Share

4. Pindah Divisi

last update Last Updated: 2024-12-17 17:36:52

Dirinya seperti diusir. Entah kesalahan apa yang sudah dia lakukan sehingga tiba-tiba saja Minggu kemarin dipanggil ke ruang HR dan diminta pindah ke pusat. Revita masih terkejut dengan keputusan itu. Jadi, begitu tahu kabar itu dia langsung memberondong supervisor yang membawahinya langsung. 

"Saya melakukan kesalahan, Pak? Kalau iya, tolong beritahu salah ya, Pak. Biar saya bisa memperbaiki," tanya Revita yang merasa aneh. Keputusan HR sedikit membuatnya panik. 

Pak Taufik, Supervisor itu terkekeh. "Kamu nggak melakukan salah apa-apa, Revita. Justru ini bagus dong kamu pindah ke cabang karena kerja kamu bagus. Di sana kamu nggak perlu berjibaku dengan target harian. Kerjaan juga lebih enak, dan kamu tidak perlu mengantuk lagi kerja sif malam."

Mungkin benar, tapi Revita masih tetap heran dan aneh. 

"Banyak yang ingin pindah ke cabang termasuk saya." Pak Taufik meletakkan tangan di samping mulutnya, badannya sedikit condong ke depan dan berbisik. "Sekedar informasi, di sana gajinya lebih gede dari di sini. Sebab tunjangannya banyak." 

Revita pernah dengar kabar itu. Tapi rasanya tetap saja bikin bingung.

"Ini kesempatan, Revita. Kamu wanita cerdas sudah semestinya potensimu terus digali," imbuh supervisor bertubuh gempal itu. 

Revita diam selama beberapa saat. Mencoba mengambil hal positif dari kejadian ini. "Tapi ini bukan karena bapak ingin membuang saya kan? Atau karena tenaga saya yang nggak dibutuhkan lagi di tim produksi?"

Pak Taufik tertawa. "Pikiranmu terlalu melantur, Revita. Kamu beruntung di sini. Jangan berpikir yang bukan-bukan. Percayalah di pusat lebih baik daripada di anak cabang."

Supervisor itu terus meyakinkan. Puncaknya Revita akhirnya memutuskan untuk pergi ke pusat dan menandatangani pembaharuan perjanjian kerja. Teman-teman setimnya melepas Revita dengan tangisan. Padahal gedung tempatnya bekerja hanya bergeser beberapa ratus meter saja. Artinya mereka masih bisa bertemu kalau ingin. 

"Sering-sering main ke sini."

"Jangan lupakan kami. Nanti di sana jangan sombong-sombong."

"Betah-betah ya di sana, Rev. Bejo banget sih kamu. Denger-denger di sana cowoknya ganteng-ganteng. Siapa tahu saja kamu ketemu jodoh." 

Ucapan perpisahan teman-temannya membuat Revita sedih sekaligus geli. Dia sangat yakin bakal merindukan mereka. 

Sekarang, pagi ini dia menginjakkan kaki di gedung baru. Masih satu induk perusahaan cuma sekarang dia berada di pusat setelah sebelumnya di cabang. Dan yang pasti dia bukan lagi mengurusi soal produksi dan operator. Dia akan bekerja di ruang full AC dan selalu menghadap komputer. Tidak ada lagi kegiatan berkeliling line produksi untuk mengawasi operator. Membayangkan saja sudah membosankan, monoton. 

Kantornya ada di lantai 25. Terlalu tinggi. Lima lantai lagi tempatnya orang-orang penting perusahaan. Sebenarnya Revita agak cemas. Bekerja di pusat itu artinya peluang berjumpa dengan petinggi perusahaan ini lebih banyak daripada di cabang. Revita tidak suka bertemu dengan orang-orang itu. Dia sudah mati kutu duluan. Berhadapan dengan mereka dia merasa kecil. Katakanlah nyalinya ciut, tapi itulah yang dia rasakan. 

