"Berani-beraninya kau masuk ke ruanganku tanpa seizinku terlebih dahulu!" seru Susan marah sambil berjalan mendekat ke arah pria itu begitu ia tiba di ruangannya. Seorang pria dengan penampilan khas layaknya eksekutif muda yang sedang duduk di sofa ruangan itu seketika mendongak dan buru-buru memasukan ponselnya ke dalam saku. Wanita yang ia tunggu-tunggu akhirnya datang. Detik berikutnya, pria itu yang merupakan mantannya Susan tersenyum lebar dan berkata, "Jahat sekali kamu, Susan. Bukannya tidak masalah jika aku masuk ke ruanganmu tanpa harus izin terlebih dahulu denganmumu? Seperti dulu?" Mendengar itu, Susah mendesis, "Itu dulu. Sekarang sudah tidak!" jawab Susan tegas. "Sekarang kau sudah tidak bisa seenaknya masuk ke ruanganku tanpa izin! Paham!?" Bukannya bersikap sungkan, merasa bersalah sebab lancang, Rasya malah terkekeh pelan, seakan peringatan Susan itu tidak mempan baginya. Rasya adalah mantan Susan yang pertama, pun adalah kekasih yang pertama dan cinta pertam
Tidak dipungkiri bahwa Susan membutuhkan waktu yang cukup lama untuk move on, melupakan seorang Rasya yang sebelumnya telah berhasil meluluhlantakkan hatinya. Rasya bagaikan pangeran yang mengajaknya terbang ke langit melihat bintang-bintang yang indah bertebaran sebelum akhirnya langsung diterjunkan ke bumi lagi. Kata orang, cinta pertama itu sulit dilupakan. Hal itu Susan rasakan sendiri. Namun bukan berarti cinta pertama bisa selamanya bersemayam di hati wanita itu. Kini Rasya dan kenangannya benar-benar sudah lenyap tidak tersisa sedikit pun di dalam hatinya. Di saat ini, Susan mulai menyadari kemunculan Rasya yang tiba-tiba ini, juga sikap yang ditunjukan seolah ingin mencoba mengingatkan dirinya pada masa-masa mereka berpacaran dulu, memberitahu perceraian dengan istrinya untuk memberikan kode, ia menyimpulkan kalau Rasya tengah mencoba berbaikan dengannya. Atau jangan-jangan, Rasya ingin mengungkapkan jika sebenarnya dia lah yang tidak bisa move on darinya? Kala memi
Ternyata benar jika bukan Susan yang tidak bisa melupakan Rasya, tapi sebaliknya. Rasya meminta maaf, mengungkapkan jika ia masih mencintai Susan, serta meminta kesempatan untuk bisa menerima dirinya lagi. Susan benar-benar puas mendengar semua apa yang dikatakan Rasya. Rasanya, rasa sakit yang ia terima beberapa tahun yang lalu, kini telah terbayarkan. Susan semakin dibuat ingin tertawa terpingkal-pingkal kala mendengar alasan Rasya menceraikan istrinya supaya dia bisa menikah dengannya. Kini sang mantan terlihat sangat menyedihkan! "Jadi, bercerai lah dengan suami miskinmu itu, Susan. Setelah itu, kita menikah. Aku janji, aku tidak akan berselingkuh lagi. Aku akan menjadikanmu wanitaku seutuhnya. Sekarang aku sudah berubah. Sudah tidak seperti dulu lagi," ucap Rasya memohon. Susan yang sejak tadi terdiam, belum membalas perkataan Rasya, kini menatap pria itu dengan seringaian lebar di bibirnya. "Aku tidak mau karena aku sudah hidup bahagia dengan Ivan yang sangat kucintai.
