Share

5. Bertemu Lagi

Penulis: Yuli F. Riyadi
last update Terakhir Diperbarui: 2024-12-17 17:48:32

Sudah hari ke sepuluh Revita bekerja di kantor pusat. Dia lumayan sudah bisa menguasai pekerjaan dengan baik. Suasana kantor yang nyaman membuatnya merasa diterima. Jujur, wanita dengan poni menyamping itu menikmati bekerja di sini. Seperti impiannya dulu yang ingin menjadi pekerja kantoran. 

Bibir nude Revita menyunggingkan senyum. Meski harus melalui berbagai rintangan, akhirnya Tuhan memberinya kesempatan untuk bekerja di perkantoran. Hanya saja, dia agak minder karena dari semua timnya, cuma dia yang lulusan SMA. Itu yang masih menjadi pertanyaan besar kenapa dia berada di departemen ini. 

Lalu bunga mawar yang sering nangkring di mejanya. Jujur, itu sedikit mengganggu dan mulai membuat risih. Tidak ada yang mengakui bunga itu. Revita dibuat penasaran tiap harinya. 

Langkah Revita bergegas memasuki departemennya. Hari ini ada briefing penting perkara produk baru yang sedang diriset oleh timnya. Meskipun di sini dia hanya bertugas sebagai admin data, dalam rapat kecil dia wajib ikut. 

"Gue belum telat kan?" tanya Revita begitu batang hidungnya nongol. 

Rafa melambaikan tangan dan memintanya mendekat. Pak Ferdy terlihat lebih serius dari biasanya. Kabarnya hari ini dia akan mempresentasikan hasil pengembangan tim. 

"Saya nggak akan bicara banyak sebenernya. Tapi seperti biasa produk baru pasti akan mengundang kedatangan CEO ke sini. Meskipun nggak menutup kemungkinan beliau bisa datang kapan saja. Pesan saya, tolong jangan banyak bercanda setidaknya untuk beberapa hari ke depan," ujar Pak Ferdy. 

Ujung mata Revita melirik teman-temannya. Selama sepuluh hari di sini dia lumayan tahu karakter mereka. Mbak Arum, si mungil yang sudah punya anak satu itu agak ceriwis, tapi logis. Rafa, pria berkulit putih dengan hidung mancung itu memiliki sikap yang sistematis, meskipun dalam bercanda agak freak bagi Revita. Lalu Dany, dia juga asyik. Serius dalam bekerja dan ramahnya bisa bikin wanita salah paham. Terakhir, Ilham dan Dona, mereka sepasang kekasih. Belakangan Revita baru tahu. Walaupun begitu mereka profesional, jarang banget keduanya mengumbar kemesraan yang bikin perut mual. Intinya dalam bekerja, tidak ada yang tidak serius. 

"Vania ikut ke sini juga kan, Pak?" tanya Dany, lalu nyengir. 

Pangkal hidung Pak Ferdy mengernyit. "Biasanya sih gitu. Tapi nggak tau juga."

Mbak Arum mencibir. "Ah, lo. Prospek terus dapat kagak." 

"Namanya juga usaha, Mbak." 

"Kayak nggak ada cewek cantik aja sih, Dan. Tuh, Revita aja masih single. Iya nggak, Rev?" timpal Rafa, tapi justru membuat Revita gelagapan. 

Dany otomatis menengok Revita dan menyeringai. "Dia kan punya penggemar rahasia. Gue curiga Pak Ferdy deh yang kirim bunga tiap pagi."

Yang dituduh menaikkan alisnya. "Saya? Daripada ngasih bunga-bungaan mending kasih cincin langsung." Pak Ferdy menyahuti candaan Dany yang langsung disambut koor panjang dari yang lain, kecuali Revita yang hanya bisa meringis kikuk. 

"Manajer mah kelasnya beda," komentar Dona sembari menyenggol lengan Ilham di sebelahnya.

"Ya iyalah, Don. Emang cungpret macam Ilham, dikawinin iya, dinikahin kagak," timpal Rafa lalu tertawa.

Ilham di tempatnya melotot. "Mulut lo ya."

Revita heran, ini kenapa jadi rame dan malah membahas hal receh?

