Susan menatap teman-teman lamanya satu persatu dengan tajam. Lalu, ia mendengus dingin, "Kalian menghina Ivan, itu sama saja dengan kalian menghinaku!" Mendengar nada yang begitu menggelegar keluar dari mulut Susan, semua orang kompak terkejut. Susan membela suami miskinnya? Susan tidak terima mereka menghardik Ivan? Terang saja mereka menjadi bingung sekaligus heran. Namun, mereka tidak akan menyerah untuk menyadarkan Susan. Mereka tidak setuju jika Susan memiliki suami seorang guru miskin. Benar-benar tidak rela! "Sadar lah, Susan! Apa yang kamu harapkan dari suami miskinmu ini! Percaya pada kami, dia tidak akan bisa membuatmu bahagia!" "Benar, Susan. Kamu itu dari keluarga terpandang, seorang CEO, tidak pantas mendapatkan pria biasa sepertinya! Memangnya kamu tidak malu apa?!" "Keluargamu pasti juga tidak sudi memiliki menantu miskin seperti Ivan. Tentu dia akan menjadi aib bagi keluargamu!" "Kami semua peduli padamu, Susan. Kami ingin kamu sadar bahwa keputusanmu
Ucapan Ivan yang begitu menohok, terdengar menjengkelkan di telinga membuat mereka menjadi semakin tidak suka dengan pria itu. Berani sekali guru miskin itu memperingati mereka? Kalau saja Susan tidak membelanya, mereka sudah pasti akan langsung memberi pelajaran kepada Ivan. Tanpa mempedulikan orang-orang yang tengah mengirimkan sinyal permusuhan, Ivan meraih tangan Susan dan menggenggamnya erat. Berniat menguatkan. Demi meyakinkan semua orang, Susan membiarkan Ivan melakukan hal tersebut. Di saat ini, Susan malah tersentuh dengan pembelaan Ivan barusan. Pada saat bersamaan, jantungnya tengah berdegup kencang. Juga merasa tenang dan damai. Ya Tuhan. Perasaan apa yang sedang aku rasakan ini? Kenapa hatiku menghangat saat dibela Ivan? Pikir Susan. Kala memikirkan hal itu, mata Susan melebar. Jangan-jangan... Akan tetapi, Susan buru-buru menghalau pikirannya. Belum siap sekarang. Juga tidak sepenuhnya yakin. Setelah itu, Susan baru sadar bahwa ia mengutarakan unek-un
Hal tersebut membuat Susan dan Ivan mengurungkan niat hendak pergi, berbalik badan, tampak Rasya tengah menatap keduanya dengan memasang ekspresi wajah buruk. Yang barusan berseru lantang menahan mereka berdua tak lain adalah pria itu. Sambil mendengus dengan gigi gemeretak, mulut Rasya kembali bicara, "Karena aku akan menantang duel minum suami keremu itu, Susan!" Sontak saja, Susan terperanjat! Mencerna perkataan Rasya dalam sepersekian detik, lantas menggeleng. "Kamu sudah gila, Rasya! Kamu menantang Ivan duel minum?" seru Susan hendak memastikan ia tidak salah dengar yang langsung diiyakan oleh mantannya tersebut. Susan seketika langsung murka. Disaat yang sama, menjadi cemas sebab sudah pasti Ivan akan kalah. Bagaimana tidak, Ivan adalah seorang guru yang mana pernah minum-minum. Apalagi ini diajak duel minum? Jelas akan langsung mabuk berat! Tepar! Ivan sendiri tengah balik menatap Rasya dengan memicingkan mata. Pada saat yang sama, rahangnya mengeras, tampak mem
