Home / Romansa / Terjebak Cinta Pria Dingin / 01. Terjebak Dengan Calon Kakak Ipar

Share

Terjebak Cinta Pria Dingin
Terjebak Cinta Pria Dingin
Author: Saiyaarasaiyaara

01. Terjebak Dengan Calon Kakak Ipar

last update Last Updated: 2024-12-01 18:03:15

Rania dan sahabatnya Melati baru pulang dari pesta ulang tahun teman mereka Selvi. Kerena kemalaman dan juga agak mabuk, gadis itu memutuskan untuk pulang ke apartemen milik kakaknya Salsa.

"Kamu yakin mau kesini?" tanya Melati sebelum bisa tenang meninggalkan sahabatnya di sana.

Rania menganggukkan kepala mengiyakannya.  "Hm ...."

"Tapi besok kita kuliah loh, mana jamnya masuk pagi. Sementara jarak dari sini ke kampus lumayan jauh. Kamu kalo apes bangun telat besok pagi, bakalan habis sama Pak Arga loh? " tanya Melati memastikan lagi.

Rania menganggukkan kepala sekali lagi. "Daripada diamuk ayah sama ibu, mending sama Pak Arga karena terlambat besok pagi. Udah, ah, Mel. Lebih baik pulang aja sona, aku dah mengantuk bangat ini," ujar Rania sambil menguap dan kemudian mendorong Melati masuk ke mobilnya supaya pulang.

"Au, ah. Gelap. Awas loh entar, nggak ada curhatan mahasiswi yang tersakiti oleh Pak Arga. Aku ogah dengar curahan hati kamu besok!" peringat Melati sekali lagi untuk yang terakhir sebelum dia benar-benar masuk ke mobilnya.

"Hm, tenang aja. Lagian Pak Arga itu calon kakak iparku. Secara dengan hubungan itu, dia macam-macam, aku bisa ngancam dia pake kak Salsa!!" seru Riana dengan tenangnya.

Namun percayalah walaupun sudah berkata demikian entengnya, tapi begitu sampai di dalam unit apartemen Salsa kakaknya, Rania malah tak bisa tenang.

Meraih jam alarm dan bahkan memperhatikan alarm di HP-nya, Rania langsung mengatur waktu karena tak mau terlambat besok pagi. Barulah bisa tidur dalam nyenyaknya. Selain hal itu, Rania tak bisa memperdulikan hal lain lagi, sebab dia sudah teramat mengantuk.

*****

"RANIAAAA!!!"

Glekk!

Blamm!

Teriakan kencang disusul suara pintu dibanting keras langsung memekakkan pendengaran Kania. Telinganya cukup ngilu mendengar itu, lantas dia bangun dengan paksa. Mengucek kedua sisi kelopak matanya dan menemukan Ibunya diambang pintu dalam kemarahan yang membara.

Rania langsung beranjak mundur dan meneguk ludahnya kasar secara reflek. Rania pikir Ibunya marah karena dia ketahuan habis mabuk, tapi kemudian sesuatu disisinya membuatnya kaget.

Plakkk!!

Belum habis kekagetan Rania, sesuatu langsung menghantam pipinya keres. Rania terkejut dan tamparan kedua langsung menyusul mendarat di pipinya. Membangunkan sesosok yang begitu lelap yang tiba-tiba ada dan entah kapan sudah di sana.

"Apa maksud kalian melakukan ini, terutama kamu Rania? Bagaimana bisa tidur dengan calon kakak iparmu sendiri? Kalian penghianat?!!" gumam Renita dengan suara keras dan tak habis pikir.

Dari pintu terlihat Andini ibunya Arga yang belum menyadari apa yang sedang terjadi. Masuk ke dalam sambil melihat-lihat HP-nya dengan serius.

"Bagaimana Jeng, apakah Salsa sudah siap? Desainernya sudah mengirimkan foto loh untuk ga--"

Brak!!