Revita disambut baik oleh seorang wanita cantik yang sudah menunggunya di lobi saat dia bertanya kepada seorang resepsionis yang ada di front desk. Wanita itu mengenalkan diri sebagai Ayu, dari bagian pengembangan. 

"Yuk, aku antar ke kantor kamu," ujar wanita itu setelah perkenalan mereka usai. 

Revita dan Ayu memasuki lift setelah sebelumnya menempelkan ID card pada sensor. Tidak sembarangan orang bisa melewati lift tersebut. Hanya karyawan di gedung ini saja yang bebas masuk menggunakan lift tersebut. 

"Nanti, Mbak Revita akan dibantu rekan kerja di sana. Jangan sungkan bertanya kalau ada yang nggak paham, ya," ujar Ayu lagi. 

Revita tersenyum tipis dan mengangguk. Dia sedikit melirik dandanan wanita di sampingnya. Ciri khas wanita karir banget. Meskipun Revita sudah menyesuaikan, dia merasa tidak sepadan. Dia biasa mengenakan baju kasual, lalu saat memasuki pabrik, berganti dengan seragam produksi. 

Beruntung dia memiliki pakaian formal yang sempat dibelinya beberapa tahun silam ketika masih di Surabaya. 

"Mbak beruntung deh bisa ditempatkan di divisi yang biasanya CEO sering datang dan mantau," ucap Ayu. 

Kabar itu cukup membuat hati Revita mencelus. Apanya yang beruntung? Didatangi petinggi perusahaan bagi Revita itu musibah. Dia paling sebal kalau orang-orang penting di pabriknya mengaudit gedung produksi. Sibuk dan ribut. 

"Kenapa beruntung, Mbak? Bukannya itu horor?" tanya Revita meringis. 

Wanita dengan sanggul kecil di sampingnya terkekeh. "Ya enggak dong. Wanita-wanita single pasti pada menanti kedatangan CEO kita. Jangan bilang kamu belum pernah melihat CEO kita."

Revita menggeleng. CEO-nya yang mana juga dia tidak tahu. 

Ayu menutup mulutnya dengan tangan. Matanya yang mengenakan maskara tebal membulat. "Serius? Wah, kalau begitu kamu harus lihat nanti. Dijamin kesengsem. Jangankan yang single, yang udah double aja demen." 

Revita meringis. Wanita dengan makeup natural itu jadi memikirkan CEO-CEO ganteng yang ada di Drama Korea. 

"CEO kita itu gantengnya luar biasa. Ditambah lagi dia belum pake cincin alias masih available." 

Revita lagi-lagi hanya meringis. Dia trauma sama lelaki ganteng. Jadi, dia tidak terlalu tertarik. 

"Nama CEO kita itu Gavin, nggak semua beruntung bisa melihat dia meskipun bekerja dalam gedung ini." 

Gavin? Nama yang tidak asing di telinga Revita. Mendadak dadanya berdebar. Dia mengenal seseorang bernama Gavin, tapi tidak mungkin Gavin yang sama. Gavin yang dia kenal mungkin sudah menikah dan memiliki anak. Bukan pria single seperti yang Ayu ceritakan.

"Oh gitu, ya, Mbak." Hanya itu tanggapan Revita. Sama sekali tidak ingin bertanya lebih lanjut.

Revita bersyukur teman-teman satu divisinya menyambutnya dengan baik. Dia juga memiliki job desc yang tidak terlalu sulit dan memusingkan. 

"Siap berjuang bersama kan?" tanya Rafa, rekan kerja barunya yang beberapa menit lalu baru mengenalkan diri. 

"Revita mah nggak bakal pusing. Tapi harus siap bantu apa yang kami butuhkan ya," sahut Dany. 

Selain Rafa dan Dany ada tiga orang lainnya yang akan bekerja sama dengan Revita. Tidak lupa manajernya, Pak Ferdy, lelaki bertampang jenius dengan kacamata berbingkai tebal. Umurnya bisa Revita taksir masih sekitar tiga puluhan. Masih muda dari penampilan dan wajahnya. 

