Tidak dipungkiri bahwa Susan membutuhkan waktu yang cukup lama untuk move on, melupakan seorang Rasya yang sebelumnya telah berhasil meluluhlantakkan hatinya. Rasya bagaikan pangeran yang mengajaknya terbang ke langit melihat bintang-bintang yang indah bertebaran sebelum akhirnya langsung diterjunkan ke bumi lagi. Kata orang, cinta pertama itu sulit dilupakan. Hal itu Susan rasakan sendiri. Namun bukan berarti cinta pertama bisa selamanya bersemayam di hati wanita itu. Kini Rasya dan kenangannya benar-benar sudah lenyap tidak tersisa sedikit pun di dalam hatinya. Di saat ini, Susan mulai menyadari kemunculan Rasya yang tiba-tiba ini, juga sikap yang ditunjukan seolah ingin mencoba mengingatkan dirinya pada masa-masa mereka berpacaran dulu, memberitahu perceraian dengan istrinya untuk memberikan kode, ia menyimpulkan kalau Rasya tengah mencoba berbaikan dengannya. Atau jangan-jangan, Rasya ingin mengungkapkan jika sebenarnya dia lah yang tidak bisa move on darinya? Kala memi
Ternyata benar jika bukan Susan yang tidak bisa melupakan Rasya, tapi sebaliknya. Rasya meminta maaf, mengungkapkan jika ia masih mencintai Susan, serta meminta kesempatan untuk bisa menerima dirinya lagi. Susan benar-benar puas mendengar semua apa yang dikatakan Rasya. Rasanya, rasa sakit yang ia terima beberapa tahun yang lalu, kini telah terbayarkan. Susan semakin dibuat ingin tertawa terpingkal-pingkal kala mendengar alasan Rasya menceraikan istrinya supaya dia bisa menikah dengannya. Kini sang mantan terlihat sangat menyedihkan! "Jadi, bercerai lah dengan suami miskinmu itu, Susan. Setelah itu, kita menikah. Aku janji, aku tidak akan berselingkuh lagi. Aku akan menjadikanmu wanitaku seutuhnya. Sekarang aku sudah berubah. Sudah tidak seperti dulu lagi," ucap Rasya memohon. Susan yang sejak tadi terdiam, belum membalas perkataan Rasya, kini menatap pria itu dengan seringaian lebar di bibirnya. "Aku tidak mau karena aku sudah hidup bahagia dengan Ivan yang sangat kucintai.
"Aku malu, Vin kepada teman-teman lamaku. Sudah pasti mereka akan memojokanku. Mereka akan menghina-hina dan merendahkan suamiku hanya karena dia miskin dan berprofesi sebagai guru," jawab Susan setelah terdiam sebentar. "Kalau soal itu aku tidak bisa menjamin. Tapi tidak mungkin teman-teman kita akan berlebihan menghina suami kamu, Susan. Kamu tahu sendiri kan sifat mereka seperti apa? Kita sudah berteman sejak kuliah loh. Pasti mereka akan mengerti keputusanmu menikah dengan dia," balas Davina. Susan tidak kunjung membalas, masih mencerna kalimat temannya itu. Kemudian, Davina mengedikan bahu, "Ya paling-paling mereka akan kaget saja sih saat tahu kamu menikah dengan seorang guru yang berasal dari keluarga miskin," kata Davina lagi. Kini Susan tengah menimbang-nimbang antara mau datang atau tidak. Alasan ia malas hadir sebab tidak mau teman-temannya tahu kalau ia menikah dengan Ivan. Ia sudah bertekad selama satu tahun itu ia akan bersembunyi. Selagi Susan terdiam, Davin
