Sebelum berangkat ke kantor, Lucas membuka ruang kerjanya dan meminta Natasha untuk duduk di kursinya. Kemudian, dia menyalakan komputer yang saat ini ada di depan Natasha. “Mulai hari ini kamu akan belajar mengamati secara langsung bagaimana Grup Shangzi bekerja,” ucap Lucas.Posisi antara dirinya dan Lucas yang sangat dekat membuat Natasha dapat mencium aroma parfum yang bercampur dengan aroma tubuh Lucas. Aroma itu membuat Natasha kembali mengingat kejadian semalam, di mana aroma itu mampu memberikan ketenangan untuknya.“Hari ini akan ada rapat dengan dewan, kamu amatilah apa yang terjadi dalam rapat nanti dan nanti malam sampaikan padaku apa yang kamu pahami!” lanjut Lucas.Natasha yang masih terlena pada aroma menenangkan milik Lucas itupun sangat diam. Hal itu membuat Lucas penasaran apakah Natasha memperhatikan dirinya bicara atau tidak.“Kamu mendengarku, Natasha?” tanya Lucas seraya menoleh untuk menatap Natasha.Lucas tidak tahu jika jaraknya dengan Natasha sangatlah dekat
Lucas turun dari mobil. Tanpa memberikan pernyataan apapun, dia menerjang kerumunan para wartawan.“Apakah benar jika perusahaan Wu akan bangkrut?”“Benarkah jika rapat hari ini akan membahas tentang jual beli saham di Grup Shangzi?”“Adakah kemungkinan perusahaan keluarga Wu akan diakuisisi oleh keluarga Li?”“Gila, dapat informasi seperti itu dari mana mereka?” batin Lucas yang masih sambil berjalan masuk ke dalam gedung.“Tuan Lucas, benarkah jika kemerosotan yang dialami oleh keluarga Wu saat ini dikarenakan pemutusan kerjasama antara keluarga Li dan keluarga Wu?”“Pertanyaan yang sangat provokatif,” batin Lucas lagi.“Benarkah jika keluarga Li mengambil alih semua kerja sama bisnis yang dimiliki keluarga Wu secara tidak profesional?” sambung wartawan tadi.“Tuan Lucas, apa ini masih ada hubungannya dengan pertunangan Anda dan Nona Lian yang tiba-tiba berakhir?”Lucas sedikit terganggu dengan pertanyaan tersebut. Namun, sampai ia memasuki gedung kantor, Lucas sama sekali tidak mem
Sesuai dengan yang dikatakan oleh Lucas pagi tadi, malam ini dia sungguh menguji pemahaman Natasha mengenai Grup Shangzi dari hasil mengamati rapat hari ini. Lucas dan Natasha melakukan tanya jawab dan juga sedikit diskusi di ruang kerja samping kamar mereka.Sejauh yang disampaikan oleh Natasha, Lucas bisa menangkap bahwa istrinya itu memang dapat dengan cepat memahami sesuatu. Dia melihat Natasha memahami dengan cukup baik seperti apa keluarga Li dalam berbisnis.“Aku cukup puas, kamu mampu mempelajari dan memahami semuanya dengan cepat,” ucap Lucas, “oleh karena itu, akan kuhadiahkan saham keluarga Wu yang tadi berhasil kuambil itu kepadamu.”Perkataan Lucas tentu membuat Natasha terkejut. Natasha tidak menduga jika Lucas akan memberikan saham itu kepadanya.“Ha?”“Jadikan ini sebagai bagian dari saham yang sudah kujanjikan padamu dalam kontrak!” jelas Lucas, “untuk bagian lainnya, kamu akan mendapatkannya nanti.”Natasha tidak tahu mau berkata apa. Dia sungguh masih syok karena ha
Satu per satu anggota keluarga Li tiba di ruang makan dan menduduki kursi masing-masing, begitu pula dengan Natasha dan Zihan. Zihan duduk di antara Suzhi dan Natasha kemudian dengan lahap menyantap sarapannya.“Zihan Sayang, nanti berangkat sekolah sama Oma, ya!” ucap Suzhi kepada sang cucu.Zihan menggeleng—“Tidak mau, Zihan mau sama Tante Natasha saja, Oma.”“Tapi Sayang,”“Zihan mau diantar Tante Natasha, Oma. Tante Natasha sudah setuju, kok!”—Zihan menatap Natasha.Natasha mengusap kepala Zihan dengan lembut sambil tersenyum padanya. Lalu, dia pun beralih menatap Suzhi.“Benar, Tante, Natasha sudah janji kepada Zihan untuk mengantarnya ke sekolah. Jadi, nanti Tante bisa langsung ke kantor saja!” terang Natasha.Sorot mata tajam Suzhi menghujam Natasha. Dia tidak senang melihat Zihan begitu dekat dengan Natasha.“Aku tidak tahu kalau secepat ini kamu meracuni pikiran cucuku, Natasha,” ucap Suzhi pelan.“Aku tidak mengerti maksud Tante, mencuci otak apa?”—Natasha membalas tatapan S
