Share

6. Luar Biasa Tampan

Penulis: Yuli F. Riyadi
last update Terakhir Diperbarui: 2024-12-27 10:24:07

DELAPAN TAHUN LALU

=====================

Sayup-sayup Gavin mendengar suara musik dari arah belakang rumah ketika dia berjalan ke dapur. Tangannya masih memegang gelas bekas minum saat dia mendengar suara seseorang berseru. Keningnya berkerut samar, lalu kepalanya menoleh. 

Suara asing, tapi dia yakin itu bukan suara kedua asisten rumah tangga ibunya. Gavin lantas menyeret kaki menuju belakang rumah. Dia berjalan pelan melewati ruang belakang, meninggalkan dapur. 

Pintu belakang rumah terbuka. Makin dekat suara musik serta seruan seseorang makin terdengar keras. Ketika dia berdiri di ambang pintu, mata cokelatnya menemukan seorang gadis yang tengah berjingkrak-jingkrak di depan tali jemuran. 

Bukan jingkrak-jingkrak biasa. Gerakan tubuhnya berirama mengikuti alunan musik. Tubuh mungilnya meliuk, sesekali menghentak. Tangannya terangkat lalu bergoyang dengan lincah selaras dengan kakinya.

Gavin sampai berkedip beberapa kali melihat pertunjukan itu. Seorang gadis tengah menjemur pakaian sambil menari diiringi musik tanpa beban. Anehnya, Gavin malah terpaku dan tidak bergeser dari ambang pintu. Dia seolah menikmati apa yang gadis itu lakukan. 

Sudut bibirnya perlahan terangkat. "Lucu," gumamnya. Meskipun dia belum bisa melihat dengan jelas rupa gadis itu. 

"Mas Gavin?" 

Sebuah suara menegurnya dari balik punggung. Serta merta Gavin menoleh dan mendapati Bi Ayun, salah satu asisten rumah tangga ibunya yang tampak baru pulang dari pasar. 

"Kok di sini? Imah udah nyiapin sarapan belum?" tanya Bi Ayun dengan wajah heran melihat tuannya ada di belakang. Tempat yang seharusnya tidak lelaki itu injak. 

"Belum, Bi. Tadi aku haus makanya turun." Gavin mengulas senyum lalu kembali mengalihkan perhatiannya pada si gadis yang saat ini malah mengambil selang air dan menyemprotkan air ke tubuhnya sendiri. Gavin terperangah sesaat, lalu kekehannya meluncur. 

Bi Ayun yang sedang meletakkan belanjaannya bingung melihat tingkah anak majikan itu. 

"Mas Gavin lagi lihat apa?" tanya perempuan paruh baya itu. 

"Itu Bi, ada cewek lagi nari-nari sambil jemur pakaian. Dia siapa, Bi? Kok aku baru lihat?" tanya Gavin menunjuk samar area jemuran di halaman belakang. 

Bi Ayun kontan terperanjat. "Astaghfirullah! Maaf, Mas saya permisi." 

Dengan langkah tergopoh-gopoh Bi Ayun keluar melewati pintu dan menghampiri si gadis. Dia mematikan musik yang berasal dari tape recorder, lalu menghampiri si gadis dan menjewer kupingnya.

Adegan yang Gavin lihat selanjutnya, Bi Ayun memarahi gadis yang sudah basah kuyup itu.

"Astagfirullah, Rev. Berapa jam kamu jemur pakaian? Masa sampai ibu pulang belum selesai juga? Dan apa ini?" Bi Ayun menarik ujung baju gadis itu. "Malah main air. Lihat itu, jemuran yang udah dikeringin malah basah lagi. Kamu itu ya, suruh kerja malah main-main. Kalau Nyonya lihat gimana?" 

"Kan Nyonya ada di luar negeri, Bu," jawab si gadis.

"Jawab aja kalau dibilangin! Dan ini!" Bi Ayun menunjukkan tape recorder yang sudah dia tenteng. "Ibu sita sampai waktu yang nggak bisa ditentukan."

Wajah si gadis berubah memelas. "Jangan dong, Bu. Aku nggak bisa hidup tanpa tape itu."

