Share

8. Lift

last update Last Updated: 2024-12-28 19:43:17
Seharian ini Revita gelisah. Wanita 27 tahun yang memangku posisi sebagai admin data itu masih memikirkan kejadian siang tadi. Di mana rombongan petinggi perusahaan datang menyambangi departemennya. Dia menyesali kebodohannya. Bagaimana mungkin selama hampir tiga tahun bekerja di anak cabang perusahaan ini, dia tidak mengetahui owner-nya?

Revita memejamkan mata, memijit dahinya yang berdenyut. Gavin Adhiyaksa adalah salah satu orang yang paling tidak ingin Revita temui, tapi akan lain cerita kalau dia sendiri yang malah menghampirinya.

Sejak memutuskan kembali ke kota ini, Revita hidup dengan damai. Pikiran untuk berhubungan atau pun bertemu dengan keluarga Adhiyaksa sama sekali tak terlintas. Lagi pula, dia sudah melupakan semuanya. Lukanya dan mungkin sakit hatinya. Mungkin. Namun, kejadian siang tadi seolah sanggup mengembalikan rasa sakit itu.

"Lo baik-baik aja, Rev?" tanya Arum, yang mejanya tepat di seberang Revita, berhadapan. Dia sedikit memanjangkan leher untuk melihat kond
Yuli F. Riyadi

Bab ini sudah kembali ke masa sekarang yak

| 1
Continue to read this book for free
Scan code to download App
Locked Chapter
Comments (1)
goodnovel comment avatar
Anies
menarik, nex baca
VIEW ALL COMMENTS

Related chapters

  • Terjebak Bersama Dua Mantan   9. Nana

    Entah di lantai berapa pintu lift akhirnya terbuka. Revita mengembuskan napas lega karena tidak harus terjebak lama-lama bersama Gavin. Dua orang masuk dan agak terkejut mendapati CEO Bumi Indah ada di dalam lift tersebut. Dua orang itu menyapa sopan kepada Gavin lantas berdiri agak sedikit maju di antara Gavin dan Revita. Dalam kondisi seperti ini, Gavin tidak mungkin berani bicara macam-macam. Revita menekan dadanya yang berdegup kencang karena sempat tidak bisa mengendalikan emosi. Beruntung mulutnya tidak mengeluarkan kata-kata tidak penting yang nanti bisa merepotkan dirinya. Entah kenapa dia merasa setelah ini hidupnya di kantor tidak akan tenang. Segala ucapan Gavin tadi seolah memberitahu bahwa semua akan dimulai lagi. Ya Tuhan, Revita benci dengan segala kerumitan hidupnya. Gavin turun di lantai sepuluh tanpa mengucapkan apa pun pada Revita. Dia hanya menoleh dan menatap wanita itu sesaat sebelum keluar dari lift. Lain kali Revita akan memastikan untuk tidak keluar kantor

    Last Updated : 2024-12-28
  • Terjebak Bersama Dua Mantan   10. Gosip Hot

    "Bunga lagi, Rev?"Revita yang tengah memegang tangkai mawar menoleh mendapati teguran itu. Rafa dan Ilham baru saja masuk. Di belakang mereka, Arum dan Dona menyusul. Dany sedang ada tugas di luar kantor, sejak pagi batang hidungnya sudah tidak nampak. Revita mengangguk menatap bunga mawar itu. Melihat mawar di kantong plastik milik Nana beberapa hari lalu membuat dia yang tadinya abai mendadak penasaran dengan si pengirim bunga ini. "Sebenarnya siapa sih orangnya? Lo serius nggak tau, Rev?" tanya Rafa seraya menarik kursi milik Dany, dan duduk di sana dengan posisi terbalik. "Gue nggak tau. Tiap gue ke sini udah nggak ada siapa-siapa.""Perlu diselidiki enggak sih? Kok gue ikutan gemes?" timpal Arum menatap Rafa dan Revita berganti. Alis Revita menanjak. "Caranya?" "Coba lo datang pagi-pagi, lebih pagi dari biasanya. Kali aja papasan sama orang itu." "Eh, jangan," sergah Rafa. "Kalau ternyata pengirimnya psikopat gimana?" "Mana ada pengirim bunga psikopat? Yang ada dia romant

