Rafin masih meneruskan pekerjaannya hingga lebih dari waktu maghrib, dan hanya terjeda saat mandi. Ia sedari tadi hanya memakan roti tawar sebagai pengganjal perutnya. Oh iya, tadi Derry juga membawakannya martabak manis. Jadi pantas saja jika perutnya tak merasa lapar.
"Aku mau keluar sebentar," Mila berpamitan pada Rafin yang masih terlihat sangat sibuk.
"Mau kemana?" tanya Rafin sambil mengamati gaya berpakaian Mila. Ia menggunakan celana jeans dan kaos lengan panjang longgar dilapisi dengan jaket, hijabnya ia biarkan tergerai sebatas dada dan gadis itu masih menggunakan masker. Wuiihh ... Rapet bener. Batin Rafin.
"Cari mie instan. Kamu mau? Nanti aku beliin sekalian." Mila memberikan tawaran padanya.
"Gak, aku gak pernah makan yang begituan." Rafin menjawab dengan asal.
"Oh ... " Mila hampir sampai di pintu keluar saat Rafin berteriak padany
RAINBOW CAKEPart 18Prosesi ijab kabul hanya dihadiri oleh kerabat dan keluarga dekat saja. Pandangan Kasto tiba-tiba berkabut saat ia telah usai menikahkan keponakan gadisnya dengan seorang pria kaya."Maafkan aku mas, aku adalah paman yang buruk untuk anakmu." Kasto mengucapkan itu dalam hatinya."Jika kau ada disini, kau akan tau, betapa anakmu kini sangatlah cantik, dengan balutan kebaya putih dan untaian melati yang menjuntai indah pada kepalanya, menambah elok parasnya yang berhijab."Mila mencium tangan suaminya tanda takzim, dan pria itu kemudian mencium kening Mila. Suasana berubah haru saat Mila memohon do'a restu pada Pamannya. Meskipun keadaan sulit ini berawal dari tingkah polah Pamannya, bagaimanapun juga, ia adalah pengganti orang tuanya.Mila mencium tangan pria paruh baya itu, memohon do'a restu agar ia mampu menjalan
Hari ini adalah hari pernikahan Rafin dan Mila. Gedung yang luas dengan tatanan apik membuat suasana bertambah syahdu.Lampu dan bunga-bunga ditata begitu indah dengan dominasi warna putih, coklat dan emas. Membuat pelaminan terlihat sangat indah.Mila sedang dalam penanganan MUA terkenal. Gaun yang dipilih oleh Rafin, ternyata sangat indah saat dipakai lengkap dengan make-up dan asesoris lainnya. Penggunaan hijab sama sekali tak mengurangi kecantikan Mila. Ditambah lagi dengan wajah gadis itu yang lebih sering berpenampilan natural, sehingga sekalinya di make-up maka akan terpancar sekali kecantikannya.Hendra, Rio, Tommy dan Derry telah berada disini sejak pagi. Mereka sangat antusias dengan pernikahan bos muda itu. Hanya Pram yang tak terlihat di antara mereka.Tommy paham dengan kejadian pelik yang melibatkan tiga tokoh itu. Layaknya film cinta segitiga di layar
"Sudah kuduga. Anakku tak akan semudah itu mati." Seorang pria berusia lima puluhan tersenyum bahagia, setelah membaca berita di sebuah surat kabar pernikahan akbar seorang pengusaha kaya yang berpengaruh di dalam dan luar negeri.***Seorang pria muda sedang berselancar di internet saat ia menemukan sebuah berita tentang pernikahan akbar seorang pengusaha yang dikenalnya. Wajahnya berubah menjadi kaku, namun sebuah senyuman licik terpampang pada bibirnya."Jadi bajingan itu sudah menikah, bagus, aku akan lebih mudah dalam mengatur siasat."***Rafin kembali ke kamarnya karena tak menemukan keberadaan istrinya di manapun.Namun ternyata orang yang dicarinya sedang berada dikamar, terlihat duduk santai sambil membuka akun media sosialnya di atas pembaringan. Sambil sesekali tangannya mengambil camilan dari to
