Hardi hendak mencium bibir Naraya, tapi gadis itu membuang muka dan terus berusaha menghindar saat napas hangat pria itu menerpa wajah. Pria itu geram, hingga kemudian mencium dagu hingga menggigi kasar leher Naraya, membuat gadis itu berteriak karena sakit dan juga takut. Teriakan Naraya semakin membuat Hardi bergairah, pria itu hendak segera menenggelamkan miliknya ke lembah kenikmatan milik Naraya. “Jangan!” teriak Naraya saat tangan besar itu menyentuh paha, bahkan mengangkat ujung rok yang dikenakannya. “Al!” Naraya berteriak memanggil nama sang kekasih, meskipun Kalandra tidak akan di sana saat dirinya menyebut nama Kalandra. “Berteriaklah, buatlah aku semakin bergairah dengan teriakanmu!” Hardi berhasil menaikkan rok Naraya menggunakan satu tangan, kemudian menurunkan kain penutup bagian bawah hingga sampai di lutut. Bola mata pria itu membulat menyaksikan keindahan di depannya, lembah yang bersih tanpa bulu halus menutupinya. Naraya berusaha memberontak dengan menendangka
Kalandra berlari untuk menemui Naraya, setelah Kenan membekuk Hardi dan menghubungi polisi. Sesampainya di kamar, Kalandra melihat Naraya yang masih berada di pelukan Evangeline sambil terisak.“Ra.” Kalandra menatap Naraya yang berbalut selimut.Evangeline menatap Kalandra, terlihat jelas wajah wanita itu basah karena menangis. Evangeline tidak kuat saat melihat Naraya terus menangis karena ketakutan.Kalandra memberanikan diri naik ke ranjang, berada tepat di samping Naraya yang sedang dipeluk Evangeline.“Ra.” Kalandra memberanikan diri menyentuh lengan Naraya, tidak ingin langsung memeluk karena takut jika Naraya masih syok.Naraya terisak, tubuhnya masih gemetarmeski berada di sekitar orang-orang yang dikenalnya.“Al, biar Anira sama Mama dulu. Kamu keluarlah dulu,” ujar Evangeline.Evangeline hanya berpikir jika mungkin Naraya trauma karena hampir diperkosa.Kalandra tidak bisa berbuat banyak, hingga akhirnya menuruti ucapan Evangeline. Dia kembali keluar dan menghampiri Kenan y
“Apa ini?” Prams menatap dada Nayla yang memiliki bekas merah keunguan. “Apalagi? Demi uang aku harus begini,” balas Naraya. Tanda merah yang ditinggalkan Hardi, terlihat jelas karena dirinya melepas jaket yang dikenakannya dari rumah. Prams menaikkan satu sudut alis, merasa jika kini Nayla mulai kecanduan bercinta. Nayla mengikat rambutnya, lantas berjalan ke arah Prams yang duduk di tepian ranjang. Wanita itu memegang kedua pundak Prams, kemudian dia duduk di atas pangkuan kekasihnya itu saling berhadapan. “Kamu jangan cemburu, ini semua demi kita. Kalau aku tidak begini, nanti tidak dapat uang. Kamu tahu, aku mendapatkan uang dari Hardi kemarin,” ujar Nayla merayu Prams agar tidak cemburu karena dirinya tidur dengan Hardi. Prams hanya memanfaatkan tubuh Nayla, selama dia bisa menikmati kemudian juga mendapatkan uang, tentunya Prams tidak akan melarang jika Nayla menjual diri ke pria hidung belang. “Kamu memang hebat, Nay. Bisa merayu pria itu agar mengeluarkan uang untuk menik
Sofi duduk termangu seorang diri di rumahnya. Dia memikirkan nasib Naraya dan Nayla. Anak yang baik dan dimanfaatkannya, kini buta hingga tidak mau kembali bersamanya, sedangkan putri yang sangat disayang kini malah berbuat buruk dengan menjual diri. Semua itu membuat Sofi sangat tertekan, kenapa keluarganya menjadi seperti ini.“Apa ini hukuman untukku? Karma karena aku membedakan mereka, serta karena aku bersikap baik hanya untuk memanfaatkannya?”Sofi tiba-tiba begitu menyesal dengan semua perbuatan yang dilakukannya. Selama bertahun-tahun dia memang sengaja mengikat Naraya dengan semua kebohongan dan senyum palsunya. Sofi sebenarnya dendam karena Naraya telah membuat hidupnya berantakan, atau lebih tepatnya dendam ke ayah kandung Naraya yang menghamilinya kemudian pergi dan tidak mau bertanggung jawab.Sofi dulu bekerja di rumah seorang pria berkebangsaan asing. Di sana Sofi yang masih muda, terbujuk rayu hingga mau tidur bersama pria yang bukan suaminya. Tidak hanya satu malam, b