Begitu mendengar kekhawatiran Susan mengenai acara reuni teman-teman satu universitasnya dulu, Ivan jadi tidak ingin terlihat buruk dimata teman-temannya. Bohong jika acara reuni hanya untuk saling mengetahui kabar, mengenang masa-masa kebersamaan. Rata-rata acara reuni adalah ajang untuk pamer kesuksesan, keberhasilan, harta dan pasangan. Sebab tidak ingin Susan mendapat malu, Ivan akan tampil sebaik mungkin. Oleh sebab itu, ia meminta Delon untuk membawakan mobil sport yang ada di rumah kedua orang tuanya dan meminta Renata untuk memilihkan pakaian terbaik. "Ivan katakan sekarang, Lamborghini ini milik siapa!?" desak Susan tidak sabaran. Keduanya masih dalam perjalanan menuju hotel. Sebelumnya, Susan harus dibuat terkesima dengan skill mengemudi Ivan yang tidak terlihat seperti amatiran. Seolah-olah, Ivan sudah terbiasa mengemudikan mobil mewah. Tentu hal tersebut membuat Susan takjub sekaligus heran. Pada saat ini, rahang Ivan mengeras, "Kalau aku bilang ini adalah m
Suasana hati Susan langsung buruk kala melihat kemunculan mantan laknatnya tersebut. Niat hadir ke acara reuni sebab hendak temu kangen dengan teman-teman lamanya, juga ingin menghilangkan jenuh dan setres, tapi sepertinya malah akan membuatnya tambah setres. Susan mendecak kesal kala baru sadar bahwa Rasya kemungkinan besar akan ikut acara reuni ini, apalagi saat tahu dirinya juga hadir. Di saat ini, Susan juga menyadari bahwa bukan hanya teman-teman yang dulunya akrab dengannya, yang pernah sekelas, juga ada orang-orang asing yang dulu hanya sebatas kenal saja di kampus. "Entah sebuah kebetulan atau kita memang ditakdirkan bertemu kembali di acara reuni kali ini, Susan?" Tiba-tiba Rasya kembali angkat bicara. Tanpa sudi menatap Rasya, Susan melipat tangan di depan dada dan berkata, "Seharusnya tadi aku tidak usah datang saja kalau tahu kamu juga ikut acara reuni ini," Mendengar itu, Rasya tergelak. "Tidak usah sok mau menghindar segala dariku, Susan karena sepertinya t
Rasya mendecih, "Guru miskin sepertimu sama sekali tidak pantas bersalaman denganku. Perbedaan kasta diantara kita itu sangat lah jauh, mengerti! Bisa-bisa tanganku menjadi gatal!" Ivan tergelak, menurunkan tangannya kembali. Tidak masalah! Demikian, ia jadi tahu harus bersikap seperti apa dengan pria itu. Sementara Susan membeliak, menatap Rasya seraya menggeleng. Ia mencium bau-bau Rasya akan mencari masalah dengan Ivan. Semua orang tidak tahan untuk tidak terkikik. Bagi mereka, kejadian itu benar-benar menghibur. Lupakan ketegangan yang baru saja terjadi antara mereka bertiga yang menjadi hiburan awal bagi semua orang sebab tiba-tiba Susan dan Ivan dipersilahkan duduk. Begitu pula dengan Rasya yang bergabung di meja yang sama. Terang saja hal itu membuat Susan tidak suka, menyuruh Rasya pindah, tapi yang lain menahannya. Alhasil, Susan membiarkan Rasya berada satu meja dengannya dan ia menganggap seolah pria itu tidak ada. Tak lama kemudian, Susan dibuat lupa dengan
Susan menatap teman-teman lamanya satu persatu dengan tajam. Lalu, ia mendengus dingin, "Kalian menghina Ivan, itu sama saja dengan kalian menghinaku!" Mendengar nada yang begitu menggelegar keluar dari mulut Susan, semua orang kompak terkejut. Susan membela suami miskinnya? Susan tidak terima mereka menghardik Ivan? Terang saja mereka menjadi bingung sekaligus heran. Namun, mereka tidak akan menyerah untuk menyadarkan Susan. Mereka tidak setuju jika Susan memiliki suami seorang guru miskin. Benar-benar tidak rela! "Sadar lah, Susan! Apa yang kamu harapkan dari suami miskinmu ini! Percaya pada kami, dia tidak akan bisa membuatmu bahagia!" "Benar, Susan. Kamu itu dari keluarga terpandang, seorang CEO, tidak pantas mendapatkan pria biasa sepertinya! Memangnya kamu tidak malu apa?!" "Keluargamu pasti juga tidak sudi memiliki menantu miskin seperti Ivan. Tentu dia akan menjadi aib bagi keluargamu!" "Kami semua peduli padamu, Susan. Kami ingin kamu sadar bahwa keputusanmu
