Share

Terima Kasih Telah Merebut Suamiku
Terima Kasih Telah Merebut Suamiku
Author: Meisya Jasmine

1

last update Last Updated: 2022-01-07 20:15:06

Bip! Getaran ponsel yang kutaruh di bawah bantal telah membuat tidurku rusak. Padahal, baru saja aku bisa memejamkan kedua mata ini setelah direpotkan dengan demamnya Syifa, putri semata wayangku. Sejak pukul 17.00 sore hingga tengah malam, badannya panas. Setelah dua kali kuberi obat penurun panas sirup, kupijat, dan kukompres, barulah turun. Sudah sempat kupinta suamiku, Mas Faisal, untuk lekas pulang dari perjalanan dinasnya. Aku sudah berpikir kalau sakit Syifa bakalan parah dan butuh dekapan sang ayah agar bisa lekas sembuh. Namun, untungnya sejam lalu panas badan Syifa turun.

            Cepat aku membuka mata. Melihat ke arah Syifa yang berbaring di sebelahku. Gadis kecil berusia 4 tahun itu tampak berkeringat dahinya. Saat kuraba, sejuk. Panasnya sudah tak naik-naik lagi. Aku lega. Artinya, Mas Faisal tak harus kudesak buat pulang segera untuk menemaniku membawa Syifa ke rumah sakit besok hari.

Beralih dari Syifa, aku lekas meraba bawah bantal. Meraih ponsel dan buru-buru membuka kunci layar. Ada sebuah pesan masuk. Dahiku mengernyit. Nomor tak dikenal tampak mengirimkan pesan W******p padaku. Siapa ini?

            [Tolong jangan berlebihan. Anakmu hanya demam, bukan sakaratul maut. Apa suamiku tak berhak untuk tenang sebentar? Bebannya terlalu besar. Itu semua juga karena desakan gaya hidupmu yang tinggi! Jangan sok kaget dengan pesan ini. Jangan banyak tanya juga tentang apa yang sedang kamu hadapi! Aku sudah lelah menyembunyikan semua. Sudah saatnya juga kamu tahu. Sekarang, saatnya sadar diri, berbenah, dan berhenti merengek pada suamiku. Dia juga butuh ISTIRAHAT!]

            Tanganku langsung gemetar hebat. Napas ini pun tercekat. Dadaku nyeri. Betapa dahsyatnya rasa syok yang menyerang.

Pesan macam apa ini? Makhluk iseng mana yang mengirimiku W* tengah malam buta dengan nada mengancam begini? Apa Mas Faisal tengah mengerjaiku? Namun, dalam rangka apa? Ulang tahunku sudah lewat dua bulan lalu. Anniversary pernikahan kami juga masih tiga bulan lagi. Lantas, apa maksudnya?

             Dengan jemari yang masih gemetar, aku memberanikan diri untuk mengklik foto profil seorang wanita yang terpampang di pesan gila tersebut. Sontak, jantungku seperti dipukul dengan alu. Sakit! Luar biasa. Bahkan aku mengira akan terkena serangan jantung, saking terkejutnya.

            “A-adelia … apa-apaan ini?”

            Kuucap nama seorang perempuan yang kukenal sebagai adik sepupu Mas Faisal. Adelia Purnama, gadis cantik tiga puluh tahun yang bekerja sebagai pemilik agen travel dan salon kecantikan. Perempuan berpendidikan yang tak lain adalah anak dari Tante suamiku sendiri.

            Adelia … pemilik mata cokelat dan tubuh seksi itu mengakui Mas Faisal sebagai suaminya? Ya Tuhan, apa ini tidak salah? Mengapa dia sampai hati menyebut anakku sakaratul maut segala? Apa yang sudah terjadi sebenarnya? Sungguh mati, aku belum paham!

            “Mas Faisal, apa maksudnya?” lirihku seraya menekan tombol dial ke nomor ponsel suamiku.

