Mila masuk ke kamar Naraya setelah Kalandra pergi, hendak membersihkan kamar itu sesuai dengan pekerjaannya.“Saya akan membersihkan ranjang dulu, Nona.” Mila bicara dengan Naraya yang duduk di ranjang.“Oh, tentu.” Naraya hendak turun dari ranjang, Mila langsung mendekat dan membantu majikannya itu turun.Naraya mencium aroma parfum yang sama dengan semalam dirinya cium dari tangan Kalandra. Hingga dia tertegun beberapa saat dalam posisi berdiri.“Nona, Anda baik-baik saja?” tanya Mila saat melihat Naraya melamun.Naraya menggelengkan kepala, lantas memanjangkan tongkat dan berjalan dengan bantuan tongkat.Mila mengamati Naraya yang berjalan menuju sofa, hingga kemudian tersenyum miring seolah mengejek Naraya yang buta.“Aku yakin dia hanya dijadikan pelampiasan saja, apa hebatnya wanita buta itu,” gumam Mila dalam hati.**Naraya duduk termenung seoran diri, memikirkan parfum yang diciumnya membuat pikirannya tidak tenang. Dia berjalan menuju pintu, lantas mengunci kamarnya.Naraya
“Biar aku yang buatkan.” Naraya berada di dapur dan ingin membuatkan kopi untuk Kalandra yang baru pulang bekerja.“Tapi Nona, bagaimana kalau tangan Anda terkena air panas?” tanya pelayan rumah yang sudah bekerja di sana bertahun-tahun lamanya.“Aku akan hati-hati, mungkin simbok bisa bantu tuangkan airnya, aku yang akan meracik kopinya,” jawab Naraya. Sejak dirinya buta, Naraya tidak pernah lagi membuatkan kopi untuk Kalandra. Dia tahu kalau suaminya sangat suka kopi buatannya, karena itu dia bersikukuh ingin membuatkan untuk Kalandra sore itu.Mila melihat Naraya yang sedang bicara dengan pelayan senior di sana, hingga terlintas sebuah ide di kepalanya, membuat Mila akhirnya mendekat dan menghampiri keduanya.“Mbok, biar saya yang bantu Nona, Simbok kerjakan yang lain saja,” kata Mila mencoba mengambil alih untuk mengurus Naraya.Pelayan rumah Evangeline itu menoleh, hingga kemudian menatap Naraya sebelum akhirnya mengangguk setuju.“Ya sudah, soalnya aku masih harus menyiapkan mak
Kalandra menurunkan Naraya di ranjang, kemudian kembali memperhatikan tangan sang istri yang terluka.“Kenapa kamu membuat kopi sendiri? Kenapa tidak minta tolong ke pelayan saja?” tanya Kalandra yang tidak bisa melihat istrinya terluka.“Aku ingin sekali membuatkan kopi lagi untukmu,” jawab Naraya sambil menahan panas di kulit karena tumpahan kopi panas.“Tapi kalau kamu terluka seperti ini, aku malah akan mencemaskanmu,” ujar Kalandra. Ditatapnya wajah Naraya yang begitu sedih. “Kenapa kamu juga tiba-tiba ingin membuatkan kopi untukku?” tanya Kalandra kemudian, satu tangan digunakan untuk menyentuh pipi Naraya.Naraya terdiam, hingga kemudian teringat akan percakapannya dengan Kenan dan Amanda siang tadi.“Al, boleh aku tanya sesuatu? Jujur, aku tidak bisa memendamnya sendiri,” ujar Naraya.“Tanya saja, apa yang tidak boleh kamu tanyakan? Kamu berhak bertanya jika memang menginginkan,” balas Kalandra mengizinkan.Naraya menarik napas panjang, kemudian menghela perlahan. Dia pun memb
Kalandra menatap wajah Naraya yang sudah terlelap, diusapnya dengan lembut pipi Naraya, sebelum kemudian mengecup lembut kening Naraya. Dia bangun dari tempat tidurnya karena harus menyelesaikan beberapa pekerjaan yang tertunda.Naraya membuka kelopak mata saat mendengar suara pintu tertutup. Dia memeluk erat ujung selimut yang menutupi sebatas dada, pikirannya masih tidak tenang meski Kalandra sudah menjelaskan.Saat Kalandra akan masuk ke ruang kerja. Mila melihat pria itu hingga seringai jahat muncul di wajah. Dia kembali ke kamarnya, mengganti pakaiannya dengan lingerie seksi beserta kimononya. Bahkan menyemprotkan parfum agak banyak, untuk membuat Kalandra tergoda.“Ini sudah cukup,” gumam Mila sambil menatap penampilannya yang begitu seksi.Dia sengaja mengincar saat malam hari di mana semua orang sudah beristirahat. Mila pun membuka pintu dan menengok ke kanan-kiri, lantas keluar dan berjalan ke ruang kerja Kalandra.Kalandra sudah duduk di kursinya dan kini sedang mengecek ber