    Last Updated : 2024-12-28
  • Terjebak Bersama Dua Mantan   11. Sebuah Pertanyaan

    Beberapa saat lalu Vania mengantar Revita menuju ruangan Gavin di lantai paling atas gedung. Lantas sekretaris itu beranjak pergi lantaran ada pekerjaan yang harus dia selesaikan. Revita memang sudah berada tepat di depan pintu ruangan CEO, tapi alih-alih mengetuk papan kayu cokelat itu dirinya malah mematung. Berdiri kaku, memandang nanar papan nama yang tertempel di permukaan pintu itu. Satu detik, dua detik, tangannya belum juga terangkat. Wanita 27 tahun itu menarik napas dan mengembuskannya pelan. Dia sama sekali tidak ingin berurusan dengan Gavin meskipun pria itu atasannya. Namun, hatinya yang lain memintanya untuk bertemu dan sedikit mendengar apa yang akan pria itu katakan. Dengan ragu akhirnya Revita mengangkat tangan dan mengetuk dua kali pintu di depannya. Pelan, nyaris tidak terdengar. Namun, sebuah suara dari dalam segera menyahut. Mempersilakan dia masuk. Mendengar suara Gavin dari dalam ruangan membuat jantung Revita berpacu cepat. Perasaannya bahkan mendadak tidak

    Last Updated : 2024-12-29
  • Terjebak Bersama Dua Mantan   12. Cari Masalah

    Ada napas lega yang Revita embuskan ketika pintu ruangan Gavin diketuk dari luar. Tidak berapa lama wajah sekertarisnya muncul. Obrolan mereka otomatis terjeda. "Maaf, Pak Gavin," ucap Vania merasa tak enak. "Di lobi ada Bu Melinda, beliau menunggu Anda," lanjutnya lagi. Mendengar nama Melinda disebut membuat napas Revita sedikit tercekat. Dia tahu nama itu. Melinda alias Nyonya Besar sekaligus ibu kandung Gavin. Wanita yang sudah menghina dan memaki habis-habisan Revita dan ibunya sebelum mereka keluar dari rumah besar keluarga Adhiyaksa. Serta-merta Revita berdiri. "Maaf, Pak. Saya harus segera kembali ke departemen." Gavin tidak mencegah dan ikut berdiri. "Aku antar kamu ke bawah.""Tidak perlu," jawab Revita cepat, takut-takut dia melirik Vania yang masih ada di sana. "Saya permisi, Pak Gavin, Mbak Vania." Dia mengambil langkah gegas secepat mungkin. Bayangan wajah merah Melinda saat itu masih terekam jelas di ingatan Revita. Dia tidak mau mengambil resiko bertemu dengan wanit

    Last Updated : 2024-12-29
  • Terjebak Bersama Dua Mantan   13. Accident

    "Mau pulang bersama?" Revita yang sedang menunggu hujan reda di teras lobi berjengit mendengar suara itu. Dia menoleh dan menemukan Gavin lengkap dengan seulas senyum. Refleks wanita itu bergerak menjauh. "Nggak perlu, Pak. Saya sedang menunggu ojek online," sahut Revita. Kepalanya lantas menoleh melihat keadaan sekitar. Bukan hanya dia yang menunggu hujan reda, ada beberapa karyawan lain juga. Dan Revita takut kehadiran Gavin ini mengundang perhatian mereka."Ojek online memang ada yang mau terima orderan?" tanya Gavin sambil menatap derasnya hujan sore ini. Awan kelabu bahkan masih menggantung pekat di langit Jakarta. "Ada kok." Sebenarnya Revita tidak yakin, karena sejak tadi orderannya memang terus ditolak. Siapa juga driver ojek yang mau bawa penumpang hujan-hujanan begini? "Sudah dapat drivernya?" tanya Gavin lagi, melihat Revita masih terus sibuk dengan gadget-nya. Wanita yang masih terlihat cantik di mata Gavin itu mengabaikan. Dia terus saja menunduk, dan merapal doa d