"Aku malu, Vin kepada teman-teman lamaku. Sudah pasti mereka akan memojokanku. Mereka akan menghina-hina dan merendahkan suamiku hanya karena dia miskin dan berprofesi sebagai guru," jawab Susan setelah terdiam sebentar. "Kalau soal itu aku tidak bisa menjamin. Tapi tidak mungkin teman-teman kita akan berlebihan menghina suami kamu, Susan. Kamu tahu sendiri kan sifat mereka seperti apa? Kita sudah berteman sejak kuliah loh. Pasti mereka akan mengerti keputusanmu menikah dengan dia," balas Davina. Susan tidak kunjung membalas, masih mencerna kalimat temannya itu. Kemudian, Davina mengedikan bahu, "Ya paling-paling mereka akan kaget saja sih saat tahu kamu menikah dengan seorang guru yang berasal dari keluarga miskin," kata Davina lagi. Kini Susan tengah menimbang-nimbang antara mau datang atau tidak. Alasan ia malas hadir sebab tidak mau teman-temannya tahu kalau ia menikah dengan Ivan. Ia sudah bertekad selama satu tahun itu ia akan bersembunyi. Selagi Susan terdiam, Davin
Begitu mendengar kekhawatiran Susan mengenai acara reuni teman-teman satu universitasnya dulu, Ivan jadi tidak ingin terlihat buruk dimata teman-temannya. Bohong jika acara reuni hanya untuk saling mengetahui kabar, mengenang masa-masa kebersamaan. Rata-rata acara reuni adalah ajang untuk pamer kesuksesan, keberhasilan, harta dan pasangan. Sebab tidak ingin Susan mendapat malu, Ivan akan tampil sebaik mungkin. Oleh sebab itu, ia meminta Delon untuk membawakan mobil sport yang ada di rumah kedua orang tuanya dan meminta Renata untuk memilihkan pakaian terbaik. "Ivan katakan sekarang, Lamborghini ini milik siapa!?" desak Susan tidak sabaran. Keduanya masih dalam perjalanan menuju hotel. Sebelumnya, Susan harus dibuat terkesima dengan skill mengemudi Ivan yang tidak terlihat seperti amatiran. Seolah-olah, Ivan sudah terbiasa mengemudikan mobil mewah. Tentu hal tersebut membuat Susan takjub sekaligus heran. Pada saat ini, rahang Ivan mengeras, "Kalau aku bilang ini adalah m
Suasana hati Susan langsung buruk kala melihat kemunculan mantan laknatnya tersebut. Niat hadir ke acara reuni sebab hendak temu kangen dengan teman-teman lamanya, juga ingin menghilangkan jenuh dan setres, tapi sepertinya malah akan membuatnya tambah setres. Susan mendecak kesal kala baru sadar bahwa Rasya kemungkinan besar akan ikut acara reuni ini, apalagi saat tahu dirinya juga hadir. Di saat ini, Susan juga menyadari bahwa bukan hanya teman-teman yang dulunya akrab dengannya, yang pernah sekelas, juga ada orang-orang asing yang dulu hanya sebatas kenal saja di kampus. "Entah sebuah kebetulan atau kita memang ditakdirkan bertemu kembali di acara reuni kali ini, Susan?" Tiba-tiba Rasya kembali angkat bicara. Tanpa sudi menatap Rasya, Susan melipat tangan di depan dada dan berkata, "Seharusnya tadi aku tidak usah datang saja kalau tahu kamu juga ikut acara reuni ini," Mendengar itu, Rasya tergelak. "Tidak usah sok mau menghindar segala dariku, Susan karena sepertinya t
