Share

BAB 3

Author: LaSheira
last update Last Updated: 2025-02-18 15:06:43

Wajah Aleando masih berkerut. Memikirkan tawaran Argen untuk menikah dengan adik perempuannya.

Kenangan bagaimana persahabatan Aleandro dan Argen dimulai, persahabatan mereka sudah terjalin sejak mereka di SMA. Kembali muncul dengan jelas dipikiran Aleando.

Dulu, Aleando adalah spesialisasi ketua kelas. Sebagai ketua kelas dia bersikap layaknya ketua kelas yang baik dan bertanggung jawab. Menjalankan tugas-tugas umum di kelasnya dan juga berusaha menyatukan seisi penghuni kelas. Menyapa semua penghuni kelas. Tanpa terkecuali.

Dia satu kelas dengan Argen ketika kelas 2 SMU. Sewaktu kelas satu dia pernah mendengar desas desus tentang Argen yang ramai dibicarakan. Terutama oleh siswa perempuan. Hanya sebatas itu, dia baru melihat langsung dari dekat siswa yang paling banyak dibicarakan itu.

Argen anak yang dingin dan cuek, hanya menatap tanpa ekspresi kalau disapa. Jangankan menyapa balik, membalas sapaan hanya dia lakukan sekenanya. Tidak mau berbaur dengan murid yang lainnya. Dia membuat jurang lebar bagi siapa saja yang ingin mendekatinya. Namun dengan tidak tahu malu, Aleando berusaha mendekatinya. Sebagai tanggung jawab moral menjadi ketua kelas. Dia menimbun sedikit demi sedikit jurang lebar itu dengan sapaan dan senyuman. Walaupun belum pernah berhasil menembus benteng pertahanan Argen. Namun dia tak pernah surut langkah. Pantang menyerah sebagai ketua kelas yang kompeten. Begitulah optimisnya. Berbekal pengalaman menjadi ketua kelas di kelas satu.

Namun, suatu hari. Di suatu siang sepulang sekolah. Hubungan Aleando dan Argen seperti berubah arah. Berawal hanya dari tatapan diam Argen pada Aleando.

Kejadian hari itu.

"Kakak! Kak Ale!" Seorang bocah berseragam SMP berlari menghambur dalam pelukan Ale. Dialah adik semata wayangnya. Sekolah mereka memang terdiri dari SD, SMP dan SMA. Dalam satu kompleks, namun akses setiap tingkatan dibatasi. Hingga tidak bisa berinteraksi di dalam sekolah kecuali bertemu di tempat parkir dan gerbang sekolah.

"Kau menunggu kakak?" Aleando mengusap kepala adik perempuannya. Rambut pendek adiknya bergoyang tertiup angin.

"Ia, hehe. Belikan aku es cream Kak, di toko baru di dekat toko roti." Rengekan adiknya mengudara.

"Dih, pantesan nungguin, kalau ada maunya baru nungguin kakak. Biasanya langsung kabur." Usap-usap kepala adiknya lagi penuh sayang. Diiringi gelak tawa dari gadis kecil cantik dan ceria itu. Senyumnya merekah indah, menebarkan semangat bagi orang yang melihatnya. Dia gadis kecil yang cantik. "Ayo jalan, mau rasa apa?"

"Aku mau rasa stroberi, boleh pakai toping ya Kak. Haha." Maunya nambah banyak itu adek, tahu aja kalau disayang kakaknya. "Aku mau toping buah stroberi sama coklat."

"Dasar." Aleando mencubit pipi adiknya "Apa si yang nggak buat adikku ini." Baru saja mereka melangkah menuju trotoar keluar dari gerbang sekolah. Langkah kaki keduanya terhenti, saat melihat sebuah mobil. Apalagi saat melihat seseorang yang sedang melihat interaksi adik kakak itu. "Eh. Argen! Sudah mau pulang ya?" Aleando Lagi-lagi menyapa, melakukan perannya sebagai ketua kelas dengan baik.

