Home / Pernikahan / Terikat Kontrak / Keputusan Dhananjaya

Share

Keputusan Dhananjaya

Author: X ChaLvin
last update Last Updated: 2022-11-11 00:32:15

“Ayah, Ibu, aku ingin mengumumkan sesuatu malam ini.” Dhananjaya menatap kedua orang tuanya silih berganti. “Lusa, aku akan menikah,” ucapnya santai.

“Apa? Jay, sejak kapan kamu bercanda seperti ini? Tidak lucu!” Basuki jelas tak percaya, menggelengkan kepalanya dengan kesal.

“Aku tidak bercanda. Calon istriku sudah ada di rumah ini,” sanggah Dhananjaya tegas, nadanya terdengar menantang untuk membuktikan ucapannya.

“Apa? Siapa dia?” Maria tercengang, menoleh ke sembarang arah seolah mencari sosok wanita yang putranya maksud.

“Aku umumkan, aku tidak mau mendengar penolakan dari Ayah dan Ibu perihal perempuan yang akan aku nikahi. Siapa pun dia, keluarganya, kastanya, aku tidak peduli dan aku mau kalian setuju dengan keputusanku.” Suara Dhananjaya begitu menggema bagi telinga siapa pun.

Namun, orang tuanya tahu bagaimana sikap Dhananjaya terhadap wanita. Tak mungkin pria itu ingin menikah secara tiba-tiba seperti ini. Jika memang itu yang diinginkan Dhananjaya, permasalahannya kini adalah siapa wanita yang akan dinikahinya.

“Jika perempuan yang kamu pilih memenuhi syarat untuk menjadi menantu Abraham, Ibu tidak keberatan. Tapi jika kamu pilih perempuan sembarangan hanya karena mau memenuhi keinginan kakekmu, itu salah.” Maria menentang keras jika Dhananjaya asal-asalan memilih wanita.

“Pernikahan akan dilaksanakan lusa atau tidak sama sekali, sampai kapan pun. Kalau begitu, Ibu yang putuskan.” Dhananjaya tak main-main dengan ucapannya. Jika ada yang menentang keputusannya untuk menikahi Indah, maka ia tak ingin diganggu dengan kalimat pernikahan apalagi dipaksa di masa mendatang.

“Jawab pertanyaan Ibu, siapa perempuan itu?” Maria mengulangi pertanyaan yang belum juga dijawab sang putra.

“Jay, jangan terburu-buru. Pikirkan dengan matang. Pernikahan hanya sekali seumur hidup,” pesan Basuki sekaligus memperingati.

“Aku sudah putuskan untuk talak dia jika dia sudah melahirkan anakku. Hanya itu yang Kakek mau, cicit.” Dhananjaya bersungut-sungut, rahangnya mengeras diiringi kilatan amarah di wajahnya ketika mengingat permintaan Sanjaya yang sangat tidak masuk diakalnya.

“Ibu yakin, kamu tidak mencintainya, 'kan?” Maria tersenyum kecut, terlihat sedang mengejek keputusan Dhananjaya yang sembarangan.

“Aku bahkan tidak kenal,” jawab Dhananjaya enteng, tak merasa ada yang salah akan hal itu.

Maria mengerjapkan matanya guna meredakan makian yang ingin sekali ia serukan. Sungguh, ia sedang tidak ingin berdebat dengan putranya yang sangat keras kepala melebihi siapa pun termasuk dirinya.

“Jay, ini tidak benar. Kamu tidak boleh menikah dengan perempuan sembarangan. Kamu adalah citra keluarga besar Abraham. Apa yang akan dikatakan publik kalau kamu menikah dengan perempuan asing?” Maria jelas membantah rencana sang putra.

“Pernikahan tanpa resepsi, tidak perlu mengundang siapa pun. Aku hanya tidak mau punya keturunan di luar pernikahan. Itu saja,” ujar Dhananjaya memutuskan sendiri jalan hidupnya.

“Seharusnya Ayah dan Ibu mendukungku. Setidaknya, aku masih ada sisi baik untuk menyelamatkan perusahaan dengan permintaan konyol Kakek yang ingin keturunan dariku. Tapi tidak apa-apa, tidak perlu ada pernikahan. Ingat baik-baik ucapanku ini. Di masa depan, jangan pernah singgung aku tentang pernikahan. Aku akan menikah, kalau aku mau menikah.”