Telepon yang tadinya Andini pegang langsung terjatuh, begitu mengangkat dagu dan menghadap ke depan. Dia sebelumnya memang sudah mendengar suara pintu yang dibanting keras, tapi Andini tak terlalu menghiraukannya dan terus fokus pada HP-nya, lalu sekarang tebalik, HP-nya yang tak diperdulikan.

Dengan langkah yang langsung reflek dia mendekat ke arah tempat tidur. Sama seperti yang barusan Renita lakukan, dia pun memberikan tamparan tanpa penjelasan.

Plak!

"In-ini tak seperti yang Ibu dan Tan--" ujar Rania terpotong karena dua ibu di hadapan mereka yang sudah marah itu, tak membiarkannya bicara.

"Lalu seperti apa, hahh?!" sarkas Andini murka. "Kalian habis bersenang-senang tadi malam dan khilaf sampai membuat kalian ketahuan?"

"Oh, ini kerjaan kamu Rania?! Pantas saja semalam gigih bangat mau ke pesta teman mu, rupanya kamu mau begini. Bertingkah mura-han sampai tega merebut calon suami kakakmu sendiri?" timpal Renita mengomel.

"Kamu juga Arga, bagaimana bisa mengkhianati Salsa, itupun dengan adiknya sendiri, adik iparmu?" tambah Andini.

"Ini tidak seperti yang--"

"Tutup mulutmu Arga, Mommy tak mau mendengar sepatah katapun keluar dari sana, dan selamat setelah ini kalian harus menikah!!" tegas Andini tak mau dibantah dengan kemurkaannya.

"Tapi--"

"Kamu juga, Rania. Puas kalian, penghianat seperti kalian memang harus menikah. Cih, Ibu muak sama kamu Rania. Ternyata perempuan yang ku kandung sembilan bulan dan ku besarkan sampai usianya dua puluh satu tahun, tak ubahnya cuma iblis antagonis yang tak punya hati. Kamu benar-benar tak punya nurani Rania!!"

*****

Rania masih belum mengerti dengan apa yang sudah terjadi. Bangun pagi sudah dipergoki tidur dengan Pak Arga yang tak lain adalah dosen sekaligus kakak iparnya sendiri. Dia masih gemetar sampai sekarang. Jantungnya bergemuruh hebat dan juga air matanya yang tak lelah membasahi pipinya.

"Sudah, Mbak. Tolonglah bekerjasama, nanti riasannya tak jadi-jadi," jelas penata rias pengantin yang sedang berusaha untuk memoles wajahnya dengan riasan.

"Saya nggak mau menikah. Tolong saya, Mbak!!" seru Rania penuh harap.

Tapi belum juga mbak penata riasnya menjawab, Salsa kakaknya tiba-tiba muncul dari balik pintu. Rania tertegun dan langsung geleng-geleng kepala.

"Kak, Rania nggak menghianati Kakak. Sungguh ... dan Rania nggak mau menikah dengan Pak Arga! Tolong percayalah dan tolong bebaskan Rania dari pernikahan ini!!" seru Rania dengan bersungguh-sungguh.

"Masih berani ngomong seperti itu, setelah ketahuan kelakuanmu yang busuk itu?" geram Salsa sambil menatap tajam adiknya. "Rania! Aku pikir selama ini kamu cuma gadis yang nakal dan cukup ceria, tapi sekarang lain ceritanya, kamu ternyata cuma musuh dalam selimut yang tega menikam kakakmu sendiri!"

"Kak ...." Rania masih mencoba mengiba.

"Cukup Rania. Sudahlah, jangan berpura-pura lagi. Nikmati saja penghianatanmu dan juga hasilnya. Menikahlah dengan Arga. Kalian memang cocok, sama-sama penghianat ketemu penghianat!" gusar Salsa dengan kejam.