Sebuah mobil sedang berhenti tepat di dekat mereka. Argen sedang melihat dengan jendela kaca yang terbuka. Setelah dipanggil Argen hanya melihat tanpa memberi reaksi dengan mimik wajah, apalagi menjawab dengan mulutnya. Beberapa detik kemudian dia menutup kaca mobil tanpa sepatah kata pun.

"Dasar! kenapa si dia pelit sekali menjawab sapaan orang?" Hanya bisa memandang kesal pada mobil yang semakin menjauh. "Untung aku ketua kelas berjiwa lapang." Besok Aleando pasti akan menyapa tanpa beban seperti biasanya.

"Kak Ale kenal sama kakak yang di dalam mobil?" Adik perempuannya yang beberapa saat tadi terbengong ketika melihat Argen menarik-narik tangan kakaknya.

"Hemm, dia teman sekelas ku. Argen."

"Haaa, jadi itu Kak Argen Davino Wijaya. Wihhh ganteng banget Kak. Teman sekelas ku pada heboh membicarakannya, katanya wajahnya tampan seperti artis idola. Huaaaa, ternyata benar-benar tampan. Kak Ale temenan sama dia. Wah hebat Kak Ale teman satu kelas idola sekolah. Wahhh, akhirnya aku melihat wujud pangeran sekolah ini secara langsung." Wajah dingin yang melihat di jendela mobil terngiang-ngiang di kepala gadis kecil itu.

Aleando hanya manyun, bagaimana anak sombong itu bisa menjadi idola seisi sekolah si, dia masih tidak habis pikir.

"Cih, dasar bocah, Kak Ale lebih tampan tahu. Lihat ini." Berpose memegang dagu, bergaya seperti model, lalu pegang rambut, sentuh bibir, seperti model sedang ganti banyak gaya.

"Ih, apa si, Kak Argen lebih tampan. Week." Berlari meninggalkan kakaknya dengan gelak tawa.

"Awas ya kamu, es creamnya nggak pake toping ya." Ale menyusul diiringi gelak juga. Mereka kejar-kejaran Sambil sesekali dorong-dorongan. Ale menangkap tas yang dilempar adiknya. Sudah disuruh traktir masih dijadikan budak membawakan tas pula oleh adiknya.

Sepertinya dari sejak itulah, hubungan Aleando dan Argen mengalami peningkatan di sekolah. Walaupun sampai hari ini pun Ale masih binggung, alasan apa yang membuat Argen membuka hati padanya.

Istirahat siang di sekolah kala itu, yang membuatnya terkaget-kaget.

"Al..."

Semua orang menoleh terkejut. Aleando sedang bicara dengan anak-anak laki-laki di kelas. Melihat Argen yang untuk pertama kalinya bicara duluan padanya. Orang yang paling hanya menjawab hemm, ia atau anggukan kepala memanggil namanya. Pandangan seisi kelas langsung tertuju padanya. Kok bisa begitu pasti teriakan di hati mereka. Protes kenapa yang dipanggil Ale bukan mereka.

"Ia, kenapa Gen?"

Masih ke arah bingung dan penasaran kenapa sampai Argen bicara duluan dengan ketua kelas. Isi kepala penduduk seisi kelas sedang berfikir keras.

"Aku lapar," ujar Argen pelan, dengan wajah sedikit acuh.

Ha! Terus? Aleando yang sedang kebingungan.

"Kau mau kekantin?" Akhirnya Aleando memperjelas kebingungannya dengan bertanya. Argen masih diam tidak menjawab. "Mau ngajak makan?" Ale bertanya lagi Argen tidak menjawab juga, namun dia membalik badan reflek Ale mengejar dibelakang ya.

Dih, lagi kesambet apa si dia. Tiba-tiba ngajak orang makan di kantin.

Sepanjang perjalanan mereka ke kantin semua mata ikut memandang. Bahkan ada yang berani memanggil-manggil Argen. Namun seperti tidak mendengar, bocah itu acuh berjalan dengan percaya diri.

"Hei, gila, itu Aleando si ketua kelas kan."