"Halah lebay, nggak bisa hidup gundulmu kuwi. Kamu nggak malu jingkrak-jingkrak begitu dilihatin Mas Gavin?"

"Hah?" Si gadis melongo, lalu tatapnya bergulir ke arah rumah dan melihat sosok pria yang tengah berdiri di ambang pintu. 

Gavin tersenyum kecil dan melambaikan tangan. Namun, tampak disambut kaget oleh gadis itu. 

"Masuk, ganti bajumu, sana! Biar ibu yang beresin jemurannya," ujar Bi Ayun keras. 

"Iya, Bu." Si gadis memeluk tubuhnya sendiri lalu berjalan. Hanya saja dia tampak bingung ketika hendak masuk karena Gavin masih ada di sana. 

Gavin yang masih memperhatikannya tersenyum kecil. Dari percakapan mereka yang didominasi omelan Bi Ayun, Gavin bisa menyimpulkan kalau gadis itu anak dari asisten rumah tangga itu.

"Kamu anak Bi Ayun?" tanya Gavin ketika langkah kecil gadis itu hanya berjarak beberapa meter darinya. 

Gadis yang bisa Gavin perkirakan masih umur anak sekolahan itu mengangguk. 

"Siapa nama kamu? Udah lama di sini?" tanya Gavin lagi. 

"Saya Revita, Mas. Saya tinggal di sini baru enam bulan," jawab gadis itu dengan pandangan menunduk. 

"Ooh, aku baru lihat kamu." 

Setelahnya Gavin memberi gadis bernama Revita itu jalan. 

"Permisi, Mas." Revita lantas melewati anak dari majikan ibunya yang baru dua Minggu lalu pulang dari Amerika. 

"Revita," panggil Gavin, membuat Revita serta-merta berbalik. 

"Ya, Mas?" tanya gadis itu dengan suara polos yang terdengar menggemaskan di telinga Gavin.

"Tarian kamu tadi bagus. Aku suka."

"Hah?" 

Gavin tersenyum, dan detik berikutnya dia bisa melihat wajah cantik Revita bersemu dan menunduk. 

Revita tampak salah tingkah lalu buru-buru kabur dari hadapan Gavin. Membuat kekehan pria 25 tahun itu mengudara. 

***

Gavin baru akan mengeluarkan mobil ketika melihat sosok Revita keluar dari pintu samping rumah. Gadis itu terlihat buru-buru sembari memeluk sebuah buku. Sesekali membenarkan letak tas punggung yang talinya melorot dari bahu.

Sepertinya gadis itu tidak melihat anak majikannya di depan pintu hingga dia terus berjalan menuju gerbang rumah. 

Senyum tipis Gavin terukir, lantas bergegas menuju mobil. Dia memundurkan mobil dengan mulus sampai keluar gerbang. Berhenti sesaat menoleh ke arah perginya Revita. Setalah menemukan punggung gadis itu yang berjalan menjauh, dia kembali melajukan mobil dengan pelan. 

Revita terperanjat ketika mendengar suara klakson mobil dari belakang. Dia refleks menyingkir dari bahu jalan ke trotoar, dan membiarkan pengendara mobil itu melewati jalan yang dia lalui. Namun, mobil itu malah menepi alih-alih terus jalan. 

Gadis berkucir satu itu tak ambil pusing dan memilih lanjut berjalan. Dia sudah sangat terlambat. 

"Revita!" 

Punggungnya berjengit lantas memutar badan ke belakang. Alisnya berkumpul saat melihat orang yang memanggil. Dan dia sedikit terperangah ketika menemukan Gavin menyembulkan kepala dari jendela mobil. 

"Revita, mau kuliah?" tanya Gavin. 

Revita gelagapan dan spontan mengangguk. 

"Ayo, ikut mobilku saja." 

Lagi-lagi Revita terperangah lalu menggeleng cepat. "Ng-nggak usah, Mas. Saya naik angkot aja di depan." 

