Siang itu, tanpa kabar atau izin apa pun sebelumnya, tiba-tiba Eva sudah berdiri di depan pintu rumah Arnold. Kezia sangat terkejut melihatnya. Dia buru-buru menarik Eva untuk menepi ke teras rumah. Kadang-kadang Arnold akan pulang di jam ini.
"Mama ngapain ke sini?" tanya gadis itu setengah berbisik. Dia tidak sedang menggendong Narendra karena bayi asuhannya itu baru ditidurkan di kamarnya.
"Ya, Mama pengin ketemu kamu, dong," seru Eva dengan wajah berbinar. "Anak Mama sudah jadi Nyonya Arnold sekarang, ya meskipun cuma pura-pura.""Husstt!" Kezia meletakkan telunjuk di depan bibir. "Seharusnya Mama nggak perlu datang ke sini. Kita bisa bahas segala sesuatunya lewat telepon, atau kalau Mama mau, Kezia yang bakal pulang untuk menemui Mama."Eva mengerutkan kening seperti orang kaget. "Lho, kenapa Mama nggak boleh ke sini? Memangnya ini rumahmu sampai kamu berani melarang? Atau jangan-jangan kamu sudah melupakan Mama." Dia jadi sangat tersinggung seDua minggu berikutnya, semua berjalan dengan normal. Rebecca tak terlihat lagi seperti telah ditelan bumi. Namun, Arnold tahu dengan pasti kalau perempuan itu bisa muncul kapan pun dalam waktu yang tak urut."Hari ini aku akan mengajakmu ke mall," ujar Arnold sebelum ia berangkat ke kantor. Tubuhnya telah terbungkus setelan jas formal yang membuat ia terlihat sangat tampan.Kezia sedang membantu Puri menyapu lantai ruang tamu saat itu. Narendra belum bangun dari pejamnya."Untuk apa Tuan mengajak saya ke mall?" tanya gadis itu tak mengerti. Ia mengangkat matanya sejenak dari sapu."Ya, untuk mengajakmu shopping, lah. Masa aku mau menyuruhmu jadi tukang parkir di mall?"Seorang gadis cantik mengenakan dress berbahan mewah terlihat sangat aneh ketika menyapu, tapi Kezia bukan buta pada cara memegang gagang sapu. Dia memandang Arnold dengan tatapan bertanya."Mengapa kau selalu butuh banyak waktuku untuk menjelaskan?" Arnold mengedikkan
Mereka berangkat hanya berdua, tidak membawa siapa pun termasuk sopir. Arnold mengemudikan mobilnya sendiri hingga tibalah mereka di sebuah mall paling besar di kota ini.Ketika keduanya baru turun dari mobil, Arnold melambaikan tangan pada Kezia sebagai kode agar gadis itu mendekat. Arnold mengangsurkan tangan ke depan tubuh Kezia, kemudian memberi tatapan menggoda. "Ayo gandeng lenganku."Kezia mengangguk, kemudian melingkarkan tangannya pada lengan Arnold. Setiap hatinya merasa berdebar, ia selalu ingat pesan Eva agar jangan jatuh cinta. Tugasnya membuat Arnold yang jatuh cinta, sementara dia tidak boleh.Sepanjang menyusuri lorong-lorong mall, keduanya seperti sepasang kekasih sungguhan yang sedang berkencan untuk merayakan cinta. Arnold pun berkali-kali mendapati hatinya berdebar, apalagi setiap lengannya tidak sengaja mengenai dada Kezia yang begitu kenyal dan menggoda. Kadang-kadang ia membayangkan bagaimana nikmatnya meletakkan tangan di sana
Sesampainya di kamar, Kezia langsung mengunci pintu dari dalam. Ia tidak mau ada Arnold yang tiba-tiba masuk tanpa permisi dan mengacaukan malamnya dengan dalih hendak memberi hukuman karena Kezia telah dianggap meragukan kekayaannya.Gadis itu meletakkan kantong-kantong belanjaan di atas lantai begitu saja. Kezia belum berminat untuk membukanya satu-satu. Biar besok saja. Hal yang sangat ingin dilakukan Kezia detik ini adalah melihat hasil foto yang tadi sore diberikan Arnold.Album seukuran kardus air mineral itu diletakkan di ranjang tidurnya. Kezia langsung menyambar album itu sebelum sempat berganti pakaian. Baru tiba di halaman pertama, jantungnya sudah berdegup kencang. Pose foto yang begitu intim berpadu dengan hasil tangan editor, sehingga foto tersebut terlihat begitu indah dan menakjubkan.Tiba-tiba Kezia langsung kepikiran Eva. Gadis itu mengambil handphone untuk memotret ulang foto-foto tersebut, kemudian dikirimkan ke WhatsApp Eva. Sebab ma
Ketika berpapasan dengan Arnold pagi ini, Kezia sama sekali tak berani memandang ke arahnya. Ia pura-pura tergesa pergi ke taman sebab harus mencari sinar matahari untuk Narendra yang kebetulan sudah bangun. Pagi ini, gadis itu sengaja menggunakan dress paling longgar dan tertutup di antara yang lain. Ia tidak mau membangkitkan kembali gairah tuannya yang tadi malam belum habis.Sementara itu, Arnold juga berjalan melewati Kezia seperti orang tak peduli. Setelah mendengar suara tangisan Narendra semalam, ia mengumpat habis-habisan, kemudian langsung pergi ke kamarnya sendiri. Tombak yang sudah mengacung dipaksa kembali melemas. Ternyata bukan tadi malam waktunya untuk bisa menguasai Kezia.Setelah sarapan, Arnold memutuskan langsung berangkat kerja tanpa sedikit pun menyapa Narendra seperti biasanya. Ada semacam dendam dalam hatinya sebab bayi itu telah menyelamatkan keperawanan ibu pengasuhnya tadi malam ketika nafsu Arnold sudah berada di batas akhir.