"Ini kita lagi meeting kan?" tanya Revita sambil garuk kepala, berusaha mengembalikan fokus mereka. 

"Ah, kan. Out of topic lagi. Ayo, kita lanjutkan rapat kita," ujar Pak Ferdy, dan langsung disambut gelengan kepala oleh Revita.

Nyaris saja wanita berhidung runcing itu memutar bola mata melihat kelakuan manajernya. Dia yang minta serius, malah dia yang mancing bercanda. 

***

Derap langkah bersusulan terdengar di lorong departemen. Semua kepala celingukan lalu sejurus kemudian kembali sibuk dengan kegiatan masing-masing. Ada bisik-bisik yang Revita dengar dari beberapa rekannya. Sebagian memberi kode dan sebagian lain menerima kode dengan tanda oke pada jari-jari mereka. 

Revita yang tengah sibuk mengetik data analisa hasil riset yang Rafa kirim ke email tidak terlalu peduli dengan kelakuan mereka. Namun, dari tempatnya dia bisa mendengar suara Pak Ferdy tengah menjelaskan sesuatu dengan lantang. Rombongan CEO itu sepertinya sudah tiba. 

"Kami sudah melakukan riset pasar dan juga riset produk, Pak. Seperti biasa kami hanya akan menggunakan bahan baku yang berkualitas dan citra rasa yang ikonik," terang Pak Ferdy. 

Revita bisa merasakan rombongan mereka ada di belakangnya. Tengah diskusi. 

"Bagaimana dengan harga?" tanya seseorang, entah siapa. Namun, Revita merasa familier dengan suara itu. 

"Kompetitif seperti biasa, Pak. Satu lagi, Pak. Kami berusaha membuat ini bisa dikonsumsi oleh semua umur." 

"Bisa saya lihat hasilnya?" 

"Tentu." 

Rombongan itu kembali berjalan. Entah berapa orang, yang jelas lebih dari tiga. Revita yakin. Dia sama sekali tidak berani melirik ke belakang. 

Mereka masih berdiskusi ketika siku Revita tanpa sengaja menyenggol sesuatu. Vas berisi satu tangkai mawar! Kontan tatapnya melebar. Dia terlambat menyelamatkan benda itu, hingga menimbulkan suara keras saat vas itu akhirnya membentur lantai. 

Refleks Revita memejamkan mata. Dia sangat yakin ini akan mengundang perhatian. Dengan cepat wanita itu memundurkan kursi lalu bergerak turun ingin memunguti pecahan vas bunga yang sudah hancur. 

Revita berjongkok dan tangannya hendak mengambil pecahan yang paling besar. Namun ....

"Stop, itu bahaya." 

Revita mendongak. Dan seperkian detik waktu berselang seseorang sudah berada di hadapannya tengah berjongkok seperti dirinya. Dengan sapu tangan orang itu memunguti serpihan vas tersebut. 

Tidak seperti orang itu yang tampak tenang sambil memunguti pecahan kaca, Revita terdiam. Dia tertegun menatap sosok di hadapannya. Tubuhnya bahkan mendadak kaku. Dia bergeming alih-alih membantu orang itu memunguti pecahan kaca. 

Namun, tidak lama seorang office boy membantu membersihkan pecahan vas bunga. 

"Lain kali hati-hati," ucap orang itu seraya mengambil tangkai mawar yang tergeletak di lantai, dan memberikannya pada Revita. Tatapan keduanya bertemu selama beberapa saat sebelum tubuh Revita jatuh terduduk. Setelah tertegun, dia mendadak syok. 

"Revita, kamu baik-baik saja?" tanya Pak Ferdy mendekat. 

Baik-baik saja? Rasanya tidak setelah ini. Kalau bisa Revita ingin menghilang dari tempat ini sekarang juga. 

Orang di depan Revita hendak membantu berdiri, tapi secara refleks wanita itu menolaknya. Revita berusaha berdiri sendiri meskipun dua kakinya terasa lemas. 

"Biar aku bantu, Re." Orang di depannya berujar lagi. Tangannya kembali terulur, tapi lagi-lagi Revita menolak, sedikit menepis tangan itu. 

