"Tak di angkat lagi," keluh Dinda yang menghubungi Satria kembali.
Jari jemarinya dengan cepat melihat rincian waktu dan pengeluaran pembangunan proyek yang tertera jelas di layar laptopnya. Tak ada yang janggal, semua bekerja sesuai dengan apa yang di harapkan.
"Apa yang membuat Bryan meminta ganti rugi pada perusahaan ini? Pengerjaan proyeknya juga sesuai kok!" tanya Dinda berpikir seraya menutup beberapa laporannya tersebut.
"Apa aku menemuinya saja, ya? Lagian, aku juga ingin tau apa alasan Bryan meminta ganti rugi," ucapnya seraya menopangkan satu tangannya di dagu.
"Masalah seperti ini seharusnya aku bisa handle, tak perlu mengandalkan Satria terus. Sekali-kali, nggak apalah, memberi dia waktu untuk bersama dengan istrinya. Lagipula, dulu dia selalu menghandle semua pekerjaannya saat aku bulan madu." Dinda tersenyum jika mengingat perjuangan sahabat juteknya itu kepada dirinya.
****
Oma terkejut ketika melihat Satria datang
Kedua mata Darwin mengerling saat melihat senyum manis Olivia terlihat di balik cermin. "Wow, papa Darwin ganteng banget! Papa Darwin mau ikutan foto, ya?" tanya Olivia yang begitu polos. "Iya, dong! Papa Darwin akan ikut foto bareng Olivia dan mama. Ehm, Olivia nggak keberatan, kan?" tanya Darwin memangku tubuh gendut Olivia. "Nggak lah, mana mungkin Olivia keberatan. Justru, papa Darwin yang keberatan karena sudah memangku Olivia yang gendut ini," ucap Olivia yang tak berhenti mengedipkan mata indahnya. Wajah cantik dan lucu Olivia benar-benar membuat Darwin tak berhenti tertawa akan tingkah lucunya. "Bisa aja, kamu ini!" ucap Darwin mentoel hidung mancung bocah tiga tahun itu. "Olivia, mau lihat mama dulu!" Darwin terkejut saat bocah gendut itu turun dari pangkuannya dengan tiba-tiba. "Olivia, lain kali nggak boleh kayak gitu, ya? Papa Darwin sampai kaget tau, nggak?" Dengan penuh perhatian, kedua tangan Darwin memegang bahu Olivia
Malam ini merupakan hari yang bersejarah bagi Monica. Semilir angin malam begitu terasa menembus kulit putihnya. Suasana yang awalnya sepi perlahan mulai ramai akan kedatangan tamu yang telah di undang. Tapi, rasa bahagia itu hanya tertera di wajahnya saja tidak untuk hatinya saat ini. Hatinya terasa sepi dan menanti kedatangan keluarga yang tak kunjung datang di acara pernikahannya. Kedua bola matanya berbinar saat menatap arah pintu masuk yang terhias begitu indah dengan berbagai aneka bunga. Ia tak habis pikir jika pernikahannya kali ini tak membuat keluarganya menyukainya. Beda dengan pernikahannya dengan Farel, ayah Olivia. Padahal, menurut Monica, Darwin bisa menyayangi dirinya melebihi cinta Farel kepadanya. "Ya Tuhan, apa Satria juga tak mau ke sini?' gumam Monica menitikkan air mata. Darwin menghampiri Monica yang duduk di depan meja penghulu. "Kamu sangat cantik," puji Darwin mengagetkan Monica. Tanpa sepengetahuan Darwin, Monica mengusap ai
'Benar apa yang papa bilang. Tak seharusnya aku menyetujui pernikahan mereka. Apalagi melihat tatapan matanya Darwin tadi. Tak ada tata kramanya sama sekali padaku,' gumamnya dalam hati. Sejenak, ia melirik istrinya yang tertidur pulas di sampingnya. Wajah cantiknya terlihat begitu lelah dengan berbagai kegiatan yang dilakukannya hari ini. "Apa aku batalkan saja acara besok?" tanya Satria."Tapi, nggak mungkin. Tak ada alasan yang kuat untuk membatalkan acara yang di buat oleh oma." Spontan, Satria menghentikan mobilnya secara tiba-tiba. Ia mendesah sebal. Lagi dan lagi, beberapa orang yang berparas seperti preman menghalangi jalannya. "Siapa lagi mereka?" ucapnya seraya melepas seatbelt yang melekat di tubuhnya. "Kenapa tidak dari dulu waktu aku masih lajang, mereka mengusik kehidupanku," gumam Satria mulai turun dari mobilnya. Dengan berani, Satria menghampiri mereka yang berdiri di belakang mobil. "Tolong, pinggir