    Last Updated : 2024-12-29
  • Terjebak Bersama Dua Mantan   14. Lebih Dari Sekedar Atasan

    Sudah satu jam lebih Revita masuk ke IGD. Entah apa yang dilakukan tenaga medis di dalam sana pada wanita itu. Yang pasti, Gavin berharap tidak akan terjadi hal buruk pada wanita itu. Rasa cemas yang tergambar jelas di wajah pria itu tidak luput dari pengawasan Ferdy. Manajer Departemen Pengembangan itu masih bersama Gavin menunggui Revita. Di kepalanya sekarang berjubel banyak pertanyaan. Dan yang paling membuatnya penasaran adalah ada hubungan apa antara bos besarnya tersebut dengan Revita? Jika mereka tidak memiliki hubungan, tidak mungkin Gavin bisa segusar itu. "Pak, Anda tidak menghubungi keluarga, Revita?" tanya Ferdy, sedikit mengusik ketegangan pada wajah atasannya itu. Gavin yang berdiri gelisah di depan pintu IGD tampak terkejut. Saking cemasnya, dia tidak terpikirkan untuk menghubungi keluarga wanita itu. Spontan dia merogoh saku celananya, mengambil ponsel. Namun, sialnya ponselnya mati lantaran basah kuyup terkena siraman air hujan. "Mungkin kamu saja yang menghubung

    Last Updated : 2024-12-30
  • Terjebak Bersama Dua Mantan   15. Demam

    Gavin meninggalkan Revita ketika ada tanda-tanda kedatangan Bi Ayun. Dia melihat wanita tua itu dari jauh berjalan tergopoh-gopoh di lorong rumah sakit mencari ruang rawat inap Revita. Sebenarnya Gavin ingin menghampirinya, tapi dia merasa sekarang belum waktunya. Bi Ayun sedang cemas, Gavin takut wanita tua itu akan syok ketika dirinya tiba-tiba muncul. Jadi, ketika ibu dari Revita itu menemukan kamar rawat inap anaknya, Gavin perlahan mundur, menjauhi lorong ruang kamar VIP tersebut. Jarum jam menunjuk ke angka sebelas ketika Gavin masuk ke apartemen. Pakaiannya yang sempat basah kuyup bahkan sampai kering dengan sendirinya. Dia melupakan makan malam keluarga yang ibunya rencanakan. Boro-boro ingat, keadaan Revita membuat lupa segalanya. Ponselnya yang mati dia abaikan. Malam ini dia teramat lelah. Badannya terasa hangat. Sebenarnya sudah dia rasakan sejak di rumah sakit, tapi Gavin tidak terlalu peduli. Baginya melihat Revita ditangani dengan baik, jauh lebih penting daripada ko

    Last Updated : 2024-12-30
  • Terjebak Bersama Dua Mantan   16. Cari Suami

    "Siapa Revita?" Melinda menatap ganti Gavin dan Vania. Nama itu muncul kembali dan wanita itu harap bukan nama orang yang dia kenal.Gavin melirik sekretarisnya dan memberi kode agar tidak bicara terlalu banyak. Lima tahun bersama lelaki itu membuat Vania cukup paham akan kode yang bosnya berikan. Wanita itu tersenyum kepada Nyonya Besar. "Dia salah satu staf kami yang mengalami kecelakaan kemarin, Bu." "Oh ya?" Kembali Melinda menatap Gavin dengan pandangan curiga. "Namanya nggak asing, ya, Vin? Mama harap itu bukan orang yang sama." Gavin tidak merespons. Dia berusaha tidak peduli dan pura-pura fokus dengan buburnya. "Tapi, Vania. Kenapa mereka menanyakan kamar rawat inapnya ke Gavin?" Pria bermata cokelat yang sedang berusaha menelan satu suapan bubur itu terperanjat. Sang mama memang cerdas. Padahal Gavin ingin semuanya berakhir dengan cepat. Kembali dia memberi kode kepada Vania. Meskipun awalnya gelagapan, Vania cukup menguasai diri. Dia lagi-lagi memberikan senyum manisn