*****

Pernikahan terpaksa dan tak diduga-duga pun terjadi, tanpa bisa dielakkan lagi. Rania terpaksa menjadi istri dari calon kakak ipar sekaligus dosennya sendiri. Mau tak mau walaupun dia tak mengerti, semuanya pun sudah terjadi.

"Taroh di sana!" tegas Arga memerintah.

Rania hanya pasrah dan menarik kopernya ke arah lemari.

"Di sana! Aku bilang di sana, bukan di situ Rania! Apa kau bodoh sampai arah saja tidak tahu?!" omel Arga yang membuat Rania takut dan kembali gemetar.

"Aaa---"

"Taruh saja di situ. Astaga, punya istri kok begini sekali!" ujar Arga kesal.

"Pak ditaruh di mana jadinya?" tanya Rania bingung dan takut-takut.

Padahal sebetulnya Arga yang salah, menunjuk ke sisi kiri lemari, tapi malah mau kopernya diletakkan di sisi kanan.

"Di mana saja! Suka-suka kamu saja. Cih, aku capek menghadapimu. Sudah, letakkan di situ dan pergilah mandi. Habis ini kita akan makan malam di bawah," jelas Arga.

Namun entah apa maksudnya, lelaki itu malah meraih handuk dan masuk sendiri ke kamar mandi.

"Terus aku man-mandi di mana Pak?" interupsi Rania menyadarkan Arga.

Untuk sesaat Arga terdiam memikirkannya, tapi kemudian dia mendesah kasar. "Di kamar mandi Rania, masa kamu maunya di halaman, tapi bukan ide yang buruk juga. Di luar kan hujan, kamu mandi di sana saja!" jawab Arga dengan ketus.

Rania menggaruk lehernya yang tak gatal, melirik keluar jendela yang memang ada hujan diluar sana. Mendengar beberapa kali terdengar petir menyambar, Rania spontan menggelengkan kepala.

"Aku nggak mau mandi di luar," jawabnya dengan serius, lalu dengan tanpa babibu lagi Rania mendahului Arga masuk ke dalam.

*****

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Related chapters

  • Terjebak Cinta Pria Dingin   02. Insiden Lupa Bawa Handuk

    Arga membuang nafasnya kasar, masih menatap pintu kamar mandi setelah Rania masuk ke sana. Dia terlihat jengkel seperti bocah yang tak mau mengalah. Menggerutu kecil sambil menuju sofa dan duduk di sana dengan wajah yang tak mengenakkan."Awas kamu Rania!" geramnya seraya mengepalkan tangan.Satu jam berlalu Arga tertidur dalam kondisi duduknya. Sementara Rania sepertinya sedang dalam masalah terbesarnya."Duh, kok aku lupa bawa handuk. Pak Arga masih di sana nggak, ya?" ujarnya dengan perasaan yang luar biasa cemas dan juga gelisah.Rania ingin membuka pintu, tapi perasaan takut yang mendominasi membuatnya beberapa kali mengurungkan niat. Bayangkan menakutkan bagaimana jika Arga dosen sekaligus suaminya itu masih setia di depan pintu, lalu ketika melihat celah, laki-laki itu mendorong kasar."Tidak-tidak! Tapi kalau di sini terus, aku bisa mati kedinginan," ujar Rania dalam dilema."Pak!" panggilannya akhirnya memberanikan diri.Memastikan ada tidaknya orang di dalam kamar, tapi sete

    Last Updated : 2024-12-01
  • Terjebak Cinta Pria Dingin   03. Sekamar, tapi Tidak Seranjang