"Apa mereka berteman?"

"Entahlah, biasanya Argen kan selalu sendirian. Wahhh aku juga mau menyapanya."

"Gila! Diakan anak si tukang roti itu kan, kok bisa dia dekat dengan Argen."

"Ia, aku pernah beli ditokonya, ayahnya senang banget waktu aku borong rotinya. Haha."

"Tokonya cuma toko kecil kan. Cih."

Dibalik hujatan pada Aleando, banyak yang merasa iri hati. Kenapa bukan mereka yang ada di samping Argen sekarang. Bahkan ada diantara anak-anak itu yang mendapat mandat untuk berteman dengan Argen dari para orangtua mereka. Ada yang sampai dijanjikan uang jajan berlipat ganda kalau bisa menjadi teman Argen. Mereka biasanya adalah rekan bisnis orang tua Argen. Atau anak-anak pemilik perusahaan yang ingin membuat relasi melalui anak-anak mereka. Namun jangankan berteman, sapaan mereka terkadang hanya dianggap angin lalu oleh Argen.

Seperti itulah persahabatan yang aneh antara Aleando dan Argen. Dua orang yang sangat berbeda karakter dalam semua hal. Ale pernah memikirkannya semalaman kenapa sikap Argen berubah padanya. Tapi tetap tidak menemukannya sejauh apa pun ia memikirkan. Pernah dia menanyakannya, namun hanya mendapat jawaban tatapan tidak suka Argen karena dikorek isi hatinya. Membuat Ale akhirnya bodo amat dengan alasan sebenarnya Argen.

Bersambung

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Related chapters

  • Terjebak Asmara Tuan Argen    BAB 4

    Dia hanya berkesimpulan, mungkin karena ketulusannya sebagai ketua kelas yang kompeten telah menyentuh hati Argen. Membuat laki-laki itu berubah sikap padanya.Hubungan mereka pun semakin membaik. Argen sering kali mampir ke toko roti atau ke rumah Aleando. Terkadang mereka pulang bertiga dengan adik perempuan Aleando. Naik mobil Argen tentunya.Argen diterima dengan baik oleh orangtua Aleando. Mungkin yang membuat Argen nyaman, orangtua Aleando tidak pernah menanyakan siapa Argen. Siapa keluarganya, apa pekerjaan orangtuanya. Bahkan Adiknya sudah seperti fans paling beruntung di muka bumi ini.Namun ternyata putaran nasib berkata lain. Tak selalu seindah rencana mereka. Setelah kelas tiga SMU Argen menjadi jarang datang ke sekolah. Kalaupun datang, sepulang sekolah dia akan langsung pulang tidak pernah lagi mampir ke toko ataupun rumah Aleando. Kondisi kesehatan ayahnya yang kabarnya memburuk menjadi perubahan besar dalam hubungan mereka. Argen yang harus memulai pendidikan penerus k

    Last Updated : 2025-03-21
  • Terjebak Asmara Tuan Argen    BAB 5

    Aleana Munaf, begitulah gadis itu bernama. Satu-satunya keluarga Ale, yang ia sayang dan akan ia lindungi. Ana, begitulah dia dipanggil. Bola mata yang lebar dan jernih, rambut panjang sehitam langit malam. Lurus jatuh terburai di bahunya. Bulu mata lentik itu mengerjap menanti jawaban dari kakak laki-lakinya.Glek, Aleando menelan ludah panik. Mau pura-pura minum tapi botol ditangannya sudah dia remas. Akhirnya hanya berdehem pelan. Mengarang adalah hal terbaik yang bisa dia lakukan sekarang."Aku pergi kencan." Memalingkan wajah sambil mengusap-usap meja. Sedang menutupi kebohongan.Ana menggelengkan kepala sambil mengeryit."Kenapa Kak Ale nggak sekalian bilang di depan toko roti turun hujan salju, aku pasti lebih percaya itu." Sang adik yang paham betul kalau kakaknya sedang berbohong."Cih. Memangnya aku nggak boleh berkencan." Menuding kesal dengan botol yang sudah di remasnya. Ana tergelak berjalan mendekati Ale, mengacak rambut kakaknya yang sedang dia jatuhkan ke atas meja. G

