"Tembak."
Suara seruan disusul tembakan beruntun dari jenis senjata AK-12 sontak membuat lelaki yang berpakaian serba hitam berusaha berlari. Ia dikejar oleh puluhan orang musuh-musuhnya bersenjata lengkap sedangkan dirinya hanya sendirian. Mencoba lari menghindar karena tidak memungkinkan baginya melawan.
Dikarenakan tubuhnya belum pulih benar akibat tembakan dari aksi balas dendam dengan anggota Mafia Zetas sebelumnya yang dikalahkan oleh kelompok mafia pimpinan dirinya. Niat hati ingin menyendiri di sebuah villa pinggir kota untuk pemulihan kaki tidak menyangka Mafia Nostra menemukan dan menyerangnya.
Satu bulan sebelumnya pagi hari dalam perjalanan pulang.
Clay mengemudikan mobil dengan santai, semalam ia bersama anak buahnya berpesta. Setelah berhasil menaklukkan Mafia Zetas dan menguasai bisnis haramnya. Walau sang ketua berhasil kabur dan sekarang masih diburu olehnya, tetap saja ia merasa bahagia atas pencapaiannya sebagai mafia.
Bisnis senjata dan kasino kini dikuasai sepenuhnya. Tinggal menundukkan satu mafia besar lainnya, tapi belum ia rencanakan karena masih ingin menikmati kemenangan. Dua mobil anak buahnya di belakang mengikuti seperti biasa.
Jalanan yang ia lewati tak begitu ramai, jadi Clay berkendara dengan normal. Namun, tiba-tiba sebuah mobil truk memepetnya disaat pertigaan. Memaksa mobilnya berada di jalur berlawanan dengan kendaraan lain. Padahal jalan tersebut seharusnya hanya satu arah.
"Oh Shit, siapa yang mau bermain-main denganku," geramnya.
Clay melirik anak buahnya di belakang, tapi tak terlihat. Dua kendaraan pengawalnya ternyata terhalangi oleh kendaraan lainnya. Menutup jalan hingga terpaksa memutar mencari celah. Tetapi suara tembakan beruntun terdengar, begitu juga dengan dirinya.
Dor! Dor!
Kaca mobilnya pecah dihantam peluru, beruntung ia masih bisa mengendalikan laju mobil dan tidak mengenainya. Ia mempercepat laju mobil berusaha menghindari. Sayang, di depannya ada kendaraan iring-iringan pengantin yang tak dapat ia hindari.
Brukk!
Tabrakan tidak dapat dihindari, mobilnya terhenti seketika begitu juga kendaraan yang ditabraknya. Tabrakan beruntun tidak dapat dihindari, mobil Clay terdorong ke belakang dan baru terhenti saat penambrak pembatas jalan.
Belum sempat Clay keluar dari mobil, laki-laki besar berpakaian serba hitam dengan penutup kepala berwarna sama keluar dari mobil truk. Lengkap dengan senjata laras panjang di tangan. Clay ditarik paksa keluar dari mobil, kepalanya berdarah begitu juga ke dua kakinya yang terhimpit.
Pandangan matanya pun pudar, meringis menahan rasa sakit di tubuhnya. Ia lantas diseret dan dilemparkan ke dalam truk. Truk berbalik dan pergi meninggalkan area kecelakaan yang disebabkan oleh mereka. Beruntung ia masih hidup, anggotanya berhasil menemukan dan membantunya membunuh pelaku penyerangan yang ternyata didalangi Ketua Zetas. Walaupun harus merelakan dua kakinya ditembak terlebih dulu.
***
Setelah kejadian itu Clay menepikan diri, untuk pemulihan dari kecelakaan dan tembakan peluru. Yakin tempat yang ia tuju sangat tersembunyi dan tidak diketahui oleh musuh-musuhnya. Maka dari itu Clay menolak kala beberapa anggotanya ingin ikut untuk menjaga. Meski di pinggiran kota, villanya tersembunyi dalam sebuah hutan lebat.
Tidak hanya itu, villanya berdiri di tengah-tengah tebing di mana di sekitarnya hanya jalan setapak dengan bagian sisi-sisinya jurang yang dalam. Tidak hanya bebatuan tajam yang akan merajam kala jatuh. Deretan pohon berduri lancip, kuat dan panjang siap menusuk daging apapun. Tak cukup di sana, jika selamat dari bebatuan dan pohon akan kembali berhadapan dengan derasnya aliran Sungai Areel.