"Setelah naik angkot, kamu perlu naik bus juga kan?" tanya Gavin tampak tidak membiarkan Revita lepas begitu saja. "Aku tau kamu lagi buru-buru. Jadi, apa salahnya kamu terima tawaranku? Kenapa? Mobilku kurang bagus?"

Gadis 19 tahun itu tampak terkejut, lalu dengan cepat menggeleng. Ekspresinya benar-benar menggemaskan di mata Gavin. 

"Yuk!" ajak Gavin lagi, setengah memaksa. 

Revita terlihat menyerah. Dia akhirnya menuruti ajakan Gavin, ketika lelaki itu membukakan pintu bagian kiri untuknya. Gavin tidak sadar jika dada gadis itu berdebar tak karuan.

Bagaimana tidak? Sejak kedatangan lelaki itu di rumah besar keluarga Adhiyaksa, Bi Ayun melarang Revita berkeliaran di rumah itu. Padahal gadis semester satu itu begitu sangat penasaran dengan putra sulung keluarga Adhiyaksa yang katanya lulusan Harvard University. 

Bi Imah—asisten rumah tangga lain di rumah keluarga Adhiyaksa—bilang bahwa Gavin itu anak jenius, makanya bisa sekolah di Harvard tanpa biaya dari orang tuanya. Tidak hanya itu. Lagi-lagi kata Bi Imah, pria 25 tahun itu juga sangat tampan. 

Dan, setelah Revita melihatnya secara langsung kemarin itu, ucapan Bi Imah ternyata benar. Gavin Adhiyaksa ... Luar biasa tampan. 

Yuli F. Riyadi

Jangan lupa sebar coretan kalian ya teman-teman, have a nice day

| 4
Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi
Komen (3)
goodnovel comment avatar
WiwikK
makin menarik
goodnovel comment avatar
Cut Zanah
jgn spe kandas kisah cinta mreka thor.... semangat .........
goodnovel comment avatar
Anies
aku pun penasaran nih.. belum bisa bayangin kaya apa rupa Gavin di imajinasiku
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

  • Terjebak Bersama Dua Mantan   7. Kita Pacaran?

    "Masak apa?" Revita berjengit ketika seseorang bertanya. Dia hapal suara itu. Suara yang beberapa hari belakangan sering menyapanya. Gadis 19 tahun itu menoleh pelan dan mendapati Gavin sudah duduk di atas bar stool. Tangan pria itu melingkari sebuah gelas panjang yang isinya kosong. "Mie rebus," sahut Revita pelan. Benaknya mulai tidak nyaman karena kemunculan anak majikannya yang tiba-tiba. Sekarang sudah pukul sepuluh dan dia pikir orang rumah sudah terlelap. Perut lapar membuatnya harus pergi ke dapur, tapi tidak ada yang bisa dia temukan kecuali mie instan. "Kamu nggak masalah mie rebus di jam segini?" tanya Gavin, salah satu alis tebalnya naik. Revita yang saat ini sudah mengenakan piyama tidur menggeleng. "Nggak apa-apa, saya lapar."Ada seringai kecil dari sudut bibir Gavin. Meskipun suka mie instan biasanya dia akan membatasi. Di atas pukul 7 malam, biasanya Gavin menghentikan aktivitas makan. Namun, malam ini pengecualian. "Bisa buatkan aku satu juga?" tanya Gavin, mera

    Terakhir Diperbarui : 2024-12-27
  • Terjebak Bersama Dua Mantan   8. Lift

    Seharian ini Revita gelisah. Wanita 27 tahun yang memangku posisi sebagai admin data itu masih memikirkan kejadian siang tadi. Di mana rombongan petinggi perusahaan datang menyambangi departemennya. Dia menyesali kebodohannya. Bagaimana mungkin selama hampir tiga tahun bekerja di anak cabang perusahaan ini, dia tidak mengetahui owner-nya? Revita memejamkan mata, memijit dahinya yang berdenyut. Gavin Adhiyaksa adalah salah satu orang yang paling tidak ingin Revita temui, tapi akan lain cerita kalau dia sendiri yang malah menghampirinya. Sejak memutuskan kembali ke kota ini, Revita hidup dengan damai. Pikiran untuk berhubungan atau pun bertemu dengan keluarga Adhiyaksa sama sekali tak terlintas. Lagi pula, dia sudah melupakan semuanya. Lukanya dan mungkin sakit hatinya. Mungkin. Namun, kejadian siang tadi seolah sanggup mengembalikan rasa sakit itu. "Lo baik-baik aja, Rev?" tanya Arum, yang mejanya tepat di seberang Revita, berhadapan. Dia sedikit memanjangkan leher untuk melihat kond