    Last Updated : 2025-03-21
  • Terjebak Asmara Tuan Argen    BAB 6

    Cih, bisa-bisanya kau bilang Kak Argen aku. Gumam Ale sedikit kesal. Bisanya kan cuma dia yang menempati posisi paling besar di hati Ana, dan panggilan manis itu hanya untuknya.Kak Ale aku, Kak Ale aku. Seharusnya itukan cuma aku. "Memang Argen siapa lagi. Sudah minggir." Masih sedikit sakit hati dengan panggilan Kak Argen aku."Aku mau!" Jawaban Ana langsung membakar kewarasan Aleando seperti percikan api yang berkobar."Kau sudah gila ya." Teriakan Ale memenuhi udara di rumah kecil ini. Padahal Ana dari tadi memaki, giliran nama Argen langsung mengiyakan tanpa berfikir begitu gumam Ale."Aaaa, Kak Ale kan tahu aku dulu bahkan melamar Kak Argen untuk menikah denganku kan.""Itu kan pas kamu masih SMP bocah." Telunjuk Ale menuding kening adiknya. Dulu Ana memang mengejar-ngejar Argen seperti fans mengejar idolanya, sampai mengajak Argen untuk menikah kalau sudah dewasa.Aleana mengusap keningnya sambil tertawa. Dulu, sekarang, dan sampai kapan pun aku masih berharap bisa menikah den

    Last Updated : 2025-03-25
  • Terjebak Asmara Tuan Argen    BAB 7

    "Aku nggak papa Kak, karena aku adik Kak Ale dia akan melindungiku kan, dari kakeknya, dari ibunya kalau tidak merestui. Pokoknya aku aman kan, karena aku adik Kak Ale."Sebenarnya kenyataan itu getir rasanya, namun itu sudah cukup bagi Ana. Karena kalau dia bukan adik Kak Ale, dia tidak akan punya kesempatan untuk sekedar bicara dengan Kak Argen."Bukankah ini kesempatan baik Kak, kita bisa menyelamatkan toko roti, aku menikah dengan laki-laki keren.""Ana!" Gusar sendiri Ale, karena adiknya masih berfikir seperti bocah."Hehe, ya Kak, bilang pada Kak Argen." Tawa Aleana merekah bak kelopak bunga. Ia tersenyum karena sekilas wajah Argen muncul di kepalanya. "Lagian toko roti yang di dekat tempat kita itu nggak enak juga tahu. Ihhhh aku sebel sama mereka kenapa buka di dekat tempat kita. Sudah tokonya besar, iklan dan promosinya kencang, harganya separuh dari harga kita lagi. Huaaaaa, mereka dapat bahan baku gratisan apa." Tiba-tiba menyulut murka teringat alasan toko roti keluarganya

    Last Updated : 2025-03-25
  • Terjebak Asmara Tuan Argen    BAB 8

    Kampus Aleana setelah gadis itu berhasil meyakinkan hati dan tidur dengan lelap semalam."Hei, jangan ganggu temanku!" Aleana menjejakkan kaki dengan keras di atas trotoar yang sedang dia pijak. Membuat suara marah untuk mengintimidasi.Dua laki-laki yang sedang berdiri mengapit seorang wanita menoleh berbarengan. Mereka terlihat panik saat melihat siapa yang baru bicara. Apalagi saat gadis itu menjejakkan kaki dengan suara yang lebih keras. Sebagai isyarat pengusiran."Ana! kami hanya menemani Amira, mengganggu apa. Ia kan Amira." Gadis yang diajak bicara hanya menggigit bibir lalu menjauh dengan cepat mendekat ke samping Ana. "Amira, kalau kau begitu kau bisa membuat Ana salah paham." Gadis bernama Amira tidak menjawab, menarik tangan Ana untuk menjauhi mereka tanpa sepatah kata pun terucap.Huaaaa, untung saja Ana datang. Dalam hati gadis itu menjerit senang."Awas ya, kalau aku liat kalian lagi. Hihhh." Gerakan meninju udara ditujukan untuk dua laki-laki itu, sambil berjalan mengi

