Share

BAB 5

Author: LaSheira
last update Last Updated: 2025-03-21 11:57:06

Aleana Munaf, begitulah gadis itu bernama. Satu-satunya keluarga Ale, yang ia sayang dan akan ia lindungi. Ana, begitulah dia dipanggil. Bola mata yang lebar dan jernih, rambut panjang sehitam langit malam. Lurus jatuh terburai di bahunya. Bulu mata lentik itu mengerjap menanti jawaban dari kakak laki-lakinya.

Glek, Aleando menelan ludah panik. Mau pura-pura minum tapi botol ditangannya sudah dia remas. Akhirnya hanya berdehem pelan. Mengarang adalah hal terbaik yang bisa dia lakukan sekarang.

"Aku pergi kencan." Memalingkan wajah sambil mengusap-usap meja. Sedang menutupi kebohongan.

Ana menggelengkan kepala sambil mengeryit.

"Kenapa Kak Ale nggak sekalian bilang di depan toko roti turun hujan salju, aku pasti lebih percaya itu." Sang adik yang paham betul kalau kakaknya sedang berbohong.

"Cih. Memangnya aku nggak boleh berkencan." Menuding kesal dengan botol yang sudah di remasnya. Ana tergelak berjalan mendekati Ale, mengacak rambut kakaknya yang sedang dia jatuhkan ke atas meja. Gadis itu berjalan menuju kulkas, melihat Ale dengan ekor matanya. Kak Ale adakah kakak yang menggemaskan, baik hati tapi tidak punya pacar. Terakhir dia pacaran dulu, sewaktu kuliah. Selepas itu Ale sama sekali tidak pernah membicarakan tentang pacar. Karena waktunya ia habiskan untuk adik dan toko roti. Karena itu, dia pergi berkencan adalah kebohongan paling besar di muka bumi ini yang dipercayai Ana.

"Aku malah senang kalau Kak Ale kencan tahu, biar aku segera punya kakak ipar." Membuka kulkas, ada buah stroberi, dia ambil dan dibawanya duduk. "Apa ada masalah di toko Kak?" Mendelik saat Ale sudah membuat gerakan tangan sebagai isyarat kalau semua baik-baik saja. "Jangan mencoba menutupinya, Kak Ale sudah janji kan kita tidak akan punya rahasia."

Hembusan nafas berat terdengar. Aleando belum sanggup untuk mengatakan, apalagi perihal pertemuannya dengan Argen. Namun, dia pun paling tidak bisa menyembunyikan apa pun dari adiknya.

"Sebulan ini pemasukan toko semakin menurun. Kakak bahkan harus memakai tabungan pribadi untuk membayar pinjaman bank." Suara Aleando getir terdengar. Masih tiga tahun lagi, pinjaman bank yang dulu dipakai untuk pembelian bangunan toko roti. "Belum lagi gaji karyawan, rasanya." Bahkan tanpa perlu dijelaskan lebih lanjut Ana bisa merasakan beratnya beban di pundak kakak ya.

"Maaf ya Kak, gara-gara aku yang minta Kak Ale mempertahankan toko ayah dan ibu." Ana meletakkan lagi stroberi yang sudah ada di tangannya. "Padahal Kak Ale bisa bekerja di perusahaan besar sekelas Domaz Group, tapi malah."

Aleana memang memiliki peran besar dalam keputusan Aleando. Selain janji pada ayah dan ibunya, gadis kecil itu memohon pada kakaknya agar jangan menyerah dengan toko roti. Berjuta kenangan manis ada di sana, hingga dia tidak rela tempat itu menghilang tanpa jejak.

"Kau ini bilang apa si." Menggoyangkan tangan di kepala adiknya. "Kakak kan memang yang mau melakukan itu karena janji kakak pada ayah."

Keduanya sejenak terdiam. Bayangan ayah dan ibu yang sedang bekerja di toko roti terbias nyata dalam ingatan mereka masing-masing. Semua membahagiakan, hanya ada senyum, hanya ada cerita dan tawa.

