Beranda / Romansa / Terjebak Cinta Sang Mafia / Sentuhan Mengejutkan

Share

Sentuhan Mengejutkan

Beberapa orang wanita merapatkan posisinya pada wanita lainnya. Sementara itu, Ricard tersenyum bangga pada keponakannya. Apa yang selama ini ditanamkannya pada Leon kini terlihat jelas hasilnya. Leon telah menjadi pria yang tangguh tanpa empati. Dia telah menjadi pria yang keras dengan dendam yang membara.

Suara isakan tangis wanita bernama Clarissa membuat Leon begitu geram. Dia mendekati wanita dengan tatapan nanar penuh birahi.

"Kamu memang cantik, Sayang. Namun, kenapa kamu begitu cengeng untuk hal seperti ini?" bisik Leon sambil mengangkat dagu Clarissa dengan ujung jari tengah dan telunjuknya.

"KALIAN BIADAB, KALIAN TIDAK PUNYA HATI!" bentak Clarissa dengan pandangan mata yang nanar penuh dendam.

Beberapa wanita yang berada di ruangan itu ikut miris mendengar ucapan Clarissa. Mereka begitu takut membayangkan jika terjadi hal yang lebih buruk pada mereka.

Leon tidak menghiraukan ucapan wanita dengan rambut yang terurai itu. Dia kembali mendekati sang paman yang sibuk menghisap rokoknya di sofa.

"Berapa lama lagi kita akan kirim mereka ke pelabuhan, Om?" tanya Leon dengan suara yang dipelankannya.

"Kita tunggu saja Max memberi kabar. Dia sedang dalam perjalanan," jawab Ricard pria dengan tato yang nyaris memenuhi seluruh tubuhnya.

Leon pun mengangguk pelan. Dia kembali di mana wanita-wanita cantik itu berkumpul. Dia memperhatikan dengan seksama satu persatu wanita itu dari ujung kaki hingga kepala. Rata-rata wanita begitu cantik dengan postur tubuh yang nyaris sempurna.

Mereka sebentar lagi akan menikmati gemerlap kehidupan malam di kota-kota besar di luar negeri. Tentu saja hal itu akan membuat mereka menjadi wanita yang berguna, dan dengan uang yang membuat mereka menjadi wanita-wanita kaya.

Beberapa di antara mereka masih tampil dengan pakaian yang sedikit terbuka. Sementara yang lainnya tampil dengan pakaian yang terbuka dan begitu seksi. Leon mendekati salah seorang wanita dengan penampilan yang tertutup. Wajahnya yang tidak terlalu putih mencirikan, jika dia tampak seolah wanita Asia asli.

Leon mendekati wanita itu, dia tertunduk penuh ketakutan. Tampak bibirnya yang begitu pucat dengan jari jemari yang tidak hentinya gemetar.

"Kamu yakin tidak punya baju lain yang lebih menarik?" tanya Leon sembari mencubit dress dengan motif bunga yang dipakaiannya.

Wanita itu henya menggeleng penuh ketakutan. Dia masih saja menundukkan pandangan ke lantai tanpa berani menatap Leon yang dari tadi memperhatikannya.

Leon segera menarik pergelangan tangan wanita bernama Farah itu untuk berdiri. Wajahnya cukup cantik, hanya saja dia mempunyai kulit yang sedikit lebih eksotis dibanding yang lainnya.

"Cepat sana, ganti pakaianmu dengan yang lebih menarik. Kamu terlalu jelek dengan pakaian ini," hardik Leon yang mendorong tubuh Farah menuju kamar kecil yang berada di samping ruangan yang cukup luas itu.

Farah segera meraih tasnya yang berada di salah satu sisi ruangan itu. Dia memilih beberapa pakaian yang lebih terbuka dengan tangan gemetar. Sikap kasar Leon membuatnya tidak berani membantah satu kata pun.

Tidak berapa lama, Farah pun kembali dengan dress yang sedikit terbuka di bagian dada dan perutnya. Hal itu membuat tubuhnya yang ideal terlihat dengan sempurna. Wanita yang sebenarnya begitu lugu itu berusaha menutupi bagian dadanya yang tampak jelas menonjolkan benda berharga miliknya.

Leon memperhatikan dengan seksama tingkah aneh Farah. Dia bisa mengerti jika Farah sebenarnya tidak suka dengan pakaian itu. Akan tetapi, menurut Leon, dia wanita yang menarik dengan pesona yang berbeda dengan lainnya.