    Arga mengumpat kesal, ketika melihat pakaian tidur pilihan Rania tak sesuai dengan harapannya dan juga tak lengkap."Ch, dia cuma menyiapkan ini?" tanya Arga sambil mendesah kasar. "Sial. Gadis itu pikir aku bisa pakai baju tidur saja tanpa dalaman? Huhh!!" gerutu Arga berlanjut dengan desah nafas kasarnya."Kalo begini jadinya apa gunanya ..., pada akhirnya aku juga yang ambil pakaian sendiri!" ujar Arga dengan malas dan masih dengan handuk yang cuma bisa menutup daerah pusar sampai atas lututnya saja.Tak butuh lama, beberapa menit kemudian diapun selesai memakai pakaian tidurnya. Melempar handuk asal, begitu saja dan membiarkannya mendarat di atas lantai secara sembarangan. Tanpa merasa bersalah atau menyesal, dan dia bahkan segera keluar dari kamar.Menuju dapur, atau tepatnya ke ruang makan dan menemukan semua anggota keluarganya bersiap makan di sana. Arga menghampiri mereka dan langsung mengambil tempat di sisi Rania.Rania menundukkan kepala, sementara Andini Ibunya Arga terli

    Last Updated : 2024-12-01
  • Terjebak Cinta Pria Dingin   04. Selingkuh Dibalas Selingkuh

    Pagi hari Arga memutuskan untuk tinggal berdua dengan Rania, karena mereka sudah menikah. Kedua orang tuanya membiarkannya saja, karena merasa tak ada yang salah dengan keputusan tersebut. Beda dengan Viona yang justru malah semakin tak suka dengan Rania."Abis ngegoda Mas Arga, sekarang kamu mau rebut dia dari keluarganya. Cih, kamu memang benar-benar perempuan yang nggak benar. Kak Salsa jauh lebih baik daripada kamu!" geram Viona saat ada kesempatan dia menghadang Rania."Aku tidak menggodanya dan aku juga tidak tahu kenapa semua ini bisa terjadi," jawab Rania membela diri."Halah, alasan terus. Mana ada nikah kilat, tapi kamu tidak melakukan sesuatu?!" lanjut Viona menyulut emosi."Tapi kenyataannya memang begitu. Aku tidak menggoda Pak Arga dan aku tidak melakukan apapun!" jelas Rania bersikeras, tapi memang begitulah kebenarannya.Dia tak ingat pernah melakukan apapun, selain tiba-tiba terbangun di sebelah dosennya itu dalam keadaan dipergoki oleh kedua ibu mereka. Entahlah kena

    Last Updated : 2024-12-01
  • Terjebak Cinta Pria Dingin   05. Merebut Sarapan Rania

    Malam hari kembali tiba dan itu menjadi masalah lagi bagi Rania. Pasalnya setelah sempat berdebat dengan Arga, dia kembali harus tinggal sekamar. Rania tak mau dan tentu saja menolaknya mentah-mentah."Kamu berani membantah?!" geram Arga sambil menatap tajam dan mengintimidasi dengan dinginnya.Melipat tangan di depan dada, sembari mengeluarkan aura mendominasi yang membuat Rania segera merinding dan meringis takut. Seolah tak puas dengan itu Arga mendekatinya dan memangkas jarak diantara mereka."Ak-aku tidak bermaksud be-begitu Pak," jawab Rania sambil meneguk ludahnya kasar. "Aku hanya memastikan ka-kalau kita tidak mungkin tidur bersama. Kamu laki-laki sementara, aku perempuan Pak. Kita orang asing jadi kita tak mungkin sekamar," jawab Rania hati-hati dan sedikit gugup karenanya.Arga meremas telapak tangannya sendiri, kemudian brakk ... dia mendorong dam langsung menghimpit istrinya ke tembok. "Coba saja tidur di kamar lain, kamu tidak akan bisa!" jelasnya dengan tegas dan membua

    Last Updated : 2024-12-01
  • Terjebak Cinta Pria Dingin    06. Hasutan yang Diciptakan Laura