Kini pelayan hotel tengah mengangkat meja ke atas panggung, kursi dan menaruh botol-botol minuman langka yang mahal harganya. Mempersiapkan tempat yang akan digunakan untuk duel minum antara Rasya dan Ivan. Rasya menjatuhkan diri di salah satu kursi itu lebih dulu, lalu mengangkat botol-botol minuman itu, memamerkan kepada para tamu. Juga ia menjelaskan harga, kualitas, sejarah dan lain sebagainya. Pada intinya, minuman-minuman itu sangat mahal dan langka. Hanya bisa dibeli dan diperuntukan oleh orang-orang kaya. Setelah itu, suara para tamu bergemuruh riuh disertai tepuk tangan. Dibawah cemoohan dan sorakan penuh penghinaan, Ivan melangkah tenang menuju ke arah panggung. Sementara Susan deg-deg an melihat Ivan maju ke depan. Tiba-tiba, ia ditarik paksa oleh Davina untuk duduk menonton duel minum yang sebentar lagi akan berlangsung. Terpaksa, Susan duduk di kursi dengan gelisah. Tak siap menyaksikan Rasya mempermalukan Ivan di atas sana! Kini Ivan telah duduk di kursi
Ivan dan Rasya telah duduk di kursi masing-masing. Saling menatap tajam. Pelayan mulai menuangkan isi botol ke dalam dua sloki yang ada di hadapan mereka berdua dengan takaran yang sama. Duel minum pun dimulai! Dibawah seruan bergemuruh, tepuk tangan, Ivan dan Rasya mulai meraih sloki masing-masing dan menenggaknya. Dua sloki itu sama-sama tandas isinya, lalu mereka berdua kembali mengulangi hal yang sama. Sorak-sorai terus membahana, memuji sekaligus menyemangati Rasya. Sedangkan Ivan tentu saja dicecar ejekan dan cemoohan. Meskipun mereka sempat dibuat terkejut sebab Ivan tidak langsung mabuk. Tidak lama kemudian, mereka berdua telah menenggak beberapa kali sloki. Sudah beberapa kali pula pelayan menuangkan isi botol ke dalam sloki keduanya masing-masing ketika isinya telah habis. Namun, dari keduanya masih baik-baik saja. Di saat ini, Rasya baru tercengang. Begitu pula dengan yang lain. Kini para tamu menjadi kasak-kusuk, sebab begitu keheranan dengan Ivan. "Bagai
Ivan dan Rasya meraih botol masing-masing, lantas menenggak minuman itu dari botolnya langsung. Seketika ruangan itu kembali dipenuhi seruan, teriakan dan tepuk tangan. Sebab Ivan telah berhasil membuktikan diri tadi dengan tidak langsung mabuk setelah menenggak minuman beberapa sloki, para pendukung Ivan mulai berani menyemangatinya. Namun, semua orang harus dibuat terkesima, geleng-geleng kepala, melihat Ivan yang menenggak minuman dari botolnya langsung tanpa ragu, mulus dan terlihat santai. Bagaimana mungkin seorang guru miskin tahan minum dengan cara seperti itu? Bukannya cara minum seperti itu hanya bisa dilakukan oleh seseorang yang biasa dan jago minum? Kini perhatian semua orang mendadak fokus pada Ivan sepenuhnya, disertai kasak-kusuk, keheranan, bahkan ada pula yang menyebut Ivan keren. Beberapa menit kemudian, mereka berdua telah menandaskan isi botol minuman masing-masing. Tentu saja Rasya masih terlihat baik-baik saja. Namun masalahnya Ivan pun demikian. Ter
Sementara itu, Susan tengah terpelongo, membeku di tempat duduknya seraya menelan ludah susah payah. Wanita itu kini masih mencerna apa yang terjadi, bertanya-tanya, ia begitu shock sebab Ivan telah menghabiskan empat botol minuman—lebih banyak daripada Rasya. Dan yang lebih mengejutkannya lagi adalah Ivan tetap belum mabuk juga! Di titik ini, Susan teringat akan perkataan Ivan tadi yang ternyata benar. Menghembuskan napas berat, Susan menghempaskan punggung ke sandaran kursi, ia nyaris seperti orang yang linglung. Siapa Ivan sebenarnya? Benarkah dia hanya seorang guru biasa yang berasal dari keluarga miskin? Pikir Susan. Mengingat... "Sayang, kamu tidak perlu khawatir sekarang karena aku sudah minum lebih dari dua botol daripada mantan berengsekmu ini yang katanya jago minum, tapi sepertinya dia mau menyerah," tiba-tiba, Ivan berujar yang membuat lamunan Susan terbuyar dan menatapnya. Rasya mendengus dingin mendengar itu, "Aku tidak menyerah bajingan!" Ivan tergelak