“Maksudmu, kamu tidak ingin dunia tahu kalau kamu sudah menikah?” Basuki terlihat geram, menatap kesal.

“Persis.” Dhananjaya mengangguk satu kali. Jangankan untuk memberitahu dunia tentang pernikahannya, ia bahkan tidak ingin ada satu lalat pun yang mengetahuinya.

“Lalu, bagaimana dengan anakmu yang nanti akan muncul secara tiba-tiba?” Basuki tak mengerti, masih dengan nadanya yang kesal.

Dhananjaya tak ingin melanjutkan perbincangan apa pun, yang penting sekarang, ia sudah mengumumkan rencananya. “Aku sudah putuskan, dan itulah yang akan terjadi. Jika Ayah dan Ibu tidak setuju, maka pernikahan tidak akan pernah terjadi dalam hidupku.”

“Bukan kami tidak setuju, tapi perempuan yang akan menjadi menantu Abraham harus memenuhi syarat.” Maria menegaskan sekali lagi. Ia yakin, wanita yang akan menjadi menantunya pastilah bukan wanita baik-baik, melainkan wanita rendahan yang hanya ingin kekayaan Abraham saja.

“Syarat ditiadakan. Yang penting, dia bisa lahirkan keturunanku,” hardik Dhananjaya tegas seolah ia adalah kepala keluarga Abraham dan dapat memutuskan sesuatu sesukanya tanpa ingin siapa pun meragukannya.

“Biarlah. Kita ikuti keinginan Jay,” kata Basuki pada Maria, tak ingin memperdebatkan apa pun lagi dengan putranya itu.

Maria tersenyum sinis, menatap Dhananjaya penuh kekesalan. “Kita lihat saja nanti. Jangan salahkan Ibu jika Ibu tidak suka dengannya atau bahkan tidak menganggap istrimu itu sebagai menantu,” ucapnya sekaligus ancaman.

“Terserah. Jika Ayah dan Ibu keberatan dia tinggal di sini, aku akan membeli rumah.” Dhananjaya tidak keberatan. Apa pun pendapat orang tuanya, suka atau tidak, bahkan jika mereka tidak menganggap Indah sebagai bagian dari keluarga Abraham, ia benar-benar tidak peduli.

“Jay, tetap di sini.” Basuki tak setuju.

Ya, seperti itulah pria bernama Dhananjaya. Apa pun yang ia putuskan, maka itulah yang akan terjadi, tak peduli dengan hal lainnya. Sang ibu sudah berniat mencari wanita untuk Dhananjaya nikahi, tetapi putranya itu menolak. Padahal, wanita pilihan Maria tak mungkin mengecewakan.

Lantas, apa yang membuat Dhananjaya menolaknya? Maria sudah dipastikan akan sibuk mengatur pesta yang tiada henti, siang dan malam, mengundang ribuan tamu dengan resepsi di beberapa kota, dan Dhananjaya tak ingin itu. Ia tak ingin waktunya tersita dengan percuma, habis karena hal-hal yang tak penting baginya.

Sedangkan menikahi Indah hanya sebuah ijab qabul tanpa resepsi dan tanpa mengundang siapa pun. Ia pun tak berniat untuk mengumumkan pernikahanya ke publik, apalagi memperkenalkan Indah sebagai istrinya. Berbeda jika ia menikahi wanita pilihan ibunya, pastilah wanita tersebut akan selalu berada di sampingnya di berbagai acara, mengganggu kenyamanan serta membuatnya risih.

Tak lama dari itu, Indah datang bersama Hendra. Semua mata tertuju padanya, menelisik penampilan Indah dari atas sampai bawah dengan tatapan buncah. Basuki tampak membuang napas kasar, sedangkan Maria memijat keningnya yang terasa berdenyut hebat. Wajah Indah benar-benar biasa saja, tidak ada apa pun yang menarik.

“Jay—”

“Ya atau tidak, keputusan ada di tangan Ayah dan Ibu.” Dhananjaya tak ingin mendengar omong kosong lagi.

Sedangkan saat itu, Hendra dan Indah berdiri di dekat Dhananjaya, tak berani duduk bersama selain menundukkan kepalanya sebagai bentuk hormat. Namun, Dhananjaya segera meminta Hendra untuk meninggalkan ruangan tersebut bersama Indah. Tentu, Hendra kembali ke lantai atas, mengantarkan Indah kembali ke kamar tamu.