Dengan debaran jantung yang luar biasa, kuberanikan diri untuk menelepon Mas Faisal yang tadi pagi berangkat dari rumah dengan membawa ransel berisi pakaian dan laptopnya. Dia mengatakan bahwa akan melakukan perjalanan dinas ke luar kota dengan menggunakan mobil travel bersama managernya. Mas Faisal bilang, lusa akan kembali. Namun, mengapa tiba-tiba saja Adelia mengirim W* dengan nomor barunya dan mengucapkan kalimat-kalimat tak masuk akal? Apakah … suamiku sudah berbohong?

            “Apalagi, sih? Kamu nggak bisa baca pesanku tadi? Kenapa malah menelepon ke sini?!” Bentakan itu membuatku tergemap. Sontak aku turun dari ranjang dan berjalan menuju luar kamar dengan kaki yang gemetar. Gila! Apa-apaan ini? Mengapa ponsel suamiku malah dipegang Adelia?

            “Mana suamiku?! Katakan!” jeritku setelah menutup pintu kamar dari luar. Getar suaraku yang tiba-tiba parau bahkan terdengar sangat menyedihkan di telingaku sendiri.

            “Suamimu? Dia bukan hanya suamimu, tapi juga suamiku! Paham, kamu?” Adelia terdengar nyolot. Tak kusangka, perempuan yang terlihat baik hati dan pekerja keras itu, ternyata diam-diam menjadi pelakor yang lebih gilanya lagi malah berselingkuh dengan sepupunya sendiri. Apa dia sudah tak waras?

            “Kamu sudah gila? Apa-apaan kamu, Del? Kamu lupa, bahwa Faisal itu sepupumu! Faisal itu sudah beristri dan punya anak! Di mana hatimu, Del? Apa yang telah kalian lakukan?!”

            “Apaan, sih? Ngomong apa dia?” Terdengar suara Mas Faisal di ujung sana. Suaranya seperti orang marah. Bersamaan dengan itu, terdengar pula suara kresek-kresek seperti ponsel yang diambil alih paksa.

            “Mila, kamu dengar. Berhenti menghubungiku, oke? Teleponmu dari sore tadi hingga sejam lalu sudah membuat kacau semuanya!” Mas Faisal ikut membentakku. Membuatku terduduk lemas di lantai. Tak percaya bahwa dia bisa menusuk dengan kalimat setajam pedang.

            “M-mas …,” panggilku tergagap.

            “Aku sudah sabar menghadapimu, Mil! Kubujuk kamu. Kutenangkan kamu. Namun, kamu tidak mengerti juga. Anak kita hanya demam biasa, jangan suruh aku untuk kembali lagi ke rumah. Paham?!”

            Tangisanku mengguyur lebat. Hatiku berkecamuk luar biasa. Mas Faisal, yang sedari sore tak menunjukkan tanda-tanda berdusta, nyatanya kini telah mengungkap apa yang dia sembunyikan.

            “Sejak kapan, Mas? Sejak kapan kamu berselingkuh?” tanyaku lirih.

            “Itu bukan urusanmu, Mil. Yang penting, aku selalu memberi nafkah padamu. Tolong berhenti dulu menghubungiku.”

            “Kamu di mana, Mas?! Jawab aku! Kamu tidak di luar kota, kan? Kamu di rumah Adelia, kan? Aku akan ke sana! Aku akan menjemputmu sekarang juga! Aku akan bawa anakmu!”

            “Kalau kamu berani berbuat senekat itu, kita cerai saja, Mil!”

            Hatiku panas. Penuh gejolak membara di dada. Seakan dihantam oleh palu godam kepalaku. Rasanya langsung pening berputar-putar. Enam tahun kita menikah, Mas. Satu setengah tahun kita habiskan untuk berikhtiar demi mendapatkan buah hati. Setelah Syifa lahir dan tumbuh besar menjadi pengobat duka lara kita, kamu tiba-tiba saja menguak aib yang sungguh melukai hatiku.

            “Ceraikan saja aku kalau begitu! Aku lebih senang kamu tinggalkan, ketimbang harus memiliki madu!”

            “Oh, lebih milih jadi gembel kamu, Mil?”