Revita bersyukur semua tampak ramah dan menyambutnya dengan baik. Rasa tidak nyaman menjadi karyawan baru perlahan sedikit berkurang. Dia tetap harus mawas diri di tempat dan suasana baru ini. 

Hari kedua bekerja Revita dikejutkan dengan penemuan sepuluh tangkai mawar merah di atas meja kerjanya. Revita yang baru datang celingukan. Mencoba mencari seseorang untuk menanyakan tentang munculnya mawar tersebut. Namun, selain dirinya belum ada staf lain yang datang. 

Dengan bingung dia mengambil mawar-mawar itu dan menelitinya. 

"Wuih, anak baru dapat mawar nih," celetuk seseorang membuat Revita mengalihkan pandang. Wanita 27 tahun itu menoleh dan mendapati Dany serta Arum masuk. 

"Mawar dari siapa, Rev?" tanya Dany menuju tempatnya. 

"Gue nggak tau. Pas datang tiba-tiba ada," sahut Revita dengan wajah polos. 

"Gue rasa Revita punya penggemar rahasia di kantor kita." Arum berasumsi. 

"Gue nggak kenal siapa pun di sini selain kalian. Itu pun kenalnya baru kemarin. Kayaknya ini salah kirim. Buat lo mungkin ini, Mbak." Revita meraup semua mawar itu dan mengangsurkannya pada Arum.

"Mustahil buat gue, sih. Kan gue udah punya laki." Arum nyengir lalu terkekeh. "Tapi kalau lo nggak mau, sini deh buat isi vas gue." 

Revita menyerahkan sepuluh mawar itu. Dia tidak akan mempersoalkan hal itu seandainya cuma hari itu saja mawar itu ada di mejanya. Namun, hari-hari berikutnya mawar-mawar lain ikut bersusulan. Benar-benar aneh.

Related chapters

  • Terjebak Bersama Dua Mantan   5. Bertemu Lagi

    Sudah hari ke sepuluh Revita bekerja di kantor pusat. Dia lumayan sudah bisa menguasai pekerjaan dengan baik. Suasana kantor yang nyaman membuatnya merasa diterima. Jujur, wanita dengan poni menyamping itu menikmati bekerja di sini. Seperti impiannya dulu yang ingin menjadi pekerja kantoran. Bibir nude Revita menyunggingkan senyum. Meski harus melalui berbagai rintangan, akhirnya Tuhan memberinya kesempatan untuk bekerja di perkantoran. Hanya saja, dia agak minder karena dari semua timnya, cuma dia yang lulusan SMA. Itu yang masih menjadi pertanyaan besar kenapa dia berada di departemen ini. Lalu bunga mawar yang sering nangkring di mejanya. Jujur, itu sedikit mengganggu dan mulai membuat risih. Tidak ada yang mengakui bunga itu. Revita dibuat penasaran tiap harinya. Langkah Revita bergegas memasuki departemennya. Hari ini ada briefing penting perkara produk baru yang sedang diriset oleh timnya. Meskipun di sini dia hanya bertugas sebagai admin data, dalam rapat kecil dia wajib iku

    Last Updated : 2024-12-17
  • Terjebak Bersama Dua Mantan   6. Luar Biasa Tampan

    DELAPAN TAHUN LALU=====================Sayup-sayup Gavin mendengar suara musik dari arah belakang rumah ketika dia berjalan ke dapur. Tangannya masih memegang gelas bekas minum saat dia mendengar suara seseorang berseru. Keningnya berkerut samar, lalu kepalanya menoleh. Suara asing, tapi dia yakin itu bukan suara kedua asisten rumah tangga ibunya. Gavin lantas menyeret kaki menuju belakang rumah. Dia berjalan pelan melewati ruang belakang, meninggalkan dapur. Pintu belakang rumah terbuka. Makin dekat suara musik serta seruan seseorang makin terdengar keras. Ketika dia berdiri di ambang pintu, mata cokelatnya menemukan seorang gadis yang tengah berjingkrak-jingkrak di depan tali jemuran. Bukan jingkrak-jingkrak biasa. Gerakan tubuhnya berirama mengikuti alunan musik. Tubuh mungilnya meliuk, sesekali menghentak. Tangannya terangkat lalu bergoyang dengan lincah selaras dengan kakinya.Gavin sampai berkedip beberapa kali melihat pertunjukan itu. Seorang gadis tengah menjemur pakaian s

    Last Updated : 2024-12-27
  • Terjebak Bersama Dua Mantan   7. Kita Pacaran?