Indah yang saat itu belum mengerti, tak henti bertanya-tanya dalam hatinya. Siapa dua orang yang baru ia lihat itu, siapa Hendra di rumah ini, dan mengapa Hendra tampak sangat sungkan. Bukankah ini rumahnya dan mereka adalah orang tuanya. Sungguh, Indah tak mengerti sama sekali.

“Pak, siapa mereka?” Indah penasaran, berjalan di belakang Hendra.

“Keluarga Abraham,” jawab Hendra tanpa menoleh ke arah Indah.

“Keluarga Pak Hendra? Kapan kita menikah?” Indah bertanya kembali. Bukan tidak sabar untuk menikah, tapi ia tak sabar ingin menjenguk ayahnya yang terbaring lemah di rumah sakit.

“Apa? Hahaha .... ” Hendra menghentikan langkahnya saat sudah sampai di lantai dua, tertawa terpingkal-pingkal hingga menyentuh perutnya yang terasa melilit.

Tawanya yang keras, begitu menggelegar di lantai dua rumah itu. Bahkan, beberapa orang yang merupakan orang-orang Dhananjaya, mengintip ke bawah dari lantai tiga. Indah menatap bingung. Apa yang salah dari pertanyaannya?

Hendra segera mengakhiri tawanya, lalu memberitahu sesuatu yang lupa ia sampaikan kepada Indah. “Bukan saya yang akan menikah denganmu, tapi Pak Dhananjaya Abraham.”

“Yang tadi itu?” Indah menatap intens, tak percaya dengan apa yang diucapkan Hendra.

“Ya.” Hendra mengangguk tegas.

Indah benar-benar tercengang. Apa ia tidak salah dengar, pria yang sangat tampan dan berwibawa itu akan menjadi suaminya. Entah apa penyebabnya, Indah merasa beban yang menggunung di dalam tubuhnya terangkat, hilang tak berbekas. Jika saja Dhananjaya bukan pebisnis besar dan hidup sederhana, maka ia akan tetap digilai banyak wanita karena ketampanannya.

Namun, Indah masih tidak mengerti. Jadi, ia kembali bertanya, berjalan mengekori Hendra, “Jadi ... dia yang ingin keturunan?”

“Panggil beliau 'Bapak'. Jaga batasanmu.” Hendra memperingati.

“Maaf,” lirih Indah sambil menundukkan kepalanya. Namun hanya beberapa detik, ia kembali menegakkan kepalanya saat bertanya, “Tapi ... kenapa harus menikah? Ma—maksudku, Bapak itu bisa punya keturunan tanpa nikah, 'kan?”

Bagaimana Indah tidak bingung. Pria seperti Dhananjaya bisa tidur dengan wanita yang ia mau dan tentu menghasilkan keturunan tanpa harus menikahinya. Tapi, apa ini. Pria itu ingin menikahi wanita yang tidak ia kenal sama sekali.

“Ya, tapi Pak Jay tidak mau punya anak haram yang lahir di luar pernikahan. Ngomong-ngomong, kamu sudah tahu 'kan kalau kamu sudah melahirkan, maka Pak Jay akan menceraikanmu dan memberikan kompensasi besar?” Hendra mengingatkan, bahwa pernikahan yang akan terjadi hanya semata-mata untuk mendapatkan keturunan, bukan atas dasar cinta.

Indah mengangguk paham. Hendra lanjut berkata, “Bagus. Perlakukan Pak Jay sebagaimana seorang raja, bukan seorang suami. Mengerti?” pesannya tegas.

“Baik.” Indah mengangguk sekali lagi.

Menikah dengan seorang pria kaya raya, tak pernah terbesit dalam bayangannya. Indah merasa menjadi pemeran di sebuah novel ataupun film. Seorang pria kaya menginginkan keturunan, dan si wanita membutuhkan uang yang sangat banyak. Hal seperti itu ternyata ada di dunia nyata, dan Indah adalah salah satu wanita yang mengalaminya.

Namun, nyatanya tidak seindah seperti di novel-novel. Melihat reaksi Maria dan Basuki bahkan Dhananjaya sendiri, Indah sudah dapat memprediksikan bagaimana kehidupannya nanti. Tapi, tak apa, Indah memikirkan sisi baiknya dari apa yang telah ia korbankan, yaitu hidup layak setelah melahirkan keturunan Abraham nanti.

