Kezia yang terbangun tengah malam langsung turun dari ranjang. Lagi-lagi dia merasa ada yang begitu sakit di antara kedua kakinya. Tapi ketika ia mengingat kenikmatan yang diberikan Arnold tadi malam, ia segera melupakan seluruh rasa sakitnya.
Gadis itu kemudian mengenakan seluruh pakaiannya yang tercerai-berai di lantai, kemudian pergi dari kamar Arnold. Ia tak ingin Baby Narendra kesepian lagi karena sama sekali tak ditengok semalaman, hingga akhirnya bayi itu menangis dalam waktu yang lama, lalu jatuh sakit.
Ketika Kezia sudah membuka pintu kamar, tiba-tiba Arnold bangun dan mencegah kepergiannya. "Tunggu, Kezia! Kamu mau ke mana?"Kedua kaki gadis itu membeku dan batal melangkah. Dia menoleh ke belakang. Arnold sudah turun dari kasur dan berjalan ke arahnya. Pria itu hanya mengenakan celana boxer sebatas lutut, sementara dada bidangnya dibiarkan terobral tanpa penutup. "Maaf, Tuan. Saya harus ke kamar Narendra sekarang untuk menTak lebih dari setengah bulan, penangkapan Rebecca sudah diproses. Polisi mendatangi langsung ke rumahnya sambil membawa bukti-bukti yang telah diberikan oleh pihak Arnold."Bapak tidak bisa menangkap saya seenaknya, dong. Memang produk mereka yang memiliki kualitas buruk. Banyak juga pelanggan yang sudah mengeluh masalah ini," sanggah Rebecca ketika dua polisi datang ke rumahnya.Namun, polisi telah begitu banyak mengantongi bukti. Rebecca tak bisa menyanggah lagi. Dia adalah dalang utama yang telah menyebar fitnah dan merekrut sekelompok orang untuk menebar berita buruk tentang produk dari perusahaan Arnold. Perempuan itu telah membayar beberapa orang penting yang akhirnya bisa membuat nama baik perusahaan Arnold jatuh dalam sekejap.Dengan begitu berat, Patmi melepas anaknya untuk dibawa polisi. Dia tak punya daya apa pun untuk melakukan pembelaan. Patmi sendiri juga tahu kalau Rebecca telah melakukan kesalahan.Dari kejauhan, Arnold
Langit sudah hampir sore. Matahari tak segarang tadi dalam menampakkan sinar. Mereka duduk di meja nomor tiga belas dengan posisi saling berhadapan. Jemari Kezia bermain gugup di atas meja, menebak perihal apa Arnold mengajaknya makan di restoran yang memiliki suasana romantis seperti ini."Kita bersiap pergi ke pengadilan sejak pagi, dan sampai di sana pada siang hari, kemudian fokus mengikuti jalannya persidangan sampai tuntas. Aku tahu kalau lambung kita butuh makanan," tutur Arnold seraya menaikkan tangan kanannya untuk memanggil pelayan.Arnold yang memilihkan semua menu seolah Kezia tidak punya makanan favorit, sehingga ia bebas memilihkan apa saja. Setelah pelayan itu pergi, Arnold memandang Kezia lama sekali seperti ada yang sedang ia hafalkan dari sebentuk wajah milik gadis mungil itu."Mengapa Tuan memandang saya seperti itu?" tanya Kezia malu-malu. Dia menundukkan kepala karena khawatir Arnold akan menangkap rona merah di pipinya.
Arnold selalu tertantang untuk menyelesaikan sesuatu sesegera mungkin agar masalah cepat tuntas. Seperti pagi ini, dia bergerak cepat menghubungi orang kepercayaannya agar datang ke ruangannya untuk mendiskusikan tentang sebuah rencana. Setelah mencapai kesepakatan akhir, Arnold menyuruh agar orang itu bergerak cepat. Ia ingin mendapat data sesegera mungkin.Esoknya, orang tersebut kembali datang. Wajahnya yang berseri membuat Arnold menebak kalau rencana mereka kemarin menemui keberhasilan."Bagaimana?" tanya Arnold seraya menepikan matanya dari layar laptop yang berisi beberapa dokumen pekerjaannya.Orang suruhannya meraih handphone dari saku, kemudian memperlihatkan sesuatu pada bosnya. Dari layar handphone yang menyala, terlihat dengan jelas kondisi Eva yang sedang mabuk berat di salah satu tempat hiburan berkelas. Perempuan yang usianya hampir setengah abad itu sedang tak berdaya di atas sofa seperti paus terdampar. Tangan kanannya masih mengg
Hanya sedikit sekali yang diundang dalam acara itu. Semua seperti sengaja dilakukan secara diam-diam. Walaupun sangat jauh jika dibandingkan dengan pernikahannya bersama Rebecca yang menghabiskan uang sampai miliaran, tapi Arnold menikmati pernikahannya dengan Kezia hari ini. Yang terpenting baginya adalah, ia dan gadis itu benar-benar telah sah jadi pasangan suami istri tanpa adanya pura-pura lagi."Kita sudah punya foto pernikahan, jadi tak perlu repot-repot membuatnya lagi," ujar Arnold ketika mereka keluar dari gereja. Beberapa orang memberikan selamat. Eva terlihat sangat bahagia di antara yang lain.Setelahnya, dua pengantin dipersilakan masuk mobil. Arnold sudah membayar kamar hotel mewah untuk merayakan malam pertama pernikahan mereka. Walaupun sebelumnya sudah beberapa kali berhubungan badan, tapi menjadi satu di malam pertama sebagai suami istri harus tetap dirayakan.Mereka masuk ke dalam hotel dengan masih berpakaian pengantin. Kezia me