    "Masak apa?" Revita berjengit ketika seseorang bertanya. Dia hapal suara itu. Suara yang beberapa hari belakangan sering menyapanya. Gadis 19 tahun itu menoleh pelan dan mendapati Gavin sudah duduk di atas bar stool. Tangan pria itu melingkari sebuah gelas panjang yang isinya kosong. "Mie rebus," sahut Revita pelan. Benaknya mulai tidak nyaman karena kemunculan anak majikannya yang tiba-tiba. Sekarang sudah pukul sepuluh dan dia pikir orang rumah sudah terlelap. Perut lapar membuatnya harus pergi ke dapur, tapi tidak ada yang bisa dia temukan kecuali mie instan. "Kamu nggak masalah mie rebus di jam segini?" tanya Gavin, salah satu alis tebalnya naik. Revita yang saat ini sudah mengenakan piyama tidur menggeleng. "Nggak apa-apa, saya lapar."Ada seringai kecil dari sudut bibir Gavin. Meskipun suka mie instan biasanya dia akan membatasi. Di atas pukul 7 malam, biasanya Gavin menghentikan aktivitas makan. Namun, malam ini pengecualian. "Bisa buatkan aku satu juga?" tanya Gavin, mera

    Last Updated : 2024-12-27
  • Terjebak Bersama Dua Mantan   8. Lift

    Seharian ini Revita gelisah. Wanita 27 tahun yang memangku posisi sebagai admin data itu masih memikirkan kejadian siang tadi. Di mana rombongan petinggi perusahaan datang menyambangi departemennya. Dia menyesali kebodohannya. Bagaimana mungkin selama hampir tiga tahun bekerja di anak cabang perusahaan ini, dia tidak mengetahui owner-nya? Revita memejamkan mata, memijit dahinya yang berdenyut. Gavin Adhiyaksa adalah salah satu orang yang paling tidak ingin Revita temui, tapi akan lain cerita kalau dia sendiri yang malah menghampirinya. Sejak memutuskan kembali ke kota ini, Revita hidup dengan damai. Pikiran untuk berhubungan atau pun bertemu dengan keluarga Adhiyaksa sama sekali tak terlintas. Lagi pula, dia sudah melupakan semuanya. Lukanya dan mungkin sakit hatinya. Mungkin. Namun, kejadian siang tadi seolah sanggup mengembalikan rasa sakit itu. "Lo baik-baik aja, Rev?" tanya Arum, yang mejanya tepat di seberang Revita, berhadapan. Dia sedikit memanjangkan leher untuk melihat kond

    Last Updated : 2024-12-28
  • Terjebak Bersama Dua Mantan   9. Nana

    Entah di lantai berapa pintu lift akhirnya terbuka. Revita mengembuskan napas lega karena tidak harus terjebak lama-lama bersama Gavin. Dua orang masuk dan agak terkejut mendapati CEO Bumi Indah ada di dalam lift tersebut. Dua orang itu menyapa sopan kepada Gavin lantas berdiri agak sedikit maju di antara Gavin dan Revita. Dalam kondisi seperti ini, Gavin tidak mungkin berani bicara macam-macam. Revita menekan dadanya yang berdegup kencang karena sempat tidak bisa mengendalikan emosi. Beruntung mulutnya tidak mengeluarkan kata-kata tidak penting yang nanti bisa merepotkan dirinya. Entah kenapa dia merasa setelah ini hidupnya di kantor tidak akan tenang. Segala ucapan Gavin tadi seolah memberitahu bahwa semua akan dimulai lagi. Ya Tuhan, Revita benci dengan segala kerumitan hidupnya. Gavin turun di lantai sepuluh tanpa mengucapkan apa pun pada Revita. Dia hanya menoleh dan menatap wanita itu sesaat sebelum keluar dari lift. Lain kali Revita akan memastikan untuk tidak keluar kantor