Bukan kah seharusnya Wakil Presdir muda itu menenggak minuman lagi kalau masih kuat? Tapi apa yang malah dia lakukan? Ivan yang mendapati Rasya malah mempermasalahkan skill minumnya di depan semua orang cukup geram. Tapi dia masih menahan diri, bergeming di tempat duduk, menunggu respon dari mereka. Ia cukup tenang sebab ada orang-orang yang berpihak padanya. Ia tahu betul bahwa Rasya tengah berkilah sebab sudah tidak kuat menenggak minuman lagi. Benar saja, para pendukung Ivan langsung protes. Mengatai Rasya pengecut! Namun, Rasya tidak peduli. Pokoknya ia tidak mau menenggak minuman lagi, tapi ia juga tidak mau dianggap kalah dari Ivan. "Rasya... apa-apaan kau itu! Jelas-jelas Ivan itu jago minum. Cara minum Ivan itu sangat lah keren. Kami mengakui kehebatannya. Bahkan, dia bagaikan dewa minum. Tidak banyak orang yang bisa minum sebanyak itu dan masih dalam keadaan baik-baik saja setelahnya!" "Dan seharusnya kau itu minum lagi jika masih kuat!" "Apa kau sudah tidak ku
Sebab sudah memutuskan tidak akan menyentuh Sheila, Ivan buru-buru menggeleng tegas, "Aku tidak akan menyentuhmu, Sheila! Dirimu bukan milikku. Janjimu telah gugur. Kamu harus menjaga mahkota dan tubuhmu untuk calon suamimu kelak. Aku menyelamatkanmu itu tulus, ikhlas. Jika aku menyentuhmu, apa bedanya aku dengan Romo si bejat itu? Jadi, kenakan pakaianmu kembali!" Mendengar itu, Sheila merasa sangat tertampar. Tiba-tiba, wajah Sheila menjadi murung. Menjaga mahkota dan tubuh untuk suaminya kelak? Rasanya Sheila mau tertawa keras, bagaimana mungkin, ia saja sudah dinodai oleh Romo! Oleh sebab itu, ia rela berjanji demikian sebab merasa sudah tidak suci lagi. Mungkin jika pria lain yang akan menyentuhnya, ia akan langsung menolak mentah-mentah, tapi lain halnya dengan Ivan. Setelah menundukan kepala sebentar, Sheila kembali mendongak menatap Ivan. Namun, ia malah menghangat mendengar kalimat Ivan yang begitu menjunjung tinggi martabat dirinya. Entah kenapa, ia malah rela
Jangan-jangan... Pantas saja Sheila mengajak dirinya bertemu di kamar hotel, bukan di tempat lain! Namun Ivan tidak menyela pembicaraan, membiarkan rekan guru wanitanya itu menyelesaikan kalimatnya. Setelah terdiam sejenak, Sheila kembali bicara, "Meskipun kamu sempat terlintas di benakku waktu itu sebagai orang yang kemungkinan besar akan datang menyelamatkanku, tapi aku tidak menyangka kalau hal itu benar-benar menjadi kenyataan," Di titik ini, Ivan mengusap muka dengan kasar seraya mengedar pandangan ke sekeliling. Mendadak, Ivan teringat kejadian ia yang terjebak bersama Susan di kamar hotel sewaktu wanita itu terpengaruh obat perangsang dan meminta dirinya untuk melepaskan pengaruh obat tersebut dengan cara berhubungan badan. Dan kini ia harus mengalami hal yang sama lagi? Bedanya, wanita ini hendak menyerahkan dirinya untuk ia sentuh! Sewaktu terjebak bersama Susan, jika bukan karena terpaksa sebab mengharuskan ia menuruti permintaan Susan untuk melepaskan pengaruh