"Tak mungkin, Oma menyetujui pernikahan Monica dengan Darwin. Papa tau, oma pasti sependapat dengan papa," kata pak Dhaniel yang mulai emosi. Mama Rita mencoba menenangkan suaminya. Ia tak mau, suaminya tidak bisa mengontrol emosi di depan semua orang. "Kita ke dalam dulu, ya, Pa. Siapa tau ada kesalahan dalam penulisan namanya." Mama Rita menarik tangan pak Dhaniel dan mengajaknya untuk masuk ke dalam. Sesaat, senyum tua Oma menghilang ketika melihat cucu perempuannya berdiri di hadapannya. "Oma, terimakasih atas semua ini. Monica tak menyangka, oma menyiapkan semua ini untuk Monica. Makasih, Oma!" ucap Monica sumringah seraya memegang tangan sang nenek. Oma mengernyit dan tak mengerti apa yang di maksud cucunya tersebut. Oma terkejut saat Monica memeluknya dengan erat. Setelah sekian lama, Monica bisa merasakan kehangatan tubuh tua yang hampir tiga tahun tak ia rasakan. Sejak kematian Farel, om
Dengan nafas terengah-engah, Rachel menghampiri sang oma yang berada di ruang tamu. "Oma, Oma sendirian?" tanya Rachel. Tatapannya begitu tajam. "Mana Satria?" tanya oma yang membuat Rachel seakan tak mampu menegak salivanya sendiri saat berhadapan dengan Oma. "Oma, sebelumnya kami minta maaf karena kami tidak bisa datang ke acara tersebut. Maafkan kami," kata Rachel seraya menunduk. "Mana Satria?" ulang Oma yang membuat Rachel terperangah. "Satria lagi ...," jawabnya terhenti saat Oma mengibaskan kipas ke arah wajahnya. "Bisa-bisanya kalian mengecewakanku," tutur Oma pergi menuju ke arah kamar Satria. Tanpa banyak buang waktu, Rachel mengikuti Oma dan mencoba membantu oma saat menaiki anak tangga yang menjulang tinggi di rumahnya. "Oma, maafkan kami, ya? Satria sakit, jadi itulah alasan kami tidak datang ke acara itu, Oma." Kata-kata Rachel menghentikan langkah sang Oma. Oma tak menyan
Tok tok tok "Iya bentar!" jawab Intan mengikat rambutnya yang pendek. Ceklek! Dua bola mata indahnya terbelalak kaget melihat orang yang ia rindukan datang ke kontrakannya. "Rachel," ucapnya senang. "Hai ...," kata Rachel memeluk sahabatnya yang ia rindukan. "Akhirnya kita bertemu." Keduanya sumringah akan pertemuan yang mereka nanti selama beberapa akhir minggu ini. "Gimana-gimana? Aku penasaran tau cerita cinta kamu sama pak Satria," kata Intan menggeret tubuh sahabatnya untuk duduk. "Cerita apa?" "Ya, cerita cinta kalian. Bagaimana ceritanya, sampai-sampai pak Satria memilih kamu untuk menjadi istrinya." "Heh, ternyata begini ya, rasanya berkeluarga. Tak seindah yang aku bayangkan!" kata Rachel cemberut. Senyum Intan memudar saat mendengar penuturan dari sahabatnya itu. "Maksud kamu apa? Pak Satria KDRT?" tebak Intan asal bicara. "Tidak." "Lha terus apa masalahnya
"Jangan sentuh istri saya!" ketus Satria menendang tubuh orang yang berani menggenggam erat tangan istrinya sampai kesakitan. "Masuk ke mobil!" perintah Satria yang mengusap air mata istrinya yang sempat menetes. Dengan cepat, Satria memutar tubuh istrinya saat menghindari serangan dari orang yang ingin mencelakai Rachel. Sesaat, ia sedikit kesulitan saat Rachel mendekap tubuhnya begitu erat. Tapi, bukan Satria namanya jika ia tak bisa mengalahkan tiga orang yang kemampuan beladirinya sangat jauh darinya. Tendangan kakinya yang kuat dan tangan kanannya yang sangat kekar mampu mengalahkan mereka. "Cabut!" seru mereka pergi meninggalkan Satria. Perlahan, Rachel membuka kedua matanya. Detakan jantung Satria terdengar begitu jelas di telinganya. Sesaat, ia mendongak saat melihat suaminya terlihat begitu kelelahan melawan mereka. Rachel kembali menunduk dan tersenyum. Ia baru menyadari kalo Satria begitu penting baginya
"Mata panda itu apa, Opa?" Pertanyaan Olivia yang membuat pak Dhaniel menghela nafas panjang. "Ada lingkaran hitam di pinggir mata kita," tunjuk pak Dhaniel menunjuk matanya yang sedikit keriput. "Kalo ada lingkaran hitamnya, nanti Olivia jadi jelek ya, Opa?" "Iya. Alangkah baiknya jika sekarang Olivia tidur, ya? Kasian oma, sampai tertidur pulas seperti itu," tunjuk pak Dhaniel ke arah mama Rita yang ketiduran di sofa. Olivia tersenyum tipis melihatnya. Sesampai di rumah oma, Darwin dengan cepat memasukkan barang belanjaan ke dalam rumah. Hati oma sedikit luluh dengan cara Darwin yang begitu perhatian dan ramah. 'Kata Rita, dia menjadi sopir sekaligus bodyguard Monica. Dia juga yang menyelamatkan nyawa Monica saat ada orang yang ingin mencelakakan keluarga Angkasa. Apa aku terlalu jahat pada Monica? Satria juga bilang, Monica begitu tersiksa saat aku tak mengajaknya bicara. Tapi, aku masih tak bisa melupakan kejadian yan