    Terakhir Diperbarui : 2024-12-28
  • Terjebak Bersama Dua Mantan   9. Nana

    Entah di lantai berapa pintu lift akhirnya terbuka. Revita mengembuskan napas lega karena tidak harus terjebak lama-lama bersama Gavin. Dua orang masuk dan agak terkejut mendapati CEO Bumi Indah ada di dalam lift tersebut. Dua orang itu menyapa sopan kepada Gavin lantas berdiri agak sedikit maju di antara Gavin dan Revita. Dalam kondisi seperti ini, Gavin tidak mungkin berani bicara macam-macam. Revita menekan dadanya yang berdegup kencang karena sempat tidak bisa mengendalikan emosi. Beruntung mulutnya tidak mengeluarkan kata-kata tidak penting yang nanti bisa merepotkan dirinya. Entah kenapa dia merasa setelah ini hidupnya di kantor tidak akan tenang. Segala ucapan Gavin tadi seolah memberitahu bahwa semua akan dimulai lagi. Ya Tuhan, Revita benci dengan segala kerumitan hidupnya. Gavin turun di lantai sepuluh tanpa mengucapkan apa pun pada Revita. Dia hanya menoleh dan menatap wanita itu sesaat sebelum keluar dari lift. Lain kali Revita akan memastikan untuk tidak keluar kantor

    Terakhir Diperbarui : 2024-12-28
  • Terjebak Bersama Dua Mantan   10. Gosip Hot

    "Bunga lagi, Rev?"Revita yang tengah memegang tangkai mawar menoleh mendapati teguran itu. Rafa dan Ilham baru saja masuk. Di belakang mereka, Arum dan Dona menyusul. Dany sedang ada tugas di luar kantor, sejak pagi batang hidungnya sudah tidak nampak. Revita mengangguk menatap bunga mawar itu. Melihat mawar di kantong plastik milik Nana beberapa hari lalu membuat dia yang tadinya abai mendadak penasaran dengan si pengirim bunga ini. "Sebenarnya siapa sih orangnya? Lo serius nggak tau, Rev?" tanya Rafa seraya menarik kursi milik Dany, dan duduk di sana dengan posisi terbalik. "Gue nggak tau. Tiap gue ke sini udah nggak ada siapa-siapa.""Perlu diselidiki enggak sih? Kok gue ikutan gemes?" timpal Arum menatap Rafa dan Revita berganti. Alis Revita menanjak. "Caranya?" "Coba lo datang pagi-pagi, lebih pagi dari biasanya. Kali aja papasan sama orang itu." "Eh, jangan," sergah Rafa. "Kalau ternyata pengirimnya psikopat gimana?" "Mana ada pengirim bunga psikopat? Yang ada dia romant

    Terakhir Diperbarui : 2024-12-28
  • Terjebak Bersama Dua Mantan   11. Sebuah Pertanyaan

    Beberapa saat lalu Vania mengantar Revita menuju ruangan Gavin di lantai paling atas gedung. Lantas sekretaris itu beranjak pergi lantaran ada pekerjaan yang harus dia selesaikan. Revita memang sudah berada tepat di depan pintu ruangan CEO, tapi alih-alih mengetuk papan kayu cokelat itu dirinya malah mematung. Berdiri kaku, memandang nanar papan nama yang tertempel di permukaan pintu itu. Satu detik, dua detik, tangannya belum juga terangkat. Wanita 27 tahun itu menarik napas dan mengembuskannya pelan. Dia sama sekali tidak ingin berurusan dengan Gavin meskipun pria itu atasannya. Namun, hatinya yang lain memintanya untuk bertemu dan sedikit mendengar apa yang akan pria itu katakan. Dengan ragu akhirnya Revita mengangkat tangan dan mengetuk dua kali pintu di depannya. Pelan, nyaris tidak terdengar. Namun, sebuah suara dari dalam segera menyahut. Mempersilakan dia masuk. Mendengar suara Gavin dari dalam ruangan membuat jantung Revita berpacu cepat. Perasaannya bahkan mendadak tidak