            Gembel? Astaghfirullah. Mas Faisal, apakah harta yang telah menjadikanmu rela membagi cinta? Kau ingin menjadikanku gembel setelah berpisah denganmu, begitu Mas? Baiklah. Kita buktikan, apakah yang kamu ucapkan itu bakal menjadi kenyataan atau tidak!

Comments (5)
goodnovel comment avatar
MiaKadir
seru ni cerita
goodnovel comment avatar
Fritz
cb ad yg blas bwt novel terima kasih sdh merebut wanita ku huaahahhaa
goodnovel comment avatar
Sri Wahyuni
Dunia udah mulai sempit, dan karma itu nyata
VIEW ALL COMMENTS

Related chapters

  • Terima Kasih Telah Merebut Suamiku   2

    Geram, aku langsung mematikan sambungan telepon. Kuremas ponsel pintarku seakan itu adalah muka Mas Faisal dan Adelia. Tak kuduga, permainan mereka sebusuk itu selama ini. Sejak kapan? Di mana mereka menikah? Siapa saksinya? Apakah Tante Silvia dan Om Bahtiar tahu tentang hal ini? Mereka setuju Adelia menikahi sepupunya sendiri yang sudah beristri? Gila! Semua ini tak masuk akal bagiku. Dengan bersimbah air mata, aku memutuskan untuk kembali ke kamar. Pelan-pelan aku menapaki lantai, takut bila Syifa kaget dan bangun dari lelapnya. Yang kutuju adalah lemari pakaian. Dengan penuh gejolak emosi, kukeluarkan seluruh pakaian Mas Faisal dari dalam sana. Tak hanya pakaiannya saja, segala dokumen penting juga ikut kukeluarkan. Malam ini juga, musnah hidupmu, Mas!&

    Last Updated : 2022-01-07
  • Terima Kasih Telah Merebut Suamiku   3

    Api menyala begitu besar. Membuat asap yang cukup tebal membumbung ke udara. Aku tak peduli jika ada tetangga yang terbangun. Mereka ingin melayangkan protes pun, silakan! Kemarahanku yang memuncak, membuatku begitu liar tak terkendali. Enam tahun aku menjadi istri Mas Faisal. Rela mendekatkan diri pada mertua yang dari awal memang kurang bersahabat. Nekat resign dari pekerjaan demi mengikuti program hamil sampai kami berdua pun akhirnya dikaruniai seorang putri yang cantik jelita. Ternyata, pengorbananku hanya dianggap seonggok sampah tiada guna oleh Mas Faisal. Apa yang dia inginkan dari pernikahannya dengan Adelia? Mengapa dia harus menyembunyikan semua dariku, lalu tiba-tiba memberi tahu dalam keadaan yang sangat tidak tepat begini? Mereka mau menghancurkan mentalku ketika anakku jatuh sakit, begitu? Maaf! Aku tak akan jatuh hanya ka

    Last Updated : 2022-01-07
  • Terima Kasih Telah Merebut Suamiku   4

    Tak berpikir lama, aku segera menyalakan fitur rekam suara untuk percakapan via telepon demi berjaga-jaga. Siapa tahu, ada kata-kata Abi yang bisa kujadikan bukti. Klu sudah mulai terungkap soalnya. Dia menyuruhku berkaca segala. Itu artinya … dia pasti sudah tahu tentang pernikahan tersebut! “Subhanallah! Kata-kata Abi sangat indah didengar. Persis penuturan motivator di televisi. Memangnya aku salah apa hingga harus bercermin segala? Lapor polisi? Aku yang akan melaporkan ke polisi terlebih dahulu atas tuduhan perzinahan dan penelantaran keluarga!” Aku memekik sinis. Meluahkan segala kedongkolan di dalam hati yang kini terluka. Kalian mau lapor polisi? Memangnya aku tidak bisa? “Jaga bicaramu, Mila! Semenjak menganggur, kelakuanmu tambah menjadi-jadi! Ternyata kami tidak salah memilih untuk menjadikan Adelia ma