Related chapters

  • Terikat Kontrak   Kehidupan Baru

    Duduk tepat di hadapan seorang penghulu, Dhananjaya mengucapkan sumpah pernikahan dengan tegas tanpa adanya keraguan. Indah ada di sampingnya, berpakaian serba putih yang sederhana namun cantik. Kepalanya menunduk sejak kehadirannya, tak berani bertatap muka dengan siapa pun, termasuk dengan Dhananjaya yang kini sudah menjadi suaminya secara agama. Semua keluarga yang hadir tampak biasa saja, tidak ada raut senang atas pernikahan yang terjadi. Bahkan, mengucapkan kata 'sah' saja terdengar sangat pelan dan terpaksa. Namun, Sanjaya yang juga hadir dan melihat sendiri proses ijab qabul yang dilakukan oleh cucu tersayangnya, tidak merasa keberatan dengan siapa cucunya itu menikah. Pernikahan Dhananjaya dan Indah tidak dilakukan di sebuah masjid apalagi hotel mewah, melainkan di rumah Basuki Abraham. Hanya keluarga besar yang hadir, tidak ada satu pun orang luar kecuali penghulu dan satu rekannya. Ya, sesederhana itu pernikahan seorang pebisnis besar dari keluarga Abraham. “Maria, apa ka

    Last Updated : 2022-11-11
  • Terikat Kontrak   Pertemuan Pertama dan Terakhir

    “Heh! Siapa yang mengizinkanmu turun? Dasar tak tahu malu! Berani-beraninya memperlihatkan wajahmu yang menjijikkan itu!” Seorang wanita berteriak nyaring saat Indah menginjakkan kakinya di lantai dasar. Ketika Indah memutar tubuhnya guna mengetahui siapa wanita yang meneriakinya, wanita itu langsung memalingkan wajah ke arah lain, tak ingin melihat wajah Indah. Ia pun meraung sangat keras, “Alda!” Alda yang dipanggil, langsung berlari menghampirinya. “Nyonya Maria memanggilku?” tanyanya sopan. “Beritahu dia, jangan pernah memperlihatkan wajahnya di depanku!” bentak wanita itu, Maria, menjentikkan ibu jarinya ke arah Indah. “Baik, Nyonya.” Alda mengangguk cepat. Indah yang masih berdiri di tempatnya, tentu dapat mendengar dengan jelas apa yang diucapkan Maria. Tanpa menunggu Alda menghampirinya, ia sudah sadar diri. Ia pun melangkah pelan menuju anak tangga, berniat kembali ke lantai tiga. “Indah.” Alda mengikuti Indah. Namun, wanita itu tak meresponsnya dan terus melangkah. “Ap

    Last Updated : 2022-11-11
  • Terikat Kontrak   Hamil

    “Indah, Pak Jay baru saja pulang. Beliau memanggilmu.” Alda menggoyahkan lengan Indah cukup kasar, membangunkan wanita itu yang sudah terlelap di jam satu malam. Indah terbangun. Tidurnya memang tidak nyenyak sehingga ia dapat sedikit mendengar apa yang dikatakan Alda. Namun, ia masih tidak percaya Dhananjaya akan memanggilnya selarut itu. “Tolong, aku sedang tidak enak badan.” Indah berkata sangat lirih, bahkan hampir tidak terdengar. “Aku tidak peduli. Apa kamu yakin ingin melihat Pak Jay menghukummu?” ancam Alda tanpa sungkan. “Tidak.” Indah menggeleng pelan, tak ingin mendapatkan amukan dari suaminya yang tidak berperasaan itu. Namun, rasa-rasanya Indah juga tidak dapat memaksakan diri. Saat ini, ia hanya ingin menjerit, menangis meminta pengertian dari siapa pun bahwa dirinya benar-benar tidak bisa melakukan apa yang diinginkan sang suami. “Bersiap-siaplah,” titah Alda, lalu berbalik untuk pergi. “Aku benar-benar tidak bisa. Kepalaku sangat pusing.” Indah memohon, terdengar