Rasya mendecih, "Guru miskin sepertimu sama sekali tidak pantas bersalaman denganku. Perbedaan kasta diantara kita itu sangat lah jauh, mengerti! Bisa-bisa tanganku menjadi gatal!" Ivan tergelak, menurunkan tangannya kembali. Tidak masalah! Demikian, ia jadi tahu harus bersikap seperti apa dengan pria itu. Sementara Susan membeliak, menatap Rasya seraya menggeleng. Ia mencium bau-bau Rasya akan mencari masalah dengan Ivan. Semua orang tidak tahan untuk tidak terkikik. Bagi mereka, kejadian itu benar-benar menghibur. Lupakan ketegangan yang baru saja terjadi antara mereka bertiga yang menjadi hiburan awal bagi semua orang sebab tiba-tiba Susan dan Ivan dipersilahkan duduk. Begitu pula dengan Rasya yang bergabung di meja yang sama. Terang saja hal itu membuat Susan tidak suka, menyuruh Rasya pindah, tapi yang lain menahannya. Alhasil, Susan membiarkan Rasya berada satu meja dengannya dan ia menganggap seolah pria itu tidak ada. Tak lama kemudian, Susan dibuat lupa dengan
Susan menatap teman-teman lamanya satu persatu dengan tajam. Lalu, ia mendengus dingin, "Kalian menghina Ivan, itu sama saja dengan kalian menghinaku!" Mendengar nada yang begitu menggelegar keluar dari mulut Susan, semua orang kompak terkejut. Susan membela suami miskinnya? Susan tidak terima mereka menghardik Ivan? Terang saja mereka menjadi bingung sekaligus heran. Namun, mereka tidak akan menyerah untuk menyadarkan Susan. Mereka tidak setuju jika Susan memiliki suami seorang guru miskin. Benar-benar tidak rela! "Sadar lah, Susan! Apa yang kamu harapkan dari suami miskinmu ini! Percaya pada kami, dia tidak akan bisa membuatmu bahagia!" "Benar, Susan. Kamu itu dari keluarga terpandang, seorang CEO, tidak pantas mendapatkan pria biasa sepertinya! Memangnya kamu tidak malu apa?!" "Keluargamu pasti juga tidak sudi memiliki menantu miskin seperti Ivan. Tentu dia akan menjadi aib bagi keluargamu!" "Kami semua peduli padamu, Susan. Kami ingin kamu sadar bahwa keputusanmu
Rahardian mengeraskan rahang, "Tapi sepertinya cepat atau lambat pasti Ivan dan Susan akan mengetahui kebenarannya, Graha," Mendengar itu, Graha menghembuskan napas berat, "Itu pasti, Har," Kemudian, Graha menatap Rahardian penuh keyakinan, "Tapi sepertinya Ivan tidak akan mempermasalahkan hal itu karena mereka berdua saling mencintai, bukan? Mungkin hanya akan kaget saja, tidak menyangka," Ucapan Graha langsung dibenarkan oleh Rahardian. Kini, keduanya menjadi lega. Tiba-tiba, Graha terhenyak kaget. "Apakah mereka berdua sudah berbulan madu, Har?" tanya Graha antusias. Rahardian menggeleng dengan memasang ekspresi wajah tak berdaya, "Belum. Mereka belum berbulan madu dengan dalih Susan masih sibuk dengan pekerjaanya. Padahal, aku sudah menyinggung hal itu kepada mereka berdua. Tapi kata Susan, jika dia sudah senggang, mereka berdua akan berbulan madu," Mendadak, wajah Graha berbinar-binar. Dengan rahang mengeras, Graha kembali bicara, "Desak mereka berdua untuk seger
Terduduk di jok belakang, Susan tengah menyilangkan tangan di depan dada, terdiam memikirkan sesuatu. Sementara Larasati duduk di jok kemudi, fokus pada jalanan. Keduanya sedang dalam perjalanan ke kantor setelah dari rumah kedua orang tua pura-puranya Ivan. Andai kamu tau saja, Van. Kamu juga mulai menganggu pikiranku tauk. Aku juga sudah mulai merasa nyaman denganmu. Bahkan, sepertinya aku mulai menyukaimu. Ucap Susan dalam hati. Kini, akhirnya Susan mengakui perasaanya kepada Ivan setelah sebelumnya hati dan pikirannya bergejolak hebat. Berperang. Susan pun jadi geregetan dengan dirinya sendiri, malu pula sebab malah menyukai Ivan. Bagaimana tidak, awalnya, ia sendiri yang berpikir tidak akan mempunyai perasaan dengan suami kontraknya itu, tapi malah ia yang bawa perasaan pada akhirnya. Bahkan, belum ada satu tahun saja, ia sudah memiliki perasaan kepada Ivan. Jangankan satu tahun, belum genap satu hari semenjak ia menantang Ivan! Sebab semakin Susan mengelak, rasa s