    Last Updated : 2022-01-07
  • Terima Kasih Telah Merebut Suamiku   5

    “Terima kasih atas doanya, Abi. Semoga kalian sekeluarga selalu sehat dan jauh dari mara bahaya.” Getir lidahku berucap. Kutahan kalimatku agar sebisa mungkin tak balik menyumpahi Abi. Untuk apa? Bukankah doa yang jelek akan kembali kepada si pendoa? Cukuplah bagiku berlindung pada Allah agar aku dan Syifa dijauhkan dari bala serta diberikan umur yang berkah. “Doa perempuan berhati busuk tidak akan dikabulkan oleh Allah! Malaikat sudah melaknatmu sebab durhaka pada suami!” Seenak jidatnya Abi berkata padaku. Seolah-olah dialah panitia surga. Orang kalau sudah merasa paling suci, memang mudah mencap orang lains sebagai pendosa. Hidupnya sibuk menilai, seakan manusia lain itu muridnya yang tengah ujian. Menjijikan! “

    Last Updated : 2022-01-07
  • Terima Kasih Telah Merebut Suamiku   6

    [Seorang istri apabila sudah kelewat batas sikapnya, tidak bisa dididik jadi perempuan salehah, dan tidak bersyukur WAJIB hukumnya dicerai.] Itulah sederet kalimat yang diunggah Mas Faisal di status Facebook miliknya. Degupan jantungku kian melesat cepat. Terhenyak aku dalam segala perasaan yang sulit digambarkan. Astaghfirullah, Mas Faisal … sekarang kamu mulai playing victim di sosial media. Menguak sebuah fitnah, seakan-akan akulah yang bersalah. Tega! Ini kejam namanya. Lekas kukeluarkan jendela chat WA bersama Anisa barusan. Kubuka Facebook milikku dan mulai mencari update status Mas Faisal di lini masaku. Nihil. Tak ada. Kuputuskan untuk mengetik namanya di kolom pencari

    Last Updated : 2022-01-07
  • Terima Kasih Telah Merebut Suamiku   7

    [Terima kasih atas malam ini, Sayangku. You’re my sunshine, my moon, my everything.] Caption itu terpampang jelas di atas foto yang menggambarkan dua tangan saling menggenggam. Tangan Adelia yang putih mulus dan mengenakan perhiasan berlian di jari manisnya tersebut sedang menggenggam tangan seorang pria berkulit langsat dengan sebuah arloji bertali kulit. Bagaimana aku tak sampai meneteskan air mata, tatkala melihat arloji pemberianku tengah dipakai Mas Faisal saat berselingkuh dengan perempuan lain. Iya, aku memang perempuan bodoh! Mau menangisi lelaki seperti Mas Faisal yang entah sejak kapan telah membohongiku. Ketika kuingat-ingat dengan pasti, sudah sekitar setahun belakangan ini suamiku memang kerap melakukan perjalanan dinas. Tak pernah terbesit sedikit pun bahwa perjalanan dinas yang dia lakukan adalah fiktif bela

    Last Updated : 2022-01-07
  • Terima Kasih Telah Merebut Suamiku   8

    Bagian 8 Dengan seribu keyakinan, aku pun mengangguk. Mas Faisal, bersiaplah menjadi artis dadakan setelah ini. Maafkan aku bila satu negara akan menghujatmu habis-habisan. “Baik, Ma. Aku minta kepada Mama untuk mendoakanku agar aku kuat menjalani ini semua, Ma. Mereka sudah sangat keterlaluan. Bahkan … Abi berkata jika suamiku dan Adelia sudah memiliki surat nikah resmi. Mana mungkin?! Mereka pasti telah mendapatkan surat bodong itu dari oknum yang disuap. Kejam Mas Faisal dan semua keluargnya. Bahkan sepupunya yang lain, Mas Kamal, juga ikut-ikutan berkomentar di F******k. Menyuruh Mas Faisal untuk melepaskanku segala. Sekarang sudah ketahuan bila satu keluarga memang kompak untuk menjatuhkanku, Ma.” Terdengar tarikan napas dalam dari ujung sana. Mama pasti sesak sekali mendengar pengakuanku. Maaf, Ma. Ceritaku harus melukai