    Last Updated : 2024-12-30

Latest chapter

  • Terjebak Bersama Dua Mantan   150. Musim Gugur di Beacon Hill

    Berjalan sambil bergandengan tangan di Charless street pada musim gugur akan menjadi momen romantis yang tidak akan pernah Revita lupa. Berbaur di pemandangan jalan yang mempesona si kawasan pinggir kota paling tua dan makmur, Boston. Untuk ke-empat kalinya Gavin mengajak Revita dan anak-anak ke kota ini dan wanita itu akui tidak pernah bosan berada di tempat ini. "Ini kali pertama kita ke sini pas musim gugur. Kalau tau bakal seindah ini aku pasti sudah minta ke sini di bulan-bulan musim gugur sebelumnya," ujar Revita dengan bibir maju. Sudah empat kali berkunjung, dan dia baru melihat musim secantik ini. Kakinya yang terbungkus boots panjang berjalan menapaki trotoar yang terbuat dari batu kerikil. Matanya mengedar dengan senyum yang mengembang memperhatikan barisan rumah bergaya federal. Yang menarik, rumah-rumah di sini memiliki pengetuk pintu dari kuningan yang dipoles alih-alih bel wifi atau listrik. Gavin bilang itu adalah simbol tak resmi kawasan pinggir kota ini. "Musim g

  • Terjebak Bersama Dua Mantan   149. Kejutan (2)

    Begitu membuka pintu kosan, Revita langsung melihat wajah putrinya yang tersenyum lebar. Anak itu segera menghambur ke pelukannya. Di belakang Reina, Gavin melambaikan tangan seraya tersenyum manis. "Mama udah siap?" tanya Reina, kepalanya meneleng untuk melihat barang-barang di belakang punggung ibunya. Hanya ada satu koper besar dan tas jinjing berukuran sedang. "Isi rumah nggak dibawa, Ma?" Revita terkekeh sembari menggeleng. "Barang-barang itu kan bukan milik kita, Na. Ada-ada aja kamu."Gavin sendiri langsung mengambil alih bawaan sang istri dan segera memasukkannya ke bagasi mobil. Akhirnya hari yang dia tunggu tiba. Revita dan Reina akan tinggal bersamanya menjadi satu keluarga utuh. "Itu apa?" tanya Gavin melihat kotak dengan ukuran lumayan besar yang dibungkus kado. Revita mengikuti arah pandang Gavin. "Itu dari teman-teman di pabrik. Belum aku buka sih." "Dibawa juga?" "Iya. Kado perpisahan." Selain koper milik dirinya, ada juga koper milik Reina di bagasi mobil Gavin

  • Terjebak Bersama Dua Mantan   148. Kejutan (1)

    Mata Revita mengerjap. Mungkin yang Indila katakan benar, tapi wanita itu tidak boleh pesimis. Mahesa hanya belum melupakan Revita, tapi bukan berarti tidak bisa melupakan. Revita tersenyum menatap wanita manis di depannya. "Dengan lo terus di sampingnya, gue yakin dia bisa segera lupain gue. Apalagi lo deket sama Dony. Sekedar informasi, meski dia dulu deketin gue, dia nggak pernah loh ngenalin anaknya ke gue. Tapi ke lo? Nah itu tandanya dia serius sama lo." Wajah mendung Indila hilang seketika. Berganti dengan wajah penuh senyum. "Lo bisa aja, Re," katanya cengengesan. "Gue yakin sih bentar lagi lo bakal dilamar," goda Revita seraya menaik-turunkan alisnya. "Nggaklah. Gue bakal kasih waktu ke dia buat terima kenyataan bahwa lo itu milik keponakannya." Kedua wanita itu lantas tertawa. Lalu saling berpelukan. Tepat saat itu Revita seolah menyadari sesuatu. "Tunggu-tunggu." Revita melepas pelukannya dan mengangkat tangan sejenak. Dia merasa ada yang aneh di sini. "Jadi, lo mau p