Sungai yang dikenal tanpa ujung itu sudah banyak memakan korban dan tidak ditemukan. Air yang tak jernih membuat siapapun akan kesusahan bila mencari jasad jika sudah terjebak di sana. Belum lagi penghuni sungai yang siap mencabik-cabik benda yang dianggapnya mangsa. Itulah mengapa sosok ketua Mafia King memilih berada di sana. Kakinya tertembak salah satu anggota Mafia Zetas menembus tulang kaki. Membuat ia harus beristirahat dalam waktu yang cukup lama. Tembakan yang dialaminya termasuk ekstrim jika tidak ditangani hati-hati maka bisa membuat kakinya diamputasi.
Untuk sampai di Villa, ia dibantu oleh anggotanya dan ditemani seorang dokter wanita dan satu perawat laki-laki. Baru dua hari ia merasakan damainya hidup tanpa desingan peluru dan darah. Ia harus dihadapkan kembali pada kenyataan kala dokter dan perawat yang bersamanya ternyata salah satunya pengkhianat.
Ternyata perawat itu bagian dari kelompok Mafia Nostra. Mafia yang selalu menjadi musuh utama kelompok Mafia King selain Mafia Zetas. King kelompoknya sukses menjadi nomor satu di Negeri Island sejak Clay nama lelaki itu menjadi ketua. Menjadi penerus setelah ditunjuk oleh ketua sebelumnya yang meninggal dunia akibat penyakit kanker otak. Suara peluru terus berdesing, tembakan demi tembakan mengarah padanya.
Clay terus berlari berusaha menghindari rentetan tembakan yang tiada henti. Menyeret paksa kakinya dan berusaha melawan. Sayang ia hanya membawa pistol glok 17 dan airsoft revolver tak sebanding dengan senjata serta kekuatan musuhnya. Ia sudah terjebak dan kini berada di sisi tebing, musuhnya semakin dekat sedangkan peluru pistolnya juga sudah habis. Clay pun pasrah dan kini terduduk di tepian jurang. Berpikir mungkin inilah waktunya malaikat maut menjemput.
Dengan meringis menahan sakit dan nafasnya yang memburu, ia tersenyum kala Ketua Mafia Nostra sudah berada di depannya. Tentu dengan anggotanya yang berada di belakang membentuk formasi melingkar berlapis. Tanah datar di tebing itu sempit, sehingga memaksa puluhan anggota Nostra ekstra hati-hati jika tidak mau dimangsa alam.
"Akhirnya waktu kematianmu tiba, Clay. Katakan apa permintaan dan kata-kata terakhirmu."
Brandon Ketua Nostra itu melangkah mendekati masih dengan senjata mengarah pada Clay. Ia tidak ingin kecolongan seperti Ketua Zetas yang akhirnya kalah setelah berhasil membuat Clay terjebak dan kaki tertembak. Namun, kepintaran dan ketangkasan Clay membuat Ketua Zetas kalah dan mati di tangan musuhnya itu. Maka dari itu walau Clay nampak lemah, ia harus tetap hati-hati tidak ingin kejadian pada Zetas terulang kembali padanya.
Padahal saat ini adalah waktu emas untuk memusnahkan Mafia King yang berhasil menjadi nomor satu dan mengambil wilayahnya dan wilayah mafia lainnya. Membuat gerak perdagangan ilegalnya menjadi berkurang drastis. Nostra hanya kelompok mafia ketiga dalam deretan kelompok mafia di negaranya setelah King dan Zetas. Tetapi kini kesempatan untuk menjadi nomor satu sudah di depan mata. Brandon tak ingin menyia-nyiakan setelah kehancuran kelompok Zetas di tangan King. Kini tiba waktunya dia menghandurkan King dimulai dari ketuanya terlebih dahulu.
"Bodoh," umpat Clay dengan tersenyum mengejek.
"Kau pikir bisa menjadi nomor satu setelah membunuhku? Jikapun aku mati dalam tubuh King akan muncul Clay-Clay lain. Lebih hebat, kuat yang akan memimpin menjadikannya tetap mafia nomor satu tak terkalahkan."
"Omong kosong."
Marahnya Brandon tak menyangka jika Clay masih bisa menyombongkan diri disaat dirinya sudah tak berdaya.
"Saat kau mati seluruh anggotamu akan kumusnahkan, bagian yang seharusnya milikku akan aku ambil tanpa sisa. Sedangkan kau!" tunjukknya pada Clay.