Wanita itu malah memilih menyambut uluran tangan Pak Ferdy ketika lelaki itu mencoba membantunya berdiri. 

"Kamu sakit, Rev?" tanya Pak Ferdy melihat muka Revita yang tampak pucat. 

Revita melirik sosok lain yang ada di dekatnya sesaat lalu menggeleng. "Saya tidak apa-apa, Pak," ujar Revita lirih. "Saya akan bekerja lagi." Dia lantas duduk dan kembali menghadap layar komputer dengan kepala yang mendadak berat. 

"Pak Gavin, kita bisa lanjutkan ini?" Sebuah suara menginterupsi lalu aktivitas kembali seperti semula. 

Namun, ada yang tidak bisa kembali menemukan fokusnya. Revita. Wanita itu benar-benar terkejut melihat pria itu lagi. Pria yang pernah memberikan sejuta cinta dan perhatian. Pria yang membuatnya punya mimpi. Pria yang pernah membuatnya nyaris gila menjalani takdir. 

Gavin. Revita sama sekali tidak pernah menduga jika Gavin adalah CEO tempatnya bekerja. Fine, dia tahu nama itu, tapi dia tidak menyangka saja Gavin itu adalah orang yang dia kenal.

Tunggu dulu. Jangan bilang sekarang dirinya bekerja di perusahaan keluarga Adhiyaksa? Kepala Revita makin berdenyut kencang memikirkan itu. 

Dia mengusap wajah. Tangannya terasa dingin menyentuh kulit wajah. 

"Kenapa aku harus bertemu dia lagi?" keluhnya, lirih.

=====≠=================

Halo, teman-teman. Selamat datang di cerita baruku. Udah move on belum dari pesona series? Wkwk. Aku harap kalian dengan rela hati meramaikan cerita ini seperti cerita-ceritaku sebelumnya. 

Kutunggu review bintang lima kalian di cover depan ya. Happy reading!

Komen (3)
goodnovel comment avatar
Cut Zanah
akhir ny berjumpa lagi setelah sekian lama berpisah... .........
goodnovel comment avatar
Yuli F. Riyadi
Aaamiin ya Allah...
goodnovel comment avatar
Oppo A712018
mudah2an cerita yg baru ini,sebagus cerira sebelumnya,atau mungkin lebih greget kagi
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

  • Terjebak Bersama Dua Mantan   6. Luar Biasa Tampan

    DELAPAN TAHUN LALU=====================Sayup-sayup Gavin mendengar suara musik dari arah belakang rumah ketika dia berjalan ke dapur. Tangannya masih memegang gelas bekas minum saat dia mendengar suara seseorang berseru. Keningnya berkerut samar, lalu kepalanya menoleh. Suara asing, tapi dia yakin itu bukan suara kedua asisten rumah tangga ibunya. Gavin lantas menyeret kaki menuju belakang rumah. Dia berjalan pelan melewati ruang belakang, meninggalkan dapur. Pintu belakang rumah terbuka. Makin dekat suara musik serta seruan seseorang makin terdengar keras. Ketika dia berdiri di ambang pintu, mata cokelatnya menemukan seorang gadis yang tengah berjingkrak-jingkrak di depan tali jemuran. Bukan jingkrak-jingkrak biasa. Gerakan tubuhnya berirama mengikuti alunan musik. Tubuh mungilnya meliuk, sesekali menghentak. Tangannya terangkat lalu bergoyang dengan lincah selaras dengan kakinya.Gavin sampai berkedip beberapa kali melihat pertunjukan itu. Seorang gadis tengah menjemur pakaian s

    Terakhir Diperbarui : 2024-12-27
  • Terjebak Bersama Dua Mantan   7. Kita Pacaran?

