'Benar apa yang papa bilang. Tak seharusnya aku menyetujui pernikahan mereka. Apalagi melihat tatapan matanya Darwin tadi. Tak ada tata kramanya sama sekali padaku,' gumamnya dalam hati.
Sejenak, ia melirik istrinya yang tertidur pulas di sampingnya. Wajah cantiknya terlihat begitu lelah dengan berbagai kegiatan yang dilakukannya hari ini.
"Apa aku batalkan saja acara besok?" tanya Satria."Tapi, nggak mungkin. Tak ada alasan yang kuat untuk membatalkan acara yang di buat oleh oma."
Spontan, Satria menghentikan mobilnya secara tiba-tiba. Ia mendesah sebal. Lagi dan lagi, beberapa orang yang berparas seperti preman menghalangi jalannya.
"Siapa lagi mereka?" ucapnya seraya melepas seatbelt yang melekat di tubuhnya.
"Kenapa tidak dari dulu waktu aku masih lajang, mereka mengusik kehidupanku," gumam Satria mulai turun dari mobilnya.
Dengan berani, Satria menghampiri mereka yang berdiri di belakang mobil.
"Tolong, pinggir
"Tak mungkin, Oma menyetujui pernikahan Monica dengan Darwin. Papa tau, oma pasti sependapat dengan papa," kata pak Dhaniel yang mulai emosi. Mama Rita mencoba menenangkan suaminya. Ia tak mau, suaminya tidak bisa mengontrol emosi di depan semua orang. "Kita ke dalam dulu, ya, Pa. Siapa tau ada kesalahan dalam penulisan namanya." Mama Rita menarik tangan pak Dhaniel dan mengajaknya untuk masuk ke dalam. Sesaat, senyum tua Oma menghilang ketika melihat cucu perempuannya berdiri di hadapannya. "Oma, terimakasih atas semua ini. Monica tak menyangka, oma menyiapkan semua ini untuk Monica. Makasih, Oma!" ucap Monica sumringah seraya memegang tangan sang nenek. Oma mengernyit dan tak mengerti apa yang di maksud cucunya tersebut. Oma terkejut saat Monica memeluknya dengan erat. Setelah sekian lama, Monica bisa merasakan kehangatan tubuh tua yang hampir tiga tahun tak ia rasakan. Sejak kematian Farel, om
Dengan nafas terengah-engah, Rachel menghampiri sang oma yang berada di ruang tamu. "Oma, Oma sendirian?" tanya Rachel. Tatapannya begitu tajam. "Mana Satria?" tanya oma yang membuat Rachel seakan tak mampu menegak salivanya sendiri saat berhadapan dengan Oma. "Oma, sebelumnya kami minta maaf karena kami tidak bisa datang ke acara tersebut. Maafkan kami," kata Rachel seraya menunduk. "Mana Satria?" ulang Oma yang membuat Rachel terperangah. "Satria lagi ...," jawabnya terhenti saat Oma mengibaskan kipas ke arah wajahnya. "Bisa-bisanya kalian mengecewakanku," tutur Oma pergi menuju ke arah kamar Satria. Tanpa banyak buang waktu, Rachel mengikuti Oma dan mencoba membantu oma saat menaiki anak tangga yang menjulang tinggi di rumahnya. "Oma, maafkan kami, ya? Satria sakit, jadi itulah alasan kami tidak datang ke acara itu, Oma." Kata-kata Rachel menghentikan langkah sang Oma. Oma tak menyan
Tok tok tok "Iya bentar!" jawab Intan mengikat rambutnya yang pendek. Ceklek! Dua bola mata indahnya terbelalak kaget melihat orang yang ia rindukan datang ke kontrakannya. "Rachel," ucapnya senang. "Hai ...," kata Rachel memeluk sahabatnya yang ia rindukan. "Akhirnya kita bertemu." Keduanya sumringah akan pertemuan yang mereka nanti selama beberapa akhir minggu ini. "Gimana-gimana? Aku penasaran tau cerita cinta kamu sama pak Satria," kata Intan menggeret tubuh sahabatnya untuk duduk. "Cerita apa?" "Ya, cerita cinta kalian. Bagaimana ceritanya, sampai-sampai pak Satria memilih kamu untuk menjadi istrinya." "Heh, ternyata begini ya, rasanya berkeluarga. Tak seindah yang aku bayangkan!" kata Rachel cemberut. Senyum Intan memudar saat mendengar penuturan dari sahabatnya itu. "Maksud kamu apa? Pak Satria KDRT?" tebak Intan asal bicara. "Tidak." "Lha terus apa masalahnya
"Jangan sentuh istri saya!" ketus Satria menendang tubuh orang yang berani menggenggam erat tangan istrinya sampai kesakitan. "Masuk ke mobil!" perintah Satria yang mengusap air mata istrinya yang sempat menetes. Dengan cepat, Satria memutar tubuh istrinya saat menghindari serangan dari orang yang ingin mencelakai Rachel. Sesaat, ia sedikit kesulitan saat Rachel mendekap tubuhnya begitu erat. Tapi, bukan Satria namanya jika ia tak bisa mengalahkan tiga orang yang kemampuan beladirinya sangat jauh darinya. Tendangan kakinya yang kuat dan tangan kanannya yang sangat kekar mampu mengalahkan mereka. "Cabut!" seru mereka pergi meninggalkan Satria. Perlahan, Rachel membuka kedua matanya. Detakan jantung Satria terdengar begitu jelas di telinganya. Sesaat, ia mendongak saat melihat suaminya terlihat begitu kelelahan melawan mereka. Rachel kembali menunduk dan tersenyum. Ia baru menyadari kalo Satria begitu penting baginya