    Last Updated : 2022-11-11
  • Terikat Kontrak   Tidak Berubah

    Benar dugaan dokter pribadi Abraham, kandungan Indah sangat lemah. Bahkan, dokter rumah sakit yang menangani Indah tidak yakin janinnya akan bertahan. Semua itu tergantung dengan Indah-nya. Banyak sekali aktivitas yang tidak diperbolehkan, makanan yang harus dikonsumsi dengan sangat teliti, juga lingkungan yang mendukung. Lingkungan yang dimaksud dokter adalah lingkungan keluarga. Indah tidak boleh merasa tertekan. Artinya, baik Dhananjaya selaku suaminya ataupun orang lain yang berada di rumah, harus ikut menjaga kandungannya. Kebanyakan wanita akan mudah sensitif di saat mengandung. Bukan hanya itu, untuk berhubungan suami istri, dokter juga memberi pesan agar melakukannya dengan sangat hati-hati. “Jay?” Seseorang memanggil Dhananjaya saat hendak keluar dari rumah sakit. Sontak, Dhananjaya dan Indah menghentikan langkahnya, menoleh ke asal suara yang menampilkan seorang pria berpakaian dokter. Pria itu tersenyum ramah sambil menghampiri, jauh berbeda dari wajah Dhananjaya yang tet

    Last Updated : 2023-01-05
  • Terikat Kontrak   Hilang?

    Indah merasa sangat jenuh berada di dalam kamarnya tanpa melakukan apa pun. Alda sering kali memperingatinya agar tidak keluar dari kamar. Namun, hari ini ia memberanikan diri untuk keluar dari sarangnya. Suasana sepi, menandakan Dhananjaya yang menguasai lantai tiga sedang tidak ada di rumah. Indah lega, tidak akan takut ketahuan salah satu pengawal pribadi suaminya. Langkahnya yang tanpa tujuan, menyusuri satu lorong yang tampak sangat sepi. Di ujung lorong tersebut, ada satu pintu berukuran sangat besar yang terbuat dari kayu jati. Menerka-nerka luas bangunan, Indah takut akan tersesat. Demi apa pun, ia tidak pernah membayangkan rumah itu akan seluas yang sedang ditelusurinya saat ini. Tepat di depan pintu berwarna coklat, Indah menyentuh knop pintu, lalu sedikit mendorongnya hingga ia dapat mengintip ke dalam. Matanya terbelalak dengan sempurna saat melihat buku-buku besar, berjejer sangat rapi di atas rak. Indah yang memang suka membaca, sangat tertarik untuk membaca buku-buku

    Last Updated : 2023-01-05
  • Terikat Kontrak   Masalah Kecil Yang Menjadi Besar

    “Alda! Bantu cari buku yang kemarin ketinggalan di perpustakaan!” Jasmin berdiri tak jauh dari kamar Indah, berteriak ke arah lantai dasar. Suara Jasmin begitu menggema hingga dapat terdengar oleh siapa pun. Beberapa pelayan yang sedang berkumpul di lantai dasar, saling menatap satu sama lain. Namun, hanya Alda yang berani menemui anggota keluarga. Untuk itu, ia bergegas pergi ke lantai atas. “Nona, apa yang bisa kubantu?” tanya Alda ketika kakinya terus mengejar langkah Jasmin. “Bantu cari bukuku yang ketinggalan di perpustakaan,” titah Jasmin tanpa menatap lawan bicaranya. “Baik, Nona.” Alda mengangguk sopan walau Jasmin tidak melihatnya. Indah berdiri di balik pintu kamarnya, mendengar suara Jasmin yang begitu tidak sabaran untuk menemukan bukunya. Sepertinya wanita itu sedang membutuhkan buku itu secepatnya. Judul bukunya memang tidak disebutkan, tapi Indah yakin, yang dicarinya pasti buku yang sedang ia baca. Ingin mengembalikan buku itu, tapi ia pun takut akan makian Alda a

    Last Updated : 2023-01-05
  • Terikat Kontrak   Perubahan Kecil

    Sudah satu minggu Indah kembali ke rumah Abraham. Suasananya begitu canggung, lebih-lebih saat pertama kali menginjakkan kakinya di sana. Tidak ada keberanian sedikit pun untuk keluar dari kamar, ia selalu mengurung diri seperti kebiasaannya. Tidak ada yang menemani, kesepian melanda hatinya. Dhananjaya tak pernah menemuinya entah itu menjenguk, ataupun memintanya untuk menghadap.Entah apa yang direncanakan takdir untuknya, Indah merasa hidupnya sudah tidak berarti lagi. Mendiami sebuah rumah tanpa berinteraksi dengan sesama manusia, siapa yang akan tahan akan hal itu? Namun, lagi-lagi Indah hanya bisa pasrah. Dalam keterpurukannya, ia tak pernah meninggalkan kewajibannya untuk bersembahyang.Suara ketukan di pintu kamarnya membuat Indah menatap ke asal suara secara spontan. Aneh, biasanya para pelayan akan langsung masuk dengan tidak sopannya, tanpa permisi apalagi sekadar mengetuk pintu. Siapa yang ingin bertemu dengannya? Merasa penasaran, Indah berjalan ke arah pintu untuk membuk