"Apa aku cuti kuliah dan membantu Kak Ale?" Ana tiba-tiba bersuara.

"Jangan macam-macam kamu ya." Langsung menghardik adiknya.

"Apa aku kerja paruh waktu sepulang kuliah Kak?" Mencari alternatif lain.

"Mau aku gaji berapa perjam?"

Wajah Aleana manyun, Kak Ale memang melarangnya kerja paruh waktu. Semakin fokus kuliah, semakin cepat lulus, itu jauh lebih membantu katanya. Kalau mau bekerja, lakukan setelah lulus kuliah. Mereka sudah sangat bersyukur tidak harus memikirkan biaya kuliah karena Ana mendapatkan beasiswa. Perkataan Ale akhirnya membuat Ana pun urung mencari kerja paruh waktu.

"An..." Panggilan Ale menggantung. Dia ragu mengatakannya. Ana menanti lagi-lagi dengan mata mengerjap, antusias. Kali ini sudah makan lagi stroberi yang ada di depannya. "Kalau ada yang mau membantu dana untuk toko, tapi memberi syarat pernikahan bagaimana menurutmu."

"Dasar gila!" Menyalak marah.

"Hei, kau tidak boleh memaki orang." Padahal Ale sendiri sudah beberapa kali memaki Argen gila, walaupun cuma dalam hati.

"Dia mau menukar Kak Ale untuk perjanjian bisnis! Siapa orang gila itu Kak?" Berapi-api marah. Kak Ale adalah laki-laki luar biasa bagi Ana, siapa yang berani mengajukan syarat semacam itu pada orang sebaik Kak Ale pikir Ana.

Pasti dia orangtua kejam yang memandang rendah Kak Ale kan. Padahal kakakku itu orang paling hebat di bumi ini.

Ya, ya, terserah kamulah An. Wkwkwk. Salah paham Ana berfikir kalau tawaran pernikahan itu untuk kakaknya.

"Benar, pasti gila kan, gila, kalau aku setuju itu lebih gila lagi." Sudahlah, Aleando akan mencari cara lain, walaupun itu akan menguras isi tabungannya sekalipun. Itu jauh lebih baik daripada tawaran Argen.

Pinjaman bank, mungkin itu yang paling memberatkan. Beban paling besar pengeluaran setiap bulan toko. Tabungan yang mereka miliki masih bisa dipakai menutupi sampai beberapa bulan ke depan. Tapi kalau omset toko semakin anjlok seperti ini. Entah bagaimana nasib toko selanjutnya.

Ale bahkan takut untuk sekedar membayangkan.

Suara Ana memecah lamunan Ale.

"Apa Kak Ale mengenal wanita itu? Dia baik? Dia cantik?" Walaupun tidak suka, namun Ana penasaran seperti apa wanita yang ingin dinikahkan dengan kakaknya.

Hah! Aku belum bilang ya kalau tawaran menikah itu bukan untukku. Aleando semakin terlihat muram.

"Kenapa Kak?"

"Bukan aku."

Ana menaikkan alis mata, berfikir, kalau bukan Kak Ale, berarti. Deg, hatinya langsung berdegup. Berarti tawaran pernikahan untukku kan gumamnya.

Dasar gila! Ini lebih gila lagi. Memang siapa yang mau menikah. Aku kan masih sekolah juga.

Entah kenapa wajah Ana menjadi lebih muram, karena rasanya beban itu berpindah ke pundaknya.

"Sudahlah, jangan dipikirkan, Kakak akan mencari cara yang lain. Maaf, malah menambah beban pikiranmu An, fokus pada kuliahmu saja jangan pikirkan toko roti." Aleando bangun, mendorong kursinya. Dia mau menyudahi semuanya. Mengubur tawaran tidak masuk akal Argen. Baru saja berjalan dua langkah, Ana juga ikut berdiri mengikutinya.