Seorang pria lajang, berjalan sendirian di tepi pantai. Masih pantai yang sama sejak tiga hari yang lalu. Ia sama sekali tak peduli dengan lalu lalang orang yang silih berganti melewatinya. Pandangannya beredar ke setiap sudut pantai, namun tak ada yang mampu membuat hatinya tertarik. Deburan ombak yang keras dan angin pantai yang menderu seakan mewakili rasa sakit hatinya yang tak kunjung mereda.Tiba-tiba matanya menangkap sepasang manusia yang sedang menikmati makan siang mereka di sebuah restoran tepi pantai. Hatinya kembali bergemuruh. Kalau saja ia tak ingat posisi, pasti akan ia lempar pasangan itu dengan alas kaki yang ia kenakan. Namun nyatanya, hanya dengan melihat mereka saja sanggup membuat dirinya hilang tenaga. Luka itu masih sama, dan sakit itu juga masih terasa. Namun sudah tak ada lagi air mata. Entah karena sudah kering, atau karena hatinya yang telah semakin kuat.Ada setitik tanya yang membuatn
Mila bangun lebih pagi di hari itu, ia merasa begitu bahagia. Entah karena apa, ia bahkan bingung mengartikan bunga-bunga yang terasa bermekaran di hatinya. Setelah ritualnya tadi malam, ia lantas tertidur dan kemudian terbangun karena mendengar suara adzan subuh.Entah ada ide dari mana, pagi ini ia berkeinginan untuk membuat kudapan berupa cake.Mila berkutat dengan adonan tepung dan gula halus sendirian. Karena tawaran bantuan dari Bibi Dini ia tolak. Bukan hal yang sulit bagi Mila untuk membuat cake, itu memang keahliannya.Ia hanya tinggal memberikan topping strawberry saat Oma menyapanya pagi itu."Wah, sejak kapan kalian disini?" tanya Oma yang membuat Mila menaikkan alisnya."Dari beberapa waktu yang lalu, dan Mila hanya sendirian Oma, kenapa Oma pakai kata kalian?" tanya Mila.Oma kemudian menunjuk seseor
Kasto kembali menempati rumah lamanya, yang kini telah lengang. Masih ada barang-barang milik kedua keponakannya, masih ditempat yang sama seperti saat ia tinggalkan waktu itu. Ia merebahkan tubuhnya pada kasur yang telah usang di kamarnya. Sepi, lengang, sendirian. Entah apa yang saat ini ia rasakan. Haruskah ia bahagia atau malah merasa bersalah?Masih ingat dalam benaknya, bagaimana saat untuk pertama kalinya kedua gadis belia itu tinggal dalam rumah sederhana miliknya. Ada semacam trauma dan ketakutan saat bertemu dengan orang asing. Terutama si bungsu Riska. Sedangkan kakaknya yang sebenarnya tak bisa dikatakan sebagai anak sulung itu terlihat lebih tegar.Ada satu rahasia keluarga Amarta yang sampai saat ini masih ia simpan. Itulah satu-satunya peristiwa yang masih membuatnya di kejar-kejar rasa bersalah.Nafasnya ia buang dengan kasar, tiba-tiba ia ingat akan sesuatu. Maka di carinyalah sebuah
Bibi Dini menangkap siluet Anggita pada acara itu. Ada banyak orang yang menghadiri acara pesta kebun itu, membuat Bibi Dini kesulitan untuk fokus dengan pencariannya karena lalu lalang orang yang tak berhenti. Dan benar saja dugaannya, gadis itu adalah Anggita. Bahkan kini Rafin terlihat sedang ngobrol dengannya.Ia segera mencari akal untuk memisahkan pertemuan mantan pasangan itu, sebelum Mila atau Oma mengetahuinya.***"Hai, apa kabarmu?" sapa Rafin pada gadis yang selalu terlihat sangat cantik di matanya itu."Seperti yang kau lihat," jawab Anggita tanpa menoleh sedikitpun pada pria itu. "Kau sendiri, bagaimana kabarmu?""Lebih baik dari dugaanmu," jawab Rafin percaya diri. Ia bahkan mengamati dengan cermat perubahan mimik muka dari gadis yang pernah mengisi hatinya selama tujuh tahun."Apa kau bahagia?" Anggita m
Sesampai di apartemen mereka langsung memasuki kamar masing-masing. Mila meletakkan barang-barangnya di kamar yang dahulu pernah digunakan. Tatanannya masih sama seperti dulu saat ia tinggalkan, belum berubah.***Mila menjadi lebih banyak diam dari sebelumnya. Pembicaraan di pesawat kemarin menjadi obrolan terakhir mereka.Dan pagi ini Mila keluar dari kamar saat Rafin telah pergi. Bekerja mungkin. Ia memilih bersih-bersih untuk kegiatannya hari itu.TING TONG...Sebuah bunyi bel berhasil membuat wanita muda itu terkejut. Spontan ia menghentikan kegiatan sebelumnya dan pergi ke arah pintu.Terlihat di sana seorang pria yang datang dengan membawa banyak barang." Selamat pagi, saya dari "ABC Catering" mengantarkan pesanan sarapan untuk Ny. Rafin. Paket sudah dibayar lunas oleh Tuan Rafin. Mohon dite