    Last Updated : 2025-03-25
  • Terjebak Asmara Tuan Argen    BAB 9

    Dia adalah Argen Davino Wijaya, Presdir utama Domaz Group. Secara hukum dia tercatat sebagai ahli waris utama dari semua kekayaan yang dimiliki Domaz Group. Dia pun satu-satunya cucu yang dibanggakan kakeknya, Presdir pertama, pendiri Domaz Group.Hah! Argen mendesah di kursi mobil belakang. Menyandarkan kepala sambil melihat jendela kaca, pepohonan berlarian dengan cepat seirama laju mobil. Dia menghela nafas lagi.Dia memang cucu yang terlihat paling berharga dan disayangi kakeknya, orang lain yang melihat tampak luar tanpa menguliti rahasia terdalam Domaz Group pasti berfikir begitu. Namun, kakek bukanlah laki-laki yang setia hanya pada nenek saja. Entah bagaimana dia menghabiskan masa mudanya, namun dia memiliki beberapa istri simpanan yang juga melahirkan anak. Nenek Argen hanya memiliki satu anak laki-laki yaitu ayah Argen. Namun di luar sana, ada anak-anak kakek yang lainnya. Para paman yang selalu berusaha mencari kelemahan Argen jika ada sedikit saja kesempatan.Argen sudah b

    Last Updated : 2025-03-25
  • Terjebak Asmara Tuan Argen    BAB 10

    "Anda sudah datang Tuan Muda, silahkan masuk, Tuan sudah menunggu." Seorang laki-laki yang biasa dipanggil paman oleh Argen membukakan pintu. Di ruang kerja yang hanya bisa dimasuki penerus Domaz Group.Seorang laki-laki tua sedang duduk di sofa. Tubuh tinggi dan gagahnya sudah termakan usia. Namun, pancaran wibawa masa muda masih menyisa. Dia pasti tampan diusia mudanya."Anda terlihat sehat, saya datang untuk memberi salam."Kakek tua itu bergantian melihat Argen dan pengawal pribadinya. Terlihat dia tersenyum setelah melihat keduanya."Duduklah,""Terimakasih Kek."Argen mengambil duduk di depan sofa kakeknya, sementara pengawal pribadinya berdiri tiga langkah di belakang sofa."Apa dia masih berguna? Kalau kau tidak puas dengan pekerjaannya kau bisa membuangnya." Kata menyakitkan itu ditujukan untuk pengawal Argen. Argen terlihat menekan kuku jarinya ke tangan. Menahan geram.Padahal dia anjingmu.Kakek menghargai orang berdasarkan status sosial dan juga hasil pekerjaan mereka. Se

    Last Updated : 2025-03-25
  • Terjebak Asmara Tuan Argen    BAB 11

    Yang terjadi selama makan malam keluarga seperti apa yang tersusun dalam rencana Argen. Laki-laki itu menikmati keterkejutan semua orang. Sambil memperhatikan setiap perubahan mata orang yang melihatnya. Dia makan hidangan yang ada di piring di depannya.Kenapa melihatku begitu, kalau mau protes, pergi dan temui kakek sana. Ia, kalau kalian punya keberanian.Kakek yang mengumumkan pernikahan Argen secara langsung. Wajah -wajah tidak percaya itu menatap Argen penuh selidik. Mencoba mengulik rencana apa yang disimpan Argen. Tidak ada informasi apa pun yang mereka dengar sebelumnya. Baik dari informan, atau pun para pelayan sekali pun. Sekarang, tiba-tiba kakek mengumumkan pernikahan. Sudah seperti menangkap bom waktu di tangan mereka.Suara bising terdengar di pojokan menebak suasana hati kakek. Mereka baru terdiam saat kekek membuat dentingan keras dengan sendoknya."Semuanya harus hadir saat pernikahan Argen." Ini perintah tanpa terkecuali."Baik." Semua menjawab."Bantu Argen untuk m

