Bab 43
Sergio jadi panik, dia merasa bersalah sudah membuat Shanika terluka hingga saat ini. Karena sudah diselimuti nafsu, dia sampai tak mempedulikan Shanika yang histeris. “Maafkan aku, aku tak bermaksud menyakitimu, sungguh,” kata Sergio sambil menghampiri Shanika yang mendorong dada bidangnya, menolak untuk didekati. “Bajingan!” maki Shanika dengan tatapan marah,”aku sudah menyuruhmu berhenti dari tadi! Kenapa kau tak mendengarkanku!” “Maaf, Shanika … aku benar-benar minta maaf, aku aku akan memeriksanya.” Takut terjadi sesuatu pada bagian inti, Shanika hanya bisa menangis terisak-isak. Sekujur tubuhnya sudah mati rasa akibat gerakan liar yang Sergio berikan, sangat kasar dan tak berperasaan. Sergio meraih handuk, kemudian melilitkannya sebatas pinggang untuk mengambil kompresan. Dia akan membersihkannya lebih dahulu. “Kau marah padaBab 44 Terik matahari semakin merangkak, hingga hari telah berganti menjadi siang. Di kamar hotel yang ditempati, Shanika tengah membersihkan diri untuk pulang. Ia menatap dirinya di depan pantulan cermin, dia meringis dengan penampilannya yang memprihatinkan ini. “Menjijikan!” gumam Shanika sembari meremas pinggiran wastafel, melampiaskan rasa sakit dan kesedihannya. Shanika menutup kembali tubuhnya, ia membasuh wajahnya yang sudah basah oleh air mata. Sudah lama dia menangis sendirian, menangisi kepedihan karena kebodohannya tak bisa melakukan apa pun. Saat Shanika akan keluar dari kamar, Sergio rupanya sedang bersandar di tembok sambil memperhatikan dua mata Shanika yang sembah. Ternyata wanita ini menangis, pantas saja lama di kamar mandi. “Lagi-lagi kau menangis, apa yang kau tangisi?” tanya Sergio kesal, setiap kali bersamanya Shanika terus menumpahkan kesedihan.
Bab 45 Carissa mengangguk dengan mantap, dia teringat perkataan ibunya yang mengatakan kalau Carissa harus menuruti keinginan suami dan mertuanya agar mereka menyayanginya. Awalnya Sergio ragu, kenapa Carissa berubah pikiran secepat itu. Kendatipun bagus, bukan? Inilah yang dia tunggu selama ini. Menunggu kesiapan Carissa mempunyai anak. “Kamu serius? Kenapa pikiranmu berubah secepat itu, bukan karena agar aku memaafkanmu saja, 'kan?” tanya Sergio, tangannya bertengger di pinggang ramping Carissa dengan perasaan gembira. Tentu saja gembira, keinginannya untuk menjadi seorang ayah akan terwujudkan jika Carissa sudah siap. “Nggak, Sayang, aku nggak mau kamu menunggu lama lagi. Harusnya aku sudah mewujudkannya dari dulu, maafin aku,” ujar Carissa begitu manja, walau dalam hatinya ia masih belum siap sepenuhnya menjadi seorang ibu. Kebanyakan, orang yang sudah m
Bab 46 Bu Listia meredamkan kekesalan dalam hatinya, meskipun Pak Hans teliti, ia tidak takut sama sekali. Bu Listia menyimpangkan kaki dengan menampilkan wajah arogannya. “Sebaiknya Anda jangan bermain-main dengan saya, Pak Hans, jika Anda tidak mau bernasib sama dengan sahabat baikmu itu.” Bu Listia melayangkan tatapan tajam dan peringatan, Pak Hans menyadari ada sisi berbeda dari istri majikannya ini. Wanita paruh baya di depannya meskipun terlihat anggun dan elegan, tetapi Pak Hans melihat ada sifat kejam di balik itu semua. “Apa maksud Anda berkata seperti itu? Perkataanmu Anda seolah-olah kematian Grahardi ada kaitannya denganmu,” tutur Pak Hans, dilihat dari gestur dan perkataannya, Pak Hans memang merasakan sesuatu yang mencurigakan. “Jika iya kenapa? Jika tidak kenapa? Anda lancang sekali, Pak Hans. Sudah menuduh tanpa bukti, masa iya saya mencelakai suami sendiri. Itu t
Bab 47 Pak Hans kelabakan, dia tak mungkin melakukan hal gila itu. Seumur hidup, baru kali ini Pak Hans tak menepati ucapannya. Padahal Pak Grahardi mempercayainya. “Tidak, saya tak mau melakukan hal itu. Itu hal gila, apalagi sampai memalsukan dokumen. Saya enggan merusak kepercayaan Pak Grahardi,” tolak Pak Hans, jangan sampai dia gegabah dalam bertindak. Dia bodoh dan tergoda dengan Bu Listia, padahal itu adalah jebakan. “Kenapa tidak mau? Grahardi sudah meninggal, dia sudah tiada dan tidak akan tahu. Hanya kau dan aku, kita bisa bersenang-senang seperti tadi jika kau mau membantuku, Pak Hans. Kau suka 'kan dengan kegiatan tadi?” goda Bu Listia terus saja menguji jiwa kelelakian Pak Hans. Bu Listia tahu kalau ini kelemahan pria. “Saya terpaksa karena Anda menggoda saya, Bu Listia. Saya tak akan membantu Anda, surat wasiat ini sudah akurat, tak boleh dipalsukan!” “Ayolah, Hans … aku