Farah membuang muka saat tatapan nanar penuh birahi dari Ricard kini yang tiba-tiba mendekat ke arahnya. Dia merasa begitu takut saat embusan napas Ricard dengan aroma alkohol yang begitu kental meniup di sisi wajahnya.

"Ini buat gue, lu jangan sentuh dia!!" ucap Ricard dengan menujuk pada Farah.

Mendengar hal itu, Leon hanya terdiam. Dia sudah mengerti apa maksud ucapan sang paman. Dia sudah tahu nasib wanita itu sudah ada di tangan sang paman yang akan menghancurkan masa depannya.

Semua wanita itu saling berpandangan. Meraka terlihat pasrah dengan takdir yang akan membawa mereka ke depannya. Selain Leon dan sang pria tampan itu, juga Ricard yang disebutnya sebagai paman, dua orang bodyguard tampak berdiri di sisi kanan dan kirinya. Mereka tampak lebih sangar dibanding Leon yang tampil seolah bukanlah seorang penjahat kelas kakap.

Empat belas wanita itu sebentar lagi akan dikirim ke luar negeri. Tentu saja di luar sana sudah ada yang akan menunggu kedatangan mereka. Ricard tersenyum puas saat melihat ketakutan di wajah mereka. Sebentar lagi Ricard akan menerima sepenuhnya uang dari para Bos dari bar-bar ternama yang akan menempatkan mereka.

Begitu juga dengan Leon, dia akan mendapatkan separuh uang itu dari Ricard. Segala kemewahan telah didapatkannya dari uang itu. Bahkan, kini dia sudah memiliki beberapa rumah mewah di berbagai kota.

Kehidupan Leon berubah seratus delapan puluh derajat, setelah ditinggalkan keluarganya. Dia masih belum bisa melupakan bagaimana sang ibu dan ayahnya meninggal dengan kondisi mengganaskan. Begitu juga dengan kedua adiknya yang ikut meninggal di lokasi yang sama. Namun, Leon tidak menemukan jasad sang adik pertamanya yang cantik jelita. Berdasarkan pencarian sang paman, adiknya juga ikut dibunuh dengan sadis dan jasadnya dibuang.

Leon yang mendengar hal itu sangat terpukul. Satu-satunya orang yang sangat dipercayainya saat ini hanyalah sang paman. Pria dengan tubuh yang sudah dipenuhi tato itu, sudah seperti malaikat yang menyelamatkan hidupnya dari keterpurukan.

Tidak ada alasan lagi bagi Leon untuk membantah semua kehendak sang paman. Termasuk menjadi orang kepercayaan dan menjadi kaki tangan Ricard, dalam menyelesaikan aksi kejahatan yang sangat digemarinya.

***

Ricard segera menarik wanita bernama Farah ke salah satu ruangan. Sementara yang lainnya berteriak histeris melihat salah satu temannya diperlakukan seperti binatang, diseret dengan paksa tanpa peduli perih yang dirasakannya.

Tidak berapa lama, suara wanita berkulit eksotis itu menjadi hening, seiring pintu kamar yang tampak berukuran lebih kecil dari ruangan yang mereka tempati.

Mereka hanya bisa menduga-duga hal apa yang akan terjadi pada wanita malang itu. Namun, tidak satu pun berani memberontak. Termasuk Clarissa yang masih saja meringis kesakitan bekas tamparan dari Leon yang tampak memar.

"Kalian jangan takut! Justru hidup kalian akan lebih baik dari sekarang. Kalian akan mendapatkan uang yang mungkin saja lebih banyak dari yang kami dapatkan," ucap Leon yang kini memilih duduk di salah satu kursi plastik yang diletakkannya di bagian depan ruangan itu.

"Ke mana kami akan dibawa?" tanya salah satu di antara mereka.

"Kalian akan kami kirim sebagai tenaga kerja di luar negeri. Tentu saja sesuai dengan perjanjian awal. Hanya saja, kerjanya sedikit berbeda. Apa kalian pernah memikirkan kenapa kami harus memilih kalian berdasarkan kecantikan fisik yang paling utama?"

Beberapa wanita menggeleng pelan dengan serentak.

"Kalian akan dijadikan wanita penghibur atau PSK di luar negeri. Tentu saja dengan upah yang lebih menjanjikan dibandingkan di sini. Kalian akan menjadi orang kaya mendadak hanya dengan satu malam. Kurang baik gimana lagi kami?" tanya Leon yang tertawa puas membayangkan semua rencananya berjalan dengan lancar.

"Apa?! PSK?" Mereka begitu terkejut mendengar ucapan Leon.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status