    "Masak apa?" Revita berjengit ketika seseorang bertanya. Dia hapal suara itu. Suara yang beberapa hari belakangan sering menyapanya. Gadis 19 tahun itu menoleh pelan dan mendapati Gavin sudah duduk di atas bar stool. Tangan pria itu melingkari sebuah gelas panjang yang isinya kosong. "Mie rebus," sahut Revita pelan. Benaknya mulai tidak nyaman karena kemunculan anak majikannya yang tiba-tiba. Sekarang sudah pukul sepuluh dan dia pikir orang rumah sudah terlelap. Perut lapar membuatnya harus pergi ke dapur, tapi tidak ada yang bisa dia temukan kecuali mie instan. "Kamu nggak masalah mie rebus di jam segini?" tanya Gavin, salah satu alis tebalnya naik. Revita yang saat ini sudah mengenakan piyama tidur menggeleng. "Nggak apa-apa, saya lapar."Ada seringai kecil dari sudut bibir Gavin. Meskipun suka mie instan biasanya dia akan membatasi. Di atas pukul 7 malam, biasanya Gavin menghentikan aktivitas makan. Namun, malam ini pengecualian. "Bisa buatkan aku satu juga?" tanya Gavin, mera

    Terakhir Diperbarui : 2024-12-27
  • Terjebak Bersama Dua Mantan   8. Lift

    Seharian ini Revita gelisah. Wanita 27 tahun yang memangku posisi sebagai admin data itu masih memikirkan kejadian siang tadi. Di mana rombongan petinggi perusahaan datang menyambangi departemennya. Dia menyesali kebodohannya. Bagaimana mungkin selama hampir tiga tahun bekerja di anak cabang perusahaan ini, dia tidak mengetahui owner-nya? Revita memejamkan mata, memijit dahinya yang berdenyut. Gavin Adhiyaksa adalah salah satu orang yang paling tidak ingin Revita temui, tapi akan lain cerita kalau dia sendiri yang malah menghampirinya. Sejak memutuskan kembali ke kota ini, Revita hidup dengan damai. Pikiran untuk berhubungan atau pun bertemu dengan keluarga Adhiyaksa sama sekali tak terlintas. Lagi pula, dia sudah melupakan semuanya. Lukanya dan mungkin sakit hatinya. Mungkin. Namun, kejadian siang tadi seolah sanggup mengembalikan rasa sakit itu. "Lo baik-baik aja, Rev?" tanya Arum, yang mejanya tepat di seberang Revita, berhadapan. Dia sedikit memanjangkan leher untuk melihat kond

    Terakhir Diperbarui : 2024-12-28
  • Terjebak Bersama Dua Mantan   9. Nana

    Entah di lantai berapa pintu lift akhirnya terbuka. Revita mengembuskan napas lega karena tidak harus terjebak lama-lama bersama Gavin. Dua orang masuk dan agak terkejut mendapati CEO Bumi Indah ada di dalam lift tersebut. Dua orang itu menyapa sopan kepada Gavin lantas berdiri agak sedikit maju di antara Gavin dan Revita. Dalam kondisi seperti ini, Gavin tidak mungkin berani bicara macam-macam. Revita menekan dadanya yang berdegup kencang karena sempat tidak bisa mengendalikan emosi. Beruntung mulutnya tidak mengeluarkan kata-kata tidak penting yang nanti bisa merepotkan dirinya. Entah kenapa dia merasa setelah ini hidupnya di kantor tidak akan tenang. Segala ucapan Gavin tadi seolah memberitahu bahwa semua akan dimulai lagi. Ya Tuhan, Revita benci dengan segala kerumitan hidupnya. Gavin turun di lantai sepuluh tanpa mengucapkan apa pun pada Revita. Dia hanya menoleh dan menatap wanita itu sesaat sebelum keluar dari lift. Lain kali Revita akan memastikan untuk tidak keluar kantor