    Terakhir Diperbarui : 2024-12-29
  • Terjebak Bersama Dua Mantan   12. Cari Masalah

    Ada napas lega yang Revita embuskan ketika pintu ruangan Gavin diketuk dari luar. Tidak berapa lama wajah sekertarisnya muncul. Obrolan mereka otomatis terjeda. "Maaf, Pak Gavin," ucap Vania merasa tak enak. "Di lobi ada Bu Melinda, beliau menunggu Anda," lanjutnya lagi. Mendengar nama Melinda disebut membuat napas Revita sedikit tercekat. Dia tahu nama itu. Melinda alias Nyonya Besar sekaligus ibu kandung Gavin. Wanita yang sudah menghina dan memaki habis-habisan Revita dan ibunya sebelum mereka keluar dari rumah besar keluarga Adhiyaksa. Serta-merta Revita berdiri. "Maaf, Pak. Saya harus segera kembali ke departemen." Gavin tidak mencegah dan ikut berdiri. "Aku antar kamu ke bawah.""Tidak perlu," jawab Revita cepat, takut-takut dia melirik Vania yang masih ada di sana. "Saya permisi, Pak Gavin, Mbak Vania." Dia mengambil langkah gegas secepat mungkin. Bayangan wajah merah Melinda saat itu masih terekam jelas di ingatan Revita. Dia tidak mau mengambil resiko bertemu dengan wanit

    Terakhir Diperbarui : 2024-12-29
  • Terjebak Bersama Dua Mantan   13. Accident

    "Mau pulang bersama?" Revita yang sedang menunggu hujan reda di teras lobi berjengit mendengar suara itu. Dia menoleh dan menemukan Gavin lengkap dengan seulas senyum. Refleks wanita itu bergerak menjauh. "Nggak perlu, Pak. Saya sedang menunggu ojek online," sahut Revita. Kepalanya lantas menoleh melihat keadaan sekitar. Bukan hanya dia yang menunggu hujan reda, ada beberapa karyawan lain juga. Dan Revita takut kehadiran Gavin ini mengundang perhatian mereka."Ojek online memang ada yang mau terima orderan?" tanya Gavin sambil menatap derasnya hujan sore ini. Awan kelabu bahkan masih menggantung pekat di langit Jakarta. "Ada kok." Sebenarnya Revita tidak yakin, karena sejak tadi orderannya memang terus ditolak. Siapa juga driver ojek yang mau bawa penumpang hujan-hujanan begini? "Sudah dapat drivernya?" tanya Gavin lagi, melihat Revita masih terus sibuk dengan gadget-nya. Wanita yang masih terlihat cantik di mata Gavin itu mengabaikan. Dia terus saja menunduk, dan merapal doa d

    Terakhir Diperbarui : 2024-12-29
  • Terjebak Bersama Dua Mantan   14. Lebih Dari Sekedar Atasan

    Sudah satu jam lebih Revita masuk ke IGD. Entah apa yang dilakukan tenaga medis di dalam sana pada wanita itu. Yang pasti, Gavin berharap tidak akan terjadi hal buruk pada wanita itu. Rasa cemas yang tergambar jelas di wajah pria itu tidak luput dari pengawasan Ferdy. Manajer Departemen Pengembangan itu masih bersama Gavin menunggui Revita. Di kepalanya sekarang berjubel banyak pertanyaan. Dan yang paling membuatnya penasaran adalah ada hubungan apa antara bos besarnya tersebut dengan Revita? Jika mereka tidak memiliki hubungan, tidak mungkin Gavin bisa segusar itu. "Pak, Anda tidak menghubungi keluarga, Revita?" tanya Ferdy, sedikit mengusik ketegangan pada wajah atasannya itu. Gavin yang berdiri gelisah di depan pintu IGD tampak terkejut. Saking cemasnya, dia tidak terpikirkan untuk menghubungi keluarga wanita itu. Spontan dia merogoh saku celananya, mengambil ponsel. Namun, sialnya ponselnya mati lantaran basah kuyup terkena siraman air hujan. "Mungkin kamu saja yang menghubung