Bab 48 Shanika pergi ke samping rumah, gadis itu ingin menghirup udara segar di luar sembari duduk dan memasukan setengah kakinya ke dalam kolam. Malam semakin larut, tetapi rumah sudah sepi. Kesepian terus dirasakan Shanika yang berdiam seorang diri. Dia menatap jutaan bintang di langit sembari terus merapalkan doa pada Tuhan agar Pak Grahardi ditemukan dan dikebumikan dengan baik. Mengingat kenangan indah bersama sang ayah, Shanika tak bisa menahan diri untuk tak menangis. Cairan bening itu luruh, menganak sungai mambasahi wajahnya yang lebam. “Kenapa Papa pergi secepat ini, Pa? Aku nggak kuat memikul beban berat sendirian, aku kangen Papa,” isaknya menangis tersedu-sedu. Di tempat sepi ini memang tempat ternyaman untuk menumpahkan tangisan. Sementara itu, samar-samar Sergio mendengar suara tangisan seseorang, dia menajamkan pendengaran, mencari di mana suara itu berasal. Niat
Bab 1“Sh, hentikan, Kak!” ketus Shanika, gadis itu memberontak kuat sambil mendorong dada bidang pria yang hendak menyentuhnya.Gadis itu terisak, air matanya terus berjatuhan membasahi wajahnya akibat mendapatkan perlakuan tidak mengenakan dari Sergio. Dia tak lain dan tak bukan adalah suami kakaknya, kakak iparnya sendiri.Mendapat penolakan dari Shanika, Sergio melayangkan tatapan tak bersahabatnya. Di saat nafsunya sudah berada di puncak, Shanika malah menghentikannya sepihak.“Ck, kenapa kau malah menghentikanku, bodoh? Aku membawamu karena aku sudah membayarmu. Jadi terserah aku ingin melakukan apapun padamu, termasuk mengambil kesucianmu. Bukankah ini memang tujuanmu? Menjual kesucian demi uang?” papar Sergio, bibirnya menyeringai. Tatapannya menatap nakal ke arah tubuh Shanika, dia tampak mempesona dengan gaun ketat dan terbuka yang dikenakannya.Hati Shanika hancur berkeping-keping ketika Sergio menganggap dirinya seolah tak ada harganya sama sekali, tentu dia merasa sakit.
Bab 02“Andai kakakmu tidak sibuk dengan dunianya, aku tidak akan melakukan ini. Aku tidak peduli mengkhianatinya atau tidak, dia sendiri bahkan tak mempedulikan perasaanku.”“Aku bingung harus menjawab apa, karena itu bukan urusanku. Tapi yang jelas, baik Mama maupun Kak Carissa tidak boleh tahu, terutama dua adikku.”Shanika menatap Sergio yang terus menenggak minuman alkohol itu. Dia sudah menebak kalau Sergio melakukan ini karena ada alasan. Alasan jelasnya karena Carissa jarang ada di rumah, sebagai suami Sergio sangat membutuhkan istri.Merasa tidak peduli dengan masalah mereka, Shanika tidak mau ambil pusing karena itu bukan urusannya. Yang harus Shanika pikirkan adalah, bagaimana cara agar dia bisa mendapatkan uang untuk biaya operasi Nala.Dia tidak punya banyak waktu, suster mengatakan jika Nala harus segera ditangani. Shanika memilin jari jemarinya yang terasa dingin saking gugup dan takut.“Karena kita sudah sepakat mentandatangani kontrak, mulai sekarang dan seterusnya ka
Bab 3Mendengar itu, sepasang mata Shanika terbelalak. Bagaimana caranya ia mengembalikan uang sebanyak itu pada Sergio? Sedangkan ia saja belum memiliki penghasilan. Shanika masih kuliah, sumber uang yang ia dapatkan dari pemberian ayahnya. Jika dia mengingkari janji, dia takut Sergio benar-benar serius dengan ucapannya.“Aku akan menitipkan Nevan pada suster dulu,” balas Shanika usai berperang dengan pikirannya. Tidak ada cara lain selain pasrah.Sebelum pergi menemui Sergio, Shanika menitipkan Nevan pada suster. Setelah itu dia pergi ke bawah dan mencari keberadaan Sergio.Di depan rumah sakit, dari jarak beberapa meter terlihat seorang pria memakai pakaian formal dan kacamata hitam yang bertengger sedang menunggu di depan mobil.Itu Sergio. Lelaki itu bersandar di mobil sembari bersedekap dada, sesekali melirik ke arloji yang melingkar di pergelangannya.“Aku sudah bilang padamu untuk menunggumu di belakang, Kak,” ucap Shanika bergegas menghampiri.Ia sudah bilang jika keduanya b