"Siapa dia Kak, orang yang mau membantu toko roti dengan syarat menikah denganku." Padahal Ana juga takut mendengarnya, tapi kepalang basah, pikirannya dihantui penasaran. Kenapa ada orang segila itu. "Kak."

"Sudahlah, istirahatlah." Ana berlari mendahului kakaknya, merentangkan tangan menjadi pembatas di pintu kamar kakaknya. "Jawab dulu Kak, siapa dia?"

Apa aku kenal dia, apa aku perlu memohon padanya, kalau jangan menikah dulu, bertunangan saja cukup. Pikiran Ana jadi berjalan kemana-mana, karena dia yang jadi tokoh utamanya sekarang.

Haduh, anak ini ya. Kalau sudah penasaran.

"Argen." Akhirnya menjawab, biar penasaran adiknya terpuaskan. Selesai sudah pikirnya. "Sudahlah jangan dipikirkan." Sudah menyentuh bahu Ana untuk menyuruhnya minggir. "Aku akan bilang padanya kalau ini bukan ide yang baik."

"Kak Argen, Kak Argen sahabat kakak? Kak Argen aku."

Bersambung

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Related chapters

  • Terjebak Asmara Tuan Argen    BAB 6

    Cih, bisa-bisanya kau bilang Kak Argen aku. Gumam Ale sedikit kesal. Bisanya kan cuma dia yang menempati posisi paling besar di hati Ana, dan panggilan manis itu hanya untuknya.Kak Ale aku, Kak Ale aku. Seharusnya itukan cuma aku. "Memang Argen siapa lagi. Sudah minggir." Masih sedikit sakit hati dengan panggilan Kak Argen aku."Aku mau!" Jawaban Ana langsung membakar kewarasan Aleando seperti percikan api yang berkobar."Kau sudah gila ya." Teriakan Ale memenuhi udara di rumah kecil ini. Padahal Ana dari tadi memaki, giliran nama Argen langsung mengiyakan tanpa berfikir begitu gumam Ale."Aaaa, Kak Ale kan tahu aku dulu bahkan melamar Kak Argen untuk menikah denganku kan.""Itu kan pas kamu masih SMP bocah." Telunjuk Ale menuding kening adiknya. Dulu Ana memang mengejar-ngejar Argen seperti fans mengejar idolanya, sampai mengajak Argen untuk menikah kalau sudah dewasa.Aleana mengusap keningnya sambil tertawa. Dulu, sekarang, dan sampai kapan pun aku masih berharap bisa menikah den

    Last Updated : 2025-03-25
  • Terjebak Asmara Tuan Argen    BAB 7

    "Aku nggak papa Kak, karena aku adik Kak Ale dia akan melindungiku kan, dari kakeknya, dari ibunya kalau tidak merestui. Pokoknya aku aman kan, karena aku adik Kak Ale."Sebenarnya kenyataan itu getir rasanya, namun itu sudah cukup bagi Ana. Karena kalau dia bukan adik Kak Ale, dia tidak akan punya kesempatan untuk sekedar bicara dengan Kak Argen."Bukankah ini kesempatan baik Kak, kita bisa menyelamatkan toko roti, aku menikah dengan laki-laki keren.""Ana!" Gusar sendiri Ale, karena adiknya masih berfikir seperti bocah."Hehe, ya Kak, bilang pada Kak Argen." Tawa Aleana merekah bak kelopak bunga. Ia tersenyum karena sekilas wajah Argen muncul di kepalanya. "Lagian toko roti yang di dekat tempat kita itu nggak enak juga tahu. Ihhhh aku sebel sama mereka kenapa buka di dekat tempat kita. Sudah tokonya besar, iklan dan promosinya kencang, harganya separuh dari harga kita lagi. Huaaaaa, mereka dapat bahan baku gratisan apa." Tiba-tiba menyulut murka teringat alasan toko roti keluarganya