    Last Updated : 2023-06-14
  • Terikat Kontrak   Panggilan Tuan Besar

    Sudah hampir satu bulan Dhananjaya tidak menemui Indah di kamarnya ataupun meminta wanita itu untuk menghadap. Terakhir bertemu yaitu saat di rumah sakit, saat sang istri mengalami keguguran. Padahal, Indah sangat ingin bertemu dengan pria kaku itu. Salahkah jika Indah merindukan suaminya sendiri? Ia selalu berdiri di dekat pintu, membuka pintu kamarnya hingga memberikan celah agar dapat melihat Dhananjaya dari kejauhan saat pria itu akan pergi atau pulang. Sosok tampan yang terlihat sangat perkasa itu mampu membuat hati Indah berseri-seri. Bagaimana tidak? Indah tidak pernah bermimpi sedikit pun untuk memiliki suami setampan dan sekaya Dhananjaya. Sekarang, pria yang digilai banyak wanita itu telah menjadi suaminya secara resmi. Namun, Indah selalu merasa dirinya sangat kecil, ia tak menganggap Dhananjaya sebagaimana sebagai suami melainkan majikannya. Tidak perlu dijelaskan, ia merasa sangat sungkan pada suaminya sendiri. “Indah, bersiaplah. Pak Jay memintamu untuk ke rumah Tuan

    Last Updated : 2023-06-15

Latest chapter

  • Terikat Kontrak   Extra Part 6

    Mengingat usia kandungan Indah yang sudah menginjak tujuh bulan, Dhananjaya dan dua anak kembarnya begitu semangat untuk berbelanja kebutuhan bayi. Soal antusias, Indah bahkan kalah, suami dan kedua anaknya sangat heboh merinci apa saja yang diperlukan bayi. Hampir seharian penuh keluarga kecil itu menghabiskan waktunya di dalam gedung pusat perbelanjaan, mengunjungi banyak toko kebutuhan bayi. Tepat keesokan harinya, mereka berempat tetap sibuk merapikan kamar bayi perempuan yang tak lama lagi akan terlahir. Sikap Dhananjaya tidak banyak perubahan. Tapi, setidaknya, pria yang dulu sangat kaku itu dapat tersenyum manis sekarang. Perhatiannya bukan hanya pada Indah saja, tapi pada Adelio dan Adelia juga, ditambah anak ketiganya yang masih berada dalam kandungan. Hubungan ayah dan anak yang dulu renggang, kini sebaliknya. Dhananjaya yang tentunya sudah sangat dewasa, sering kali terlihat seperti anak kecil ketika ikut bermain bersama Adelio dan Adelia. Dia bahkan tampak senang saat i

  • Terikat Kontrak   Extra Part 5

    Terbangun dari tidur siangnya, bibir Indah melengkung membentuk senyuman manis mengingat kejadian beberapa jam yang lalu. Dalam keadaan matanya yang masih tertutup, perlahan tangannya bergerak ke arah perut, mengusapnya lembut. Hari ini Dhananjaya sengaja tak masuk kantor karena ingin memeriksakan istrinya. Sesuai harapan, kini sang istri tengah berbadan dua. Indah sendiri tak menyadari telatnya datang tamu bulanan, dan malah Dhananjaya yang mengingatkannya.Seperti kehamilan sebelumnya, kandungan Indah dinyatakan lemah dan memerlukan kehati-hatian yang tinggi. Satu janin yang dikandungnya berusia lima minggu, sangat rawan hingga Indah langsung mendapat banyak perhatian dari suaminya.Sejak di perjalanan pulang saja, Dhananjaya tak henti mengingatkan, memberikan nasehat agar Indah menjaga pola makan serta aktivitasnya. Bahkan, pria itu memaksa Indah untuk beristirahat dengan tidur siang, hal yang tak pernah Indah lakukan.“Ada acara apa ini? Tidak ada yang mengajak Ibu untuk bergabun