"Hanya akan menjadi seonggok daging busuk menjadi makanan cacing tanah dan hewan melata lainnya," lanjutnya dengan nada keras.
"Seorang Clay walaupun mati akan tetap terhormat. Ia takkan pernah menyerah sampai akhir," ucap Clay lalu dengan gerakan cepat berusaha mengambil senjata Brandon.
Dor! Dor!
Tembakan beruntun mengenainya membuat genggaman tangannya yang berhasil merebut senjata Brandon melemah pada akhirnya jatuh ke tanah.
"Sialan," maki Brandon.
Tubuhnya banyak terkena darah musuhnya. Tetapi ia tersenyum puas kala melihat tubuh Clay yang sudah tak bergerak dan darah segar mengalir dari sana. Ia mencoba memastikan dengan menginjak dan menggoyang-goyangkan kaki di tubuh Clay.
"Akhirnya aku menjadi nomor satu," ucap Brandon begitu gembira.
Brandon tertawa disusul tawa anggota lainnya. Mereka semua bersorak untuk merayakan kemenangan. Sesaat mereka terhanyut dalam euforia itu dan kegembiraan itu terhenti kala suara petir disusul hujan deras datang tiba-tiba.
"Cepat buang jasadnya, biar batu, pepohonan atau Sungai Areel akan memangsa tubuhnya."
Anggotanya pun segera menjalankan perintah Brandon, dua orang maju mengangkat tubuh Clay dan melemparkannya ke jurang. Setelahnya mereka segera pergi meninggalkan lokasi itu. Hujan lebat akan menyusahkan mereka jika sampai terlambat. Jalan setapak menjadi licin dan rawan tergelincir bisa membuat tubuh mereka mangsa empuk sang alam.
Sedangkan tubuh Clay terlempar jauh, tidak mengenai pohon ataupun bebatuan. Tubuh itu terjun ke Sungai Areel yang deras. Tak lagi merasakan apa-apa. Tubuh itu pun disambut, sesaat genangan warna merah terlihat di sana. Namun, seiring tubuh Clay terseret arus sungai, genangan darah pun menghilang. Tubuh Clay terombang-ambing oleh arus sungai yang keruh. Menyamarkan tubuh Clay dari pandangan mata. Bergerak begitu cepat menuju tempat yang lebih rendah.
Hujan dan petir terus saja datang tiada henti, seolah menandakan ada kematian yang tak diharapkan datang. Tubuh Clay terus terombang-ambing tanpa henti. Aliran Sungai Areel semakin deras akibat curah hujan yang tinggi. Cepat sekali tubuh itu terbawa arus sungai, hingga kini sudah bermil-mil ia jauhnya dari tempat kejatuhan awalnya.
Sebuah akar pohon besar di pinggiran Sungai Areel seolah bergerak-gerak, menarik tubuh Clay untuk berada di bawahnya. Sebuah bayangan hitam dan putih tiba-tiba muncul bersamaan di atas tubuh Clay. Keduanya saling pandang menatap tubuh Clay yang mulai membiru. Bayangan hitam menerjang si putih, tapi dengan mudah dapat dihindari.
Pertarungan antara dua bayangan berlanjut ngeri, berusaha saling mengalahkan satu-sama lainnya. Angin di tempat itu berhembus sangat kencang, petir pun bergerak cepat menyambar pohon. Membuat pertarungan dua bayangan terhenti. Si hitam pergi meninggalkan sosok bayangan putih yang tegap berdiri. Menatap tajam pada sosok yang berdiri terdiam sejak tadi melihat pertarungan keduanya, sama sekali sosok itu tak bergerak.
Beberapa saat kemudian tubuh Clay yang masih berada di atas air bergetar hebat, bahkan terguncang dan terangkat beberapa kali. Bersamaan dengan suara petir dan hujan yang semakin keras dan deras. Si putih pun menarik sosok itu dan membawanya terbang menjauh dari tempat itu.
Bayangan putih itu berhenti setelah terbang cukup lama. Hujan petir masih mengiringi, lalu si putih mengangkat kedua tangannya tiba-tiba sosok itu melayang. Apa yang terjadi selanjutnya? Siapa sosok itu dan bagaimana dengan Clay?