Evangeline dan Devan belum tidur malam itu, kamarnya yang memang berada di lantai satu, membuat keduanya mendengar samar-samar teriakan suara Mila.“Sayang, apa kamu juga mendengarnya?” tanya Evangeline.“Ya, aku dengar. Ayo kita lihat apa yang terjadi,” ajak Devan, jangan sampai ada perbuatan buruk yang terjadi di rumahnya.Evangeline dan Devan pun keluar kamar, lantas mencari sumber suara yang kembali mereka dengar. Hingga mereka melihat Naraya yang berdiri di depan ruang kerja Kalandra dan siap membuka pintu, tapi kembali urung.“Ra, ada apa?” tanya Evangeline begitu sudah menghampiri Naraya dan memegang kedua pundak putrinya itu.Bibir Naraya bergetar, tidak sanggup mengucapkan kata-kata karena mendengar suara Kalandra. Devan sendiri memilih langsung membuka pintu, hingga melihat Kalandra yang berada di atas tubuh Mila dengan tangan terangkat.“Al!” teriak Devan murka dengan hal yang dilakukan Kalandra, belum lagi dia melihat Mila yang sudah berpakaian berantakan.Evangeline membu
Naraya tiba-tiba berdiri, membuat Kalandra sangat terkejut dan menatap istrinya yang begitu marah. Kalandra benar-benar takut kalau Naraya percaya dengan fitnah Mila.Naraya berjalan dengan bantuan tongkatnya, membuat Kalandra dan yang lainnya cemas akan kondisi mental Naraya. Namun, siapa sangka jika Naraya ternyata berjalan hingga kini berdiri tepat di hadapan Mila. Dia bisa mengetahui posisi Mila dari bau parfum wanita itu.“Kamu bilang suamiku hendak memperkosamu?” tanya Naraya yang sebenarnya sedang memastikan posisi Mila berdiri.“Ya, Nona,” jawab Mila tanpa keraguan.Setelah Naraya memastikan posisi Mila, dia tiba-tiba mengayunkan tangan dan menampar Mila meski tidak terlalu tepat mengenai pipi.Semua orang terkejut termasuk Kalandra, mereka bergeming menyaksikan Naraya menampar Mila, meski tidak melihat di mana posisi pelayan itu.Mila sangat terkejut sambil memegangi pipi dan rahang yang terasa panas, kenapa Naraya bisa tepat menamparnya di sana.“Kamu mencoba memfitnahnya se
“Terima kasih karena sudah membela dan memercayaiku, Ra.” Kalandra menggenggam kedua telapak tangan Naraya, kemudian mengecup punggung tangan Naraya penuh kelembutan.“Aku selalu memercayaimu, Al. Meski aku sempat berpikiran negatif tentangmu tadi,” ujar Naraya jujur karena hatinya memang sempat sakit.“Tidak masalah, aku juga tidak menyalahkanmu karena paham akan perasaanmu. Bagiku sekarang yang terpenting kamu tidak salah paham karena tuduhan wanita sialan itu.” Kalandra tiba-tiba kembali kesal karena Mila berani menjebaknya hanya untuk membuat hubungannya dengan Naraya berantakan.Membahas tentang Mila, membuat Naraya teringat akan pelaku utama yang telah menyuruh wanita itu memfitnah Kalandra. Mila sendiri masih ditahan di rumah itu agar tidak bisa melaporkan ke wanita yang menyuruhnya kalau misinya gagal.“Apa yang akan kamu lakukan kepadanya, Al? Jangan buat dirimu kembali masuk ke dalam masalah dan menambah musuh,” ujar Naraya cemas jika ada yang ingin menghancurkan Kalandra la
Amanda berangkat ke rumah sakit bersama Kenan, hubungan keduanya tidak diketahui oleh rekan kerja mereka karena memang disembunyikan agar tidak melanggar peraturan rumah sakit.Saat keduanya sedang berjalan sambil berbincang, Amanda melihat Nayla yang duduk di luar rumah sakit sambil menangis.“Bukankah itu Nayla?” Amanda menajamkan penglihatan.Kenan menoleh dan memandang ke arah Amanda melihat, hingga dirinya juga melihat Nayla yang duduk sambil menundukkan kepala dan menutup wajah.“Sepertinya iya.”Amanda pun mengajak Kenan menemui Nayla, untuk bertanya kenapa dia di sana sambil menangis.“Nay.” Amanda memanggil saat sudah berdiri di hadapan Nayla.Nayla terkejut mendengar suara Amanda, kemudian secepat mungkin mengusap air mata yang membasahi pipi, lantas mendongak dan melihat Amanda berdiri di hadapannya bersama Kenan.“Ada apa? Kenapa kamu menangis?” tanya Amanda kemudian memilih duduk di samping Nayla, sedangkan Kenan tetap berdiri.Nayla menggelengkan kepala, dirinya hanya ma