Share

95. Karma Itu Nyata

Penulis: MMZ
last update Terakhir Diperbarui: 2024-10-29 19:42:56

Renya, David dan Renata baru saja pulang dari salah satu store perabotan rumah tangga. Sudah satu minggu ini mereka menempati sebuah rumah kontrakan yang jauh dari kota, demi mencari aman untuk keluarga kecilnya. Renya menikmati waktunya merawat anak semata wayangnya, menikmati waktunya bersama David. 

"Sayang, meja ini mau di taruh dimana?" tanya David pada Renya saat meja berbentuk lingkaran dengan kaki seperti jaring-jaring itu datang beserta dua stool berbentuk bulat.

"Di ruang tamu, Sayang ... di alasin karpet warna merah itu ya."

"Kesannya minimalis, Sayang," ujar David melipat tangannya di dada, memperhatikan hadir dekorasinya.

"Kan kita gak terima tamu," kekeh Renya. "Jadi ini lebih seperti pemanis ... pasang pigura itu di dindingnya ya." Renya memberikan kecupan pada pipi David.

"Ibu ... Rena, lapar."

"Rena lapar? Ok ... ayo kita ke dapur, kita lihat di dapur ada apa." Renya menggenggam tangan gadis kecil itu.

Renya memb

Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP
Komen (12)
goodnovel comment avatar
Louisa Janis
Syukur deh tapi bagusnya udah di RS jadi saat Anfal tinggal panggil dokter
goodnovel comment avatar
Junaedi Juna
sukur, kapokmu kapan nda... ws tuo kakean polah
goodnovel comment avatar
Widya Nur Kartika Dewi
kena batunya kau bramantya tau rasa sekarang manusia jahat
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

  • Terjebak Birahi Pengacara   96. Penyesalan dan Doa

    Tubuh Bramantya mengejang dan bergerak tak tentu arah, jemarinya mengepal seolah menahan kejang dan rasa sakit di dadanya. Dada Bramantya terasa panas, dicubit, terhimpit dan seperti dipukul dengan palu godam yang sangat besar. Bibir Bramantya seolah berusaha berteriak dan meminta tolong, namun tidak ada satu patah kata pun terucap dari mulutnya yang keluar hanya erangan kesakitan bercampur dengan napasnya yang tersedat. Pandangan matanya berputar, tidak fokus semuanya samar-samar. Bramantya berusaha menggapai-gapai apa pun yang bisa dia gapai, walaupun sesungguhnya yang ingin dia gapai adalah Yuli, Renya dan Renata cucu yang baru pertama kali ia lihat setelah sekian lama. “Ah … ah … a ….” Hanya suara itu yang bisa Bramantya ucapkan, tubuhnya tidak dapat lagi dia kendalikan sayup-sayup terdengar suara mesin yang memantau detak jantungnya berbunyi seakan mengejek diri

  • Terjebak Birahi Pengacara   97. With You or Without You.

    With me, without meSudah seminggu semenjak Bramantya masuk rumah sakit, semenjak itu pula Renya bolak balik mengunjungi Bramantya yang koma. Hatinya hancur saat melihat keadaan ayahnya yang dulu sangat berkuasa, kuat dan penuh dengan kesombongan berubah ringkih dan hanya bisa terbujur kaki di atas tempat tidur, tak berdaya."Hai ... Pa, belum bangun? Bangun yuk, Pa, ini udah pagi," ucap Renya seraya mengusap bahu Bramantya sepelan dan selembut mungkin. "Bangun, Pa, Renya rindu Papa," isak Renya tanpa sadar.Bramantya hanya diam membisu, hanya suara mesin dan napas yang pelan saja yang menunjukkan kehidupannya. Bramantya koma sudah seminggu ini, Dokter benar-benar sudah melakukan tugasnya dengan baik dan mengupayakan agar Bramantya kembali sadar dengan berbagai pengobatan dan cara yang ada. Namun, Tuhan sepertinya masih menginginkan Bramantya te