    Last Updated : 2025-03-25

Latest chapter

  • Terjebak Asmara Tuan Argen    BAB 35

    "Cih, dia sombong sekali.""Karena hanya dia yang menikah dan dihadiri kakek langsung, dia sudah besar kepala.""Istrinya cantik juga, walaupun dari keluarga yang tidak punya apa-apa. Hahaha.""Jangan ganggu dia, kau tidak lihat kalung yang dipakai olehnya."Glek, mereka meneguk minuman masing-masing. Mereka tahu arti kalung itu bagi anggota keluarga Domaz Group. Para wanita yang ada dalam keluarga, bermimpi mendapatkan kalung itu. Entah itu anak, menantu, atau cucu kakek, semua menginginkannya "Ah, ikut aku. Aku kesal melihat wajah Argen yang tersenyum senang begitu." Mereka berjalan menuju tempat yang lebih sepi. "Sebentar lagi dia juga tidak akan bisa tersenyum sesenang itu, kalau dia harus menyelesaikan masalah pasokan stok buah yang tiba-tiba terhenti masuk ke supermarket.""Kita lihat, apa kakek masih akan membanggakannya.""Haha, membayangkan dia dituding tidak becus saja sudah membuatku senang."Para tikus yang bukannya bekerja keras dan menjilat kakek, malah hanya sibuk bers

  • Terjebak Asmara Tuan Argen    BAB 34

    "Gen," Nuansa sendu langsung tercipta saat suara lembut Ale terdengar. "Aku berikan Ana padamu, berjanjilah untuk membuatnya bahagia. Hiks." Kakak yang hatinya selembut donat itu mulai berkaca-kaca lagi. "Tolong jaga dia dan jangan membuatnya menangis.""Terimakasih sudah mengizinkanku menikah dengan adikmu." Suara tegas Argen menjawab.Para tamu sedang termangu melihat dua sahabat yang sedang berdialog dengan keharuan. Kakek menatap Argen dan Ale masih dengan pandangan penuh selidik. "Hiks maaf aku malah menangis di hari bahagia ini, berbahagialah adikku Ana." Ale mengusap kepala Ana dengan penuh kasih sayang. Lalu dia mendekati Argen dan meraih bahu laki-laki itu dalam pelukannya. Menepuk-nepuk bahu Argen. Menunjukkan sejauh apa kedekatan mereka.Melihat adegan mengharukan itu tanpa sadar ada yang bertepuk tangan. Akhirnya susul menyusul orang bertepuk tangan. Apalagi saat melihat tangan Argen yang menepuk bahu sabahatnya yang sekarang sudah menjadi kakak iparnya. Persahabatan yan

  • Terjebak Asmara Tuan Argen    BAB 33

    Ana memaksakan diri tersenyum. Saat Ana sedang menyamarkan kegelisahan hatinya dengan senyuman dan menutup telinganya, supaya tidak mendengar pembicaraan ibu dan grupnya, pintu ruang tunggu terbuka. Pengawal pribadi tuan besar masuk, menahan pintu, lalu tuan besar dan pelayan wanitanya masuk. Semua orang yang ada di ruangan langsung membeku diam. Ibu berdiri dengan tangan gemetar. Dulu, waktu dia menikah sekalipun, kakek tua itu tidak menunjukkan batang hidungnya di ruang tunggu. Seperti dia dilempar batu kekalahan."Ayah, ada apa ayah kemari?"Ibu mendekat, melihat Ana yang juga bangun dari duduk. Pengantin wanita itu terlihat pias, dia meraih tangan Rene dalam genggamannya. Memberinya ketenangan."Tuan besar membawa hadiah untuk calon istri Tuan Argen." Pelayan wanitanya yang bicara.Apa! Hadiah? Ana Semua orang saling pandang penuh keterkejutan. Apalagi ibu."Berikan padanya." Kakek bicara singkat."Baik Tuan." Pelayan wanita berjalan mendekati Ana, menyodorkan sebuah kotak ke dep