    Terakhir Diperbarui : 2024-12-28
  • Terjebak Bersama Dua Mantan   10. Gosip Hot

    "Bunga lagi, Rev?"Revita yang tengah memegang tangkai mawar menoleh mendapati teguran itu. Rafa dan Ilham baru saja masuk. Di belakang mereka, Arum dan Dona menyusul. Dany sedang ada tugas di luar kantor, sejak pagi batang hidungnya sudah tidak nampak. Revita mengangguk menatap bunga mawar itu. Melihat mawar di kantong plastik milik Nana beberapa hari lalu membuat dia yang tadinya abai mendadak penasaran dengan si pengirim bunga ini. "Sebenarnya siapa sih orangnya? Lo serius nggak tau, Rev?" tanya Rafa seraya menarik kursi milik Dany, dan duduk di sana dengan posisi terbalik. "Gue nggak tau. Tiap gue ke sini udah nggak ada siapa-siapa.""Perlu diselidiki enggak sih? Kok gue ikutan gemes?" timpal Arum menatap Rafa dan Revita berganti. Alis Revita menanjak. "Caranya?" "Coba lo datang pagi-pagi, lebih pagi dari biasanya. Kali aja papasan sama orang itu." "Eh, jangan," sergah Rafa. "Kalau ternyata pengirimnya psikopat gimana?" "Mana ada pengirim bunga psikopat? Yang ada dia romant

    Terakhir Diperbarui : 2024-12-28
  • Terjebak Bersama Dua Mantan   11. Sebuah Pertanyaan

    Beberapa saat lalu Vania mengantar Revita menuju ruangan Gavin di lantai paling atas gedung. Lantas sekretaris itu beranjak pergi lantaran ada pekerjaan yang harus dia selesaikan. Revita memang sudah berada tepat di depan pintu ruangan CEO, tapi alih-alih mengetuk papan kayu cokelat itu dirinya malah mematung. Berdiri kaku, memandang nanar papan nama yang tertempel di permukaan pintu itu. Satu detik, dua detik, tangannya belum juga terangkat. Wanita 27 tahun itu menarik napas dan mengembuskannya pelan. Dia sama sekali tidak ingin berurusan dengan Gavin meskipun pria itu atasannya. Namun, hatinya yang lain memintanya untuk bertemu dan sedikit mendengar apa yang akan pria itu katakan. Dengan ragu akhirnya Revita mengangkat tangan dan mengetuk dua kali pintu di depannya. Pelan, nyaris tidak terdengar. Namun, sebuah suara dari dalam segera menyahut. Mempersilakan dia masuk. Mendengar suara Gavin dari dalam ruangan membuat jantung Revita berpacu cepat. Perasaannya bahkan mendadak tidak

    Terakhir Diperbarui : 2024-12-29
  • Terjebak Bersama Dua Mantan   12. Cari Masalah

    Ada napas lega yang Revita embuskan ketika pintu ruangan Gavin diketuk dari luar. Tidak berapa lama wajah sekertarisnya muncul. Obrolan mereka otomatis terjeda. "Maaf, Pak Gavin," ucap Vania merasa tak enak. "Di lobi ada Bu Melinda, beliau menunggu Anda," lanjutnya lagi. Mendengar nama Melinda disebut membuat napas Revita sedikit tercekat. Dia tahu nama itu. Melinda alias Nyonya Besar sekaligus ibu kandung Gavin. Wanita yang sudah menghina dan memaki habis-habisan Revita dan ibunya sebelum mereka keluar dari rumah besar keluarga Adhiyaksa. Serta-merta Revita berdiri. "Maaf, Pak. Saya harus segera kembali ke departemen." Gavin tidak mencegah dan ikut berdiri. "Aku antar kamu ke bawah.""Tidak perlu," jawab Revita cepat, takut-takut dia melirik Vania yang masih ada di sana. "Saya permisi, Pak Gavin, Mbak Vania." Dia mengambil langkah gegas secepat mungkin. Bayangan wajah merah Melinda saat itu masih terekam jelas di ingatan Revita. Dia tidak mau mengambil resiko bertemu dengan wanit