"Katanya kamu ingin cepat-cepat pulang dan bermesraan denganku, sayang—" Mendengar itu, Susan mendecakan lidah, "Ivan, jangan bercanda, jangan mengalihkan pembicaraan. Aku lagi serius. Jawab pertanyaanku sekarang... siapa kamu sebenarnya, hah!?" potong Susan kesal. Usai berkata, Susan berjalan menuju ke arah sofa dan menjatuhkan diri di sana. Ivan tidak kunjung menjawab, ikut duduk di sofa, di hadapan sang istri kontraknya yang tampak begitu frustasi. Tak sabar. "Aku adalah anak dari Bu Yuni dan Pak Joko yang memang dari keluarga biasa-biasa saja. Bahkan miskin—" jawab Ivan setelah terdiam sebentar. Mendengar jawaban Ivan, Susan kembali mendecak, "Itu aku juga tahu Ivan! Masalahnya adalah kenapa kamu yang berasal dari keluarga miskin itu tiba-tiba memiliki banyak uang dan memiliki Lamborghini?!" "Dari mana kamu mendapatkan uang sebanyak itu? Kapan kamu membeli Lamborghini itu? Selama ini Lamborghinimu kamu tempatkan di mana? Kenapa baru sekarang kamu memperlihatkan Lamborg
Rasya dan para pendukungnya harus tahu hal ini! Maka, mereka pun menahan Ivan dan Susan untuk jangan pulang dulu. Terpaksa, mereka berdua menurut. Alamat akan terjadi kehebohan lagi! Lalu, salah satu dari mereka menghubungi salah satu para pendukung Rasya yang semuanya masih berada di atas. Tidak lama kemudian, beberapa teman-teman lama Susan telah muncul. Tidak semua. Juga Rasya tidak ikut bersama mereka karena dia buru-buru dilarikan ke rumah sakit untuk segera mendapat pertolongan. Luka yang didapatkan akibat pukulan Ivan begitu serius! Seketika orang-orang itu langsung memberitahu mereka bahwa Ivan memiliki Lamborghini dan menunjukan surat-surat bukti kepemilikan Lamborghini itu atas nama Ivan. Sontak saja, teman-teman Susan bereaksi sama seperti orang-orang itu sebelumnya. Benar saja, kehebohan kembali terjadi di area parkiran hotel tersebut. Saking shocknya untuk membuktikan kebenaran, mereka bahkan sampai mengecek berulang-ulang. Tentu mereka tidak masalah den
Hal tidak terduga kembali terjadi untuk kesekian kali, Ivan berhasil membuat semua bodyguardnya Rasya KO! Satu bodyguard telah Ivan habisi lebih dulu yang kini tergeletak di lantai tidak sadarkan diri ; pingsan. Dua orang lagi ditendang Ivan hingga terpental menabrak ke meja tamu. Ivan mengakhiri pertarungan itu dengan sebuah pukulan tepat di ulu hati dua bodyguard tersisa. Suara keduanya pun seketika menggema di seluruh ruangan. Kini mereka berdua tengah meraung dan berguling-guling di lantai. Satu tangan keduanya sama-sama patah. Setelah itu, segalanya mendadak senyap. Semua orang kompak membuka mulut lebar-lebar ke arah Ivan. Mendapati kekalahan bodyguardnya, Rasya murka bukan main. Namun ia sudah tidak berdaya, tidak tahu harus membalas Ivan dengan cara apa lagi. Bagaimana tidak, keadaan dirinya pun sudah mengenaskan akibat keganasan pria itu tadi. Juga ia yang sudah malu dengan semua orang. Kini harga dirinya benar-benar telah jatuh ke dalam jurang yang paling dal
Namun, tentu saja Ivan akan membalas, balik menyerang Rasya. Kini Ivan tengah menatap Rasya dengan tersenyum miring seraya menyeka sudut bibirnya yang berdarah dengan santai, giliran Ivan yang merangsek maju, melayangkan pukulan di wajah pria tersebut. Dalam sekejab, situasi telah berbalik! Rasya yang tidak menduga Ivan akan balas menyerang tidak mampu melindungi diri. Dan ketika mau membalas, tak sempat sebab pukulan Ivan sangat cepat. Juga tanpa jeda. Melihat hal itu, seruan desakan dari pendukung Ivan dan Susan pun terdengar saling bersahut-sahutan. "Ayo! Hajar Rasya, Van!" "Dia pantas diberi pelajaran!" Susan sendiri menyeringai, bersikap tenang menyaksikan hal tersebut, mendukung apa yang dilakukan Ivan sepenuhnya sebab Rasya memang pantas diberi pelajaran! Sementara pendukung Rasya panik. Menyuruh Rasya untuk melawan Ivan balik. BUGH! BUGH! BUGH! Kini Ivan terus mencecar wajah Rasya dengan pukulan. Gerakan Ivan yang begitu cepat tidak memberikan jeda sedik