  • Terikat Kontrak   Extra Part 4

    Bulan madu, umumnya pasangan pengantin baru akan memadu kasih di tempat romantis berdua saja. Namun, hal itu tidak berlaku pada Indah dan Dhananjaya. Pasalnya, mereka berlibur di Kota Bali dengan membawa kedua anaknya. Tempat itu sudah diidamkan Indah sejak lama, dan sekarang baru terlaksana.Menatap lurus ke depannya, hati Dhananjaya merasakan kedamaian dan kehangatan yang tidak pernah ia rasakan sebelumnya. Berjarak beberapa meter darinya, Indah dan anak-anak sedang bermain pasir. Sedangkan ia sendiri, hanya duduk di kursi yang terbuat dari kayu di bawah pepohonan, menikmati semilir angin.Ingin bergabung, tapi Dhananjaya tak tahu harus melakukan apa. Bermain pasir bersama? Bukan malas, tapi ia tak bisa melakukannya. Biarlah, tawa mereka bertiga sudah cukup membuat hatinya senang, bibirnya pun tak henti-hentinya tersenyum manis melihat pemandangan indah yang tak pernah dilihatnya.“Indah, luangkan waktumu untukku juga,” pinta Dhananjaya saat Indah menghampirinya. Suaranya terdengar

  • Terikat Kontrak   Extra Part 3

    Terbangun dari tidurnya, Indah celingukan mencari keberadaan Dhananjaya yang tidak ada di sampingnya. Ketika memeriksa kamar mandi, pria itu juga tidak ada di sana. Tanpa mau merapikan ranjang yang sangat berantakan akibat pergulatan semalam terlebih dahulu, Indah bergegas keluar dari kamar itu.Suasana sangat sepi, tidak ada suara apa-apa sekalipun suara hewan. Indah tentu ingat di mana ia berada, yakni rumah barunya. Namun, bohong jika ia merasa baik-baik saja. Nyatanya, ia merasa cemas dan takut. Rumah yang sangat besar tersebut begitu menyeramkan jika sendirian, padahal hari sudah pagi.Tak berani memeriksa banyak ruangan di lantai atas, Indah melanjutkan pencarian ke lantai dasar. Seperti kemarin saat dia datang, di lantai dasar juga tidak ada siapa pun. Tapi, kali ini samar terdengar adanya aktivitas di sebuah ruangan. Indah lalu mengikuti arah suara itu berasal meski ada rasa takut tapi penasaran.Di dapur yang cukup terbuka, Dhananjaya sedang sibuk memasak sesuatu. Dari carany

  • Terikat Kontrak   Extra Part 2

    Berdiri di atas pelaminan untuk menyambut para tamu yang hadir, tatapan Indah tertuju pada salah satu meja yang hanya diisi dua orang wanita cantik berpakaian mewah. Mereka terlihat sangat akrab layaknya sahabat, dan kedua orang itu sangat Indah kenali, yakni Jasmin dan Caroline.Caroline, wanita yang sangat cantik itu tetap hadir di hari kedua resepsi pernikahan. Ya, walau bagaimana pun banyak tamu yang diundangnya. Meski tidak berdiri di pelaminan, dia tetap menyapa tamunya, dengan senang hati menjelaskan apa yang terjadi pada pernikahannya yang gagal.Hati Indah kembali merasa tak enak, yang seharusnya tidak perlu diingat-ingat lagi. Lihatlah di depan sana, ada seorang wanita cantik bak bidadari. Pria mana yang tidak tertarik? Bahkan, kecantikannya yang sempurna itu berhasil membuat banyak wanita iri, termasuk Indah. Tapi, mengapa Dhananjaya tidak menyukainya? Dia malah memelas pada wanita sederhana yang berasal dari kampung untuk kembali menjadi istrinya. Jangankan orang lain, In

  • Terikat Kontrak   Extra Part 1

    Duduk di sofa kamar hotel yang ditempatinya, Indah menatap kosong pemandangan di depannya. Sejak duduk di pelaminan sebagai pengantin, tidak banyak ekspresi yang ia tampilkan selain tersenyum ramah kepada para tamu. Namun, beberapa orang sudah tahu bahwa wanita itu terlihat linglung.Tidak banyak yang dibicarakan bersama Dhananjaya karena tak sempat, tentu Indah memiliki segudang pertanyaan perihal kejadian hari ini. Saking tak percayanya menjadi seorang pengantin, sampai-sampai Indah tak bisa berekspresi lebih. Tepatnya, dia mengalami syok berat dan tak mengerti.Keluar dari kamar mandi, Dhananjaya melihat punggung mungil Indah yang tetap membelakangi seakan tak sadar kedatangannya. Hatinya tak tenang sejak tadi. Apa Indah tidak senang menjadi istrinya lagi? Atau, apa kesalahannya sangat besar hingga Indah tidak memiliki kepercayaan lagi terhadapnya?“Apa yang kamu pikirkan?” Dhananjaya berhasil membuat Indah menoleh. “Ada masalah?” tanyanya ragu.“Apa ini mimpi?” Indah memperhatikan