    Last Updated : 2025-03-25
  • Terjebak Asmara Tuan Argen    BAB 8

    Kampus Aleana setelah gadis itu berhasil meyakinkan hati dan tidur dengan lelap semalam."Hei, jangan ganggu temanku!" Aleana menjejakkan kaki dengan keras di atas trotoar yang sedang dia pijak. Membuat suara marah untuk mengintimidasi.Dua laki-laki yang sedang berdiri mengapit seorang wanita menoleh berbarengan. Mereka terlihat panik saat melihat siapa yang baru bicara. Apalagi saat gadis itu menjejakkan kaki dengan suara yang lebih keras. Sebagai isyarat pengusiran."Ana! kami hanya menemani Amira, mengganggu apa. Ia kan Amira." Gadis yang diajak bicara hanya menggigit bibir lalu menjauh dengan cepat mendekat ke samping Ana. "Amira, kalau kau begitu kau bisa membuat Ana salah paham." Gadis bernama Amira tidak menjawab, menarik tangan Ana untuk menjauhi mereka tanpa sepatah kata pun terucap.Huaaaa, untung saja Ana datang. Dalam hati gadis itu menjerit senang."Awas ya, kalau aku liat kalian lagi. Hihhh." Gerakan meninju udara ditujukan untuk dua laki-laki itu, sambil berjalan mengi

    Last Updated : 2025-03-25
  • Terjebak Asmara Tuan Argen    BAB 9

    Dia adalah Argen Davino Wijaya, Presdir utama Domaz Group. Secara hukum dia tercatat sebagai ahli waris utama dari semua kekayaan yang dimiliki Domaz Group. Dia pun satu-satunya cucu yang dibanggakan kakeknya, Presdir pertama, pendiri Domaz Group.Hah! Argen mendesah di kursi mobil belakang. Menyandarkan kepala sambil melihat jendela kaca, pepohonan berlarian dengan cepat seirama laju mobil. Dia menghela nafas lagi.Dia memang cucu yang terlihat paling berharga dan disayangi kakeknya, orang lain yang melihat tampak luar tanpa menguliti rahasia terdalam Domaz Group pasti berfikir begitu. Namun, kakek bukanlah laki-laki yang setia hanya pada nenek saja. Entah bagaimana dia menghabiskan masa mudanya, namun dia memiliki beberapa istri simpanan yang juga melahirkan anak. Nenek Argen hanya memiliki satu anak laki-laki yaitu ayah Argen. Namun di luar sana, ada anak-anak kakek yang lainnya. Para paman yang selalu berusaha mencari kelemahan Argen jika ada sedikit saja kesempatan.Argen sudah b

    Last Updated : 2025-03-25
  • Terjebak Asmara Tuan Argen    BAB 10

    "Anda sudah datang Tuan Muda, silahkan masuk, Tuan sudah menunggu." Seorang laki-laki yang biasa dipanggil paman oleh Argen membukakan pintu. Di ruang kerja yang hanya bisa dimasuki penerus Domaz Group.Seorang laki-laki tua sedang duduk di sofa. Tubuh tinggi dan gagahnya sudah termakan usia. Namun, pancaran wibawa masa muda masih menyisa. Dia pasti tampan diusia mudanya."Anda terlihat sehat, saya datang untuk memberi salam."Kakek tua itu bergantian melihat Argen dan pengawal pribadinya. Terlihat dia tersenyum setelah melihat keduanya."Duduklah,""Terimakasih Kek."Argen mengambil duduk di depan sofa kakeknya, sementara pengawal pribadinya berdiri tiga langkah di belakang sofa."Apa dia masih berguna? Kalau kau tidak puas dengan pekerjaannya kau bisa membuangnya." Kata menyakitkan itu ditujukan untuk pengawal Argen. Argen terlihat menekan kuku jarinya ke tangan. Menahan geram.Padahal dia anjingmu.Kakek menghargai orang berdasarkan status sosial dan juga hasil pekerjaan mereka. Se