    Terakhir Diperbarui : 2024-12-29
  • Terjebak Bersama Dua Mantan   13. Accident

    "Mau pulang bersama?" Revita yang sedang menunggu hujan reda di teras lobi berjengit mendengar suara itu. Dia menoleh dan menemukan Gavin lengkap dengan seulas senyum. Refleks wanita itu bergerak menjauh. "Nggak perlu, Pak. Saya sedang menunggu ojek online," sahut Revita. Kepalanya lantas menoleh melihat keadaan sekitar. Bukan hanya dia yang menunggu hujan reda, ada beberapa karyawan lain juga. Dan Revita takut kehadiran Gavin ini mengundang perhatian mereka."Ojek online memang ada yang mau terima orderan?" tanya Gavin sambil menatap derasnya hujan sore ini. Awan kelabu bahkan masih menggantung pekat di langit Jakarta. "Ada kok." Sebenarnya Revita tidak yakin, karena sejak tadi orderannya memang terus ditolak. Siapa juga driver ojek yang mau bawa penumpang hujan-hujanan begini? "Sudah dapat drivernya?" tanya Gavin lagi, melihat Revita masih terus sibuk dengan gadget-nya. Wanita yang masih terlihat cantik di mata Gavin itu mengabaikan. Dia terus saja menunduk, dan merapal doa d

    Terakhir Diperbarui : 2024-12-29

Bab terbaru

  • Terjebak Bersama Dua Mantan   84. Saat Terakhir

    Suara orang mengaji masih bisa Revita dengar sayup-sayup, dikalahkan berbagai pikiran yang berkecamuk di kepalanya. Wanita itu masih duduk terpekur dengan Reina yang terus menangis sesenggukan di atas pangkuannya, menemani jasad yang terbujur kaku di depan mereka. Ini bagaikan mimpi buruk. Tidak terlintas dalam benak Revita ibunya akan meninggalkannya seperti ini. Semalam dia masih yakin Ayun hanya terjatuh di kamar mandi dan akan baik-baik saja. Bahkan saat membawanya ke rumah sakit dengan taksi yang dia pesan, Revita masih merasakan genggaman tangan sang ibu. Namun, keadaan dengan cepat berbalik ketika Ayun mendapat tindakan medis dan tak berapa lama dokter mengatakan bahwa pasien sudah mengembuskan napas terakhir saat masih dalam perjalanan. Meski rasanya tidak percaya karena kejadiannya begitu tiba-tiba, Revita berusaha menerima kenyataan. Tuhan lebih sayang ibunya. Tidak akan ada lagi seseorang yang mengeluhkan betapa banyak obat yang harus diminum. Tuhan langsung mengangkat sa

  • Terjebak Bersama Dua Mantan   83. Om Gavin Nyakitin Mama?

    Reina tertegun di tempat saat melihat Revita duduk di tepi ranjang sambil mengusap air mata. Dia yang berencana menunjukkan hasil gambarnya urung melihat kesedihan di wajah sang ibu. Gadis kecil itu menggigit bibir, dan memutuskan mendekat setelah menimbang-nimbang. "Mama kenapa?" Revita terkesiap, dan kontan mengusap pipinya yang basah. Dia buru-buru mengubah ekspresi dan menatap Reina sembari tersenyum. "Hei, kamu kok belum tidur?" Perlahan Reina duduk di sebelah Revita, mata cokelatnya terus mengamati raut sang ibu. "Om Gavin nyakitin Mama?" tanyanya hati-hati. "Hah? E-enggak kok," elak Revita menggeleng. Bibirnya masih terus berusaha melengkung. Namun itu jelas tidak bisa Reina percaya begitu saja. Meskipun masih kecil, dia tidak mudah dibohongi. Gadis kecil itu mendesah, tatapnya melirik ke tablet yang dia bawa. "Kupikir Om Gavin benar-benar suka sama Mama dan nggak akan nyakitin Mama. Kalau tahu dia bikin mama sedih begini, aku nggak akan pernah kasih izin dia buat deketin

  • Terjebak Bersama Dua Mantan   82. Para Kacung

    "Makasih ya, Pak! Sering-sering aja begini!" Lalu tawa berderai diikuti satu per satu langkah memasuki lobi. "Doakan saja saya banyak rezeki." "Oh pasti dong, Pak!" Gavin menoleh sejenak ke arah rombongan staf yang baru saja masuk. Dirinya dan beberapa orang-orangnya yang tengah sibuk dengan klien penting sedikit terdistraksi oleh suara-suara tersebut. Tatap cokelatnya melihat rombongan staf RnD yang tengah berjalan sambil bercanda. Terlihat Revita berada juga di antara mereka. Namun yang membuat matanya lantas menyipit, ada Mahesa di belakang wanita itu sejajar dengan langkah Ferdy. "Eh, itu Pak Gavin," seru salah seorang dari mereka. Itu suara Dany, pria yang sampai saat ini gigih mengajak Vania kencan, meski belum ada hasil. "Jangan ribut woy. Kalem, suara lo pada, bisa ganggu," cetus Ilham memperingatkan. "Rev..." Arum di sisi Revita menyikut lengan wanita itu. "Pak Gavin," bisiknya. "kok sekarang dia jarang ke kantor kita?" Revita melirik sejenak ke arah rombongan Gavin d