  • Terjebak Birahi Pengacara   98. Harta, tahta dan Anneke

    Anneke berjalan mondar-mandir di ruang keluarga, sesekali dia mengusap layar gawainya. Masih ada rasa tak percaya pada dirinya akan berita yang di dengarnya. Beberapa kali dia menghubungi Daru namun tak ada jawaban dari anak lelakinya yang sudah tiga hari tidak pulang ke rumah.Anneke hanya ingin memastikan berita yang dia lihat, yang didengarnya bahkan terakhir dia baca di internet. Perasaan Anneke tak menentu, bagaimana mungkin orang yang menjebloskan Daru ke penjara, kini di non-aktifkan dari jabatannya. Belum lagi Daru yang bebas dari penjara karena bantuan seseorang. Ah, Anneke tidak dapat berpikir, dia hanya ingin Daru pulang dan menjelaskan semua padanya. "Angkat dong, Ru ... Mama mau bicara,"gunam Anneke, menekan lagi layar gawainya.Nada sambung itu pun bersambut, Daru mengangkat teleponnya. "Iya, Ma," sapa Daru di seberang sana. "Kamu kemana sih? Di telpon gak diangkat, susah banget kayaknya Mama mau ngomong sama kamu .... Kenapa? Takut

  • Terjebak Birahi Pengacara   99. Kisah Kasih

    "Ma." Renya memasuki ruang perawatan Bramantya pagi itu. Rencananya pagi hingga malam dia menggantikan Yuni yang selalu menemani suaminya yang belum sadarkan diri hingga saat ini. "Kamu udah datang," ujar Yuni menoleh ke arah Renya. "Iya, Renya harus membuatkan sarapan untuk Renata dulu. Renya juga bawain Mama sarapan, makan dulu yuk." Renya membujabdua paper bag berisi makanan untuk Yuni. "Kamu bisa masak?" tanya Yuni mencicipi nasi goreng dengan topping udang dan bakso. "Enak," ujar Yuni lagi. "Belajar, Ma ... dari YouTube," Renya terkekeh. "Maaf, Mama merasa gak punya banyak waktu dulu bersama kamu." Renya hanya tersenyum samar. Kedekatan Renya dan Yuni memang tak selayaknya ibu dan anak pada umumnya. Yuni terlalu sibuk dengan kehidupan sosialitanya dan semua yang berhubungan dengan karir sang suami. Wajar jika Renya mencari perhatian serta perlakuan dari orang lain yang bisa menghargai serta memberikannya kenyamanan. "Sudah

  • Terjebak Birahi Pengacara   100. Tujuh Bulan

    Usia kehamilan Ella sudah memasuki tujuh bulan. Ia mulai terbiasa dengan kebaikan ibu mertuanya, meski kadang Ella menilai kebaikan itu terlalu berlebihan dan dibuat-buat. Tapi, ia tak mau berkomentar apa pun kepada suaminya. Bagi Ella, yang penting ia dan Daru bisa hidup bahagia serumah. Merawat dan membesarkan Bayu bersama-sama. Pada masa awal kemarin, frekuensi kedatangan Anneke ke rumah Daru, memang lebih sering dari biasanya. Ella sedikit risi karena Anneke terlalu banyak bertanya soal ayahnya. Mungkin dikarenakan Ella tidak memberikan jawaban yang memuaskan, Anneke lama-kelamaan menjadi bosan dengan sendirinya. Bukannya Ella jahat terhadap wanita yang telah melahirkan suaminya itu. Tapi, Ella kurang suka membicarakan hal pribadi yang mungkin selama ini begitu ditutupi oleh ibunya. Sore itu, Ella dan suaminya ada janji akan mendatangi apartemen tempat ia sebelumnya tinggal. Pakaian serta

  • Terjebak Birahi Pengacara   101. Tidak Menyangka

    Hidup yang nyaman dan bahagia ternyata memang mudah melenakan siapa saja. Sejak pulang ke rumah sore tadi, harusnya dalam rencana Daru akan bertemu pihak pengelola properti sebelum malam. Tapi ia dan Ella baru tiba di apartemen itu, saat langit sudah gelap. Daru memarkirkan mobilnya tak jauh dari lobi apartemen. Pria itu berlari kecil memutari bagian depan mobil untuk membantu istrinya turun. Perut Ella tidak terlalu besar, tetapi dada dan pinggul wanita itu mengembang dengan sempurna. Hal itu yang membuat Daru merasa semakin gemas terhadap istrinya. Setiap membantu Ella turun dari mobil, atau membantu istrinya melakukan sesuatu, daru tak pernah melewatkan kesempatan untuk mengusap perut istrinya. Bayangkan saja, Ella mengandung anak pertamanya di usia hampir 21 tahun sangat muda sekali. Dan karena godaan Ella sore tadi, Daru memang berencana untuk cepat-cepat menyelesaikan urusannya dengan agen properti. Mumpung Bayu berada di rumah ora