Ucapan Ivan yang begitu menohok, terdengar menjengkelkan di telinga membuat mereka menjadi semakin tidak suka dengan pria itu. Berani sekali guru miskin itu memperingati mereka? Kalau saja Susan tidak membelanya, mereka sudah pasti akan langsung memberi pelajaran kepada Ivan. Tanpa mempedulikan orang-orang yang tengah mengirimkan sinyal permusuhan, Ivan meraih tangan Susan dan menggenggamnya erat. Berniat menguatkan. Demi meyakinkan semua orang, Susan membiarkan Ivan melakukan hal tersebut. Di saat ini, Susan malah tersentuh dengan pembelaan Ivan barusan. Pada saat bersamaan, jantungnya tengah berdegup kencang. Juga merasa tenang dan damai. Ya Tuhan. Perasaan apa yang sedang aku rasakan ini? Kenapa hatiku menghangat saat dibela Ivan? Pikir Susan. Kala memikirkan hal itu, mata Susan melebar. Jangan-jangan... Akan tetapi, Susan buru-buru menghalau pikirannya. Belum siap sekarang. Juga tidak sepenuhnya yakin. Setelah itu, Susan baru sadar bahwa ia mengutarakan unek-un
Persidangan ditunda! Hal itu digunakan oleh Irene dan pengacaranya mencari cara untuk dapat memenangkan kasus ini sebab harus melawan pengacara besar yang disewa Ivan. Demikian, Irene dan pengacaranya menjadi ketar-ketir. Apalagi pengacara yang disewa Ivan belum pernah gagal menangani kasus. Entah bagaimana caranya, selalu saja menang! Ivan sendiri juga sibuk mencari cara, saksi atau pun sesuatu yang bisa digunakan untuk menyerang Irene dan menjatuhkannya. Apalagi setelah mengetahui jika Irene hamil dan mengaku-ngaku bahwa dirinya lah Ayah dari bayi yang sedang dikandungnya. Sementara itu, Susan dan Rahardian cepat-cepat menemui Irene. Keduanya berharap masalah ini dapat diselesaikan secara kekeluargaan. Toh, mereka memang keluarga. Miris jika harus lapor polisi dan melalui persidangan. Namun, baik Susan mau pun Rahardian sudah tidak heran jika hal itu terjadi mengingat sikap dan perlakuan Irene selama ini. Sebelumnya, Susan dan Rahardian ingin bukti bahwa Irene memang sungg
Di kediaman keluarga Graha, tampak Graha dan Rosalinda tengah duduk bersebelahan dengan muka mengeras karena mendapatkan berita tentang anaknya yang tidak mengenakan. Sedangkan di sofa sebrang yang dibatasi meja, duduk Renata yang kini tengah menjelaskan mengenai berita serta foto dan video yang dimaksud kepada tuan dan nyonyanya. "Jelas, foto dan video itu telah diedit, tuan, nyonya. Nona Irene sengaja melakukan hal itu untuk merusak rumah tangga tuan muda dan nyonya Susan, serta untuk menghancurkan reputasi mereka berdua," "Hal itu masuk akal mengingat nona Irene termasuk salah seorang anggota di keluarga Rahardian yang membenci dan tidak menerima kehadiran tuan muda di keluarganya nyonya Susan." Graha dan Rosalinda kompak mangguk-mangguk mendengar penjelasan Renata. Keduanya sudah tahu kalau Irene termasuk orang yang tidak menyukai anaknya. Pun sebelumnya, Renata sudah pernah melaporkan siapa-siapa saja yang pernah berbuat jahat kepada Ivan mau pun Susan. Sebab kebahagiaan y