  • Terjebak Bersama Dua Mantan   81. Kegelisahan Melinda

    "Ma?" Wanita dengan tatanan rambut rapi itu menoleh dengan wajah cemas saat Gavin datang. Ada kekhawatiran yang tercetak kental di matanya. "Ada apa?" tanya Gavin sembari mendekat. Tidak biasanya dia melihat ibunya gelisah. Melinda seorang wanita angkuh yang tidak takut apa pun. "Mama hampir tak percaya ini," ucap Melinda. "Rencanaku bisa kacau kalau berita ini menyebar." Gavin menyipitkan mata. Tidak mengerti maksud ucapan Nyonya Besar keluarga Adhiyaksa itu. "Kamu sengaja menutupi ini dari mama kan?" Kali ini mata berbulu lentik itu menyorot Gavin tajam. Sorot kegelisahan itu berubah dalam sekejap menjadi sorot penuh amarah. "Apa yang Mama bicarakan?" tanya Gavin bingung. Namun detik berikutnya dia cukup terkesiap saat Melinda melempar sebuah dokumen ke arahnya. Dahi Gavin mengernyit, menatap dokumen itu. Akan tetapi sejurus kemudian dia langsung paham apa yang terjadi. Gavin tidak menyangka sang mama bisa secepat ini mendapat informasi tentang Reina. "Wanita itu pasti senga

  • Terjebak Bersama Dua Mantan   80. Ibu Cantik

    "Kamu nggak mau main itu? Mumpung sepi loh." Reina menyorot indoor playground yang tak jauh dari tempatnya duduk dengan alis mengerut. "Plese deh, Om. Aku udah tujuh tahun dan mau delapan tahun. Masa disuruh main playground? Memangnya aku anak Tk?" sahut Reina dengan bibir maju. Membuat Gavin serta merta tertawa melihat wajah lucu gadis itu. Saat ini keduanya berada di salah satu restoran keluarga yang juga menyediakan arena playground. Gavin memesan chicken steak dengan lelehan saus pedas di atasnya. Sementara Reina memilih mix plate karena dia bilang perutnya masih kenyang. "Om lupa kalau kamu udah besar. Jadi sekarang kamu sukanya apa?" tanya Gavin sembari memotong steak di depannya. "Uhm, aku sekarang lagi belajar menggambar digital, Om." "It sounds great. Pakai media apa?" Reina mencomot sosis dan mencoleknya ke wadah saus tomat. "Di sekolah pake tablet. Tapi kalau di rumah pinjam HP mama." "Pake HP kurang maksimal dong." Reina mengangguk. "Tapi cuma itu yang ada di

  • Terjebak Bersama Dua Mantan   79. Minim Ekspresi

    "Pak, ponselnya geter terus tuh!" Suara Vania membuyarkan lamunan Gavin. Pria bermata cokelat itu melirik sekilas ponsel yang tergeletak di meja. Lantas menghela napas ketika tahu yang melakukan panggilan telepon ibunya. "Hari ini ada meeting penting lagi yang harus saya hadiri, Van?" tanya Gavin, mengabaikan panggilan telepon itu. "Pukul dua siang ntar ada rapat bersama tim marketing membahas tentang pencapaian promo yang sedang berjalan, Pak. Bisa diundur kalau Anda ada keperluan lain," sahut Vania. Beberapa hari belakangan bosnya itu seperti orang yang kehilangan gairah. Meski tidak pernah melakukan kesalahan dalam tugas, tapi ekspresi pria itu benar-benar terlihat suram. Gavin mengangguk lantas menutup pena setelah menandatangani halaman terakhir sebuah dokumen yang dia pekuri. "Oke. Pending sampai besok. Saya harus pergi sekarang," ujarnya lantas berdiri dan menyambar jasnya di hanging stand yang terletak di belakang kursi. "Anda mau pergi bersama Revita?" tanya Vania lagi.