Beberapa saat kemudian... Lagi-lagi, semua orang harus dibuat terkejut. Bagaimana tidak, ketika Manager hotel kembali ke ruangan tempat diadakannya acara reuni itu, dia mengatakan jika pembayaran berhasil. Saldo yang ada di dalam kartunya Ivan cukup untuk membayar total biaya reuni sebesar 295 juta. Seketika ruangan tersebut menjadi riuh oleh orang-orang yang langsung ribut. Susan kaget sejadi-jadinya, bak disambar petir di siang bolong! Kini semua orang menjadi bertanya-tanya. Kenapa Ivan memiliki banyak uang? Dari mana dia mendapatkan uang itu? Di titik ini, mereka menduga bahwa uang itu adalah milik Susan. Alhasil, mereka mencecar Susan dengan pertanyaan. Susan yang merasa itu bukan uangnya langsung buru-buru membantah, "Kalian tidak melihatku yang panik sekali tadi? Aku sendiri saja shock, tidak percaya kalau Ivan akan dapat membayarnya. Aku pikir, dia berbohong tadi!" "Asal kalian tau saja, aku sendiri sedang tidak memiliki cash sebanyak itu! Dan kalau pun aku p
Namun, yang terjadi selanjutnya diluar dugaan! Ivan mematahkan kartu itu! Terang saja hal tersebut membuat semua orang terkejut bukan main. Senyum lebar di wajah Rasya dan para pendukungnya mendadak pudar. Alhasil, mereka berseru-seru marah. "Apa kau sudah gila, Ivan!" "Di dalam kartu itu terdapat uang 500 juta dan kau patahkan begitu saja!?" "Bodoh kau, Ivan! Bodoh sekali! Tidak punya otak kau!" "Kau pikir, kartu itu mainan, yang bisa kau patahkan seenak jidatmu! Di dalam kartu itu berisi uang! Kau benar-benar... " "Bisa-bisanya seorang pria bodoh sepertimu menjadi guru?!" Ivan tidak menghiraukan hardikan mereka yang begitu nyaring di telinga, malah tertawa puas dalam hati. "Aduh, aku tidak sengaja mematahkan kartunya, gimana dong ini?" balas Ivan seraya memasang wajah tertekuk. Mendapati Ivan bersikap demikian, semua orang tahu kalau Ivan sengaja mematahkan kartunya. Bukan tidak sengaja. Demikian, sepertinya Ivan menolak pemberian uang dari Rasya. Namun se
"Kau harus sujud di kakiku sambil meminta maaf dan menggonggong layaknya seekor anjing," ucap Rasya seraya tersenyum penuh kemenangan. Seketika wajah Ivan berubah. Susan sendiri terkejut, begitu pula dengan yang lain. Kasak-kusuk pun terdengar, membicarakan Rasya yang dianggapnya sangat keterlaluan. Setelah sebelumnya Rasya hendak merebut Susan dari Ivan, duel minum, hingga Rasya tidak mau mengakui kekalahan. Dilanjut menjebak Ivan dan sekarang?! Kini mereka benar-benar dibuat jengkel oleh kelakuan Rasya. Sementara itu, Susan mendelik, "Apaan! Sudah jelas-jelas kalau kau yang menjebak Ivan!" bentak Susan menggelegar. Terang saja Rasya geregetan bukan main sebab Susan yang begitu pintar. Puas menghardik Rasya, Susan beralih menatap Manager hotel yang langsung menundukan kepala, merasa bersalah dengan apa yang ia lakukan kepada Ivan tadi. Apalagi saat tahu jika Susan adalah CEO Malice Inc—yang perusahaannya telah diakuisisi oleh Graha Group! Hal tersebut membuat