  • Terjebak Birahi Pengacara   102. Hasrat Tiba-tiba

    Ella sadar bahwa sekarang Ia dan Daru saling menyembuhkan atas rasa sakit yang mereka alami di masa lalu. Terlebih, suaminya yang telah kehilangan seorang wanita yang ia cintai bertahun-tahun yang lalu. Persaingan yang paling berat adalah ketika harus bersaing dengan seorang wanita yang telah tiada. Seberapa pun beratnya Ella mencoba untuk memberikan keutuhan cinta pada Daru, jika laki-laki itu tak melepaskan sosok wanita yang dicintainya dari dalam ingatan, maka semuanya akan sia-sia.Kejadian-kejadian di masa lalu memang tidak dapat dihapuskan. Tetapi kebersamaan mereka saat ini, yang bisa menerima ketidaksempurnaan dalam diri mereka masing-masing, sebenarnya sudah lebih dari cukup.Ella bisa mendengar gesekan suara pengait celana yang dilepas dan suara resleting yang diturunkan. Lalu, hempasan kain jatuh menyentuh lantai.Daru melingkarkan tangannya ke pinggang Ella dan menarik tubuh wanita itu lebih rapat. Bagian baw

  • Terjebak Birahi Pengacara   103. Penyesalan Yuni

    Yuni berjalan ke arah dapur, ia ingin mengambil minum untuk dirinya dan beberapa makanan ringan untuk Bramantya yang sudah pulang dan sedang duduk di taman belakang rumahnya. Iya ... suaminya sudah pulang. Namun, hanya raganya entah ke mana jiwa suaminya itu, seharian ini Bramantya hanya duduk dan menatap dengan pandangan kosong, entah apa yang suaminya itu pikirkan. Prang .... Yuni kaget saat mendengar suara benda jatuh di dapur, bergegas ia mendatangi sumber suara. “Haduh, kenapa ini?” tanya Yuni saat mendapati Renata yang menatap dirinya dengan tatapan takut-takut. “Maaf, Oma, tadi Renata nggak sengaja,” ucap Renata sambil menatap manik mata Yuni dengan perasaan bersalah, dengan cepat Renata mengambil tisu dan melap air putih yang ada di lantai dengan serampangan. “Aduh ... jangan begitu, Rena, yang ada malah meleber,” ucap Yuni sambil membawa lap dan membantu Renata membersihkan lantai. “Maaf, ya, Oma,” ucap Renata sambil menundukkan wajah

Bab terbaru

  • Terjebak Birahi Pengacara   117. Hari Baru (Tamat)

    Sewaktu kecil Ella tak pernah merasakan bagaimana memiliki seorang ayah. Dia anak yang tumbuh besar dari ibu tunggal yang membesarkannya dengan menyingkir dari kecaman keluarga dan omongan orang terdekat. Sudah tak heran lagi kalau kebanyakan manusia selalu menganggap dirinya yang paling benar dan sempurna. Sehingga merasa lebih mudah untuk menghakimi kehidupan orang lain. Satu perasaan yang selalu Ella syukuri adalah bahwa ia dibesarkan oleh seorang wanita tangguh yang mengorbankan masa muda dan mampu mengalahkan egonya untuk tidak menikah lagi. Dulu Ella tak mengerti. Ia menganggap kalau apa yang dilakukan ibunya memang suatu keharusan. Membesarkannya, merawatnya, memberinya jajan yang cukup, pakaian bagus dan pendidikan mahal. Ella tak pernah bertanya uangnya dari mana. Dan ia tak pernah menyangka kalau sebagian besar apa yang diperolehnya berasal dari seorang pria yang ternyata diam-diam masih bertanggungjawab

  • Terjebak Birahi Pengacara   116. Kekasih Berengsekku

    Hidup itu selalu tentang pilihan. Tentang baik dan yang buruk, tentang kesulitan dan kemudahan, tentang berjuang atau memasrahkan, juga tentang menjadi baik atau tidak. Semuanya tentang pilihan. Tentu saja semua orang ingin hidupnya berjalan dengan baik. Namun, seringnya yang terjadi malah jauh melenceng dengan yang direncanakan. Begitu pula Andi yang sejak dulu merencanakan memiliki kehidupan rumah tangga yang bahagia bersama Ella. Gadis yang menjadi kekasihnya selama bertahun-tahun, namun hubungan itu kandas karena perselingkuhan yang dilakukan oleh wanita itu. Andi tetaplah manusia biasa. Laki-laki yang jauh dari kata sempurna. Ia marah, murka, membalas, puas, kemudian melampiaskan semuanya dalam satu waktu. Andi yang menjaga dirinya menjadi sosok lelaki berengsek, malah berubah menjadi sosok itu. Bagi Ella, Andi pernah menjadi lelaki berengsek. Bagi Andi, Ella juga pernah menjadi wanita berengsek yang mengkhian

