi Hanan pun membelai rambut Khansa dengan lembut. "Ada kabar apa dengan Nak Ezra sampai-sampai putri Abi teriak-teriak begini," tanya Abi Hanan lembut, "Mas Ezra, Mas Ezra sa

  • Terjebak Di Tubuh Ustad   4. Clay

    Ezra menatap wajah dokter yang lagi-lagi menanyakan namanya. Apakah dia benar-benar dianggap amnesia sehingga membuat orang-orang di sekelilingnya begitu menunggu jawaban dari bibirnya.Haruskah aku memberitahukan namaku saat ini? Sebentar. Ezra kembali mengingat-ingat nama panggilan dan kata-kata asing yang ia dengar. Sejurus kemudian ekor matanya menoleh pada dua orang pasangan paruh baya itu. Wajahnya senang tapi ada gurat cemas terpancar begitu jelas. "Siapa mereka?" tunjuknya pada Abi El dan Umi Salimah.Alih-alih menjawab pertanyaan dokter tentang namanya. Ia ingin tau siapa orang yang sejak tadi menangisi dirinya, bahkan Ezra yakin dua orang itulah yang telah membisikkan kata-kata-kata asing di telinganya. saat ia berusaha membuka kedua matanya."Anda tidak ingat mereka?"Lagi Dokter Jibril yang bertanya, Ezra menggeleng. Bagaimana dia ingat pernah bertemu saja tidak, bukankah ini pertemuan pertamanya dengan orang-orang yang berada di ruangan ini, gerutunya tentu dalam hati."

  • Terjebak Di Tubuh Ustad   3. Siapa Nama Anda

    "Tangannya bergerak, Bi." Umi Salimah yang begitu gembira melihat pergerakan jari jemari tangan Ezra. Abi El Haq pun memperhatikan ke dua tangan putranya, secara perlahan gerakan jari-jemari tangan itu kembali bergerak. "Alhamdulillah ya Allah," seru keduanya begitu senang. Hari yang dinanti-nantikan akan segera tiba, dimana Ezra akan kembali pulih dan bangun dari komanya begitu pikir mereka. "Panggil Dokter lagi Bi." Umi Salimah berseru pada suaminya agar perkembangan Ezra bisa dilihat segera oleh dokter dan mereka mendapat kabar baik selanjutnya. Abi El Haq pun bergegas memencet tombol di samping kanan brangkar. Lalu kembali mendekati istrinya yang memanggil-manggil nama putra mereka. "Nak bangun sayang, ini Umi dan Abi," ucap Umi Salimah. Ia meraih tangan Ezra yang masih bergerak lemah, mencium punggung, telapak tangannya berulang-ulang secara bergantian hingga air matanya juga ikut membasahi tangan Ezra. "Ezra, ini Abi Nak. Kamu mendengar Abi?" Kini giliran Abi El yang me

  • Terjebak Di Tubuh Ustad   2. Syabil Ezra El Haq

    Di sebuah rumah sakit. Hujan deras dan petir sejak tadi tiada henti beriringan dan saling bersahut-sahutan. Tak jua reda sudah cukup lama. Seolah memberi tanda pada seorang gadis sedang menunggui lelaki yang berbaring koma sudah sebulan lamanya berada dalam duka. Gadis itu memandang ke arah luar jendela. Khansa namanya, calon istri lelaki yang mengalami kecelakaan mobil kala ia akan menggelar pernikahan dengannya. Gadis itu pun setia menemani hari-hari calon suaminya. Meski tak pernah menyentuh, tapi ia berharap dengan kehadirannya calon suaminya itu bisa merasakan dan bersemangat untuk bangun. Gadis itu sedih bukan karena pernikahannya saja yang tertunda atau bahkan terancam gagal akibat kecelakaan itu, tapi juga harapannya tipis. Setipis harapan hidup Syabil Ezra El Haq, begitu nama lengkap calon suaminya yang sering disapa Ezra atau Ustad Ezra. Membuat keluarga Kyai Hasal El Haq memintanya mencari lelaki lain. Karena menurut tim medis, hanya keajaiban Tuhan yang bisa membuat Ezr

  • Terjebak Di Tubuh Ustad   1. Serangan Musuh

    "Tembak." Suara seruan disusul tembakan beruntun dari jenis senjata AK-12 sontak membuat lelaki yang berpakaian serba hitam berusaha berlari. Ia dikejar oleh puluhan orang musuh-musuhnya bersenjata lengkap sedangkan dirinya hanya sendirian. Mencoba lari menghindar karena tidak memungkinkan baginya melawan. Dikarenakan tubuhnya belum pulih benar akibat tembakan dari aksi balas dendam dengan anggota Mafia Zetas sebelumnya yang dikalahkan oleh kelompok mafia pimpinan dirinya. Niat hati ingin menyendiri di sebuah villa pinggir kota untuk pemulihan kaki tidak menyangka Mafia Nostra menemukan dan menyerangnya. Satu bulan sebelumnya pagi hari dalam perjalanan pulang. Clay mengemudikan mobil dengan santai, semalam ia bersama anak buahnya berpesta. Setelah berhasil menaklukkan Mafia Zetas dan menguasai bisnis haramnya. Walau sang ketua berhasil kabur dan sekarang masih diburu olehnya, tetap saja ia merasa bahagia atas pencapaiannya sebagai mafia. Bisnis senjata dan kasino kini dikuasai s

DMCA.com Protection Status