    Last Updated : 2024-12-28
  • Terjebak Bersama Dua Mantan   10. Gosip Hot

    "Bunga lagi, Rev?"Revita yang tengah memegang tangkai mawar menoleh mendapati teguran itu. Rafa dan Ilham baru saja masuk. Di belakang mereka, Arum dan Dona menyusul. Dany sedang ada tugas di luar kantor, sejak pagi batang hidungnya sudah tidak nampak. Revita mengangguk menatap bunga mawar itu. Melihat mawar di kantong plastik milik Nana beberapa hari lalu membuat dia yang tadinya abai mendadak penasaran dengan si pengirim bunga ini. "Sebenarnya siapa sih orangnya? Lo serius nggak tau, Rev?" tanya Rafa seraya menarik kursi milik Dany, dan duduk di sana dengan posisi terbalik. "Gue nggak tau. Tiap gue ke sini udah nggak ada siapa-siapa.""Perlu diselidiki enggak sih? Kok gue ikutan gemes?" timpal Arum menatap Rafa dan Revita berganti. Alis Revita menanjak. "Caranya?" "Coba lo datang pagi-pagi, lebih pagi dari biasanya. Kali aja papasan sama orang itu." "Eh, jangan," sergah Rafa. "Kalau ternyata pengirimnya psikopat gimana?" "Mana ada pengirim bunga psikopat? Yang ada dia romant

    Last Updated : 2024-12-28
  • Terjebak Bersama Dua Mantan   11. Sebuah Pertanyaan

    Beberapa saat lalu Vania mengantar Revita menuju ruangan Gavin di lantai paling atas gedung. Lantas sekretaris itu beranjak pergi lantaran ada pekerjaan yang harus dia selesaikan. Revita memang sudah berada tepat di depan pintu ruangan CEO, tapi alih-alih mengetuk papan kayu cokelat itu dirinya malah mematung. Berdiri kaku, memandang nanar papan nama yang tertempel di permukaan pintu itu. Satu detik, dua detik, tangannya belum juga terangkat. Wanita 27 tahun itu menarik napas dan mengembuskannya pelan. Dia sama sekali tidak ingin berurusan dengan Gavin meskipun pria itu atasannya. Namun, hatinya yang lain memintanya untuk bertemu dan sedikit mendengar apa yang akan pria itu katakan. Dengan ragu akhirnya Revita mengangkat tangan dan mengetuk dua kali pintu di depannya. Pelan, nyaris tidak terdengar. Namun, sebuah suara dari dalam segera menyahut. Mempersilakan dia masuk. Mendengar suara Gavin dari dalam ruangan membuat jantung Revita berpacu cepat. Perasaannya bahkan mendadak tidak

    Last Updated : 2024-12-29
  • Terjebak Bersama Dua Mantan   12. Cari Masalah

    Ada napas lega yang Revita embuskan ketika pintu ruangan Gavin diketuk dari luar. Tidak berapa lama wajah sekertarisnya muncul. Obrolan mereka otomatis terjeda. "Maaf, Pak Gavin," ucap Vania merasa tak enak. "Di lobi ada Bu Melinda, beliau menunggu Anda," lanjutnya lagi. Mendengar nama Melinda disebut membuat napas Revita sedikit tercekat. Dia tahu nama itu. Melinda alias Nyonya Besar sekaligus ibu kandung Gavin. Wanita yang sudah menghina dan memaki habis-habisan Revita dan ibunya sebelum mereka keluar dari rumah besar keluarga Adhiyaksa. Serta-merta Revita berdiri. "Maaf, Pak. Saya harus segera kembali ke departemen." Gavin tidak mencegah dan ikut berdiri. "Aku antar kamu ke bawah.""Tidak perlu," jawab Revita cepat, takut-takut dia melirik Vania yang masih ada di sana. "Saya permisi, Pak Gavin, Mbak Vania." Dia mengambil langkah gegas secepat mungkin. Bayangan wajah merah Melinda saat itu masih terekam jelas di ingatan Revita. Dia tidak mau mengambil resiko bertemu dengan wanit

