Share

Sia-Sia

Inara berdiri di sudut ruangan, diam-diam memandang Bian yang duduk dengan kepala tertunduk di sofa. Senyum licik menghiasi wajahnya, hatinya dipenuhi kegirangan melihat pria yang dulu ia puja kini tampak begitu lemah. "Akhirnya, Bian. Akhirnya kamu merasakan bagaimana rasanya berada di posisi terendah," pikir Inara sambil meresapi momen itu.

"Aku tidak suka melihatmu begini, tapi aku harus melakukannya."

Bian, di sisi lain, berada di puncak keputusasaan. Kepalanya berdenyut keras seiring dengan kebingungan dan kemarahan yang bercampur aduk dalam dirinya. Ia merasa perhitungannya meleset—kesalahan fatal yang membuatnya jatuh dalam posisi ini. "Sial," pikirnya. "Aku terlalu besar kepala. Aku mengira semua bisa aku atasi dengan mudah, bahwa mereka hanyalah ancaman kecil."

Namun kenyataan berkata lain. Lawannya bergerak jauh lebih cepat dan lebih cerdik dari yang ia bayangkan. Selama ini, ia selalu mengira pamannya yang menjadi ancaman terbesar—musuh dalam selimut yang selalu menginca
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status