  • Terjebak Bersama Dua Mantan   147. Pagar Makan Tanaman

    Perombakan kesekretariatan ternyata lumayan mengundang perhatian. Bukan hanya itu, Gavin juga memecat beberapa sekretaris yang diduga berkomplot menjebak dirinya, termasuk Ferial. Tidak peduli dikatakan presdir kejam atau apa. Baginya perbuatan Ferial dan teman-temannya sudah melampaui batas. Kejadian mabuknya Ferial membuat Gavin tahu betapa busuknya perempuan itu. Paginya, begitu wanita itu sadar, Gavin memintanya untuk pulang ke Indonesia. Sempat ada drama dan permohonan maaf dari Ferial, tapi Gavin tak peduli dan tetap mengirim wanita itu kembali ke Jakarta. Alhasil seminar dua hari dan rapat terakhir dia lakukan sendiri tanpa dampingan sekretaris. "Jadi, apa yang bikin kamu memecat mereka?" tanya Mahesa saat pria itu berkunjung ke kantor Gavin. Kabar itu cukup bikin heboh. "Mereka kerjanya tidak becus," sahut Gavin sambil terus menandatangani dokumen di mejanya. Menarik kursi di depan meja, Mahesa pun duduk. "Apa yang mereka lakukan?" "Aku yakin Om sudah tau apa yang terjadi

  • Terjebak Bersama Dua Mantan   146. Resiko

    "Mas?" Rasa kantuk dan kesal hilang seketika saat Revita menemukan suaminya sudah berdiri di depan pintu kosan. Dia mengucek mata untuk memastikan penglihatannya tidak salah. Ini sudah hampir pukul satu malam. Kenapa Gavin ada di sini? "Kaget ya? Biarin aku masuk dulu, Re. Aku capek." Gavin hendak masuk kamar, tapi segera Revita tahan. "Tunggu-tunggu, kamu beneran Mas Gavin, kan? Bukan demit yang nyamar jadi suamiku?" Detik berikutnya Revita terpekik karena mendapat sentilan di dahi. Dia segera mengusap dahinya yang kesakitan. "Demit mana ada yang seganteng suami kamu." Dengan pelan Gavin mendorong Revita masuk, begitu pun dirinya yang lantas ikut masuk dan menutup pintu kamar kosan. "Tapi, Mas. Kamu kan lagi ada di Malaysia. Kok sekarang udah ada di sini aja? Mana malam-malam lagi datangnya." Rasanya Revita belum puas mendapat jawaban dari pria itu. "Kamu kabur ya?" Melepas sepatu, Gavin pun juga melepas kemeja beserta celana panjangnya. "Seminar sudah selesai. Bu

  • Terjebak Bersama Dua Mantan   145. Merepotkan

    "Berapa hari?" Selain meeting ada seminar kewirausahaan yang harus Gavin hadiri selama dua hari. Kebetulan dia akan menjadi salah satu pengisi materi di hari kedua seminar yang diadakan di Kuala Lumpur tersebut. "Mungkin 3 sampai 4 hari, Sayang." "Hm, lama." Reina cemberut. "Mama weekend katanya masuk kerja. Masa papa juga belum balik?"Gavin menyentuh kepala Reina. "Papa usahakan weekend sudah kembali," ucapnya tersenyum. "Pak, sudah waktunya berangkat!" Di dekat mobil, Ferial kembali mengingatkan. Mata cokelat Reina langsung melirik tak suka. "Ih, aku nggak suka sama sekretaris papa yang itu. Kenapa bukan Tante Vania aja sih?" "Tante Vania ada pekerjaan lain.""Ya ganti aja jangan yang itu. Kelihatannya genit. Mentang-mentang cantik. Papa nggak takut mama cemburu?" "Uhm—""Papa mau ke Malaysia bareng dia kan?"Gavin mengangguk ragu. Semoga ini bukan masalah. "Tapi kami ke sana cuma bekerja. Dia di sana cuma membantu pekerjaan papa. Sekaligus papa lagi nguji dia layak atau ngg