    Last Updated : 2024-12-29

Latest chapter

  • Terjebak Bersama Dua Mantan   69. Ditelan Gairah

    Bibir mereka kembali beradu. Lidah keduanya bahkan saling tertaut. Sebentar menjauh, untuk kemudian saling merapat lagi. Gavin bisa merasakan udara sekitar meningkat seiring cumbuannya yang makin panas. Dari bibir, ciumannya turun ke rahang, membuat Revita mengerang lirih. Pria itu menyasar leher jenjang mulus di depannya. Meninggalkan jejak basah berulang-ulang. Lidahnya terus mencecap rasa manis yang memabukkan di sana. Sementara tangannya pun tak tinggal diam. Pelan-pelan menyusup dari balik ujung kemeja Revita dan membelai ringan pinggang wanita itu. Sementara tangan lainnya meraba bagian lain yang tak kalah sensitif. Kembali Gavin menyambar bibir Revita, kala wanita itu melakukan aksi penolakan saat tangan besarnya menyentuh dada yang masih tertutup kain kemeja. Pria itu sama sekali tidak memberi Revita kesempatan untuk menjauh. Dia terus mendesak, dengan sentuhan yang kian intens. "Mas..." lirih Revita dengan tatapan sayu. Tangannya menahan lengan Gavin yang sudah meremas pe

  • Terjebak Bersama Dua Mantan   68. Garden by the Bay

    "Lampu-lampunya keren!" "Kamu senang?" "Senang banget, Om. Makasih ya, Om. Udah ngajakin aku ke sini." Reina memeluk pinggang Gavin dengan senyum lebar. Hatinya masih berdebar-debar melihat keindahan di depan matanya. Semalaman di tempat ini sepertinya tidak akan puas. Reina terus menarik tangan Revita mengelingi kawasan suaka di atas tanah 101 hektar ini. Anak itu tidak mengenal capek, meskipun hanya tertidur sebentar sore tadi. Garden by the Bay bukan hanya memukau pada siang hari, tapi malam pun tak kalah indah. Salah satu yang ikonik di tempat ini adalah Supertree Grove. Menara setinggi 25-30 meter yang sepanjang tubuhnya dihiasi tanaman. Pada malam hari seperti sekarang, supertree akan bercahaya karena lampu yang mengelilinginya. Reina sampai tak bisa merapatkan mulut karena terus merasa kagum. . Kalau dituruti mungkin anak itu tidak mau pergi dari tempat indah ini, padahal mereka datang sudah sejak menjelang senja. Dan mereka harus mengakhiri petulangan saat cacing-cacing d

  • Terjebak Bersama Dua Mantan   67. Connecting Door

    Gavin menatap hasil jepretan pada kameranya, dan senyumnya sontak terulas. Tidak ada yang lebih membahagiakan melihat dua perempuan yang dia sayangi tertawa begitu lebar. "Aku mau liat, Om!" seru Reina berlari ke arah Gavin. Pria itu lantas menunjukkan beberapa hasil jepretannya. "Keren! Ajari aku cara pake ini, Om.""Kamu cukup fokuskan sesuai angel." Gavin menuntun Reina menggunakan kameranya. "Sayang, coba kamu berdiri di sana lagi," perintahnya pada Revita. Revita menaikkan alis tapi menurut juga apa yang Gavin perintahkan. "Kamu fokuskan kamera ke objek. Mama kamu. Biar latar belakangnya bagus, kamu bisa geser, dan sesuaikan. Setelah menurut kamu oke, baru tekan tombol ini." Reina menuruti instruksi Gavin, dan berhasil. Dia tertawa senang saat melihat hasil bidikannya lumayan bagus. Tidak berbayang. "Good job." "Oke, sekarang giliran Om Gavin sama Mama yang foto berdua." Reina mendorong lengan Gavin agar menyusul Revita. Saat ini keduanya sedang berada di Merlion Park bers

