"Pak Daru," panggil Ella sambil menatap manik mata hitam Daru yang entah kenapa membuat Ella terhipnotis. Mata hitam lelaki didepannya itu benar-benar membuat Ella menahan napasnya. Seksi dengan caranya sendiri.
"Iya." Daru menjawab dengan dingin sambil melirik jam di pergelangan tangannya. Daru benar-benar merasa seperti menyia-nyiakan beberapa detik waktu di hidupnya.
"Pak, maaf tapi saya benar-benar berharap Bapak bisa meluangkan sedikit waktu untuk Bayu." Ella berkata sambil mencuri-curi pandang ke arah jari jemari pipih milik Daru yang benar-benar membuat imajimasi Ella langsung berkelana pada fantasi erotis miliknya.
"Maksudnya?" tanya Daru sambil mengetuk-ngetukkan jari telunjuknya di meja.
Ella langsung menahan napasnya dan berjuang untuk menstabilkan suaranya. Detik ini yang ada di otak Ella bukanlah masalah mengenai Bayu.
Tapi, di bagian tubuh Ella yang mana tangan itu bisa berlabuh. Astaga pikiran Ella benar-benar dipenuhi adegan-adegan erotis yang mampu membuat dirinya malu sendiri.
"Miss Ella," panggil Daru, Daru benar-benar kesal dengan wanita di hadapannya, wanita itu tidak fokus.
"Ah, iya. Maaf Pak Daru. Maksud saya, saya berharap Bapak meluangkan waktu Bapak lebih banyak dengan Bayu." Ella berkata sambil mengambil dua lembar kertas hvs yang sudah terdapat hasil gambar dari Bayu.
Ella langsung menunjukkan salah satu kertas yang menggambarkan pohon dan keluarga yang sedang piknik dibawahnya. "Dilihat dari gambar ini dan...."
Ella menggantungkan perkataannya, sambil menyerahkan hasil gambar Bayu yang lainnya pada Daru. "Ini."
"Lalu?" tanya Daru yang sama sekali tidak mengerti dengan apa maksud dari gambar pohon dan manusia dihadapannya.
"Jadi begini Pak Dar—"
"Bisa langsung ke inti masalahnya?" tanya Daru ketus, rasanya pembicaraan ini terlalu panjang.
Daru benar-benar ingin segera meninggalkan ruangan tersebut. Pekerjaannya sangat banyak.
Ella hanya bisa menghela napasnya pelan, lelaki dihadapannya ini benar-benar ketus dan dingin. Tapi, itu membuat Ella makin penasaran. Ketampanan dan jari-jarinya benar-benar membuat fantasi erotis Ella menghantamnya tanpa ampun.
"Miss Ella," panggil Daru, rasanya Daru ingin mencekik wanita dihadapannya ini. Bagaimana tidak, waktu Daru tersita hanya untuk melihat Ella menatapanya dengan tatapan yang membuat Daru tidak nyaman.
"Ah... Maaf," ucap Ella sambil berjuang untuk menahan hasratnya sendiri. Anggap Ella gila, tapi sumpah demi apapun pesona Daru sangat-sangat kuat. Ella rasanya ingin bergelayut manja dileher Daru. Astaga kenapa dengan pikirannya, sadarlah Julella Pratiwi.
"Bisa langsung ke intinya?" Daru berkata sambil mengubah postur tubuhnya. Gesture tubuh Daru langsung menunjukkan perasaan tidak tertarik dengan pembicaraan yang ada.
"Pak, dilihat dari gambar-gambar ini. Saya dapat menarik kesimpulan kalau Bayu membutuhkan perhatian lebih dari Bapak."
"Perhatian?" tanya Daru.
"Iya, semua yang Bayu lakukan di sekolah. Seperti, bermain-main bersama temannya saat pelajaran berlangsung, nilai-nilainya yang menurun selama tiga tahun terakhir, menggangu teman dan gurunya. Dapat saya ambil kesimpulan bahwa Bayu membutuhkan perhatian dari anda," ucap Ella.