  • Terjebak Birahi Pengacara   115. Hari Bahagia

    "Oke ... mengejan sekali lagi ya Ibu Ella, sedikit lagi kepalanya sudah kelihatan ya ... siap ya, hitungan ketiga," ujar Dokter Sarah yang membantu persalinan Ella. "Satu ... dua ... tiga ... sekarang Bu Ella," titah sang Dokter. Ella mengejan sekuat tenaga, semampu yang dia bisa. Genggaman tangan Ella semakin erat menggenggam tangan Daru, Daru meringis menahan sakit kala genggaman itu mencengkeram semakin kuat seakan akan mematahkan jari jemari Daru. "Iya ... terus Ibu, bagus ...." Suara tangis bayi memenuhi ruangan persalinan, bayi mungil yang masih ditempeli sisa-sisa plasenta itu menangis begitu keras. "Sempurna, ya ... semua lengkap, perempuan, cantik, berat badan dan tinggi semuanya baik," ucap dokter Sarah. "Selamat Bapak Daru dan Ibu Ella," ujar Dokter Sarah. Ella meneteskan air matanya, saat bayi mungil mereka berada di atas dadanya, mencari-cari puting susu sang Ibu. "Cantik," ujar Daru menatap bayi mereka. "Benar

  • Terjebak Birahi Pengacara   114. Sudah Saatnya

    Daru membuka pintu kamarnya perlahan, dia membawakan susu hangat sesuai permintaan Ella tadi. Istrinya itu sedang duduk bersandar pada headboard, menggulir layar ponselnya. Ya, belakangan ini Ella memang lebih tertarik dengan ponselnya di banding yang lain. Berlama-lama melihat online shop lebih menarik dan menjadi salah satu hobi terbaru Ella. "Susunya di minum dulu, Miss Ella," ujar Daru yang sengaja memanggil Ella dengan sebutan Miss seperti dulu saat mereka pertama kali bertemu. "Terimakasih, Pak Daru." Ella pun tersenyum, menyesap susu yang diberikan oleh Daru. Dari duduk di sebelah istrinya, sambil mengusap-usap perut yang semakin membesar itu. "Kamu pasti belanja baju bayi lagi, ya?" tanya Daru yang melihat Ella sedang memilah-milah jumper untuk bayi mereka. "Lucu-lucu, Mas ... nggak mungkin aku lewatkan." "Iya, tapi kan sayang kalo ke pakenya cuma sebentar, itu yang kemarin kamu belanja sama ibu aja belum ka

  • Terjebak Birahi Pengacara   113. Perasaan Arya

    Lalu lintas sore itu cukup padat, Arya melirik jamnya berkali-kali khawatir ia terlambat untuk makan di restoran. Tempat yang diminta Arya datangi oleh Papahnya. Sambil menatap lampu merah yang lama, Arya teringat dengan pembicaraan dengan Papanya tiga hari yang lalu. Saat di mana Papanya tiba-tiba memanggilnya dan memberikan satu pertanyaan yang tidak pernah Arya duga sebelumnya. “Arya, bolehkan Papa menikah lagi?” Arya mengenang pertanyaan Ayahnya, pertanyaan yang paling simple, paling to the point dan pertanyaan yang paling tidak di duga oleh dirinya. Mengingat selama dua tahun Papanya menjadi seorang duda, sibuk dengan dunia politik. Papanya tidak pernah membicarakan tentang pendamping hidup semenjak kepergian Ibunya. Arya tahu bahwa orang tuanya dinikahkan melalui jalan perjodohan tapi, selama mereka hidup sebagai pasangan suami istri, mereka adalah rekan, partner, rekan dan sahabat baik. Ibu Arya memang selalu tidak sehat, kesehatannya memang ti