    Last Updated : 2025-03-25
  • Terjebak Asmara Tuan Argen    BAB 11

    Yang terjadi selama makan malam keluarga seperti apa yang tersusun dalam rencana Argen. Laki-laki itu menikmati keterkejutan semua orang. Sambil memperhatikan setiap perubahan mata orang yang melihatnya. Dia makan hidangan yang ada di piring di depannya.Kenapa melihatku begitu, kalau mau protes, pergi dan temui kakek sana. Ia, kalau kalian punya keberanian.Kakek yang mengumumkan pernikahan Argen secara langsung. Wajah -wajah tidak percaya itu menatap Argen penuh selidik. Mencoba mengulik rencana apa yang disimpan Argen. Tidak ada informasi apa pun yang mereka dengar sebelumnya. Baik dari informan, atau pun para pelayan sekali pun. Sekarang, tiba-tiba kakek mengumumkan pernikahan. Sudah seperti menangkap bom waktu di tangan mereka.Suara bising terdengar di pojokan menebak suasana hati kakek. Mereka baru terdiam saat kekek membuat dentingan keras dengan sendoknya."Semuanya harus hadir saat pernikahan Argen." Ini perintah tanpa terkecuali."Baik." Semua menjawab."Bantu Argen untuk m

    Last Updated : 2025-03-25
  • Terjebak Asmara Tuan Argen    BAB 12

    "Jangan kembali sebelum 30 menit, kau tidak mendengar." Semakin ketus nada suara Argen memenuhi udara di dalam mobil."Baik. Maafkan saya." Pintu tertutup pelan. Laki-laki itu berjalan cepat menuju restoran 24 jam. Argen masih melihatnya sampai dia menghilang di balik pintu. Cahaya terang restoran membuat Argen bisa melihat apa yang dilakukan pengawalnya. Dia membuang muka memilih melihat ke arah lain. Tidak perduli apa yang dilakukan pengawalnya.Cih, ini bukan karena aku menyukaimu, apalagi karena aku merasa bersalah. Aku hanya muak pada kakek yang sudah memukulmu dan membiarkanmu kelaparan bahkan sampai tengah malam begini.Ketukan di kaca mobil membuat Argen terlonjak."Sudah kubilang jangan kembali sebelum 30 menit!" Argen berteriak marah sambil menurunkan kaca mobil. "Memang kau sudah selesai makan?"Sialan kenapa aku malah bertanya lagi. Aku kan tidak perduli kau sudah makan atau belum.Pengawal Argen menundukkan kepala. Sekilas dia mengulum senyum. Lalu menyodorkan gelas denga

    Last Updated : 2025-03-25
  • Terjebak Asmara Tuan Argen    BAB 13

    Setelah terjaga dari mimpi sesaat, Argen jadi nostalgia dengan kenangan masa SMU. Sepanjang dia melangkah menaiki lift untuk sampai ke apartemennya. Ingatan itu semakin bermunculan.Lampu di rumahnya sudah menyala. Pengawalnya menundukkan kepala untuk berpamitan."Selamat istirahat Tuan Muda, sampai jumpa besok.""Tunggu!"Langkah kaki pengawal itu terhenti. Dia berbalik, memperhatikan apa yang dilakukan tuannya. Argen membuka lemari mencari-cari sesuatu. Meraih sebuah kotak putih. Berjalan menuju pengawalnya, menyodorkan kotak dengan acuh ke pelukan pengawalnya dengan mendorongnya sambil membuang muka."Obati lukamu."Ini bukan karena aku merasa bersalah denganmu ya. Hatinya sedang menyangkal.Wajah pengawal itu terlihat terkejut, namun segera tersenyum."Terimakasih Tuan Muda.""Pergi setelah kau selesai."Tidak perlu berpamitan dan menunjukkan wajah penuh terimakasih, aku tidak berduli padamu. Argen meninggalkan pengawalnya masuk ke dalam kamar.Sudah hampir jam tiga pagi, dia mel