Kalandra memandang Naraya yang baru saja tenang dan sudah berpakaian tertutup kembali. Evangeline yang melihat kedatangan putranya pun berdiri, hendak memberikan kesempatan untuk Kalandra bicara dengan Naraya.“Bicaralah pelan-pelan, jangan membuatnya terkejut,” bisik Evangeline saat dirinya berjalan melewati Kalandra.Kalandra mengangguk paham, sebelum kemudian kembali menatap Naraya yang terlihat masih begitu ketakutan. Dia mendekat perlahan, kemudian duduk di samping Naraya. Kalandra mengulurkan tangan, menyentuh lengan gadis itu dengan lembut.“Ra.”Naraya berjingkat terkejut mendengar suara Kalandra dan juga sentuhan tangan pemuda itu, tampaknya dia masih trauma mendengar suara pria.Kalandra melihat ketakutan di mata Naraya, hingga kemudian menjauhkan tangan dari lengan kekasihnya itu.“Aku Al, Ra. Kamu jangan takut atau cemas. Aku di sini karena ingin melindungimu, bajingan itu sudah dibawa ke kantor polisi dan akan mendapatkan hukuman,” ujar Kalandra menjelaskan agar Naraya ti
Naraya pergi ke kantor polisi ditemani Kalandra, Kenan, dan Evangeline, guna memberikan keterangan tentang kasus pelecehan yang dialaminya.Naraya awalnya takut karena masih trauma akibat perbuatan Hardi, tapi Kalandra meyakinkan jika akan selalu ada dirinya yang menemani dan melindungi Naraya.Sofi masih di kantor polisi setelah bicara dengan Nayla, hingga dia melihat Naraya yang sedang berjalan bersama Kalandra dan yang lainnya.“Na.” Sofi berdiri menggunakan tongkatnya.Naraya menghentikan langkah, membuat Kalandra dan yang lainnya juga ikut berhenti.Kalandra menatap Sofi dengan tatapan membenci, dirinya tidak menyukai Sofi yang terus membuat Naraya menderita.Sofi berjalan mendekat, sedikit merasa canggung karena ada Evangeline di sana. Dia tidak menepati janji untuk menjaga dan menyayani Naraya saat mengambil gadis itu dari Evangeline, membuat Sofi kini dirundung rasa bersalah yang menggunung.“Na, apa kita bisa bicara sebentar?” tanya Sofi begitu berdiri di hadapan Naraya.Nara
“Na, aku mohon maafkan aku. Aku tidak mau dipenjara, Na. Tolong bebaskan aku.” Nayla langsung menggenggam telapak tangan Naraya saat melihat kakaknya itu datang menemui. Air mata terus luruh karena takut mendekam di balik jeruji besi.Naraya melepas tangan yang digenggam Nayla, meminta Kalandra membantunya duduk untuk bicara dengan Nayla.Nayla sendiri ditahan oleh seorang penjaga, dirinya tadi berlari begitu melihat Naraya dan ingin meminta pengampunan dari sang kakak.“Na, aku salah telah menyakitimu selama ini. Kini aku benar-benar menyesal, aku mohon maafkan aku,” ucap Nayla lagi penuh harap.Naraya mencoba melawan rasa iba dan sakit yang bercampur aduk di dada. Dia mencoba bersikap tegar, meski hatinya begitu hancur dengan kelakuan adiknya itu.“Selama ini aku tidak pernah marah, memprotes, atau membalas semua perbuatanmu selama ini kepadaku. Tapi kenapa kamu terus saja menjahatiku? Kenapa kamu tidak memiliki perasaan sama sekali, hingga kamu dengan tega menjualku? Setelah semua
“Ya Tuhan!” Amanda sangat terkejut saat Kenan bercerita jika Naraya hampir saja diperkosa.Selepas pulang dari tempat Kalandra, entah kenapa Kenan berpikir untuk menemui Amanda. Dia hanya berpikir jika perlu memberitahu kabar tentang Naraya.“Nayla ini memang tidak ada habisnya mengganggu dan membuat Naraya menderita. Aku akan lebih senang jika dia dipenjara saja! Menyebalkan!” Amanda begitu emosi, sampai tidak sadar mengepalkan telapak tangan dan memukul meja.Kenan memandang Amanda yang sedang marah tanpa berkedih. Jantung pemuda itu tiba-tiba berdegup dengan cepat, rasanya kini ada sesuatu yang menggelitik rongga dada.Amanda baru sadar jika Kenan memperhatikan dirinya, hingga gadis itu berdeham dan membuat Kenan tersadar dari lamunan.“Sayangnya Anira terlalu baik, sehingga meminta polisi membebaskan Nayla dengan syarat,” ujar Kenan mencoba memecah rasa canggung karena ketahuan menatap Amanda.“Ya, dia memang terlalu baik. Bahkan sudah disakiti berulang kali pun tetap bisa memaafk