Di sebuah rumah sakit. Hujan deras dan petir sejak tadi tiada henti beriringan dan saling bersahut-sahutan. Tak jua reda sudah cukup lama. Seolah memberi tanda pada seorang gadis sedang menunggui lelaki yang berbaring koma sudah sebulan lamanya berada dalam duka. Gadis itu memandang ke arah luar jendela. Khansa namanya, calon istri lelaki yang mengalami kecelakaan mobil kala ia akan menggelar pernikahan dengannya. Gadis itu pun setia menemani hari-hari calon suaminya. Meski tak pernah menyentuh, tapi ia berharap dengan kehadirannya calon suaminya itu bisa merasakan dan bersemangat untuk bangun. Gadis itu sedih bukan karena pernikahannya saja yang tertunda atau bahkan terancam gagal akibat kecelakaan itu, tapi juga harapannya tipis. Setipis harapan hidup Syabil Ezra El Haq, begitu nama lengkap calon suaminya yang sering disapa Ezra atau Ustad Ezra. Membuat keluarga Kyai Hasal El Haq memintanya mencari lelaki lain. Karena menurut tim medis, hanya keajaiban Tuhan yang bisa membuat Ezr
"Tangannya bergerak, Bi." Umi Salimah yang begitu gembira melihat pergerakan jari jemari tangan Ezra. Abi El Haq pun memperhatikan ke dua tangan putranya, secara perlahan gerakan jari-jemari tangan itu kembali bergerak. "Alhamdulillah ya Allah," seru keduanya begitu senang. Hari yang dinanti-nantikan akan segera tiba, dimana Ezra akan kembali pulih dan bangun dari komanya begitu pikir mereka. "Panggil Dokter lagi Bi." Umi Salimah berseru pada suaminya agar perkembangan Ezra bisa dilihat segera oleh dokter dan mereka mendapat kabar baik selanjutnya. Abi El Haq pun bergegas memencet tombol di samping kanan brangkar. Lalu kembali mendekati istrinya yang memanggil-manggil nama putra mereka. "Nak bangun sayang, ini Umi dan Abi," ucap Umi Salimah. Ia meraih tangan Ezra yang masih bergerak lemah, mencium punggung, telapak tangannya berulang-ulang secara bergantian hingga air matanya juga ikut membasahi tangan Ezra. "Ezra, ini Abi Nak. Kamu mendengar Abi?" Kini giliran Abi El yang me
Ezra menatap wajah dokter yang lagi-lagi menanyakan namanya. Apakah dia benar-benar dianggap amnesia sehingga membuat orang-orang di sekelilingnya begitu menunggu jawaban dari bibirnya.Haruskah aku memberitahukan namaku saat ini? Sebentar. Ezra kembali mengingat-ingat nama panggilan dan kata-kata asing yang ia dengar. Sejurus kemudian ekor matanya menoleh pada dua orang pasangan paruh baya itu. Wajahnya senang tapi ada gurat cemas terpancar begitu jelas. "Siapa mereka?" tunjuknya pada Abi El dan Umi Salimah.Alih-alih menjawab pertanyaan dokter tentang namanya. Ia ingin tau siapa orang yang sejak tadi menangisi dirinya, bahkan Ezra yakin dua orang itulah yang telah membisikkan kata-kata-kata asing di telinganya. saat ia berusaha membuka kedua matanya."Anda tidak ingat mereka?"Lagi Dokter Jibril yang bertanya, Ezra menggeleng. Bagaimana dia ingat pernah bertemu saja tidak, bukankah ini pertemuan pertamanya dengan orang-orang yang berada di ruangan ini, gerutunya tentu dalam hati."