    Last Updated : 2025-03-25

Latest chapter

  • Terjebak Asmara Tuan Argen    BAB 35

    "Cih, dia sombong sekali.""Karena hanya dia yang menikah dan dihadiri kakek langsung, dia sudah besar kepala.""Istrinya cantik juga, walaupun dari keluarga yang tidak punya apa-apa. Hahaha.""Jangan ganggu dia, kau tidak lihat kalung yang dipakai olehnya."Glek, mereka meneguk minuman masing-masing. Mereka tahu arti kalung itu bagi anggota keluarga Domaz Group. Para wanita yang ada dalam keluarga, bermimpi mendapatkan kalung itu. Entah itu anak, menantu, atau cucu kakek, semua menginginkannya "Ah, ikut aku. Aku kesal melihat wajah Argen yang tersenyum senang begitu." Mereka berjalan menuju tempat yang lebih sepi. "Sebentar lagi dia juga tidak akan bisa tersenyum sesenang itu, kalau dia harus menyelesaikan masalah pasokan stok buah yang tiba-tiba terhenti masuk ke supermarket.""Kita lihat, apa kakek masih akan membanggakannya.""Haha, membayangkan dia dituding tidak becus saja sudah membuatku senang."Para tikus yang bukannya bekerja keras dan menjilat kakek, malah hanya sibuk bers

  • Terjebak Asmara Tuan Argen    BAB 34

    "Gen," Nuansa sendu langsung tercipta saat suara lembut Ale terdengar. "Aku berikan Ana padamu, berjanjilah untuk membuatnya bahagia. Hiks." Kakak yang hatinya selembut donat itu mulai berkaca-kaca lagi. "Tolong jaga dia dan jangan membuatnya menangis.""Terimakasih sudah mengizinkanku menikah dengan adikmu." Suara tegas Argen menjawab.Para tamu sedang termangu melihat dua sahabat yang sedang berdialog dengan keharuan. Kakek menatap Argen dan Ale masih dengan pandangan penuh selidik. "Hiks maaf aku malah menangis di hari bahagia ini, berbahagialah adikku Ana." Ale mengusap kepala Ana dengan penuh kasih sayang. Lalu dia mendekati Argen dan meraih bahu laki-laki itu dalam pelukannya. Menepuk-nepuk bahu Argen. Menunjukkan sejauh apa kedekatan mereka.Melihat adegan mengharukan itu tanpa sadar ada yang bertepuk tangan. Akhirnya susul menyusul orang bertepuk tangan. Apalagi saat melihat tangan Argen yang menepuk bahu sabahatnya yang sekarang sudah menjadi kakak iparnya. Persahabatan yan

  • Terjebak Asmara Tuan Argen    BAB 33

    Ana memaksakan diri tersenyum. Saat Ana sedang menyamarkan kegelisahan hatinya dengan senyuman dan menutup telinganya, supaya tidak mendengar pembicaraan ibu dan grupnya, pintu ruang tunggu terbuka. Pengawal pribadi tuan besar masuk, menahan pintu, lalu tuan besar dan pelayan wanitanya masuk. Semua orang yang ada di ruangan langsung membeku diam. Ibu berdiri dengan tangan gemetar. Dulu, waktu dia menikah sekalipun, kakek tua itu tidak menunjukkan batang hidungnya di ruang tunggu. Seperti dia dilempar batu kekalahan."Ayah, ada apa ayah kemari?"Ibu mendekat, melihat Ana yang juga bangun dari duduk. Pengantin wanita itu terlihat pias, dia meraih tangan Rene dalam genggamannya. Memberinya ketenangan."Tuan besar membawa hadiah untuk calon istri Tuan Argen." Pelayan wanitanya yang bicara.Apa! Hadiah? Ana Semua orang saling pandang penuh keterkejutan. Apalagi ibu."Berikan padanya." Kakek bicara singkat."Baik Tuan." Pelayan wanita berjalan mendekati Ana, menyodorkan sebuah kotak ke dep