"Sayang, ini salah paham. Tidak seperti yang kamu pikirkan. Foto dan video itu tidak benar. Aku mohon, percaya padaku kalau aku tidak berselingkuh dengan tante Irene dan tidak melakukan perbuatan tak senonoh seperti apa yang kamu liat di foto dan video itu!" ucap Ivan yang tengah mencoba meyakinkan Susan sambil memegangi kedua lengannya. Sebelumnya, Ivan menghubungi Susan ketika masih berada di sekolah dan menjelaskan apa yang sebenarnya terjadi. Namun, Susan belum percaya. Akhirnya, keduanya memutuskan pulang dan hendak membahas masalah yang sedang terjadi lebih lanjut di apartemen. Sesampainya di apartemen, Susan kembali meluapkan amarah sekaligus kekecewaannya terhadap Ivan. "Tapi ada foto dan videonya, Van. Orang yang ada di situ jelas-jelas adalah kamu dan tante Irene sedang... astaga, bayangan dua orang itu mirip sekali dengan kalian berdua walau terhalang kaca. Dan kalian berdua melakukannya di dalam kamar mandi apartemen?!" seru Susan tertahan dengan kedua mata sembab samb
Seketika kolom komentar foto juga video syur antara Ivan dan Irene yang mendadak viral itu membeludak oleh komentar netizen. Tentu saja menuai berbagai tanggapan yang beragam. Tapi, lebih banyak mencibir dan menjudge! Di sekolah Ivan, para guru dan staf tengah dihebohkan dengan berita dan video viral tersebut. "Apa yang dipikirkan Pak Ivan sih?! Bisa-bisanya Pak Ivan berselingkuh?! Padahal, Bu Susan itu jauh lebih cantik daripada tantenya!" "Pak Ivan benar-benar tidak bersyukur! Sudah memiliki istri yang cantik, pintar dan kaya. Tapi terpincut dengan wanita lain. Lebih gilanya lagi dengan tantenya sendiri!" "Hei, hei, jangan pada berasumi yang tidak-tidak dulu dong! Kita belum tahu kebenarannya. Bisa saja itu semua bohong!" Melihat kemunculan Ivan, perhatian mereka seketika langsung teralihkan dan buru-buru mendesak Ivan, mencecarnya dengan pertanyaan. "Apakah berita dan video itu benar Pak Ivan? Anda berselingkuh dengan tantenya Bu Susan sendiri?!" "Pak Ivan, bisa jelaskan p
Pagi itu, Rahardian, Susan dan Natasha tengah berpelukan di sebuah rumah sakit elit. Kebahagiaan tengah menyelimuti mereka bertiga karena hasil tes DNA menyatakan bahwa Sheila adalah adik kandungnya Susan. Sebab hasil test DNA menyatakan demikian, maka, sudah tidak ada yang diragukan lagi! Sebenarnya, sejak awal, Rahardian dan Susan sudah sangat yakin jika hasilnya akan menyatakan seperti itu. Dan sekarang, terang saja, keduanya semakin bahagia tidak terkira. "Sekarang kamu sudah percaya, 'Kan? Kalau kamu itu adalah adikku? Cucunya kakek Rahardian?" ucap Susan sambil menatap Natasha penuh kasih sayang. Mendengar itu, Natasha yang juga tengah balik menatap sendu Susan dan kakek Rahardian secara bergantian mengangguk. "Sekarang aku sudah percaya, kak, kek," Sementara Herlambang, Hesti, Irene dan Felix terperangah dan lalu saling pandang, "Jadi, wanita itu benar-benar Natasha... " Sebelumnya, anggota keluarga Rahardian yang lain tentu saja langsung shock bukan main setelah di
Air mata Sheila pun pecah seketika, "Aku sungguh bahagia sekali karena akhirnya aku bisa kembali ke keluarga asliku. Aku dipertemukan kembali dengan keluargaku. Tak pernah kubayangkan sebelumnya kalau hal itu akan terjadi. Meski aku sangat sedih disaat yang sama karena kedua orang tuaku ternyata sudah meninggal." "Jadi, aku tidak akan bisa bertemu dengan mereka lagi. Tapi, untungnya, aku masih memiliki kakak perempuan dan kakek." Lalu, ketiga orang yang baru dipertemukan kembali setelah 18 tahun lamanya berpisah itu saling berpelukan sebelum kemudian disertai dengan tangis, membuat atmosfer ruangan tersebut dipenuhi isak tangis sebab terharu. "Terima kasih ya Tuhan karena engkau telah mengabulkan doa-doa kami. Sehingga, mempertemukan kami dengan anggota keluarga kami yang telah bertahun-tahun lamanya menghilang. Ini adalah anugerah terindah yang pernah engkau berikan kepada kami," "Kami mohon, jangan pisahkan kami lagi setelah ini, ya Tuhan." Sementara Ivan dan Graha yang meliha