Arnold merawat dengan sangat baik seolah Kezia adalah gadis yang sudah dicintainya selama berabad-abad. Dia menyuapkan makanan dengan sabar walaupun Kezia minta minum berkali-kali sebab ia bilang tenggorokannya sakit. Tingkah Arnold begitu lembut saat ini, sangat berbeda dengan caranya bermain di atas ranjang yang selalu memaksa Kezia menyesuaikan diri dengan tempo permainannya."Terima kasih karena sudah bersedia merawatku," ucap Kezia di tengah lemahnya. Dia menerima botol minuman dari Arnold yang telah diberi sedotan."Tak usah membesar-besarkan jasaku. Kau jatuh sakit juga karena salahku yang tidak memberimu waktu untuk beristirahat sejak pertama kali kita masuk kamar."Kezia tersenyum samar. Dia ingat bagaimana Arnold yang begitu bernafsu memompanya banyak-banyak sampai tak memberinya waktu untuk bernapas."Habis ini aku akan membawamu ke dokter. Bersiaplah dengan mengganti pakaianmu, tapi aku tak mengizinkanmu untuk mandi karena kau seda
Satu bulan menjadi istri Arnold, Kezia mulai memikirkan siasat untuk menyusup ke perusahaan pria itu. Baginya, sudah cukup waktu satu bulan untuk membuat pria itu semakin jatuh cinta. Ia sangat yakin kalau Arnold sudah menaruh kepercayaan yang begitu besar padanya detik ini."Arnold, aku ngerasa bosan sekali karena setiap hari harus berada di rumah," ujarnya pada suatu pagi. Setelah satu bulan menikah, ia sudah terbiasa memanggil nama pria itu secara langsung, juga mengubah kata ganti saya-Anda menjadi aku-kamu.Di depan cermin, pria itu sedang menyisir. Setelan jas formal telah melekat di tubuhnya. Rambutnya terlihat mengikat oleh minyak mahal yang telah dioleskan. "Kamu pengin jalan-jalan ke luar negeri?" tanyanya tanpa menatap balik Kezia yang detik ini duduk di sudut ranjang."Kalau jalan-jalan, pasti bosannya cuma hilang sebentar. Setelah pulang, aku bakal bosan lagi.""Terus kamu pengin kita pindah ke luar negeri saja untuk selamanya? At
Kezia sudah siap dengan setelan jas perempuan yang menambah nilai kecantikannya. Dia mengenakan kemeja dalam berwarna putih yang bagian dadanya terdapat banyak rempel. Rambutnya yang berwarna merah kecokelatan digerai sepunggung, sehingga warnanya tampak berbaur dengan jas yang cokelat tua."Nyonya Kezia cantik sekali," puji Arnold yang matanya langsung disuguhi oleh pemandangan cantik istrinya ketika ia baru keluar dari kamar mandi."Sebab suaminya juga sangat tampan macam Tuan Arnold," balas Kezia seraya memutar tubuhnya seratus delapan puluh derajat untuk menghadap sang suami. Dia berkacak pinggang seolah sengaja menyuruh Arnold memperhatikan lekuk di tubuhnya yang kian menawan dalam balutan jas itu."Yeah!" Arnold mengangkat jempol tangan kanannya, kemudian dia berjalan menuju ranjang untuk mengambil pakaian kerja yang telah disiapkan oleh Kezia. "Tunggu sebentar, aku akan berganti pakaian. Setelah ini, kita sarapan bersama, kemudian berangkat
Sepanjang pagi itu, Arnold sibuk membawa Kezia bertamu dari satu ruang ke ruang lain. Dia telah mengorbankan beberapa pekerjaan demi menjelaskan banyak hal pada istrinya mengenai perusahaan ini."Jadi, perusahaan ini adalah warisan dari Papa kamu?" tanya Kezia setelah mereka berkeliling ruang staf-staf penting sambil Arnold terus bercerita tentang sejarah perusahaannya."Ya, maka dari namanya adalah perusahaan Permata Sanjaya. Sanjaya adalah nama papaku," jawab Arnold.Kezia manggut-manggut. Ia berhasil menyetel wajahnya seolah tak tahu apa-apa, padahal ia sangat paham siapa itu Tuan Sanjaya. Dia adalah musuh terbesar keluarganya di masa lalu."Kalau boleh tahu, apa yang menyebabkan Tuan dan Nyonya Sanjaya meninggal? Berdasarkan ceritamu tadi, kurasa mereka belum terlalu tua untuk pergi dari dunia. Seharusnya mereka bisa melihat anak semata wayangnya menikah dan memiliki cucu." Kezia bertanya lagi sambil tetap berlagak tak tahu apa-apa. Mereka