  • Terjebak Asmara Tuan Argen    BAB 32

    Kakek tua gila! Kau senang menciptakan ketegangan seperti itu dulu. Sebelum duduk mari memaki dulu, begitu hati Argen bicara."Terimakasih Tuan." Argen mendorong Ale ke tempat duduk. Dia malas mendengar ucapan terimakasih berkepanjangan yang pasti akan keluar dari mulut Ale. Kakek tidak pantas mendapatkan kehormatan mendapatkan kata terimakasih darimu. Itu terlalu berharga.Seperti yang sudah di duga, duduknya Ale di depan kakek langsung merubah suasana. Mereka sudah seperti kumbang yang berdengung. Benar yang dikatakan Miria mereka hanya merasa iri. Apalagi saat tuan besar memberikan kesempatan laki-laki itu duduk di depannya. Perasaan tidak terima semakin bermunculan. Para paman dan sepupu-sepupu Argen mengeram di pojokan. Mereka bahkan tidak pernah punya kesempatan duduk di depan tuan besar, apalagi ini di depan publik yang mendapat sorotan dan perhatian orang seperti ini. Tuan besar mantan Presdir Domaz Group menerima keluarga calon mempelai wanita, walaupun hanya pemilik toko r

  • Terjebak Asmara Tuan Argen    BAB 31

    Hari ini, akan merubah hidup banyak orang. Aleando berdiri dengan bola mata sembab, dia menangis dengan beragam alasan. Saat melihat Ana yang sedang merias diri. Setelah adiknya berganti pakaian, entah kenapa, wajah cantik itu membuatnya terpesona, bahagia, sekaligus bersedih secara bersamaan."Anda tidak apa-apa?" Miria mengulurkan sapu tangannya untuk menyeka ujung mata Ale.Maaf ya Tuhan, dia sedang menangis, tapi kenapa dia manis sekali. Aku jadi ingin mengusap kepalanya kan. Ekspresi tenang di wajah Miria, namun hati dipenuhi gejolak.Padahal Miria tidak pernah merasakan hal begitu pada adik-adiknya. Kenapa, karena kepribadian adiknya tidak ada manis-manisnya, prilaku adiknya tidak jauh dengannya dari pola hidup dan sikap. Dia bahkan tidak pernah melihat adiknya menangis atau melihat mereka bertampang imut dan memelas begitu.Lingkungan dia bekerja jauh dari hal yang menggemaskan seperti saat ini."Nona Miria, tolong jaga Ana ya. Hiks." Mengusap ujung matanya lagi. "Aku masih t

  • Terjebak Asmara Tuan Argen    BAB 30

    "Kau!" Mengeram pada Miria dengan kesal. "Ayo pergi!" Rene terperanjat ketika suara keras itu tertuju untuknya. Saat Angela sudah keluar dari ruangan VVIP dia harus membereskan sisa kejadian di tempat ini."Ma, maafkan Nona Angela, nona sekretaris, saya mewakili Nona Angela benar-benar minta maaf." Rene menundukkan tubuhnya dalam. Tetesan kopi jatuh ke lantai."Kenapa Kakak yang minta maaf." Ana bergerak cepat mendekat, menyentuh bahu Rene. Membuat gadis itu gelagapan mengangakat kepala. Ana mengusap wajah Rene dengan lembut, menghapus sisa noda kopi dengan kain basah yang dia minta dari pelayan toko. "Kakak kan sudah menerima siraman kopi melindungi saya, seharusnya saya yang minta maaf kan."Rene bahkan tidak bisa berkata apa-apa, saat gadis manis bertubuh mungil di depannya membersihkan noda kopi di pakaiannya."Terimakasih, Domaz Group akan membayar apa yang sudah Anda lakukan untuk Nona Ana, calon istri Tuan Argen." Miria mengantar Rene keluar dari ruang VVIP. Rene hanya bisa me