  • Terjebak Birahi Pengacara   112. Lamaran Yang Sebenarnya

    Dulu, Diana sangat terkesima dengan sosok Syarif Chalid muda yang begitu gagah dan penuh kharisma. Seorang angkatan bersenjata dengan karir yang cemerlang. Usia mereka bertaut cukup jauh, dan Diana muda yang naif begitu singkat dalam berfikir. “Ella memang lagi di rumah?” tanya Chalid di dalam mobil, menoleh ke arah Diana yang pandangannya mengarah ke luar kaca jendela mobil. “Iya, Ella nunggu hari kelahirannya. Belakangan dia sering nginep di rumah bawa Bayu. Aku juga minta dia di rumah sementara ini. Khawatir ... Daru kerja kadang pulangnya larut malam,” sahut Diana, menoleh sekilas ke arah Chalid kemudian mengembalikan tatapannya ke depan. “Jadi, Bayu juga lagi di rumah?” tanya Chalid lagi. “Iya, Mas. Tadi malah katanya mau ikut kalau dia belum makan. Tapi, kayaknya dia keburu makan sop,” ujar Diana tertawa. Ia menoleh ke arah Chalid dan bertemu pandang sesaat. Tawanya langsung lenyap berg

  • Terjebak Birahi Pengacara   111. Hidup Baru

    Diana sudah berdiri di depan kaca selama setengah jam. Wanita 45 tahun itu sudah tiga kali berganti pakaian. Pertama tadi dia hanya mengenakan celana panjang dan kemeja santai. Beberapa langkah keluar pintu kamar, ia kembali ke dalam dan kembali mematut diri.Sekarang Diana telah mengenakan terusan berwarna kuning muda yang menutup hingga ke betisnya. Rasa-rasanya ia sudah sangat lama tidak mengenakan jenis pakaian seperti itu.Alasannya bukan karena tidak suka, tapi lebih ke tidak adanya kesempatan atau tempat yang cocok untuk ia bisa mengenakannya. Tak ada pergaulan yang sangat penting yang terjadi dalam hidupnya setelah ia memiliki Ella.Setelah pernikahan yang amat singkat dengan Chalid, ayah kandung Ella, Diana membelanjai dirinya sendiri dengan memanfaatkan sedikit uang peninggalan orangtuanya. Diana berinvestasi kecil-kecilan di perusahaan temannya. Hasilnya memang tak banyak, tapi setidaknya ia bisa menjaga egony

  • Terjebak Birahi Pengacara   110. Wejangan

    "Em ... karena—" Ratih tercekat, ternyata nyalinya juga belum cukup kuat untuk mengatakan sejujurnya pada kedua orangtuanya. "Jadi gini, Om ... Tante. Saya dan Ratih, kami ...." Andi menguatkan hatinya. "Kami memohon restu dari Om dan Tante, saya ingin menikahi Ratih putri Om," ujar Andi tegas. "Maksudnya gimana ini, Ibu gak ngerti." Retno duduk di sisi suaminya. "Ratih akan berhenti bekerja, Bu ... kami minta restu dari Ayah sama Ibu, Andi ingin Ratih menjadi istrinya." "Sudah berapa lama?" tanya Ridwan menatap Andi. "Kami kenal sudah enam bulan kurang lebih, Yah." Ratih menjawab cepat. "Ayah tanya pacar kamu." Ekspresi datar dari seorang Ridwan, pensiunan polisi itu. "Enam bulan, Om ... sudah enam bulan." "Pekerjaan kamu?" "Baru selesai ambil spesialis, Om." "Dokter?" "Iya, Om." "Kamu bisa pastikan anak saya bahagia? Dengan latar belakang dia, kehidupan dia bahkan masa lalunya?"

  • Terjebak Birahi Pengacara   109. Minta Restu

    "Oh? Hanya oh?" Ratih berjalan cepat tanpa memikirkan perutnya, troli yang berisi barang belanjaan mereka dia tinggalkan begitu saja. Andi yang serba salah menyusul Ratih hingga meja kasir, wanita hamil itu melenggang begitu saja membiarkan Andi kesusahan membawa barang belanjaan mereka. "Tih ... ya ampun Tih, jangan cepet-cepet jalannya, ingat kamu lagi hamil." Andi meringis melihat Ratih berjalan cepat tanpa menoleh ke belakang. "Buka pintunya," ujar Ratih dengan ekspresi wajah kesal. "Astaga, Tih!" Andi membuka pintu mobilnya. Andi benar-benar harus menahan amarahnya menghadapi Ratih yang selalu sensitif selama masa kehamilannya. Ratih masih dengan mode diamnya, pandangannya dia alihkan keluar jendela mobil. Sementara Andi, merasa kikuk dengan tingkah Ratih yang selalu membuat serba salah. "Maaf ya," ujar Andi yang akhirnya mengalah. Ratih masih terdiam. "Kamu kan tau, hampir tiga bulan ini aku sibuk dengan pro

DMCA.com Protection Status