    "Kamu kemana sih, dua hari ini. Mabuk kebawa bolos, Ran?" tanya Melati bingung. "Beruntung aja Pak Arga nggak masuk dua hari lalu. Jika tidak, mati kamu. Bisa ngulang di mata kuliahnya," lanjut Melati mengingatkan."Itu malah lebih bagus," ceplos Rania asal."Apa?" kaget Melati tak percaya dengan ucapan sahabatnya."Maksudnya baguskan, Pak Arga nggak masuk jadi aku aman dan tidak terancam nilai di mata kuliahnya," jawab Rania segera meralat kalimatnya.Melati segera mengangguk-anggukkan kepalanya. "Aku pikir maksud kamu bagus mengulang mata kuliah Pak Arga, karena kan lumayan artinya bisa ketemu doi lagi di semester depan," jelas Melati.Membuat Rania segera mendengus kasar. "Gila kamu! Seandainya Pak Arga dosen pencabut nyawa itu tidak membawakan mata kuliah wajib, aku tidak akan sudi mengambil kelasnya!" ujar Rania penuh penegasan."Yang benar?" tanya Melati menggoda dan mencoba bercanda. "Padahal beliau ganteng loh, kaya lagi. Seandainya dia bukan calon suami kak Salsa kakakmu, aku

    Last Updated : 2025-01-20
  • Terjebak Cinta Pria Dingin    07. Sakit Perut

    Arga melipat tangan di depan dada, mengintimidasi istrinya dengan tatapan tajamnya. Rania sangat takut melihatnya yang demikian, tapi mau gimana lagi. Rania memang harus menghadapinya."Baru seminggu menikah, tapi kamu sudah menunjukkan belangmu, Rania. Rupanya bukan cuma perempuan jala-ng yang sudah menjebakku tidur di ranjangmu, tapi juga matre dan suka keluyuran tak jelas!" tuduh Arga dengan kejamnya.Rania akan membuka mulut dan bersuara untuk membela diri, tapi kemudian Arga tak membiarkannya. Pria itu kembali berbicara tanpa memberikan celah sama sekali untuk Rania."Apa saja yang sudah kamu beli, sampai menghabiskan nominal uang setara harga satu buah mobil? Gila! Aku pikir kamu itu lugu, tapi ternyata kamu lebih ahli dari kakakmu!" seru Arga melanjutkan."Pak, ak--""Cih!! Seharusnya aku tak sekaget itu. Walau bagaimanapun kalian itu kan saudara. Jelas saja tak beda jauh. Satunya peng--""Uangmu aku pakai untuk membayar tagihan gaun pengantin!" sela Rania akhirnya bisa menyela

    Last Updated : 2025-01-20
  • Terjebak Cinta Pria Dingin    08. Kegeraman Laura

    "Kamu apakan anakku, kenapa sampai sakit dan memperihatinkan seperti ini?!" Andini menatap tajam serta mengintimidasi menantunya Rania."Rania tidak memberikan apa-apa, Tan. Tiba-tiba saja Pak Arga bolak-balik ke dalam kamar mandi dan menjadi lemas begitu, tapi Tante juga tak perlu khawatir, dokter bilang dia akan sembuh setelah minum obat dan beristirahat dengan cukup," jelas Rania memberikan pengertian.Namun tentu saja Andini wanita paruh baya itu diam dan percaya. "Kamu pikir aku bodoh, bisa kamu bodohin dengan mudahnya. Ch, bahkan jika bukan Laura yang mengabari, aku takkan tahu Arga bisa sampai begini, dan aku yakin itu pasti karena kecerobohanmu. Kamu pasti sudah memberikan sesuatu yang membuatnya sampai sakit begitu!!" omel Andini marah.Laura yang di sana dan menyaksikan pertengkaran mertua dan menantu itu. Tiba-tiba bibirnya menyeringai kerena memikirkan sesuatu yang menguntungkan untuknya. Dia seperti melihat kesempatan dan tentu saja dia akan menggunakannya dengan baik."M

    Last Updated : 2025-01-20
  • Terjebak Cinta Pria Dingin    09. Tekanan Ibu Mertua dan Suami