"Uangnya sudah aku transfer ke rekeningmu." Arnold mendatangi Kezia di kamar Narendra ketika hendak berangkat ke kantor.Kezia memberi tatapan sopan, kemudian mengangguk pelan. Dia tidak banyak bertanya dan menebak kalau yang dimaksud Arnold adalah uang gajinya. Sepanjang hari kemarin, mereka tak bertukar kata sama sekali, hanya tidak sengaja berpapasan sebelum Arnold berangkat kerja. Siang sampai malamnya pun Kezia terus menghindar. Gadis itu merasa sangat takut ketika mengingat gairah Arnold yang belum tuntas malam itu."Kenapa hanya mengangguk? Tidakkah ada kalimat balasan yang sopan untukku?"Kezia serba salah sekarang. Ia tidak tahu kalau rencana yang telah ia atur bersama Eva akan sangat sulit dalam perjalanannya. Sebelumnya ia berpikir Arnold bukan orang yang susah, tapi ternyata pria itu bukan hanya susah, melainkan juga menakutkan sampai membuat seluruh bagian tubuhnya ikut bergetar."Ya, terima kasih, Tuan," jawab Kezia setelah berpi
Setelah memastikan Narendra benar-benar sudah tertidur, Kezia segera meraih handphone-nya untuk memberi kabar pada Eva. Ini akan jadi malam paling bersejarah baginya. Meskipun kepalanya terus digerayangi oleh bayangan rasa sakit, tapi Kezia berusaha untuk tetap bersikap tenang."Bagus, Sayang. Laksanakanlah malam ini, dan kita akan memperoleh keuntungan yang sangat banyak di kemudian hari," balas Eva dalam pesan pemberitahuan yang dikirimkan Kezia.Menit berikutnya, Kezia keluar dari kamar Narendra dengan handphone yang dibenamkannya ke saku baju. Ia sudah mengaktifkan mode rekaman untuk menyimpan setiap menit yang akan terjadi."Rupanya kau sudah selesai berurusan dengan bayi itu, Sayangku." Arnold yang semula duduk di atas kursi tak jauh dari jendela, segera bangkit demi mendapati kemunculan Kezia. Matanya tetap tertutup oleh kabut nafsu yang jumlahnya banyak sekali.Arnold berjalan menghampiri Kezia, kemudian langsung melingkarkan tan
Kezia tidak menyangka kalau dia langsung mendapat serangan di detik pertama matanya terbuka. Hari masih pagi, tapi lagi-lagi ia digarap ketika sakit bekas semalam belum sepenuhnya hilang.Arnold bermain kasar sekali seperti singa kelaparan. Berkali-kali ia mengukir seringai nakal sebagai pertanda kemenangannya karena sudah berhasil menguasai tubuh Kezia."Lebih nikmat mana yang tadi malam atau yang sekarang?" tanya Arnold ketika dua tubuh mereka masih berada dalam penyatuan.Kezia tak menjawab apa-apa selain gelengan kepala. Ternyata dalam keadaan tidak mabuk, Arnold jauh lebih kasar dibandingkan tadi malam. Gadis itu sudah bersusah payah menahan air matanya, tapi ia terus merasa tak nyaman hingga seluruh tubuhnya bagai membengkak."Air matamu justru semakin menantangku, Kezia," ucap duda tiga puluh tahun itu seraya menumbuk lubang surga Kezia dengan lebih dalam. Lidahnya menjilati air mata yang menetes di sepanjang pelipis gadis itu. Ar
Mereka sudah berada di rumah sakit sekarang. Sepanjang Narendra diperiksa oleh dokter, Kezia tak bisa sedikit pun menanggalkan wajah cemas. Tentu saja hal tersebut membuat Arnold salah fokus. Pria itu jadi merasa beruntung karena memiliki ibu pengasuh yang sangat perhatian pada anaknya."Bagaimana keadaan Narendra, Dokter?" Kezia yang pertama kali bertanya setelah dokter perempuan berambut sebahu menyimpan kembali alat periksanya. Gadis itu mengambil Narendra dari ranjang periksa, kemudian menggendongnya dengan begitu romantis."Bayi Ibu cuma demam biasa. Alasan utamanya karena dia habis mengalami dahaga. Apa Ibu usai meninggalkannya dalam waktu yang lama?"Kezia menatap ke arah Arnold yang detik ini juga tengah melempar mata padanya. Gadis itu seperti hendak meminta bantuan untuk dibuatkan jawaban."Ya, Dokter. Kemarin saya habis mengajak istri saya bepergian sebentar, dan bayi kami dirawat oleh asisten rumah." Arnold yang menjawab setelah me