  • Terjebak Asmara Tuan Argen    BAB 32

    Kakek tua gila! Kau senang menciptakan ketegangan seperti itu dulu. Sebelum duduk mari memaki dulu, begitu hati Argen bicara."Terimakasih Tuan." Argen mendorong Ale ke tempat duduk. Dia malas mendengar ucapan terimakasih berkepanjangan yang pasti akan keluar dari mulut Ale. Kakek tidak pantas mendapatkan kehormatan mendapatkan kata terimakasih darimu. Itu terlalu berharga.Seperti yang sudah di duga, duduknya Ale di depan kakek langsung merubah suasana. Mereka sudah seperti kumbang yang berdengung. Benar yang dikatakan Miria mereka hanya merasa iri. Apalagi saat tuan besar memberikan kesempatan laki-laki itu duduk di depannya. Perasaan tidak terima semakin bermunculan. Para paman dan sepupu-sepupu Argen mengeram di pojokan. Mereka bahkan tidak pernah punya kesempatan duduk di depan tuan besar, apalagi ini di depan publik yang mendapat sorotan dan perhatian orang seperti ini. Tuan besar mantan Presdir Domaz Group menerima keluarga calon mempelai wanita, walaupun hanya pemilik toko r

  • Terjebak Asmara Tuan Argen    BAB 31

    Hari ini, akan merubah hidup banyak orang. Aleando berdiri dengan bola mata sembab, dia menangis dengan beragam alasan. Saat melihat Ana yang sedang merias diri. Setelah adiknya berganti pakaian, entah kenapa, wajah cantik itu membuatnya terpesona, bahagia, sekaligus bersedih secara bersamaan."Anda tidak apa-apa?" Miria mengulurkan sapu tangannya untuk menyeka ujung mata Ale.Maaf ya Tuhan, dia sedang menangis, tapi kenapa dia manis sekali. Aku jadi ingin mengusap kepalanya kan. Ekspresi tenang di wajah Miria, namun hati dipenuhi gejolak.Padahal Miria tidak pernah merasakan hal begitu pada adik-adiknya. Kenapa, karena kepribadian adiknya tidak ada manis-manisnya, prilaku adiknya tidak jauh dengannya dari pola hidup dan sikap. Dia bahkan tidak pernah melihat adiknya menangis atau melihat mereka bertampang imut dan memelas begitu.Lingkungan dia bekerja jauh dari hal yang menggemaskan seperti saat ini."Nona Miria, tolong jaga Ana ya. Hiks." Mengusap ujung matanya lagi. "Aku masih t

  • Terjebak Asmara Tuan Argen    BAB 30

    "Kau!" Mengeram pada Miria dengan kesal. "Ayo pergi!" Rene terperanjat ketika suara keras itu tertuju untuknya. Saat Angela sudah keluar dari ruangan VVIP dia harus membereskan sisa kejadian di tempat ini."Ma, maafkan Nona Angela, nona sekretaris, saya mewakili Nona Angela benar-benar minta maaf." Rene menundukkan tubuhnya dalam. Tetesan kopi jatuh ke lantai."Kenapa Kakak yang minta maaf." Ana bergerak cepat mendekat, menyentuh bahu Rene. Membuat gadis itu gelagapan mengangakat kepala. Ana mengusap wajah Rene dengan lembut, menghapus sisa noda kopi dengan kain basah yang dia minta dari pelayan toko. "Kakak kan sudah menerima siraman kopi melindungi saya, seharusnya saya yang minta maaf kan."Rene bahkan tidak bisa berkata apa-apa, saat gadis manis bertubuh mungil di depannya membersihkan noda kopi di pakaiannya."Terimakasih, Domaz Group akan membayar apa yang sudah Anda lakukan untuk Nona Ana, calon istri Tuan Argen." Miria mengantar Rene keluar dari ruang VVIP. Rene hanya bisa me