Ella berjuang untuk bersikap sepropessional mungkin dan itu sangat sulit. Bagaimana tidak, jari-jari pipih Daru sedang menyentuh bibirnya.
Rasanya Ella ingin meloncat kepangkuan Bayu dan mengecup jari telunjuk tersebut, kemudian mengigit bibir bagian bawah Daru yang penuh.
"Ella, sadar. Dia orang tua murid bukan objek fantasi seksual baru," batin Ella sambil mengepalkan kedua tangannya di balik meja kerjanya.
"Kalau boleh saya sarankan, bagaimana kalau Pak Daru menyempatkan waktu Bapak mungkin sepuluh menit atau sedikitnya lima menit untuk berbicara dengan Bayu," ucap Ella sambil menatap manik mata hitam milik Daru.
"Pak, Bayu butuh sosok ayah dan ibu. Tugas itu sangat berat, untuk anda jalani sendirian. Menjadi sosok ibu dan ayah dalam waktu bersamaan, tidaklah mudah. Tapi, saya mohon demi kebaikkan Bayu, sempatkan sedikit waktu anda untuk berbincang dengan Bayu. Komunikasi kecil sangat berarti untuk Bayu, Pak."
Daru memejamkan matanya sebentar, apa yang dikatakan Ella semuanya benar. Daru sama sekali tidak bisa membantahnya.
Kepiawaiannya dalam mendebat semua hal, langsung sirna begitu saja saat disuguhkan kenyataan mengenai Bayu. Bayu anak semata wayangnya dari mendiang istrinya. Istri kesayangannya.
"Pak," panggil Ella lembut.
"Iya," jawab Daru cepat sambil mengalihkan pandangannya dari kertas dihadapnnya kearah Ella.
"Bapak bisa ‘kan memberikan sepuluh menit waktu Bapak untuk Bayu?" tanya Ella sambil menyodorkan kertas yang sudah Bayu gambar. "Bapak bisa berbicara apapun dengan Bayu."
"Saya hanya bingung apa yang harus saya bicarakan." Entah kenapa tiba-tiba Daru sedikit menunjukkan kelemahannya pada Ella.
Iya, kelemahan Daru adalah tidak mampu memahami kebutuhan anaknya. Daru benar-benar tidak mampu untuk berkomunikasi dengan Bayu.
Bayu yang sedari kecil selalu bersama istrinya, sangat jarang berbincang dengan Daru. Daru benar-benar kehabisan bahan pembicaraan dengan Bayu.
"Bapak bisa memulai dengan berbincang mengenai nilai-nilainya, sahabat-sahabatnya atau bahkan kalau Pak Dari mau. Bapak bisa berbicara tentang anak gadis yang ditaksir oleh Bayu," ucap Ella sambil memberikan senyuman termanis miliknya.
Senyuman yang mampu menjerat lelaki manapun yang Ella mau dan entah kenapa Ella sangat berharap kalau Daru pun terjerat dengan senyuman miliknya itu.
"Bayu naksir siapa?" tanya Daru kaget, Daru sama sekali tidak mempedulikan senyuman manis milik Ella.
"Bayu menyukai anak gadis di kelasnya. Bapak bisa menanyakan itu pada Bayu sebagai awal pembicaraan." Ella berkata sambil menyelipkan rambutnya ketelinga kirinya.
"Astaga anak itu, baru dua belas tahun." maki Daru sambil menyilangkan kedua tangannya di dada.
"Saat ini anak-anak lebih cepat dewasa."
"Entahlah, saya tidak terlalu mengerti dunia anak-anak," jawab Daru.
"Jadi, kita kembali lagi ke gambar ini," ucap Ella sambil menyodorkan kertas hasil gambar Bayu kehadapan Daru.
"Saya mohon, Bapak bisa menjadi pengganti ibu bagi Bayu." ucap Ella sambil menatap wajah Daru yang benar-benar menggetarkan dirinya.
Hasrat Ella benar-benar menggedor pintu pertahanan Ella, lelaki dihadapnnya itu benar-benar mampu untuk membuat hasrat Ella meledak.