  • Terjebak Bersama Dua Mantan   66. Sinyal Restu

    Gavin menelan ludah kepayahan saat tidak mendapat respons apa pun dari Ayun. Wanita itu masih mengatupkan mulut rapat-rapat setelah Gavin meminta izin padanya untuk membawa Revita dan Reina liburan. Di sudut kursi lainnya Revita pun sama tegangnya seperti Gavin. Baginya ini adalah penentu. Penentu apakah ibunya mau memberikan lampu hijau untuk hubungannya. Dia tidak merengek seperti biasanya, sengaja memberi kesempatan sang ibu untuk memutuskan dari hatinya. Kendati sejak tadi jarinya yang saling tertaut terus bergerak gelisah. "Ya sudah, silakan," ucap Ayun akhirnya. Yang membuat sepasang kekasih itu mengangkat wajah secara bersamaan dengan mata berbinar. "Bi Ayun, mengizinkan?" tanya Gavin, hampir saja menjerit saking senangnya. Wanita tua itu hanya mengangguk pasrah. Tidak ada senyum. Dia melirik putrinya yang saat ini tersenyum lebar tanpa suara. Kegembiraan yang terpancar dari wajah ayunya membuat hati Ayun menghangat. Dia tidak punya pilihan lain jika begini. Tidak mungkin d

  • Terjebak Bersama Dua Mantan   65. Di Rumah Sakit

    Langkah Ayun terhenti saat melihat Gavin ada di luar pagar. Pria tampan itu melambaikan tangan dengan senyum matahari terbit andalannya. Sampai-sampai Ayun menaikkan sebelah alis melihat itu. "Kok ibu berdiri aja?" tanya Revita yang baru saja keluar. Dia mengikuti arah pandang Ayun, ketika ibunya itu mengedikkan dagu ke arah depan pagar. Saat itulah, Revita melihat Gavin di sana. "Mas Gavin? Kok ibu biarin dia berdiri di sana sih?" Dengan tergesa Revita berjalan ke arah pagar, lalu membuka kunci gemboknya. "Mas, kok kamu ke sini?" tanya Revita dengan wajah heran. Hari ini dia berencana mengantar ibunya ke dokter, tidak ada waktu buat menemani pria itu. "Kalian jadi ke dokter kan? Biar aku antar." Spontan Revita terdiam sambil menatap pria yang saat ini sudah memasuki halaman rumahnya. Namun sejurus kemudian dia tersenyum. Revita tahu ini salah satu upaya Gavin agar mendapat restu dari sang ibu. "Selamat pagi, Bi," sapa Gavin menghampiri Ayun yang sudah hampir siap-siap kabur. Wa

  • Terjebak Bersama Dua Mantan   64. Informan Valid

    Bukan hanya hari itu. Sejak bertemu Bi Ayun, Gavin mulai berani mengantar Revita pulang sampai ke depan rumah, bahkan sesekali mampir menikmati satu cangkir teh buatan Reina dan menemani belajar anak itu. Jika jam tidur anak itu tiba, barulah Gavin pamit pulang. "Makasih buat hari ini, Mas," ucap Revita saat wanita itu mengantar Gavin ke depan rumah. "Tapi ibu kamu sama sekali nggak keluar. Kayaknya aku gagal membujuknya." Gavin garuk-garuk kepala seraya mengangkat alis tinggi-tinggi. Napasnya lantas berembus pelan. Tangan Revita terjulur, mengusap pundak kokoh pria itu. "Maaf, ya. Ibu cuma butuh waktu. Masih mending ibu nggak nerkam kamu," candanya mencoba mencairkan suasana. "Duh jangan dong. Bisa nggak ganteng lagi aku," timpal Gavin membuat Revita sontak tertawa. "Mas," panggil Revita pelan. Ada sesuatu yang belum Gavin jawab tentang pertanyaannya tempo hari. Dan sekarang dia ingin mencoba menanyakan lagi. "Ada apa?" tanya Gavin, urung membuka pintu mobil, dan menghadapkan