Jangan baper Susan. Jangan baper. Ingat, tujuanmu menikah dengan Ivan itu supaya kamu tetap bisa mejabat sebagai CEO. Tahan, Susan. Tahan sampai satu tahun. Jangan sampai kamu ada perasaan dengan guru itu! Namun, meski demikian, kalimat Ivan itu malah berhasil menggetarkan jiwanya. Di titik ini, Susan ingin sekali kabur sebab menjadi salah tingkah. Situasi seperti ini sungguh mengesalkan! Begitu berhasil menguasai diri, Susan berjalan mendekat ke arah Ivan yang kini sedang duduk di ranjang. Tiba di depan Ivan, Susan menempelkan telapak tangan di dahi sang suami kontrak. Detik berikutnya, ia menegapkan tubuhnya kembali, melipat tangan di depan dada sambil memicingkan mata! "Sepertinya kamu sedang demam, Van," Tiba-tiba... Apa yang dilakukan Ivan selanjutnya membuat Susan terkejut! Ivan main menarik tubuh Susan ke dalam dekapannya sebelum kemudian langsung menidurkannya di kasur. Sedangkan Ivan sendiri langsung beranjak dari duduknya dan mengurung tubuh Susan dengan ke
Mendadak, Susan bersemu merah. Susan pun terbahak untuk menutupinya, kentara tidak percaya. Lalu, Susan melambaikan tangan dan berkata, "Jangan bercanda kamu, Ivan—" "Aku serius!" potong Ivan yang membuat tawa Susan terhenti. Detik berikutnya, wajah Susan berubah. Menatap Ivan lekat untuk beberapa saat. Ivan juga memasang ekspresi wajah sama seriusnya, "Jujur saja, kamu mulai menganggu pikiranku. Aku sudah mulai nyaman denganmu, Susan," Susan begitu tersentak, mendadak kehilangan kata-kata. Susan pun mendecak kesal, kenapa pembicaraan keduanya harus jadi seserius ini sih? Namun, bukan Susan namanya jika tidak bisa menguasai diri, ia lalu mengibaskan rambutnya ke belakang, "Sudah kuduga. Kamu pasti akan merasa nyaman denganku. Pria mana coba yang tidak akan nyaman denganku? Semua pria yang kukenal selama ini, rata-rata mengatakan hal yang sama," ucap Susan sinis penuh percaya diri. Meskipun jantungnya saat ini tengah dag dig dug serr. Mendapati respon Susan seperti
"Sekali lagi saya minta maaf, Nona. Saya benar-benar menyesal karena telah melakukan hal menjijikan seperti itu," Susan tidak membalas perkataan Sheila, mendadak ia membayangkan hal sebaliknya yang telah mereka berdua jelaskan sebelumnya. Membayangkan mereka berdua yang sedang melakukan hal itu di dalam kamar... Seketika dada Susan terasa sakit. Emosinya langsung membuncah! Susan pun menggeleng cepat. Tidak! Tidak mungkin! Ya, tidak mungkin! Mereka berdua tidak mungkin melakukan hal itu! Kamu harus percaya, Susan! Merasa sudah tidak ada yang perlu dibicarakan lagi, Susan bangkit dari tempat duduknya hendak pergi. Namun, perkataan Sheila selanjutnya membuat Susan urung pergi, kembali menjatuhkan diri di kursi. "Saya ingin berterima kasih kepada Nona atas bantuan yang telah Nona diberikan. Sehingga saya terselamatkan dari Tuan Romo," "Astaga... bagaimana mungkin saya membuat Nona marah, mengecewakan seperti ini. Padahal Nona sudah baik sekali pada saya," Sheila benar-be
Kini, Sheila dan Ivan telah menjelaskan bahwa mereka berdua tidak berbuat mesum barusan di dalam kamar hotel seperti apa yang dipikirkan Susan. Juga Sheila menjelaskan tujuan meminta Ivan untuk bertemu dan apa yang telah ia perbuat kepadanya, tapi Ivan menolak. Ivan juga menambahi, membenarkan apa yang baru saja dijelaskan Sheila. Keduanya cukup lega tatkala mendapati Susan yang tampaknya percaya dengan penjelasan mereka berdua. Walau Susan bersikap seolah tidak peduli, tidak menunjukan perasaan marah, juga cemburu saat ini, tapi Ivan bisa menyadari ekspresi dan sorot mata istri kontraknya itu yang menunjukan hal sebaliknya. Ayo lah, Susan. Tunjukan bahwa kamu cemburu. Kamu marah. Gumam Ivan dalam hati. Ivan pun menjadi yakin bahwa Susan memang cemburu. Marah. Jika tidak, seharusnya dia tidak mengikutinya ke sini! Juga sebelumnya Susan langsung menuduh mereka berdua berbuat mesum sebelum akhirnya keduanya menyangkal hal tersebut! Ivan tahu bahwa Susan selalu bisa meng