Sebenarnya, hal ini tidaklah etis. Selain karena Daru adalah orang tua muridnya. Saat ini sesungguhnya Ella sudah memiliki kekasih bernama Andi. Seorang Dokter muda disalah satu rumah sakit yang ada di Jakarta. Tapi, kehidupan percintaannya hambar, tidak ada ledakan gairah di antara mereka berdua.
Daru terdiam sambil mengusap gambar yang dibuat Bayu. "Boleh saya minta kertas ini?" tanga Daru.
"Boleh, silahkan Pak. Saya lihat, Bapak lebih membutuhkannya daripada saya," jawab Ella, Ella benar-benar memperhatikan saat jemari Daru melipat gambar milik Bayu dan memasukkannya kedalam saku bagian dalam milik Daru.
"Baiklah, ada lagi?" tanga Daru, rasanya dia sudaj terlalu lama disana. Dari tadi smartphone miliknya terus bergetar seperti meminta untuk diperhatikan.
"Ah, untuk pemindahan kelas Bayu dari kelas A ke kelas B. Saya tidak bisa melakukannya."
"Kenapa?" tanya Daru.
"Ini untuk kebaikkan Bayu. Saya ingin Bayu fokus dipelajarannya. Nilai Bayu benar-benar merosot parah. Jadi, saya harap dengan dipisahkannya bayu dan sahabat-sahabatnya bisa memberikan dampak yang baik untuk Bayu," ucap Ella.
"Baiklah, saya tidak terlalu keberatan dengan hal itu. Saya hanya ingin anak saya berprestasi." ucap Daru singkat. "Ada lagi?"
Ella langsung menelan ludahnya, saat ini Ella ingin menahan Daru, demi apapun dia ingin lebih banyak tau mengenai Daru. Menggali informasi sebanyak-banyaknya tentang om duda meresahkan dihadapannya. Tapi, Ella benar-benar tidak tau apa yang harus dibicarakan lagi.
“Tidak ada, Pak,” ucap Ella akhirnya.
“Baiklah saya permisi,” ucap Daru sambil beranjak dari kursinya dan berjalan kearah satu-satunya pintu yang ada diruangan itu.
Ella langsung menatap kertas-kertas yang ada dimejanya. Matanya berkeliaran di antara kertas-kertas yang tersebar di setiap jengkal mejanya. Tiba-tiba Ella menangkap kertas yang harus dibawa pulang oleh Daru.
“Pak,” panggil Ella sambil berlari ke arah Daru.
Daru langsung menghentikan langkahnya, didalam hatinya dia mengutuk kelakuan Ella yang membuatnya kesal. Menurutnya Ella terlalu ikut campur dalam kehidupannya.
“Ada apa lagi Miss Ella?” tanya Daru sambil berbalik.
Ella yang berlari langsung menghentikkan langkahnya saat Daru membalikkan badannya. Namun, Ella tidak mampu berhenti dengan baik dan membuat pijakkan kaki Ella oleng. Sepatu hak tinggi miliknya benar-benar memperburuk keadaan, dengan sukses Ella menubruk badan Daru dan menimpa badan Daru.
Daru yang kaget langsung menahan badan Ella dibagian Dada. Tubuh bagian belakang Daru langsung menabrak pintu dan membuat dirinya dan Ella terjatuh.
“Astaga, Miss Ella bisa tidak anda berhati-hati?” tanya Daru kesal, saking kesalmya Daru mencengkram dengan keras benda lembut dan kenyal ditangannya.
“Aa...” desah Ella tanpa sadar saat salah satu dadanya diremas Daru. Ella langsung merasakan deburan hasrat yang menerjangnya tanpa ampun.
Daru yang baru sadar akan perbuatannya hanya bisa terdiam menatap manik mata Ella. Tangannya tanpa Daru sadari masih meremas salah satu bagian dada Ella.
Sialnya, Daru menikmatinya. Bagian tubuh Ella itu sangat pas ditangannya lembut dan mampu membuat bagian celananya sesak.