    Terakhir Diperbarui : 2024-12-30

Bab terbaru

  • Terjebak Bersama Dua Mantan   150. Musim Gugur di Beacon Hill

    Berjalan sambil bergandengan tangan di Charless street pada musim gugur akan menjadi momen romantis yang tidak akan pernah Revita lupa. Berbaur di pemandangan jalan yang mempesona si kawasan pinggir kota paling tua dan makmur, Boston. Untuk ke-empat kalinya Gavin mengajak Revita dan anak-anak ke kota ini dan wanita itu akui tidak pernah bosan berada di tempat ini. "Ini kali pertama kita ke sini pas musim gugur. Kalau tau bakal seindah ini aku pasti sudah minta ke sini di bulan-bulan musim gugur sebelumnya," ujar Revita dengan bibir maju. Sudah empat kali berkunjung, dan dia baru melihat musim secantik ini. Kakinya yang terbungkus boots panjang berjalan menapaki trotoar yang terbuat dari batu kerikil. Matanya mengedar dengan senyum yang mengembang memperhatikan barisan rumah bergaya federal. Yang menarik, rumah-rumah di sini memiliki pengetuk pintu dari kuningan yang dipoles alih-alih bel wifi atau listrik. Gavin bilang itu adalah simbol tak resmi kawasan pinggir kota ini. "Musim g

  • Terjebak Bersama Dua Mantan   149. Kejutan (2)

    Begitu membuka pintu kosan, Revita langsung melihat wajah putrinya yang tersenyum lebar. Anak itu segera menghambur ke pelukannya. Di belakang Reina, Gavin melambaikan tangan seraya tersenyum manis. "Mama udah siap?" tanya Reina, kepalanya meneleng untuk melihat barang-barang di belakang punggung ibunya. Hanya ada satu koper besar dan tas jinjing berukuran sedang. "Isi rumah nggak dibawa, Ma?" Revita terkekeh sembari menggeleng. "Barang-barang itu kan bukan milik kita, Na. Ada-ada aja kamu."Gavin sendiri langsung mengambil alih bawaan sang istri dan segera memasukkannya ke bagasi mobil. Akhirnya hari yang dia tunggu tiba. Revita dan Reina akan tinggal bersamanya menjadi satu keluarga utuh. "Itu apa?" tanya Gavin melihat kotak dengan ukuran lumayan besar yang dibungkus kado. Revita mengikuti arah pandang Gavin. "Itu dari teman-teman di pabrik. Belum aku buka sih." "Dibawa juga?" "Iya. Kado perpisahan." Selain koper milik dirinya, ada juga koper milik Reina di bagasi mobil Gavin

  • Terjebak Bersama Dua Mantan   148. Kejutan (1)

    Mata Revita mengerjap. Mungkin yang Indila katakan benar, tapi wanita itu tidak boleh pesimis. Mahesa hanya belum melupakan Revita, tapi bukan berarti tidak bisa melupakan. Revita tersenyum menatap wanita manis di depannya. "Dengan lo terus di sampingnya, gue yakin dia bisa segera lupain gue. Apalagi lo deket sama Dony. Sekedar informasi, meski dia dulu deketin gue, dia nggak pernah loh ngenalin anaknya ke gue. Tapi ke lo? Nah itu tandanya dia serius sama lo." Wajah mendung Indila hilang seketika. Berganti dengan wajah penuh senyum. "Lo bisa aja, Re," katanya cengengesan. "Gue yakin sih bentar lagi lo bakal dilamar," goda Revita seraya menaik-turunkan alisnya. "Nggaklah. Gue bakal kasih waktu ke dia buat terima kenyataan bahwa lo itu milik keponakannya." Kedua wanita itu lantas tertawa. Lalu saling berpelukan. Tepat saat itu Revita seolah menyadari sesuatu. "Tunggu-tunggu." Revita melepas pelukannya dan mengangkat tangan sejenak. Dia merasa ada yang aneh di sini. "Jadi, lo mau p