Beberapa saat sebelumnya. "Abiii." Khansa yang baru saja naik ke kamarnya lantas turun kembali. Tanpa sadar sudah memanggil Abinya dengan berteriak karena terkejut akan kabar yang baru saja ia terima. Ia berlari-lari menuruni anak tangga mencari orang tuanya. "Astaqfirullahaladzhim itu kenapa putri kita teriak manggil-manggil Bi." Umi Hanan segera menggunakan jilbab yang baru saja dilepas, keduanya baru saja hendak tidur setelah berbicara panjang lebar dengan Khansa sepulangnya dari rumah sakit. Abi Hanan pun lekas bangkit dari pembaringan, keduanya lalu keluar kamar. Mereka terkejut saat melihat Khansa berlari langsung menubruk tubuh Abinya. "Abi, Mas Ezra Bi." Khansa menangis sesegukan, Abi Hanan melirik pada istrinya seolah bertanya tapi istrinya mengangkat kedua bahu tanda tak mengetahui apa-apa. Abi Hanan pun membelai rambut Khansa dengan lembut. "Ada kabar apa dengan Nak Ezra sampai-sampai putri Abi teriak-teriak begini," tanya Abi Hanan lembut, "Mas Ezra, Mas Ezra sa
Suara-suara asing terus saja terdengar, membuat tidur nyenyak Clay terganggu. Padahal ia masih sangat mengantuk. Belum lagi tubuhnya yang belum bisa digerakkan membuatnya banyak mengeluarkan kata makian sejak kemarin. Dirinya marah atas ketidakberdayaan dan keterasingan saat ini. Ia berjanji jika sembuh akan membalas perbuatan Mafia Nostra. Juga kelompok mafia lainnya yang bisa menjadi musuh dirinya di masa depan. "Shut up!" teriaknya. Membuat dua orang yang sedang membaca alqur'an itu terjengkit dengan serempak mengucapkan kalimat istiqfar. "Astaqfirullah, astaqfirullah, astaqfirulla, astaqfirullah," dengan tangan yang mengurut dada. Kompak keduanya melihat kearah Clay. Abi El bangun, Umi Salimah menahan tangan suaminya. Feelingnya kuat jika suaminya akan dimarahi kembali. Ia hanya ingin mencengah dan meminta suaminya membiarkan saja. Namun, Abi El menolak lewat sorot matanya seolah mengatakan dia anak kita. Membuat Umi Salimah melepaskan genggamannya. Abi El lantas berjalan mend
Suara-suara asing terus saja terdengar, membuat tidur nyenyak Clay terganggu. Padahal ia masih sangat mengantuk. Belum lagi tubuhnya yang belum bisa digerakkan membuatnya banyak mengeluarkan kata makian sejak kemarin. Dirinya marah atas ketidakberdayaan dan keterasingan saat ini. Ia berjanji jika sembuh akan membalas perbuatan Mafia Nostra. Juga kelompok mafia lainnya yang bisa menjadi musuh dirinya di masa depan. "Shut up!" teriaknya. Membuat dua orang yang sedang membaca alqur'an itu terjengkit dengan serempak mengucapkan kalimat istiqfar. "Astaqfirullah, astaqfirullah, astaqfirulla, astaqfirullah," dengan tangan yang mengurut dada. Kompak keduanya melihat kearah Clay. Abi El bangun, Umi Salimah menahan tangan suaminya. Feelingnya kuat jika suaminya akan dimarahi kembali. Ia hanya ingin mencengah dan meminta suaminya membiarkan saja. Namun, Abi El menolak lewat sorot matanya seolah mengatakan dia anak kita. Membuat Umi Salimah melepaskan genggamannya. Abi El lantas berjalan mend
Beberapa saat sebelumnya. "Abiii." Khansa yang baru saja naik ke kamarnya lantas turun kembali. Tanpa sadar sudah memanggil Abinya dengan berteriak karena terkejut akan kabar yang baru saja ia terima. Ia berlari-lari menuruni anak tangga mencari orang tuanya. "Astaqfirullahaladzhim itu kenapa putri kita teriak manggil-manggil Bi." Umi Hanan segera menggunakan jilbab yang baru saja dilepas, keduanya baru saja hendak tidur setelah berbicara panjang lebar dengan Khansa sepulangnya dari rumah sakit. Abi Hanan pun lekas bangkit dari pembaringan, keduanya lalu keluar kamar. Mereka terkejut saat melihat Khansa berlari langsung menubruk tubuh Abinya. "Abi, Mas Ezra Bi." Khansa menangis sesegukan, Abi Hanan melirik pada istrinya seolah bertanya tapi istrinya mengangkat kedua bahu tanda tak mengetahui apa-apa. Abi Hanan pun membelai rambut Khansa dengan lembut. "Ada kabar apa dengan Nak Ezra sampai-sampai putri Abi teriak-teriak begini," tanya Abi Hanan lembut, "Mas Ezra, Mas Ezra sa
Ezra menatap wajah dokter yang lagi-lagi menanyakan namanya. Apakah dia benar-benar dianggap amnesia sehingga membuat orang-orang di sekelilingnya begitu menunggu jawaban dari bibirnya.Haruskah aku memberitahukan namaku saat ini? Sebentar. Ezra kembali mengingat-ingat nama panggilan dan kata-kata asing yang ia dengar. Sejurus kemudian ekor matanya menoleh pada dua orang pasangan paruh baya itu. Wajahnya senang tapi ada gurat cemas terpancar begitu jelas. "Siapa mereka?" tunjuknya pada Abi El dan Umi Salimah.Alih-alih menjawab pertanyaan dokter tentang namanya. Ia ingin tau siapa orang yang sejak tadi menangisi dirinya, bahkan Ezra yakin dua orang itulah yang telah membisikkan kata-kata-kata asing di telinganya. saat ia berusaha membuka kedua matanya."Anda tidak ingat mereka?"Lagi Dokter Jibril yang bertanya, Ezra menggeleng. Bagaimana dia ingat pernah bertemu saja tidak, bukankah ini pertemuan pertamanya dengan orang-orang yang berada di ruangan ini, gerutunya tentu dalam hati."