Daru tidak pernah menyangka di balik kemeja longgar yang dikenakan Ella, tersembunyi dengan baik dada sesuatu yang mampu membuat Daru berfantasi erotis.
Ella dan Daru hanya bisa saling tatap dalam diam. Keheningan langsung terasa diantara mereka berdua. Kebingungan terlihat sangat jelas dari wajah Daru dan Ella.
Mereka berdua bingung harus melakukan dan berkata apa, hal yang paling sialnya adalah mereka menyukainya.
••
Xoxo Gallon yang Hobi Kelon
storyby_Gallon
Ella dan Daru hanya bisa menatap dalam diam. Terlihat sekali kebingungan di wajah mereka. Sapuan nafas Daru begitu terasa pada wajah Ella.Ya Tuhan, debaran jantung mereka saling bertalu berirama tak tentu arah. Baru kali ini Daru merasakan getaran aneh setelah kematian istrinya.Sempat beberapa kali dia mencoba untuk membuka hati pada wanita lain, salah satunya Renya, anak teman ibunya. Beberapa kali juga mereka melakukan ciuman, namun tak sedikitpun terbesit di benak Daru akan rasa lebih dari ini.Tapi kali ini, dengan tanpa sengaja tangannya berada di atas dada seorang gadis yang berusia jauh di bawahnya.Astaga dada itu rasanya seperti aahh ... pikiran Daru berkelana, nafasnya tiba-tiba memburu, tatapan mata Ella membuatnya tak dapat lagi berpikir.Daru mendekatkan wajahnya, dekat sekali, mata Ella sedari tadi sudah mengarah pada bibir itu. Rasa yang bergemuruh itu tak dapat
Daru tak mengerti setan apa yang sedang merasuki dirinya saat itu. Ia sering melewatkan waktunya bersama wanita-wanita cantik, bukan kali ini saja. Tapi sikap Ella dengannya sejak menit pertama mereka bertemu, membuat Daru seolah kehilangan akal.Daru merasakan kalau tangan Ella sudah mengacak rambut belakangnya. Wanita itu seperti tak pernah merasakan yang namanya berciuman. Nafasnya sudah terengah dan desahan berkali-kali keluar dari mulut mungil Ella.Naluri Daru sebagai laki-laki tak bisa disalahkan. Jemarinya mulai membuka kancing kemeja yang dikenakan Ella. Jemarinya menyusup mencari suatu benda yang membuatnya penasaran tadi.Beberapa saat mencoba menelisik bra yang dipakai Ella, Daru semakin menegang saat jemarinya menyentuh puting wanita itu. Ia mengusap benda itu dengan kasar dan memilinnya."Hmmmphh.." Ella mendesah dan tangannya meraba-raba tubuh Daru seolah sedang mencari sesuatu.
“Maaf Pak Daru, rumah aku bukan disini. Rumah aku disana.” Ella menunjuk ke ujung jalan di depannya. Dari diam tak bergeming, sepanjang perjalanan pikiran Daru berpikir keras. Ya... berpikir apa yang salah dengan dirinya. Bisa-bisanya dia bermesraan dengan wanita labil di sampingnya itu. Wanita yang notabene adalah guru anaknya sendiri. Ditatapnya Ella dari atas ke bawah, sumpah demi apapun Ella ini cantik. Tapi, bukan tipenya sama sekali. Mulutnya tidak berhenti berbicara mengenai kekasihnya, membuat Daru hampir menabrakkan mobilnya ke tiang terdekat saking kesalnya. Ella cantik dan menarik tapi, bukan tipenya. Satu-satunya yang membuat Daru ingin bersama lebih lama dengan Ella adalah payudaranya yang menakjubkan. Payudara yang di atas ukuran rata-rata yang dengan cerdasnya Ella sembunyikan di balik kemeja longgar yan