    "Tan, Pak Arga sudah baikan," beritahu Rania ketika Ibu mertuanya masuk ke rumah begitu saja."Saya ke sini bukan untuk itu, tapi Laura!" tegas Andini wanita paruh baya langsung melipat tangan di depan dada. Menatap tajam Laura dengan penuh intimidasinya."Laura?" bingung Rania langsung mengerutkan dahi. "Ada apa dengannya? Selama ini pekerjaannya bagus kok, Tan," jelas Rania sama sekali tak ada niatan untuk menjatuhkan Laura, sekalipun gadis itu sudah pernah bersikap lancang dan keterlaluan.Rania masih bisa memaafkan dan mentolerirnya dan dia pikir mertuanya tak perlu tahu. Siapa tahu saja kejadian dia masuk ke kamar Arga cuma kebiasaan di masa lalu saja, dan Rania tidak mau salah paham atau setidaknya dia harus punya bukti yang akurat dulu."Itu dia. Kamu sendiri mengakui bagaimana bagusnya Laura bekerja, lalu kenapa memecatnya?!" sarkas Andini dengan geram.Rania semakin mengerutkan dahinya dan semakin kebingungan. "Maksudnya, Tan?"Andini tak menjawab, dia mendengus kasar sambil

    Last Updated : 2025-01-20

Latest chapter

  • Terjebak Cinta Pria Dingin    20. Menuruti Arga

    "Jangan melewati batas!" seru Rania dengan tegas, sambil menaruh guling di tengah tempat tidur.Sebenarnya dia bisa saja tidur di sofa, tapi setelah memasak tadi, tubuhnya jadi lumayan penat dan juga agak terasa ngilu. Akan tidak akan enak jika di sofa walaupun empuk karena di sana sempit. Sementara kalau meminta suaminya yang tidur di sana Arga pasti menolak karena pria itu pasti tidak mau."Jangan melewati batas Mas!" peringat Rania ketika melihat Arga mau melewati batas.Namun karena diperingati begitu. Arga bukannya menurut dia malah kesal dan menatap Rania tajam. "Aku tidak mau!"Brukk!!Arga dengan dingin tiba-tiba saja melemparkan bantal gulingnya secara sembarang."Kalau kamu keberatan dengan hal itu, silahkan saja, tapi aku tidak akan melakukannya. Tidak batasan diantara kita Rania dan sadarlah akan posisimu sekarang!" geram Arga yang a

  • Terjebak Cinta Pria Dingin    19. Makan Kamu

    Akhirnya Rania keluar dari kamar mandi, setelah sebelumnya Arga penuh perjuangan membujuknya. Awalnya dia membuka sedikit celah pintu, hanya sedikit dan bisa dilewati tangannya saja juga handuk dan pakaian yang Arga berikan.Dia bahkan kembali menutup pintunya dengan rapat, dan mengenakan pakaiannya di dalam. Setelah selesai barulah dia berani keluar."Duduk di sini!" perintah Arga sambil menepuk tempat duduk di depan meja rias yang ada di kamar itu.Rania tak langsung menjawab, tapi memanyunkan bibirnya dahulu, dan membuat Arga gemas karena dia malah mematung di tempatnya."Astaga, Rania. Aku mau membantu mengeringkan rambutmu. Kamu mau kepalamu sakit karena tidur dengan rambut yang basah?!""Tapi aku belum mau tidur," jawab Rania dengan polosnya. "Aku lapar dan ingin makan sekarang," lanjutnya dengan tanpa dosa."Iya kita akan makan, tapi sete