Sheila bersama kedua orang tua angkatnya juga sempat tinggal di luar kota selama beberapa tahun sebelum akhirnya memutuskan tinggal di kota ini ; kota kelahiran Sheila. Entah, sebuah kebetulan atau apa. Hal itu membuat Sheila berada di kota yang sama dengan Susan. Tentu saja setelah melalui berbagai pertimbangan terlebih dahulu, juga berbagai alasan dan persetujuan dari Doni yang kala itu tidak terlalu khawatir. Tanpa mempedulikan reaksi Sheila, Susan buru-buru menjatuhkan diri di samping adik perempuannya itu sambil menatapnya sendu penuh haru. Pokoknya, kini perasaanya tengah campur aduk tak karuan. Detik berikutnya, Susan langsung memeluk Sheila. Tangis Susan pun pecah seketika dalam posisi mendekap tubuh adiknya, "Kenapa aku tidak sadar sejak awal sih. Bertahun-tahun lamanya aku memikirkanmu, berusaha mencarimu, dik. Bertahun-tahun lamanya pula aku memendam perasaan rindu ini padamu. Selalu, terbayang-bayang janjiku pada Ayah dan ibu," "Padahal, kamu itu dekat denganku. Ka
Sebelumnya, Sheila sudah takut duluan dengan kemunculan Susan. Ia berpikir bahwa istrinya Ivan itu hendak melabrak dirinya seperti terakhir kali sebab kini ia kembali meminta tolong kepada Ivan untuk menyelamatkannya, padahal Susan sudah memperingatinya. Namun, Sheila terpaksa melakukan hal demikian sebab situasi yang benar-benar genting dan tidak tahu harus meminta tolong kepada siapa lagi. Dugaan Sheila semakin kuat, dengan dirinya dibawa ke rumah kakeknya Susan. Namun, kepanikan dan ketakutan itu mendadak terhempas kala melihat Susan seperti tidak akan marah padanya. Malahan, raut mukanya menunjukan sikap sebaliknya. Menatap dirinya penuh arti juga dengan kedua mata berkaca-kaca. Dan yang lebih mengejutkannya lagi adalah perkataannya barusan yang membuat Sheila kaget sekaligus bingung. Apa maksud Susan memanggilnya Natasha? Bukan kah Susan sudah tahu kalau dirinya adalah Sheila? Sheila sendiri masih shock berat, tengah mencerna apa yang terjadi dengan dirinya sejak pagi tad
Graha menggeleng takjub, "Renata dan Basuki benar-benar bisa diandalkan! Tak salah lagi aku memilih mereka berdua!" Kemudian, wajah Graha tiba-tiba berubah. "Rasakan kau tuan muda Charles. Siapa suruh kau menyinggung keluarga kami dan keluarga Fairuz, akan menyesal karena telah mencari masalah dengan keluarga Graha!" ucap Graha lagi dengan geram. Ivan, Graha dan Rahardian tengah membahas mengenai Renata juga Basuki yang berhasil meringkus Charles dan menyelamatkan Natasha darinya. Rahardian, dengan raut muka cemas juga tidak sabaran menimpali, "Di mana sekarang mereka, Van?" Ivan menghadap kakek Rahardian, "Renata dan Basuki sedang membawa Natasha ke rumah sakit, kek sekedar untuk mengecek kondisinya." Seketika raut muka Rahardian berubah kala mendengar kabar itu, "Apakah dia terluka, Van? Sehingga..." "Tidak ada luka serius padanya kok, kek. Kakek tenang saja. Hanya luka-luka ringan dan akan segera diobati," jawab Ivan sambil tersenyum. Rahardian tak ayal menghembuskan naf