  • Terjebak Bersama Dua Mantan   147. Pagar Makan Tanaman

    Perombakan kesekretariatan ternyata lumayan mengundang perhatian. Bukan hanya itu, Gavin juga memecat beberapa sekretaris yang diduga berkomplot menjebak dirinya, termasuk Ferial. Tidak peduli dikatakan presdir kejam atau apa. Baginya perbuatan Ferial dan teman-temannya sudah melampaui batas. Kejadian mabuknya Ferial membuat Gavin tahu betapa busuknya perempuan itu. Paginya, begitu wanita itu sadar, Gavin memintanya untuk pulang ke Indonesia. Sempat ada drama dan permohonan maaf dari Ferial, tapi Gavin tak peduli dan tetap mengirim wanita itu kembali ke Jakarta. Alhasil seminar dua hari dan rapat terakhir dia lakukan sendiri tanpa dampingan sekretaris. "Jadi, apa yang bikin kamu memecat mereka?" tanya Mahesa saat pria itu berkunjung ke kantor Gavin. Kabar itu cukup bikin heboh. "Mereka kerjanya tidak becus," sahut Gavin sambil terus menandatangani dokumen di mejanya. Menarik kursi di depan meja, Mahesa pun duduk. "Apa yang mereka lakukan?" "Aku yakin Om sudah tau apa yang terjadi

  • Terjebak Bersama Dua Mantan   146. Resiko

    "Mas?" Rasa kantuk dan kesal hilang seketika saat Revita menemukan suaminya sudah berdiri di depan pintu kosan. Dia mengucek mata untuk memastikan penglihatannya tidak salah. Ini sudah hampir pukul satu malam. Kenapa Gavin ada di sini? "Kaget ya? Biarin aku masuk dulu, Re. Aku capek." Gavin hendak masuk kamar, tapi segera Revita tahan. "Tunggu-tunggu, kamu beneran Mas Gavin, kan? Bukan demit yang nyamar jadi suamiku?" Detik berikutnya Revita terpekik karena mendapat sentilan di dahi. Dia segera mengusap dahinya yang kesakitan. "Demit mana ada yang seganteng suami kamu." Dengan pelan Gavin mendorong Revita masuk, begitu pun dirinya yang lantas ikut masuk dan menutup pintu kamar kosan. "Tapi, Mas. Kamu kan lagi ada di Malaysia. Kok sekarang udah ada di sini aja? Mana malam-malam lagi datangnya." Rasanya Revita belum puas mendapat jawaban dari pria itu. "Kamu kabur ya?" Melepas sepatu, Gavin pun juga melepas kemeja beserta celana panjangnya. "Seminar sudah selesai. Bu

  • Terjebak Bersama Dua Mantan   145. Merepotkan

    "Berapa hari?" Selain meeting ada seminar kewirausahaan yang harus Gavin hadiri selama dua hari. Kebetulan dia akan menjadi salah satu pengisi materi di hari kedua seminar yang diadakan di Kuala Lumpur tersebut. "Mungkin 3 sampai 4 hari, Sayang." "Hm, lama." Reina cemberut. "Mama weekend katanya masuk kerja. Masa papa juga belum balik?"Gavin menyentuh kepala Reina. "Papa usahakan weekend sudah kembali," ucapnya tersenyum. "Pak, sudah waktunya berangkat!" Di dekat mobil, Ferial kembali mengingatkan. Mata cokelat Reina langsung melirik tak suka. "Ih, aku nggak suka sama sekretaris papa yang itu. Kenapa bukan Tante Vania aja sih?" "Tante Vania ada pekerjaan lain.""Ya ganti aja jangan yang itu. Kelihatannya genit. Mentang-mentang cantik. Papa nggak takut mama cemburu?" "Uhm—""Papa mau ke Malaysia bareng dia kan?"Gavin mengangguk ragu. Semoga ini bukan masalah. "Tapi kami ke sana cuma bekerja. Dia di sana cuma membantu pekerjaan papa. Sekaligus papa lagi nguji dia layak atau ngg