  • Terjebak Cinta Pria Dingin    18. Antara Waspada dan Keras Kepala

    "Kok kita ke sini sih, Pak?" tanya Rania heran dan tanpa sadar dia melupakan panggilan barunya.Arga tentu saja memelototinya untuk mengingatkan dan Rania yang akhirnya tersadar pun meralat ucapannya. "Maksudnya Mas," cicitnya sambil meralat. "Inikan apartemen dan bukannya rumahnya Mas?" lanjut Rania bertanya.Sebenarnya sudah sejak sampai dia menanyakan itu, tapi baru setelah masuk dia berani mengutarakannya. Harusnya Rania pikir mereka langsung ke rumah, karena Arga tak memberikan aba-aba apapun termasuk pemberitahuan. Ditambah sesampainya di sana mereka gampangnya masuk ke salah satu unit setelah Arga menekan pin untuk akses masuknya."Lagian kok bisa sih, Mas tahu pin masuk ke sini? Mas kenal dekat sama pemiliknya atau sangat akrab, atau ini punya adiknya Mas Viona?"Arga tidak menjawab pertanyaannya itu, tapi malah balik bertanya, "bagaimana menurutmu apartemen ini, apakah terlalu

  • Terjebak Cinta Pria Dingin    17. Menutupi Rahasia Malam Itu

    Pulang bersama adalah hal yang Arga katakan padanya di ruangan, setelah mereka makan bersama. Namun, mereka tak bisa langsung pergi, sebab Arga rupanya masih punya jadwal mengajar beberapa jam lagi. Alhasil, Rania pun terpaksa harus menunggu.Dia langsung keluar ruangan Arga begitu empunya pergi. Sungkan menunggu di dalam, Rania putuskan menunggu di luar."Lama bangat kamu di dalam, ngapain aja sama Pak Arga?"Tiba-tiba Selvi muncul dan menatapnya sinis. Temannya satu ini memang terlihat tidak suka padanya walaupun pas dia ulang tahun beberapa waktu lalu, tapi tetap saja mengundang Rania. Kebenciannya tidak hilang dan undangan cuma formalitas agar dirinya terlihat baik."Dari kapan kamu di sana?" tanya Rania tak mau kalah."Cih, ditanya malah balik nanya?" gerutu Selvi terlihat sebal."Pertanyaan kamu nggak berbobot. Aku di dalam mau ngapain aja

  • Terjebak Cinta Pria Dingin    16. Ngidam Pertama

    "Tuh, kan. Kamu libur lagi, tapi kali ini memang jelas sih. Kamu habis sakit bukan?" tanya Melati menebak."Ya, tapi bukankah aku sudah mengatakan itu waktu kemarin. Kamu chat aku loh, dan aku beritahu kamu lewat pesan chat itu. Jangan lupa," jawab Kania mengingatkan."Yah, tapi kamu aneh bangat. Walaupun begitu tetap aja ada yang terasa ganjil dari kamu. Apa ada yang kamu sembunyikan?" tanya Melati penasaran.Rania menundukkan kepala sambil memikirkan masalahnya, dan juga memikirkan apakah dia sudah siap memberitahu Melati sahabatnya tentang hal itu. Tak lama berselang dia segera mengangkat kepalanya dan menatap sahabatnya."Aku tidak bermaksud menyembunyikan apapun, tapi kamu benar memang sudah terjadi sesuatu denganku dan itu berhubungan dengan malam saat aku mabuk, dan pulang dari pesta ulang tahunnya Selvi," ujar Rania sambil kemudian geleng-geleng kepala. "Tapi maaf sekali Mel, ak

  • Terjebak Cinta Pria Dingin   15. Kebodohan Laura

    Selama sakit, Rania selalu dicekcoki makanan sehat oleh Arga. Sekarang ketika dia sudah merasa sehat. Hal serupa masih saja terjadi dan Rania agak keberatan dengan itu."Bubur lagi?" ujar Rania dengan tak percaya. "Aku sudah makan ini selama sakit, Pak dan aku sudah bosan. Lagipula aku sudah sehat dan gigiku cukup baik untuk mengunyah makan yang lebih berat," gerutu Rania protes."Makan itu, atau lebih baik kamu di rumah saja dan tidak usah ke kampus!" tegas Arga dingin tak terbantahkan."Ch, harusnya ini bukan masalah yang berat kalau saja buburnya ini ada suwiran ayamnya dan bukan lagi potongan brokoli dan juga wortel. Bubur ayam, rasa rumput. Cih, apa enaknya, enek yang ada!" gerutu Rania terus-menerus.Arga tidak mengatakan apapun dan hal itu membuat Rania makin sebal saja."Apaan sih, Bapak. Aku dipaksa makan beginian sementara Bapak sendiri enak-enakan makan a