  • Terjebak Asmara Tuan Argen    BAB 29

    Ana buru-buru mengusir keluh kesah dan kegalauan hatinya. Dia sudah berjanji pada dirinya sendiri, untuk cukup mencintai Kak Argen dan tidak mengharapkan selain kak Argen memperlakukannya dengan baik."Maaf Nona Ana, bisa kita mulai." Ana yang tadi termangu mengagumi keindahan baju pengantinnya tersenyum malu."Maaf, saya malah melamun. Bajunya cantik sekali. Terimakasih atas kerja keras kalian semua." Ana menyusuri pakaian yang tergantung di manekin dengan tangannya."Terimakasih Nona, kami merasa bahagia dan terhormat karena Anda menyukainya. Silahkan berganti dalaman dulu Nona." Seorang pelayan membantu Ana, mendorong pembatas, untuk Ana melepas pakaiannya. Setiap melepas kancing bajunya Ana berdebar antusias.Aku deg, degkan. Aaaaaa!"Maaf Nona Ana, saya keluar sebentar, menjawab telepon Tuan Argen." Suara Miria terdengar di luar pembatas."Ia Kak." Langkah kaki Miria terdengar menghilang, hanya suara para pelayan toko dan pemilik toko. Ana sudah memakai dalaman putih, bahannya t

  • Terjebak Asmara Tuan Argen    BAB 28

    Di lain tempat, di waktu yang bersamaan dengan kejadian di taman kota.Ibu Argen berdiri di depan ruang tamu, pelayan wanita yang mengantarnya diam di depan pintu. Menoleh padanya."Kenapa Anda harus keras kepala seperti ini Nyonya, posisi Anda tidak akan tergantikan karena Anda adalah ibu tuan muda." Itu terdengar seperti kalimat merendahkan di telinga ibu. Namun ibu menahan diri karena wanita di depannya adalah pelayan pribadi kakek. Kakek sudah duduk di sofa ketika ibu masuk. Setelah sopan santun dan salam kakek mengizinkan ibu untuk duduk. Pelayan maupun pengawal pribadi kakek tidak beranjak dari tempatnya. Ibu meremas tangannya mengumpulkan keberanian."Apa Anda benar-benar mengizinkan Argen menikah dengan keluarga yang hanya memiliki toko roti?" Kakek terlihat tidak terkejut dengan pertanyaan menantunya."Padahal aku sudah bilang untuk jangan ikut campur soal pernikahan Argen." Suara kakek membuat mimik wajah ibu pias dan tertekan, semakin kuat kuku tangannya menekan. Supaya t

  • Terjebak Asmara Tuan Argen    BAB 27

    Setelah kepergian Ale "Terimakasih Ya Kak." Tiba-tiba Ana bersuara ketika Ale sudah jauh dari pandangan. "Sudah menjaga Kak Ale dan menjadi teman terbaik kakakku." Hubungan persahabatan kalian terlalu menggemaskan batin Ana. Bisa-bisa, aku bahkan cemburu dengan kakakku sendiri."Terimakasih sudah membantu kami menjaga toko Daisy. Toko itu sangat berharga untuk kami, banyak kenangan dan cinta ayah dan ibu di sana." Argen mencengkeram tangannya saat mendengar Ana bicara. Namun, segera ia gelengkan kepalanya. Semua yang dia lakukan juga untuk melindungi Ana. Kalau dia secara terang-terangan menunjukkan perasaannya pada Ana, dan kekek menolaknya. Argen tidak mau membayangkan, bahaya yang mengancam gadis yang ia sukai. Para paman bisa saja menargetkannya menjadi kelemahan terbesar Argen.Maaf, karena aku ingin memiliki. Lirih bisikan hati Argen."Kak, Kak Argen mendengarkan aku kan." Ana menyenggol bahu Argen."Hemmm."Ih, gemasnya, dia acuh tapi mendengarkan ku. Sepertinya budak cinta

Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status