Sebab sudah memutuskan tidak akan menyentuh Sheila, Ivan buru-buru menggeleng tegas, "Aku tidak akan menyentuhmu, Sheila! Dirimu bukan milikku. Janjimu telah gugur. Kamu harus menjaga mahkota dan tubuhmu untuk calon suamimu kelak. Aku menyelamatkanmu itu tulus, ikhlas. Jika aku menyentuhmu, apa bedanya aku dengan Romo si bejat itu? Jadi, kenakan pakaianmu kembali!" Mendengar itu, Sheila merasa sangat tertampar. Tiba-tiba, wajah Sheila menjadi murung. Menjaga mahkota dan tubuh untuk suaminya kelak? Rasanya Sheila mau tertawa keras, bagaimana mungkin, ia saja sudah dinodai oleh Romo! Oleh sebab itu, ia rela berjanji demikian sebab merasa sudah tidak suci lagi. Mungkin jika pria lain yang akan menyentuhnya, ia akan langsung menolak mentah-mentah, tapi lain halnya dengan Ivan. Setelah menundukan kepala sebentar, Sheila kembali mendongak menatap Ivan. Namun, ia malah menghangat mendengar kalimat Ivan yang begitu menjunjung tinggi martabat dirinya. Entah kenapa, ia malah rela
Jangan-jangan... Pantas saja Sheila mengajak dirinya bertemu di kamar hotel, bukan di tempat lain! Namun Ivan tidak menyela pembicaraan, membiarkan rekan guru wanitanya itu menyelesaikan kalimatnya. Setelah terdiam sejenak, Sheila kembali bicara, "Meskipun kamu sempat terlintas di benakku waktu itu sebagai orang yang kemungkinan besar akan datang menyelamatkanku, tapi aku tidak menyangka kalau hal itu benar-benar menjadi kenyataan," Di titik ini, Ivan mengusap muka dengan kasar seraya mengedar pandangan ke sekeliling. Mendadak, Ivan teringat kejadian ia yang terjebak bersama Susan di kamar hotel sewaktu wanita itu terpengaruh obat perangsang dan meminta dirinya untuk melepaskan pengaruh obat tersebut dengan cara berhubungan badan. Dan kini ia harus mengalami hal yang sama lagi? Bedanya, wanita ini hendak menyerahkan dirinya untuk ia sentuh! Sewaktu terjebak bersama Susan, jika bukan karena terpaksa sebab mengharuskan ia menuruti permintaan Susan untuk melepaskan pengaruh
"Katanya kamu ingin cepat-cepat pulang dan bermesraan denganku, sayang—" Mendengar itu, Susan mendecakan lidah, "Ivan, jangan bercanda, jangan mengalihkan pembicaraan. Aku lagi serius. Jawab pertanyaanku sekarang... siapa kamu sebenarnya, hah!?" potong Susan kesal. Usai berkata, Susan berjalan menuju ke arah sofa dan menjatuhkan diri di sana. Ivan tidak kunjung menjawab, ikut duduk di sofa, di hadapan sang istri kontraknya yang tampak begitu frustasi. Tak sabar. "Aku adalah anak dari Bu Yuni dan Pak Joko yang memang dari keluarga biasa-biasa saja. Bahkan miskin—" jawab Ivan setelah terdiam sebentar. Mendengar jawaban Ivan, Susan kembali mendecak, "Itu aku juga tahu Ivan! Masalahnya adalah kenapa kamu yang berasal dari keluarga miskin itu tiba-tiba memiliki banyak uang dan memiliki Lamborghini?!" "Dari mana kamu mendapatkan uang sebanyak itu? Kapan kamu membeli Lamborghini itu? Selama ini Lamborghinimu kamu tempatkan di mana? Kenapa baru sekarang kamu memperlihatkan Lamborg