  • Terikat Kontrak   ENDING

    Di kediaman Basuki Abraham, banyak sekali orang yang entah sedang apa. Sejak Dhananjaya meninggalkan hotel, sebagian keluarga Abraham dan keluarga Caroline juga meninggalkan hotel tersebut dan datang ke rumah Basuki untuk melihat sosok Indah yang selama ini tidak mereka ketahui, khususnya keluarga Caroline.Jelas saja, saat Indah dan Dhananjaya sampai di rumah itu, mereka menjadi pusat perhatian seluruh orang yang ada di sana. Hal itu membuat Indah sangat malu hingga ingin pergi dari tempat tersebut, tapi Dhananjaya menyeret tangannya untuk masuk ke dalam. Tidak seperti Indah yang menunduk sepanjang jalan karena malu, Dhananjaya tetap menegakkan kepala dengan wajah dingin andalannya seolah tidak ada siapa pun di sana. Di dalam rumah, tepatnya di ruang keluarga, tengah berkumpul keluarga Abraham yang penasaran tentang Indah yang sebenarnya masih hidup. Bahkan, Caroline dan Lenia pun ada di sana, memperhatikan kedatangan Dhananjaya bersama Indah. Bukannya berhenti di depan mereka untuk

  • Terikat Kontrak   Alasan Caroline

    Beberapa saat yang laluSemua persiapan untuk melangsungkan pernikahan Dhananjaya dan Caroline sudah siap. Sumpah pernikahan akan dilakukan di depan semua keluarga besar dari kedua belah pihak, di hotel yang sangat terkenal akan kemewahannya di Pusat Kota Jakarta.Semua keluarga sudah berkumpul untuk menyaksikan acara yang mulia itu, tapi justru penghulu yang belum datang. Caroline dilanda kecemasan dengan keputusan yang akan dipilihnya. Sama seperti Indah yang tidak bisa tidur dan menangis semalaman, Caroline pun tidak bisa tidur karena sibuk memikirkan banyak hal.Entah keputusannya benar atau salah, Caroline tidak peduli. Ia sudah memutuskan sesuatu sebelum semuanya terlambat. Di hadapan semua keluarga, Caroline meminta Dhananjaya berdiri di sampingnya. Tidak ada yang aneh, Dhananjaya hanya menurut saja. Sedangkan keluarga yang lainnya, tetap duduk di kursi masing-masing, memperhatikan Caroline yang sepertinya ingin mengatakan sesuatu.“Sebelum sumpah pernikahan kita terucap, aku i

  • Terikat Kontrak   Benda Berharga

    1 bulan berlaluHari ini adalah hari di mana Dhananjaya dan Caroline melangsungkan pernikahannya. Semua keluarga sangat sibuk mengatur pesta, termasuk Rega dan Jasmin yang meninggalkan Indah sendirian. Belum tahu bagaimana kelanjutan hidup Indah, dan Indah dipaksa untuk menetap di rumah Rega. Entah apa yang Jasmin dan Rega tunggu, mengapa mereka membiarkan pernikahan Dhananjaya dan Carolone terjadi. Lantas, untuk apa Indah masih di sana, menunggu yang tidak pasti? Membayangkan Dhananjaya yang akan menyematkan sebuah cincin di jari manis Caroline, hati Indah terasa sangat panas dan perih. Sejak semalam ia tak henti menangis, menangisi yang seharusnya sudah ia relakan. Nyatanya, perkataan yang keluar dari mulut dan di hati sangat bertolak belakang. Indah tidak rela Dhananjaya menikahi Caroline, Indah tidak terima kedua anaknya memanggil ibu kepada wanita lain.Cincin pernikahannya bersama Dhananjaya adalah barang yang sangat berharga, akan tetapi benda kecil itu hilang saat pergi ke ho

DMCA.com Protection Status