  • Terjebak Bersama Dua Mantan   144. Sekretaris Baru

    Alis Gavin naik sebelah ketika melihat sekretaris bernama Ferial datang menjemputnya. Dia tidak berharap orang baru yang akan menemani perjalanan bisnisnya. Namun sepertinya dia tidak memiliki pilihan lain. Anggap saja ini ujian pertama sekretaris itu. Jika gagal, Gavin bisa punya alasan untuk mendepaknya dari kesekretariatan. "Tidak ada yang memberitahu saya kalau kamu yang akan menemani saya ke Malaysia," ucap Gavin seraya masuk ke mobil mewah fasilitas kantor. Ferial tersenyum manis, lalu ikut masuk ke mobil setelah memastikan bosnya itu duduk nyaman di dalam sana. "Saya sudah memberitahukan itu ke Pak Gavin. Di reminder juga ada. Mungkin Pak Gavin lupa."Sekilas Gavin memindai outfit yang wanita muda itu kenakan. Wanita itu mengenakan floral dress sebatas lutut yang dilapisi blazer hitam. Dress dengan potongan flowly itu agak naik ke atas saat dia duduk. Warna krem dress itu seolah tengah berlomba dengan warna kulit putih Ferial yang secerah mutiara. Gavin tidak mengerti kenapa

  • Terjebak Bersama Dua Mantan   143. LDR

    "Selamat pagi, Pak."Gavin mengangkat wajah dari tumpukan kertas yang sedang dia baca ketika sapaan asing seseorang terdengar. Di depannya berdiri seorang wanita muda yang terlihat cantik dan energik. Alisnya terangkat sebelah karena tidak mengenali sosok itu. "Kamu siapa?" tanya Gavin tanpa membalas sapaan wanita muda itu. "Saya Ferial, Pak. Saya di sini menggantikan Mbak Vania." "Memang Vania ke mana?" "Mbak Vania mendampingi CEO baru kita, Pak." Gavin mengangguk ragu. Sejujurnya dia masih ingin Vania yang menemaninya di posisi sekarang sebagai presdir baru. Ya rapat pemegang saham menunjuknya menjadi presdir menggantikan Melinda yang dulu menjabat sebagai presdir pasif. Gavin sendiri memilih tetap ngantor karena masih banyak yang harus dia pastikan keberlangsungan beberapa proyeknya. "Selain saya ada tiga sekretaris lain yang akan membantu pekerjaan Anda, Pak.""Ya, terima kasih," sahut Gavin lantas kembali memperhatikan kertas-kertas di mejanya. Dia pikir sekretaris bernama

  • Terjebak Bersama Dua Mantan   142. Malam Penuh Gairah (warning area)

    *WARNING 21+*===========Pangkal alis Revita berkedut. Bibirnya menggeram lirih lalu lama-lama badannya menggeliat. Entah sekarang pukul berapa. Yang jelas sudah larut, karena kesunyian terasa begitu pekat. Setengah sadar dia menyingkirkan tangan tak sopan yang membuat tidurnya terganggu. "Aku ngantuk, Mas," gumamnya tak jelas, lalu kembali terlelap. Tidak ada sahutan, tapi tangan itu makin tak mau berhenti bergerak. Ketika Revita mengubah posisi menjadi miring, tangan itu pun ikut mengejar. Mencari celah agar bisa menyusup ke balik piyama yang wanita itu kenakan. "Mas," gumam Revita lagi, ketika tangan itu berhasil menyusup masuk dan meremas payudaranya. Karena masih sangat mengantuk, akhirnya Revita membiarkan saja. Tapi lama-lama pergerakan itu membuat Revita tak nyaman. Apalagi ketika puncak dadanya dimainkan. Tubuhnya yang sensitif sontak bereaksi. Dia melenguh pelan. Dalam tidur berusaha menikmati apa yang suaminya lakukan. "Bangun, Sayang," bisik Gavin, sembari terus memb

Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status