"Apa?""Sejak kapan kamu pake parfum laki-laki Sayang?" tanya Andi lagi."Parfum laki-laki?" Ella mengendusi bau di kemejanya.Astaga ... dasar duda genit, sok arogan, sok iyes, kenapa ini bau dia semua batin Ella."Ini parfum terbaru aku, Sayang ... aku beli minggu lalu ada yang nawarin di kantor, emang ini bau parfum laki-laki ya?" Ella balik bertanya untuk menutupi kebohongannya."Sepertinya, udah lah lupain ... ganti baju dulu sana, aku tunggu di ruang tamu ya," ujar Andi tanpa curiga.Ella berlari kecil masuk ke dalam kamarnya, bersandar di balik pintu memejamkan mata, mengingat-ingat kembali kejadian hari ini, sungguh dramatis.Dengan mudahnya dia jatuh ke pelukan lelaki itu, pesona Daru memang luar biasa. Sentuhannya tadi pun membuat Ella tak lagi menapakkan kakinya di bumi.Lumatan lelaki itu membawanya pergi jauh ke angkasa, apalagi rematan pada payudaranya bahkan meninggalkan noda merah di sana.Ella menangkup
"Ternyata kamu yang datang ... bukan aku yang menghampiri." Suara bisikan Daru dan nafas hangat yang sengaja dihembuskan pria itu di tengkuk Ella membuat pori-porinya meremang seketika. Pandangan Ella mengiringi Bayu yang menghilang di balik pintu kamarnya. "Laper?" tanya Daru mengendurkan ikatan dasi di lehernya. Dengan seenaknya Daru meletakkan tangannya di bahu Ella dan menyeret wanita itu masuk ke ruang makan. "Ayo," ajak Daru menarik sebuah kursi dan mendudukkan Ella di sana dengan sedikit paksaan. "Aku masih kenyang," ucap Ella. "Please..." desis Daru membuka piring yang menelungkup di atas meja dan mendekatkannya pada Ella. "Kamu harus makan. Setidaknya biarkan aku berterimakasih karena kamu udah nganterin Bayu." Daru mengangkat alisnya dan memiringkan kepala. "Oke--oke" Ella menghela nafas dan menarik mangkuk nasi yang berada di dekatnya. Dia sendok porsi kecil rasanya sudah cukup untuk memuaskan permintaan orang tua mu
Daru terus menerus mendaratkan kecupannya di leher jenjang Ella, sedangkan tangannya dengan cekatan menyusup ke dalam kemeja Ella, mencari sesuatu yang membuatnya tidak bisa tidur kemarin malam. Sesuatu yang kenyal dan sangat pas di genggaman tangannya.Ella langsung mendesah saat merasakan tangan Daru sudah mencubit puting payudaranya, desahan Ella makin keras saat merasakan cengkraman tangan Daru yang makin kasar. Namun, memabukkan."Say my name Miss Ella, (Panggil nama saya, Miss Ella)" bisik Daru di telinga Ella sambil menggigit cuping Ella.Ella benar-benar kebingungan, seumur hidupnya baru sekarang dia merasakan kenikmatan sebesar ini, lutut Ella sama sekali tidak mampu lagi menopang tubuhnya. Tubuh Ella merosot, dengan sigap Daru menangkap bokong Ella dan meremasnya pelan. Sontak Ella menjerit."Aa....""Say my name Miss Ella (panggil nama saya Miss Ella)." Daru lagi-lagi meminta Ella untuk memanggil namanya, saat ini Daru memintanya dengan
Ella berjalan keluar dari gerbang rumah besar itu, sembari menempelkan gawainya untuk menelpon taksi. Di hati Ella terbesit pertanyaan mengapa Daru tidak berlari mengejarnya, lalu meminta maaf atas perkataannya.Sakit sekali hati Ella ketika Daru mengatakan PELACUR pada dirinya, serendah itu kah dia. Padahal yang terjadi adalah Daru yang berusaha meruntuhkan pertahanannya. Jelas sekali bukan Ella yang meminta ia untuk mencumbui tubuhnya.Ella menghapus air matanya, taksi yang ia pesan pun akhirnya datang. Menangis sejadi-jadinya di dalam taksi, merutuki dirinya serendah itu kah dia.Taksi membawanya menuju apartemen Andi, kekasihnya itu masih bekerja. Keluar masuk unit apartemen Andi itu sudah biasa dia lakukan. Memasuki apartemen tipe studio itu, Ella berjalan menuju dapur ia tuangkan secangkir susu coklat dari lemari es untuk menyejukkan hatinya yang sedang pilu.Menuju lemari Andi, diambilnya satu