  • Terjebak Cinta Pria Dingin   14. Kebahagiaan Sederhana Rania

    Arga kembali ke kamar Rania untuk melihat istrinya itu. Dia mengerutkan dahi ketika menemukan wajah tak bersemangat yang Rania tunjukkan."Kamu kesal sama mommy tadi, kamu tidak suka?" tanya Arga menebak dan kemudian dia malah menjawab sendiri. "Tidak usah dipikirkan. Orang tua memang begitu. Banyak aturannya, tapi percayalah mommy sebetulnya tidak jahat dan dia itu orang tua yang penyayang," jelas Arga entah mengapa lebih cerewet dari biasanya.Rania menggelengkan kepala dan mengerucutkan bibirnya, sebelum kemudian mendesah kasar."Bukan itu," jawab Rania sambil mencoba bangkit untuk duduk.Arga yang melihatnya demikian, sedikit khawatir dan mendekat untuk membantu. "Lalu apa?" tanyanya dengan perhatian."Kuliahku. Hm, aku baru lihat chat dari grup kalau tugas dari Bapak luar biasa banyak. Sedalam lautan dan sebesar gunung, tapi jangka waktu menyelesaikannya cuma s

  • Terjebak Cinta Pria Dingin   13. Perhatian Arga dan Ibu Mertua

    Arga tak bisa tenang sekalipun dokter sudah mendiagnosa keadaan Rania sudah stabil. Perasaan Arga masih cemas walaupun dia tahu kehamilan Rania benar adanya dan juga tidak ada yang perlu dikhawatirkan, selain beberapa hal yang perlu diperhatikan.Dia takut kalau Rania tidak bisa menerima keadaannya. Mengingat bagaimana istrinya itu menolak tidur sekamar dengannya dan karena semua kamar lainnya tidak bisa dibuka, Rania bersikeras memilih di sofa yang di ruang tengah. Kenyataan tersebut membuat Arga takut. Perempuan itu mungkin saja berbuat sesuatu hal yang buruk dan melukai calon anak mereka.Menggenggam telapak tangan Rania lalu mengusapnya halus, Arga tak ada hentinya menatap Rania yang masih tak sadarkan diri."Apa kamu sebaiknya tidak tahu Rania?" tanya Arga yang tentu saja tidak akan mendapatkan jawaban apapun."Ya, kamu sepertinya memang tidak perlu tahu, Ran. Setidaknya sampai kan

  • Terjebak Cinta Pria Dingin    12. Hamil

    "Ibu, udah. Rania pulang aja ya Bu ..." pamit Rania dengan sopan dan ibunya pun menganggukkan kepala, sambil mengusap puncak kepala anaknya."Yasudah pulanglah, Nak. Akan tetapi sebelum itu, ingatlah untuk jangan melakukan kesalahan yang sama, jangan kecewakan lagi Ibumu ini, Nak. Jadilah istri yang baik untuk suamimu, Nak Arga," ujar Ibunya Renita menasehati.Wanita paruh baya itupun mengantarkan putrinya sampai ke depan, lalu meminta sopirnya mengantar pulang anaknya.Begitu sampai di rumah, Rania meluncur ke sofa favoritnya tempat biasa dijadikan tempat tidurnya. Rania ke sana tanpa memperdulikan Laura atau bahkan menyapa asistennya rumah tangganya."Nyonya biasa aja dong. Kalau lewat nggak usah ninggalin jejak, saya kan udah capek ngepel. Walaupun saya pembantu harusnya Nyonya tahu dirilah, kita sesama manusia jangan perlakuan saya seburuk ini!" ujar Laura sedikit berteriak.

Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status