"Tangannya bergerak, Bi." Umi Salimah yang begitu gembira melihat pergerakan jari jemari tangan Ezra. Abi El Haq pun memperhatikan ke dua tangan putranya, secara perlahan gerakan jari-jemari tangan itu kembali bergerak. "Alhamdulillah ya Allah," seru keduanya begitu senang. Hari yang dinanti-nantikan akan segera tiba, dimana Ezra akan kembali pulih dan bangun dari komanya begitu pikir mereka. "Panggil Dokter lagi Bi." Umi Salimah berseru pada suaminya agar perkembangan Ezra bisa dilihat segera oleh dokter dan mereka mendapat kabar baik selanjutnya. Abi El Haq pun bergegas memencet tombol di samping kanan brangkar. Lalu kembali mendekati istrinya yang memanggil-manggil nama putra mereka. "Nak bangun sayang, ini Umi dan Abi," ucap Umi Salimah. Ia meraih tangan Ezra yang masih bergerak lemah, mencium punggung, telapak tangannya berulang-ulang secara bergantian hingga air matanya juga ikut membasahi tangan Ezra. "Ezra, ini Abi Nak. Kamu mendengar Abi?" Kini giliran Abi El yang me
Di sebuah rumah sakit. Hujan deras dan petir sejak tadi tiada henti beriringan dan saling bersahut-sahutan. Tak jua reda sudah cukup lama. Seolah memberi tanda pada seorang gadis sedang menunggui lelaki yang berbaring koma sudah sebulan lamanya berada dalam duka. Gadis itu memandang ke arah luar jendela. Khansa namanya, calon istri lelaki yang mengalami kecelakaan mobil kala ia akan menggelar pernikahan dengannya. Gadis itu pun setia menemani hari-hari calon suaminya. Meski tak pernah menyentuh, tapi ia berharap dengan kehadirannya calon suaminya itu bisa merasakan dan bersemangat untuk bangun. Gadis itu sedih bukan karena pernikahannya saja yang tertunda atau bahkan terancam gagal akibat kecelakaan itu, tapi juga harapannya tipis. Setipis harapan hidup Syabil Ezra El Haq, begitu nama lengkap calon suaminya yang sering disapa Ezra atau Ustad Ezra. Membuat keluarga Kyai Hasal El Haq memintanya mencari lelaki lain. Karena menurut tim medis, hanya keajaiban Tuhan yang bisa membuat Ezr
"Tembak." Suara seruan disusul tembakan beruntun dari jenis senjata AK-12 sontak membuat lelaki yang berpakaian serba hitam berusaha berlari. Ia dikejar oleh puluhan orang musuh-musuhnya bersenjata lengkap sedangkan dirinya hanya sendirian. Mencoba lari menghindar karena tidak memungkinkan baginya melawan. Dikarenakan tubuhnya belum pulih benar akibat tembakan dari aksi balas dendam dengan anggota Mafia Zetas sebelumnya yang dikalahkan oleh kelompok mafia pimpinan dirinya. Niat hati ingin menyendiri di sebuah villa pinggir kota untuk pemulihan kaki tidak menyangka Mafia Nostra menemukan dan menyerangnya. Satu bulan sebelumnya pagi hari dalam perjalanan pulang. Clay mengemudikan mobil dengan santai, semalam ia bersama anak buahnya berpesta. Setelah berhasil menaklukkan Mafia Zetas dan menguasai bisnis haramnya. Walau sang ketua berhasil kabur dan sekarang masih diburu olehnya, tetap saja ia merasa bahagia atas pencapaiannya sebagai mafia. Bisnis senjata dan kasino kini dikuasai s