    Last Updated : 2022-01-13
  • Terima Kasih Telah Merebut Suamiku   9

    Bagian 9 Puas! Aku sangat puas sekarang. Segala bukti telah kuunggah demi mempermalukan Mas Faisal sekeluarga. Aku tak akan mundur barang sejengkal pun. Hidupku kini untuk menang, meski di depan mata sempat terbayang meja hijau dan UU ITE yang cukup beracun apabila telah menyerang. Pasrah! Lillah! Semua kulakukan semata-mata untuk melindungi harga diriku dan anakku. Azan Subuh pun berkumandang. Terdengar syahdu sekaligus nyaring. Disiarkan melalui pengeras suara masjid yang berlokasi tak jauh dari rumahku. Demi mendengarkan penyeru untuk salat itu, aku pun bangkit. Kutapaki lantai dengan tegar. Sementara itu, ponsel yang kini kembali kumasukkan ke saku bergetar-getar terus menerus. Ada notifikasi masuk, pikirku. Namun, tak kupedulikan. Ponsel secepat kilat lalu kum

    Last Updated : 2022-01-13

Latest chapter

  • Terima Kasih Telah Merebut Suamiku   88. Kebahagiaan Tanpa Tepi

    Bab 88 Kebahagiaan Tanpa Tepi Sebulan Setelah Kelahiran Anak Pertama Sofyan Setelah melalui banyak cobaan yang berat, akhirnya rumah tangga Sofyan dan Karmila kini terlihat adem ayem. Apalagi usai mendapatkan seorang anak lelaki lucu yang diberi nama Shakeel. Bocah kecil yang lahir sebulan lalu dengan bobot 3,8 kilogram dan panjang 52 sentimeter itu sangat lucu, putih, dan menggemaskan. Siapa pun sayang kepada Shakeel. Baik dari pihak keluarga Mila, maupun keluarga dari pihak Sofyan. Tak sampai di situ saja, keluarga dari mantan suaminya Mila, yakni Faisal pun juga sangat menyayangi dan menyanjung-nyanjung Shakeel yang kian gempal setiap harinya. Faisal kini sudah sembuh total dari penyakit mentalnya. Pria itu hanya dirawat selama beberapa bulan saja di rumah sakit jiwa. Setelah mendapatkan pengobatan yang teratur dan berkualitas, pria itu sudah dapat kembali beraktifitas seperti layaknya manusia normal yang lain. Tubuh Faisal yang

  • Terima Kasih Telah Merebut Suamiku   87. Pesan-pesan

    Bab 87POV SofyanPesan-pesan “Sabar ya, Pak,” ujarku sambil meraih tangan keriput milik Pak Beno. Lelaki tua itu menatapku lesu. Senyum di wajahnya tak tampak. Seperti matahari yang tersembunyi di balik kepungan awan hitam. “Anakku enam, Yan. Dua perempuan, tiga lelaki. Dokter spesialis paru, dokter umum, dosen, pengusaha, polisi, dan lawyer. Tidak ada yang pengangguran. Mereka sibuk sekali dengan urusan masing-masing.” Pak Beno mulai terbuka. Aku tak menduga juga bahwa kami berdua bisa berbicara dengan sangat leluasa begini. Aku pun semakin tergelitik untuk mendengarkan kisah selanjutnya. “Tiga tahun lalu, aku mengalami depresi. Pemicunya adalah kematian istriku. Dia belahan jiwa satu-satunya yang paling mengerti dengan apa yang kubutuhkan di dunia ini,” ucapnya sembari menerawang jauh. “Aku mulai sulit untuk tidur, tidak mau makan, kehilangan selera untuk merawat diri, dan yang lebih parahnya lagi, mood-ku naik