"Sepertinya kita harus menegaskan satu hal sebelum kita berangkat ke cerita yang lain," sergah Ella menatap mata Daru penuh arti."Aku gak suka kalo kamu--""Kamu gak berhak!" seru Ella memotong perkataan Daru. "Kita bukan siapa-siapa dan baru bertemu beberapa jam," sela Ella.Nafas Ella terengah-engah karena emosinya. Emosi pada pria arogan yang suka memaksakan kehendak di hadapannya itu. Dan celakanya, Ella merasa bodoh karena memaklumi semua sikap laki-laki itu padanya."Aku menyukaimu Ella," ucap Daru."Beberapa hari aja gak akan cukup untuk menyadari perasaan kita ke orang lain. Kamu harus bisa bedakan itu," balas Ella."Aku bisa, kenapa nggak?""Aku nggak bisa. Aku punya Andi. 'LOVE'. Yang kamu olok-olok itu. Andi nggak salah sampai dia harus kamu olok-olok terus. Aku pacarnya. Dan kamu mendekati pasangan orang lain, Pak Daru.""Dan kamu bisa nampar aku kalau kamu rasa aku terlalu lancang nyium kamu waktu itu. Tapi kamu m
Sewaktu kecil Ella tak pernah merasakan bagaimana memiliki seorang ayah. Dia anak yang tumbuh besar dari ibu tunggal yang membesarkannya dengan menyingkir dari kecaman keluarga dan omongan orang terdekat. Sudah tak heran lagi kalau kebanyakan manusia selalu menganggap dirinya yang paling benar dan sempurna. Sehingga merasa lebih mudah untuk menghakimi kehidupan orang lain. Satu perasaan yang selalu Ella syukuri adalah bahwa ia dibesarkan oleh seorang wanita tangguh yang mengorbankan masa muda dan mampu mengalahkan egonya untuk tidak menikah lagi. Dulu Ella tak mengerti. Ia menganggap kalau apa yang dilakukan ibunya memang suatu keharusan. Membesarkannya, merawatnya, memberinya jajan yang cukup, pakaian bagus dan pendidikan mahal. Ella tak pernah bertanya uangnya dari mana. Dan ia tak pernah menyangka kalau sebagian besar apa yang diperolehnya berasal dari seorang pria yang ternyata diam-diam masih bertanggungjawab
Hidup itu selalu tentang pilihan. Tentang baik dan yang buruk, tentang kesulitan dan kemudahan, tentang berjuang atau memasrahkan, juga tentang menjadi baik atau tidak. Semuanya tentang pilihan. Tentu saja semua orang ingin hidupnya berjalan dengan baik. Namun, seringnya yang terjadi malah jauh melenceng dengan yang direncanakan. Begitu pula Andi yang sejak dulu merencanakan memiliki kehidupan rumah tangga yang bahagia bersama Ella. Gadis yang menjadi kekasihnya selama bertahun-tahun, namun hubungan itu kandas karena perselingkuhan yang dilakukan oleh wanita itu. Andi tetaplah manusia biasa. Laki-laki yang jauh dari kata sempurna. Ia marah, murka, membalas, puas, kemudian melampiaskan semuanya dalam satu waktu. Andi yang menjaga dirinya menjadi sosok lelaki berengsek, malah berubah menjadi sosok itu. Bagi Ella, Andi pernah menjadi lelaki berengsek. Bagi Andi, Ella juga pernah menjadi wanita berengsek yang mengkhian