"Mata panda itu apa, Opa?" Pertanyaan Olivia yang membuat pak Dhaniel menghela nafas panjang. "Ada lingkaran hitam di pinggir mata kita," tunjuk pak Dhaniel menunjuk matanya yang sedikit keriput. "Kalo ada lingkaran hitamnya, nanti Olivia jadi jelek ya, Opa?" "Iya. Alangkah baiknya jika sekarang Olivia tidur, ya? Kasian oma, sampai tertidur pulas seperti itu," tunjuk pak Dhaniel ke arah mama Rita yang ketiduran di sofa. Olivia tersenyum tipis melihatnya. Sesampai di rumah oma, Darwin dengan cepat memasukkan barang belanjaan ke dalam rumah. Hati oma sedikit luluh dengan cara Darwin yang begitu perhatian dan ramah. 'Kata Rita, dia menjadi sopir sekaligus bodyguard Monica. Dia juga yang menyelamatkan nyawa Monica saat ada orang yang ingin mencelakakan keluarga Angkasa. Apa aku terlalu jahat pada Monica? Satria juga bilang, Monica begitu tersiksa saat aku tak mengajaknya bicara. Tapi, aku masih tak bisa melupakan kejadian yan
"Kamu ini milikku. Dan seharusnya kamu menari di depan suami kamu ini. Bukan ke semua orang!" Rachel menahan tawanya. Baru kali ini, ia melihat suaminya yang begitu cerewet. "Kenapa kamu nahan senyum seperti itu. Sudahlah, aku capek bicara panjang lebar." Satria membopong tubuh Rachel dan merebahkannya di tempat tidur. "Sudah malam, mimpi yang indah!" kata Satria membelai rambut indah Rachel. Entah kenapa Satria sangat menyukai rambut indah milik istrinya itu. Lembutnya, wanginya yang khas membuat ia tak mau jauh dari Rachel. "Kamu hobi banget membelai rambut aku?" tanya Rachel memegang tangan suaminya yang penuh dengan bulu itu. Satria menyeringai. Baru kali ini, ia merasakan rasa cinta yang keluar dari diri istrinya. "Tidurlah di sini!" Perkataan Rachel benar-benar membuatnya tak percaya. Perlahan, Satria menuruti keinginan istrinya yang menginginkannya untuk tidur di sebelahnya. Kedua
"Doni, apa kamu yakin? Bukan Diego yang melakukannya?" tanya Satria bingung saat pendapatnya di bantah oleh Doni. "Semalam aku sudah mengontrol rumah Diego. Dia tak punya anak buah paruh baya seperti apa yang kamu katakan padaku malam itu!" jawab Doni mengejutkan sahabatnya itu. "Tapi, kalo bukan Diego, siapa orang yang ingin menculik istriku?" tanyanya bingung. "Nanti aku coba cari tau lagi!" "I trust you all!" "Ok! I won't let you down." "I know that." Di rumah, Rachel menggeliat. Ia terbangun dari tidurnya dan tersenyum saat mengingat momen indah semalam. "Ya Tuhan, aku bener-bener merasakan yang sangat teramat sangat. Rasa cintaku padanya terasa begitu besar di bandingkan rasa cintaku dulu sama Darwin. Yach, meskipun aku harus menguras tenaga jika berbicara dengannya. Tapi sekarang, dia sedikit kemajuan kok bicaranya. Sedikit banyak ngomong," gerutu Rachel tersenyum seraya mengikat rambutn
"Si-apa kalian? Kenapa kalian di sini?" tanya Rachel panik. Sudut matanya mengerut seraya menyembunyikan rasa takut yang teramat dalam. "Tenang, Nona boss. Kami di tugaskan pak Satria untuk berjaga di sini." Perkataan mereka benar-benar membuat rasa takut Rachel hilang seketika. "Kalian benar-benar membuatku ketakutan tau nggak," kata Rachel memegang dadanya. "Maafkan kami, Nona boss!"" "Ya, nggak apa. Kalian sudah makan?" tanya Rachel yang melihat mereka menggelengkan kepala secara serempak. "Ya sudah, kalian makan dulu. Kebetulan, simbok Darmi masak banyak. Jadi, mubazir kalo nggak di makan," tutur Rachel yang begitu perhatian pada mereka. "Terimakasih atas tawarannya, Nona boss. Tapi, kami pesan makanan saja," jawab salah satu bodyguardnya itu. "Iya, Nona boss. Lagian, kami juga sudah di beri uang makan. Jadi, nona boss tak perlu repot-repot!" Rachel mendesah. Tatapannya mulai memicing dan membuat mereka tertunduk di