“Jika kubilang tidak, maka artinya tidak!” ucap Lucas tegas.Keduanya saling menatap.dengan pergelangan tangan Natasha berada dalam genggaman Lucas. Lalu, tiba-tiba pintu ruangan Lucas terbuka dan memperlihatkan sosok Lian di sana.Lian sontak mematung di tempat. Dia tidak menduga jika Natasha berada di kantor Lucas.“Maaf, Tuan!” ucap Kai, “saya sudah katakan kepada Nona Lian bahwa Anda tidak ingin diganggu, tapi Nona Lian memaksa masuk,” jelasnya.“Tidak apa, kamu bisa pergi!” ucap Lucas kepada Kai. Kai pun meninggalkan ruangan Lucas. “Masuklah, Lian!” pinta Lucas setelahnya kepada Lian.Setelah dipersilakan oleh si pemilik ruangan, Lian tentu langsung masuk dan duduk di sofa, berhadapan dengan Natasha. Lian meletakkan kotak makanan yang ia bawa ke atas meja dan menyandingkannya dengan milik Natasha.“Aku membawakan makanan kesukaanmu, Kak, aku yang memasaknya sendiri,” jelas Lian.“Aku berterima kasih, Lian,” ucap Lucas, “tapi sudah kukatakan padamu sebelumnya, bahwa kamu tidak per
Ketika Lucas memilih untuk tidak pulang, Natasha pikir dirinya akan leluasa menempati kamarnya seorang diri, sama seperti sebelum-sebelumnya saat Lucas lembur bekerja. Natasha pikir, dirinya tidak akan peduli terhadap Lucas dan dapat tidur dengan tenang. Namun, nyatanya yang terjadi justru sebaliknya. Saat ini Natasha malah tidak bisa tidur karena terus memikirkan Lucas. Sejak tadi dia terus memaksa matanya untuk terpejam dan berharap untuk segera terlelap. Hanya saja, mata boleh beristirahat, akan tetapi tidak dengan pikirannya. Pikiran Natasha terus berfokus pada Lucas. “Argh!”—Natasha bangkit—“ada apa denganku? kenapa aku mengkhawatirkannya?” Sebenarnya, yang membuat Natasha khawatir ialah kondisi kesehatan Lucas. Sebab, saat terakhir bertemu pagi tadi Natasha merasakan badan Lucas demam.“Dia bukan anak kecil dan sudah sering kerja dari pagi sampai pagi, lalu kenapa bisa demam seperti itu? tidak mungkin hanya karena masuk angin saja, ‘kan?” gumam Natasha. Dia lantas menutupi w
“Tante ...!” teriak Zihan sambil berlari menghampiri Natasha.Natasha menyambut Zihan dengan pelukan—“Ouh ... anak ganteng, anak pinter, kita pulang sekarang?”Zihan mengangguk—“Hem!”Setelah berpamitan dengan guru kelas Zihan, Natasha pun mengajak anak laki-laki itu pulang. Sambil mengayunkan tangan mereka yang saling bertaut, keduanya masuk ke dalam mobil.“Zihan lapar?” tanya Natasha.“Iya,” jawab Zihan.“Mau makan ayam goreng dulu sebelum pulang?”“Mau!” seru Zihan, “mau es krim juga, Tante.”“Oke!”Natasha pun meminta supirnya untuk mengantar mereka ke sebuah restoran ayam goreng di jalanan sebelum pulang. Pada saat itu tidak ada satupun hal yang aneh, semua terlihat dan terasa baik-baik saja. Namun, tidak lama setelah mobil melaju, sebuah mobil datang menghadang mereka. Mobil yang ditumpangi Natasha dan Zihan itupun mendadak berhenti. Kemudian, terlihat beberapa orang dengan pakaian serba hitam, bermasker, dan topi turun dari mobil di depan mereka. Orang-orang itu berjalan men
Setelah mengetahui cucunya diculik, Suzhi langsung bergegas pulang. Saat tahu bahwa saat itu ada Natasha yang tengah bersama dengan Zihan, Suzhi dengan marah langsung menuju kamar Natasha.Suzhi langsung masuk ke kamar Natasha begitu saja. Dia tidak peduli di sana ada Lucas, Suzhi langsung menampar Natasha.“Memang pembawa sial, kamu Natasha!” maki Suzhi.“Tante Suzhi,”—Lucas mencoba menengahi.“Kali ini diamlah, Lucas! biarkan aku bicara dengan istrimu ini!” pinta Suzhi, “aku tahu kamu akan membelanya, tapi aku juga berhak marah padanya karena dia tidak bisa menjaga cucuku.”Pada akhirnya Lucas diam. Dia memberi ruang kepada Suzhi untuk mengungkapkan emosinya. Begitu pula dengan Natasha, Lucas memberi kesempatan kepadanya untuk membela dirinya sendiri.Suzhi mengeluarkan segala kalimat caciannya untuk Natasha dan Natasha berusaha menerima dan memakluminya. Tidak ada nenek yang akan senang dan tenang saat tahu cucunya diculik. Hanya saja, di sisi lain, Natasha tidak ingin dilihat seb