"Oke ... mengejan sekali lagi ya Ibu Ella, sedikit lagi kepalanya sudah kelihatan ya ... siap ya, hitungan ketiga," ujar Dokter Sarah yang membantu persalinan Ella. "Satu ... dua ... tiga ... sekarang Bu Ella," titah sang Dokter. Ella mengejan sekuat tenaga, semampu yang dia bisa. Genggaman tangan Ella semakin erat menggenggam tangan Daru, Daru meringis menahan sakit kala genggaman itu mencengkeram semakin kuat seakan akan mematahkan jari jemari Daru. "Iya ... terus Ibu, bagus ...." Suara tangis bayi memenuhi ruangan persalinan, bayi mungil yang masih ditempeli sisa-sisa plasenta itu menangis begitu keras. "Sempurna, ya ... semua lengkap, perempuan, cantik, berat badan dan tinggi semuanya baik," ucap dokter Sarah. "Selamat Bapak Daru dan Ibu Ella," ujar Dokter Sarah. Ella meneteskan air matanya, saat bayi mungil mereka berada di atas dadanya, mencari-cari puting susu sang Ibu. "Cantik," ujar Daru menatap bayi mereka. "Benar
Daru membuka pintu kamarnya perlahan, dia membawakan susu hangat sesuai permintaan Ella tadi. Istrinya itu sedang duduk bersandar pada headboard, menggulir layar ponselnya. Ya, belakangan ini Ella memang lebih tertarik dengan ponselnya di banding yang lain. Berlama-lama melihat online shop lebih menarik dan menjadi salah satu hobi terbaru Ella. "Susunya di minum dulu, Miss Ella," ujar Daru yang sengaja memanggil Ella dengan sebutan Miss seperti dulu saat mereka pertama kali bertemu. "Terimakasih, Pak Daru." Ella pun tersenyum, menyesap susu yang diberikan oleh Daru. Dari duduk di sebelah istrinya, sambil mengusap-usap perut yang semakin membesar itu. "Kamu pasti belanja baju bayi lagi, ya?" tanya Daru yang melihat Ella sedang memilah-milah jumper untuk bayi mereka. "Lucu-lucu, Mas ... nggak mungkin aku lewatkan." "Iya, tapi kan sayang kalo ke pakenya cuma sebentar, itu yang kemarin kamu belanja sama ibu aja belum ka
Lalu lintas sore itu cukup padat, Arya melirik jamnya berkali-kali khawatir ia terlambat untuk makan di restoran. Tempat yang diminta Arya datangi oleh Papahnya. Sambil menatap lampu merah yang lama, Arya teringat dengan pembicaraan dengan Papanya tiga hari yang lalu. Saat di mana Papanya tiba-tiba memanggilnya dan memberikan satu pertanyaan yang tidak pernah Arya duga sebelumnya. “Arya, bolehkan Papa menikah lagi?” Arya mengenang pertanyaan Ayahnya, pertanyaan yang paling simple, paling to the point dan pertanyaan yang paling tidak di duga oleh dirinya. Mengingat selama dua tahun Papanya menjadi seorang duda, sibuk dengan dunia politik. Papanya tidak pernah membicarakan tentang pendamping hidup semenjak kepergian Ibunya. Arya tahu bahwa orang tuanya dinikahkan melalui jalan perjodohan tapi, selama mereka hidup sebagai pasangan suami istri, mereka adalah rekan, partner, rekan dan sahabat baik. Ibu Arya memang selalu tidak sehat, kesehatannya memang ti