  • Terjebak Asmara Tuan Argen    BAB 29

    Ana buru-buru mengusir keluh kesah dan kegalauan hatinya. Dia sudah berjanji pada dirinya sendiri, untuk cukup mencintai Kak Argen dan tidak mengharapkan selain kak Argen memperlakukannya dengan baik."Maaf Nona Ana, bisa kita mulai." Ana yang tadi termangu mengagumi keindahan baju pengantinnya tersenyum malu."Maaf, saya malah melamun. Bajunya cantik sekali. Terimakasih atas kerja keras kalian semua." Ana menyusuri pakaian yang tergantung di manekin dengan tangannya."Terimakasih Nona, kami merasa bahagia dan terhormat karena Anda menyukainya. Silahkan berganti dalaman dulu Nona." Seorang pelayan membantu Ana, mendorong pembatas, untuk Ana melepas pakaiannya. Setiap melepas kancing bajunya Ana berdebar antusias.Aku deg, degkan. Aaaaaa!"Maaf Nona Ana, saya keluar sebentar, menjawab telepon Tuan Argen." Suara Miria terdengar di luar pembatas."Ia Kak." Langkah kaki Miria terdengar menghilang, hanya suara para pelayan toko dan pemilik toko. Ana sudah memakai dalaman putih, bahannya t

  • Terjebak Asmara Tuan Argen    BAB 28

    Di lain tempat, di waktu yang bersamaan dengan kejadian di taman kota.Ibu Argen berdiri di depan ruang tamu, pelayan wanita yang mengantarnya diam di depan pintu. Menoleh padanya."Kenapa Anda harus keras kepala seperti ini Nyonya, posisi Anda tidak akan tergantikan karena Anda adalah ibu tuan muda." Itu terdengar seperti kalimat merendahkan di telinga ibu. Namun ibu menahan diri karena wanita di depannya adalah pelayan pribadi kakek. Kakek sudah duduk di sofa ketika ibu masuk. Setelah sopan santun dan salam kakek mengizinkan ibu untuk duduk. Pelayan maupun pengawal pribadi kakek tidak beranjak dari tempatnya. Ibu meremas tangannya mengumpulkan keberanian."Apa Anda benar-benar mengizinkan Argen menikah dengan keluarga yang hanya memiliki toko roti?" Kakek terlihat tidak terkejut dengan pertanyaan menantunya."Padahal aku sudah bilang untuk jangan ikut campur soal pernikahan Argen." Suara kakek membuat mimik wajah ibu pias dan tertekan, semakin kuat kuku tangannya menekan. Supaya t

  • Terjebak Asmara Tuan Argen    BAB 27

    Setelah kepergian Ale "Terimakasih Ya Kak." Tiba-tiba Ana bersuara ketika Ale sudah jauh dari pandangan. "Sudah menjaga Kak Ale dan menjadi teman terbaik kakakku." Hubungan persahabatan kalian terlalu menggemaskan batin Ana. Bisa-bisa, aku bahkan cemburu dengan kakakku sendiri."Terimakasih sudah membantu kami menjaga toko Daisy. Toko itu sangat berharga untuk kami, banyak kenangan dan cinta ayah dan ibu di sana." Argen mencengkeram tangannya saat mendengar Ana bicara. Namun, segera ia gelengkan kepalanya. Semua yang dia lakukan juga untuk melindungi Ana. Kalau dia secara terang-terangan menunjukkan perasaannya pada Ana, dan kekek menolaknya. Argen tidak mau membayangkan, bahaya yang mengancam gadis yang ia sukai. Para paman bisa saja menargetkannya menjadi kelemahan terbesar Argen.Maaf, karena aku ingin memiliki. Lirih bisikan hati Argen."Kak, Kak Argen mendengarkan aku kan." Ana menyenggol bahu Argen."Hemmm."Ih, gemasnya, dia acuh tapi mendengarkan ku. Sepertinya budak cinta

Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status