  • Terjebak Bersama Dua Mantan   144. Sekretaris Baru

    Alis Gavin naik sebelah ketika melihat sekretaris bernama Ferial datang menjemputnya. Dia tidak berharap orang baru yang akan menemani perjalanan bisnisnya. Namun sepertinya dia tidak memiliki pilihan lain. Anggap saja ini ujian pertama sekretaris itu. Jika gagal, Gavin bisa punya alasan untuk mendepaknya dari kesekretariatan. "Tidak ada yang memberitahu saya kalau kamu yang akan menemani saya ke Malaysia," ucap Gavin seraya masuk ke mobil mewah fasilitas kantor. Ferial tersenyum manis, lalu ikut masuk ke mobil setelah memastikan bosnya itu duduk nyaman di dalam sana. "Saya sudah memberitahukan itu ke Pak Gavin. Di reminder juga ada. Mungkin Pak Gavin lupa."Sekilas Gavin memindai outfit yang wanita muda itu kenakan. Wanita itu mengenakan floral dress sebatas lutut yang dilapisi blazer hitam. Dress dengan potongan flowly itu agak naik ke atas saat dia duduk. Warna krem dress itu seolah tengah berlomba dengan warna kulit putih Ferial yang secerah mutiara. Gavin tidak mengerti kenapa

  • Terjebak Bersama Dua Mantan   143. LDR

    "Selamat pagi, Pak."Gavin mengangkat wajah dari tumpukan kertas yang sedang dia baca ketika sapaan asing seseorang terdengar. Di depannya berdiri seorang wanita muda yang terlihat cantik dan energik. Alisnya terangkat sebelah karena tidak mengenali sosok itu. "Kamu siapa?" tanya Gavin tanpa membalas sapaan wanita muda itu. "Saya Ferial, Pak. Saya di sini menggantikan Mbak Vania." "Memang Vania ke mana?" "Mbak Vania mendampingi CEO baru kita, Pak." Gavin mengangguk ragu. Sejujurnya dia masih ingin Vania yang menemaninya di posisi sekarang sebagai presdir baru. Ya rapat pemegang saham menunjuknya menjadi presdir menggantikan Melinda yang dulu menjabat sebagai presdir pasif. Gavin sendiri memilih tetap ngantor karena masih banyak yang harus dia pastikan keberlangsungan beberapa proyeknya. "Selain saya ada tiga sekretaris lain yang akan membantu pekerjaan Anda, Pak.""Ya, terima kasih," sahut Gavin lantas kembali memperhatikan kertas-kertas di mejanya. Dia pikir sekretaris bernama

  • Terjebak Bersama Dua Mantan   142. Malam Penuh Gairah (warning area)

    *WARNING 21+*===========Pangkal alis Revita berkedut. Bibirnya menggeram lirih lalu lama-lama badannya menggeliat. Entah sekarang pukul berapa. Yang jelas sudah larut, karena kesunyian terasa begitu pekat. Setengah sadar dia menyingkirkan tangan tak sopan yang membuat tidurnya terganggu. "Aku ngantuk, Mas," gumamnya tak jelas, lalu kembali terlelap. Tidak ada sahutan, tapi tangan itu makin tak mau berhenti bergerak. Ketika Revita mengubah posisi menjadi miring, tangan itu pun ikut mengejar. Mencari celah agar bisa menyusup ke balik piyama yang wanita itu kenakan. "Mas," gumam Revita lagi, ketika tangan itu berhasil menyusup masuk dan meremas payudaranya. Karena masih sangat mengantuk, akhirnya Revita membiarkan saja. Tapi lama-lama pergerakan itu membuat Revita tak nyaman. Apalagi ketika puncak dadanya dimainkan. Tubuhnya yang sensitif sontak bereaksi. Dia melenguh pelan. Dalam tidur berusaha menikmati apa yang suaminya lakukan. "Bangun, Sayang," bisik Gavin, sembari terus memb

Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status