  • Terjebak Bersama Dua Mantan   63. Never Give Up

    Ayun masih bergeming dengan wajah datar. Air minum yang segera Revita siapkan pun belum dia sentuh sama sekali. Dia masih tertegun dan lumayan syok melihat anak mantan majikannya berada di rumahnya. Seorang laki-laki yang pernah memberi sejuta cinta dan harapan pada putrinya. Sudah delapan tahun berlalu, dan Ayun sudah berusaha melupakan kejadian itu serta mencoba mengikhlaskan. Namun, jika mengingatnya kembali luka itu masih terasa sakit. Apa ini berarti rasa ikhlasnya belum sempurna?"Bi Ayun apa kabar?" tanya Gavin mencoba memulai percakapan. Dia belum bisa membaca ekspresi wanita tua di hadapannya. Bi Ayun memang diam, tapi dia juga perlu berjaga-jaga. Bisa saja kediaman Bi Ayun karena sedang menghimpun kekuatan untuk menendang Gavin dari rumah ini. Revita di sebelah Ayun masih memasang wajah khawatir. Dia takut kehadiran Gavin bisa memicu emosi ibunya. "Bu," panggil Revita pelan. "Dia Mas Gavin, Ibu nggak lupa kan?""Mana mungkin ibu lupa sama lelaki yang sudah menghamili kamu,"

  • Terjebak Bersama Dua Mantan   62. Perfect Tea

    Reina melambaikan tangan begitu melihat Revita ada di area sekolah. Ketika mendapat kabar bahwa ibunya sedang tidak ada di rumah lantaran ada keperluan, Revita memutuskan menjemput Reina. Di saat yang sama Gavin pun mengajak pulang bersama, sehingga keduanya berakhir di sekolah sore ini. "Maaf ya, Sayang. Mama telat jemput. Macet banget di jalan tadi," ucap Revita begitu putrinya sampai di hadapannya. "Nggak apa-apa. Kan aku masih aman di sekolah." Mata cokelat Reina menatap Gavin. "Mama datang sama Om Gavin?" "Iya, kebetulan Om Gavin juga mau pulang." Menyentak tangan Revita, Reina tak sabar menghampiri pria tinggi berkemeja biru yang tengah berdiri di depan kap mobil. "Ayo, Ma. Pulang, jangan biarin Om Gavin nunggu lama." "Jadi, sekarang Mama sama Om Gavin udah jadian?" Pertanyaan yang tiba-tiba meluncur dari mulut mungil Reina membuat Revita tersedak ludahnya sendiri dan terbatuk hebat. Saat ini ketiganya sudah berada di dalam mobil, kembali membelah jalanan sore menuju rumah

  • Terjebak Bersama Dua Mantan   61. Ketoprak

    Jika biasanya Gavin adalah manusia super yang palilng bisa menahan diri dari emosi. Entah kenapa siang ini dia gagal melakukannya. Makan siang di ulang tahun sang papa berantakan, karena dia mendadak tak tahan dengan ocehan sang mama. Setelah berhasil keluar dari rumah Adhiyaksa, pria yang alisnya saat ini menukik tajam melajukan SUV-nya langsung menuju kantor. Lupa bahwa perutnya saat ini memberontak minta diisi. Begitu sampai gedung perkantoran, alih-alih kembali ke ruangannya, dia malah nyangkut di lantai 25. Tempat kantor Revita berada. Dia berjalan cepat dan memasuki workstation RnD yang masih tampak sepi. Tidak ada Revita di meja kerja wanita itu. Langkahnya lantas berbelok menuju pantri. Dan dugaannya tepat. Kekasihnya itu sedang ada di salah satu kursi, menyantap makan siang sendirian. Revita yang tengah menikmati makan siangnya terlonjak kaget ketika tahu-tahu Gavin duduk di sebelahnya, mengintip apa yang dia makan. Mata bulat wanita itu mengerjap bingung. "Kamu... Belum m

Scan code to read on App
DMCA.com Protection Status