Dulu, Diana sangat terkesima dengan sosok Syarif Chalid muda yang begitu gagah dan penuh kharisma. Seorang angkatan bersenjata dengan karir yang cemerlang. Usia mereka bertaut cukup jauh, dan Diana muda yang naif begitu singkat dalam berfikir. “Ella memang lagi di rumah?” tanya Chalid di dalam mobil, menoleh ke arah Diana yang pandangannya mengarah ke luar kaca jendela mobil. “Iya, Ella nunggu hari kelahirannya. Belakangan dia sering nginep di rumah bawa Bayu. Aku juga minta dia di rumah sementara ini. Khawatir ... Daru kerja kadang pulangnya larut malam,” sahut Diana, menoleh sekilas ke arah Chalid kemudian mengembalikan tatapannya ke depan. “Jadi, Bayu juga lagi di rumah?” tanya Chalid lagi. “Iya, Mas. Tadi malah katanya mau ikut kalau dia belum makan. Tapi, kayaknya dia keburu makan sop,” ujar Diana tertawa. Ia menoleh ke arah Chalid dan bertemu pandang sesaat. Tawanya langsung lenyap berg
Diana sudah berdiri di depan kaca selama setengah jam. Wanita 45 tahun itu sudah tiga kali berganti pakaian. Pertama tadi dia hanya mengenakan celana panjang dan kemeja santai. Beberapa langkah keluar pintu kamar, ia kembali ke dalam dan kembali mematut diri.Sekarang Diana telah mengenakan terusan berwarna kuning muda yang menutup hingga ke betisnya. Rasa-rasanya ia sudah sangat lama tidak mengenakan jenis pakaian seperti itu.Alasannya bukan karena tidak suka, tapi lebih ke tidak adanya kesempatan atau tempat yang cocok untuk ia bisa mengenakannya. Tak ada pergaulan yang sangat penting yang terjadi dalam hidupnya setelah ia memiliki Ella.Setelah pernikahan yang amat singkat dengan Chalid, ayah kandung Ella, Diana membelanjai dirinya sendiri dengan memanfaatkan sedikit uang peninggalan orangtuanya. Diana berinvestasi kecil-kecilan di perusahaan temannya. Hasilnya memang tak banyak, tapi setidaknya ia bisa menjaga egony
"Em ... karena—" Ratih tercekat, ternyata nyalinya juga belum cukup kuat untuk mengatakan sejujurnya pada kedua orangtuanya. "Jadi gini, Om ... Tante. Saya dan Ratih, kami ...." Andi menguatkan hatinya. "Kami memohon restu dari Om dan Tante, saya ingin menikahi Ratih putri Om," ujar Andi tegas. "Maksudnya gimana ini, Ibu gak ngerti." Retno duduk di sisi suaminya. "Ratih akan berhenti bekerja, Bu ... kami minta restu dari Ayah sama Ibu, Andi ingin Ratih menjadi istrinya." "Sudah berapa lama?" tanya Ridwan menatap Andi. "Kami kenal sudah enam bulan kurang lebih, Yah." Ratih menjawab cepat. "Ayah tanya pacar kamu." Ekspresi datar dari seorang Ridwan, pensiunan polisi itu. "Enam bulan, Om ... sudah enam bulan." "Pekerjaan kamu?" "Baru selesai ambil spesialis, Om." "Dokter?" "Iya, Om." "Kamu bisa pastikan anak saya bahagia? Dengan latar belakang dia, kehidupan dia bahkan masa lalunya?"
"Oh? Hanya oh?" Ratih berjalan cepat tanpa memikirkan perutnya, troli yang berisi barang belanjaan mereka dia tinggalkan begitu saja. Andi yang serba salah menyusul Ratih hingga meja kasir, wanita hamil itu melenggang begitu saja membiarkan Andi kesusahan membawa barang belanjaan mereka. "Tih ... ya ampun Tih, jangan cepet-cepet jalannya, ingat kamu lagi hamil." Andi meringis melihat Ratih berjalan cepat tanpa menoleh ke belakang. "Buka pintunya," ujar Ratih dengan ekspresi wajah kesal. "Astaga, Tih!" Andi membuka pintu mobilnya. Andi benar-benar harus menahan amarahnya menghadapi Ratih yang selalu sensitif selama masa kehamilannya. Ratih masih dengan mode diamnya, pandangannya dia alihkan keluar jendela mobil. Sementara Andi, merasa kikuk dengan tingkah Ratih yang selalu membuat serba salah. "Maaf ya," ujar Andi yang akhirnya mengalah. Ratih masih terdiam. "Kamu kan tau, hampir tiga bulan ini aku sibuk dengan pro