  • Terima Kasih Telah Merebut Suamiku   86. Sebuah Kisah

    Bab 86POV SofyanSebuah Kisah Tatapan kosong Faisal dia akhiri dengan kerling mata yang sendu. Dia pandangi Syifa tanpa berkedip sedikit pun. Tangannya berusaha meraih wajah anak itu dengan jari jemari yang gemetaran. “Syifa … Ayah … ingin pulang, Nak,” ulangnya pelan. Syifa langsung menoleh kepadaku. Anak itu kelihatan bingung. Bibirnya pun mulai melengkung terbalik, seolah-olah akan mencetuskan sebuah kesedihan. “Pa ….” Syifa memanggilku. Dia menggantung kata-katanya dengan ekspresi yang tertekan. “Iya, iya,” jawabku sambil mengayunkan telapak tangan ke bawah dengan gerakan perlahan. Aku juga bingung mau menjawab apa. Aku ini memang pria penolong yang kata orang-orang sangat baik hati. Namun, apa mungkin jika aku menampung Faisal di rumah kami jika pria itu sudah sehat? Tidak mungkin, kan? Itu namanya bodoh. Sebaik-baiknya seorang pria, mana ada yang mau berlapang dada menampung mantan suami dari is

  • Terima Kasih Telah Merebut Suamiku   85. Perjumpaan Penuh Sesal

    Bab 85POV SofyanPerjumpaan Penuh Sesal “Astaga! Bapak kenapa? Nggak apa-apa, kan?” Seorang bruder alias perawat lelaki sigap menahan kedua bahuku saat tubuh ini limbung akibat menabrak badan si bruder. Pria berseragam serba hijau itu memperhatikan rautku yang kini penuh dengan cemas. Debaran di dadaku pun terasa terus mencelat naik, tanpa mau diajak berkompromi. Sementara itu, Syifa tak juga mau melepaskan pelukan eratnya di pinggangku sambil merengek ketakutan. “Papa! Syifa takut, Pa! Napasku terengah-engah. Bayangan akan sosok Pak Beno yang tiba-tiba datang dengan gerakan mencurigakan, serta isak tangis Faisal yang deras seperti hujan badai itu, kini terus mengitari kepala. Aku rasanya ingin cepat-cepat meninggalkan bangsal ini. “S-saya nggak apa-apa, Mas!” sahutku terengah dengan ekspresi yang panik kepada bruder bertubuh jangkung dengan kulit sawo matang itu. “Kenapa Bapak teriak sambil lari begitu? Apa Pak

  • Terima Kasih Telah Merebut Suamiku   84. Bangsal Seroja

    Bab 84POV SofyanBangsal Seroja Pak Wahyu mengantar kami ke bangsal Seroja di mana Faisal kini dirawat. Ternyata, letak kamarnya tidak begitu jauh dari pos satpam tadi. Ruangan dengan pintu tinggi bercat hijau tua itu pun keberadaannya hanya satu meter dari ruang jaga perawat yang terlihat ada tiga orang bruder tengah berjaga sambil sibuk mengerjakan laporan. Pintu hijau dengan tinggi sekitar dua meter itu tampak tertutup rapat. Sebelum meninggalkan kami, Pak Wahyu sempat berpesan. Ucapan pria berkulit gelap itu terdengar sedikit mengerikan, hingga membuat bulu kuduk ini merinding. “Pak, maaf, ruangan Seroja ini ada dua orang penghuninya. Satunya Pak Faisal, satunya lagi Pak Beno. Pak Beno ini sebenarnya sudah sembuh, cuma … suka cari perhatian. Kalau semisal agak mengganggu, segera keluar aja ya, Pak,” bisiknya kepadaku. Bibir hitam tebal Pak Wahyu tersenyum simpul. Lirikan matanya kelihatan menunjukkan sedikit rasa khawatir. Tentu saj