  • Terjebak Bersama Dua Mantan   78. Terbakar Cemburu

    Revita menarik napas panjang beberapa kali. Mencoba menekan kesedihannya. Berulang kali dia merapal dalam hati, meyakinkan dirinya bahwa semua akan baik-baik saja. Meski ucapan Gavin masih terus terngiang dan bikin hatinya berdenyut nyeri. Dari awal dirinya tahu resiko ini. Revita hanya tidak menyangka saja pikiran Gavin padanya sesempit itu. Revita baru akan membuka aplikasi taksi online ketika sebuah mobil tampak menepi, secara refleks kakinya mundur. Dahinya mengernyit saat mobil berjenis sedan itu akhirnya berhenti tepat di depan tempatnya berdiri. Saat kaca mobil itu turun, lampu penerangan dalam mobil membuatnya tahu wajah seseorang di balik kemudi. "Revita, kamu ngapain malam-malam sendirian di sini?" tanya pria berkacamata yang tak lain adalah manajernya, Ferdy. "Pak Ferdy?" "Ayo masuk. Saya antar kamu balik. Bahaya perempuan malam-malam sendirian.""Tapi saya mau pesan taksi online.""Lebih aman ikut mobil saya, Revita."Wanita itu tercenung sejenak sebelum akhirnya memut

  • Terjebak Bersama Dua Mantan   77. Kecewa

    Revita meremas tangannya dengan pandangan menunduk. Gavin sudah tahu semua sebelum dia menjelaskan. Ada sesuatu yang terasa meremas hati Revita, mendapat pandangan dingin dari pria yang dia cintai. Revita sadar dirinya bukan orang suci, hanya saja mendapat tatapan penghakiman dari orang yang dia percaya, hatinya terasa begitu nyeri. "Aku bisa menjelaskan," ucap Revita, menelan ludah. Dia tahu segalanya tidak akan berakhir baik. "Menjelaskan kalau kamu pernah menjalin hubungan dengan pria beristri yang ternyata pamanku?" tukas Gavin cepat. "Demi Tuhan aku nggak pernah tahu kalau dia lelaki beristri. Kalau aku tahu aku nggak akan pernah menerimanya." Terlepas dari itu, rasa cemburu terus mengganggu Gavin. Tahu bahwa Revita mau membuka hati lagi untuk pria lain itu artinya wanita itu sudah sukses melupakannya. Tidak seperti dirinya yang terjebak perasaannya sendiri selama delapan tahun ini. "Do you love him?" tanya Gavin dengan suara lirih. "Jangan bilang tidak. Satu tahun kamu bers

  • Terjebak Bersama Dua Mantan   76. Provokasi

    BEBERAPA HARI LALU==============Mendadak Gavin muak dengan senyum yang Mahesa tunjukkan. Siang ini dia menyambangi ruangan pamannya itu. Dan sepertinya pria berkumis tipis itu tahu tujuan Gavin mendatanginya. Mahesa tetap terlihat ramah seperti biasa. Seolah tidak sedang melakukan sesuatu yang membuat Gavin jengkel. "Ada yang bisa aku bantu, Keponakan?" tanya Mahesa, lalu mempersilakan Gavin duduk di sofanya. Dia sendiri langsung duduk menyilangkan kaki, menatap sang ponakan sambil terus mempertahankan senyum ramah. "Apa hubungan Om Mahes dan Revita?" tanya Gavin to the point. "Jangan bilang cuma mantan atasan dan bawahan." Senyum Mahesa surut secara perlahan. Dia sudah menduga, Gavin akan menanyakan tentang Revita cepat atau lambat. Dan Mahesa tidak berniat menyembunyikan apa pun lagi. "Revita pacarku saat dia di Surabaya." Mahesa mengucapkan itu dengan nada tenang. Meski begitu dia bisa melihat dua tangan Gavin tampak mengepal erat. "Revita sudah tiga tahun ini di Jakarta. It

Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status