  • Terima Kasih Telah Merebut Suamiku   83. Permintaan Maaf

    Bab 83POV SofyanPermintaan Maaf Kami saling diam di dalam kabin mobil yang seketika berubah jadi panas usai meledaknya tangisan Syifa. Aku tak lagi membujuk anak sambungku tersebut. Kupilih untuk bungkam saja, alih-alih memohon maaf kepadanya agar dia tak lagi bersedih. Sepertinya, gara-gara sikap dinginku itu, Syifa jadi benar-benar merajuk. Hingga mobilku telah parkir di depan pintu masuk RSJ tempat Faisal dirawat pun, Syifa tak juga mengajakku bicara. Aku tetap mencoba tenang, meski sebenarnya hati berontak. Mobil pun berhasil terparkir dengan baik di tengah-tengah antara mobil SUV berwarna hitam dan sedan antik warna merah darah. Kuhela napas dalam sambil melepaskan sabuk pengaman dari pundak. Sekilas, kutoleh Syifa dengan ekor mata.&nbs

  • Terima Kasih Telah Merebut Suamiku   82. Lelaki Juga Punya Hati

    Bab 82POV SofyanLelaki Juga Punya Hati “Lain kali kita ke sana ya, Syifa.” Kucoba untuk menghibur kekecewaannya Syifa, meskipun di palung hatiku sendiri masih terasa menganga luka akibat rasa cemburu itu. Sambil mengerucutkan bibir, Syifa mengangguk. Bocah TK itu terkadang menguji sabarku dengan segenap kepolosannya. Aku tahu jika dia tak punya niat buruk untuk sengaja menyakiti hati papa sambungnya ini. Maka dari itu, akulah yang harus mengalah. Sebagai orang dewasa yang berakal sehat, aku harus banyak-banyak memahami Syifa dan seisi dunianya. Walaupun sekali lagi kuberi tahu, bahwa perasaanku sebagai pria tak sebaja yang banyak orang-orang kira. “Semoga lai

  • Terima Kasih Telah Merebut Suamiku   81. Kutahan Laju Cemburu

    Bab 81POV SofyanKutahan Laju Cemburu Berbekal tiga bungkus sate kambing tanpa nasi dan tiga potong ayam krispi bagian dada plus tiga bungkus nasi hangat, aku berangkat menjemput Syifa ke sekolahannya. Pekerjaanku sudah kuselesaikan. Termasuk memberikan koreksi yang cukup banyak kepada Bayu sebelum pemuda itu maju seminar proposal esok lusa. Untuk beberapa hari ke depan, aktifitas mengajarku mungkin memang agak terganggu. Tugas mengajar lebih banyak kulimpahkan kepada asdosku. Mahasiswa juga sudah kuberikan beberapa tugas yang bisa dikumpulkan via email maupun Google Classroom. Semua ini terpaksa kulakukan sebab harus menjaga Mila. Aku tidak bisa mempasrahkan penjagaannya kepada Bi Dilah secara penuh. Bi Dilah juga sudah lumayan repot karena harus merawat rumah, memasak, mencuci, bahkan sesekali mengurus Syifa yang terkadang saat belajar masih perlu ditemani. Aku ingin sekali mengajak ibuku atau mamanya Mila datang ke sini. Tujuannya se

  • Terima Kasih Telah Merebut Suamiku   80. Hatiku Tak Baik-baik Saja

    Bab 80POV SofyanHatiku Tak Baik-baik Saja Lelaki mana yang betah hatinya tatkala harus membiarkan anak sambungnya, kembali dekat dengan mantan suami dari istri sendiri. Begitulah yang sedang kurasakan sekarang. Jujur saja, perasaanku sebenarnya tidak baik-baik saja ketika Syifa lagi-lagi mengajakku untuk menemui Faisal di rumah sakit jiwa alias RSJ. Bukankah Sofyan adalah sosok pria baik hati yang selalu rendah diri dan berlapang dada dengan segala kejadian di muka bumi ini? Mungkin kalimat panjang itu tak seratus persen salah, tetapi juga tak seratus persennya benar. Aku memang tipikal lelaki baik yang selalu saja senang menolong berbagai kesulitan orang-orang di lingkungan sekitarku. Siapa pun orangnya, apabila tengah terjepit dalam situasi yang sulit, maka aku akan senang hati menolong. Tak pernah sedikit pun terbesit di benak untuk mendapatkan imbal jasa atas segala yang kuberikan pada orang lain. Seperti itu jugalah kira-kira gambarannya keti

DMCA.com Protection Status