Bab 50
Pandangan Shanika menggelap. Ia dibius dan dibawah oleh orang yang tak dikenal. Di dalam mobil, Shanika ditahan oleh dua pria di sisi kiri dan kanannya.Shanika tak sadarkan diri, matanya tertutup akibat pengaruh obat bius. Melihat orang sasaran sudah berhasil dibawa, ketiga pria di dalam mobil itu bersorak.“Setelah ini kita harus pesta-pesta, Bro,” ujar pria yang sedang menyetir.Shanika dibawa ke salah tempat yang jauh dari permukiman, mobil itu berjalan menuju lautan. Sesuai arahan, mereka bertiga ditugaskan untuk melenyapkan Shanika.“Emang lo semua yakin ini orang bakalan mati kalau dibuang ke laut?” tanya pria di samping kiri. Belum yakin kalau ini cara ampun untuk menghilangkan nyawa.“Ya mikir aja, ini orang nggak sadar. Kita bakalan buang ke pedalaman, emang bakalan selamat? Ya kagak, dia gak bisa berenang kalau gak ada tenaga. Bego kok dipelihara,” sahut rekannya dengan kesal.Bab 51 Sergio yang baru pulang kerja pun tidak tahu Shanika ke mana, dia bahkan baru kalau Shanika tidak pulang ke rumah. Padahal jam kerja sudah selesai sore, Sergio memutar otak, menerka-nerka gadis itu pergi ke mana. Dia berpikir, bahwa Shanika mungkin sengaja menghindar darinya karena ingin menjauh atau sedang di luar bersama temannya. Mungkin saja. “Kakak gak tahu kakakmu ke mana, paling lagi main sama temannya. Mending kamu tidur aja, siapa tahu nanti pulang,” kata Sergio membujuk Nevan yang sedang bersedih. Biasanya Shanika akan selalu memberitahu Nevan jika ada sesuatu, tetapi kali ini tidak ada kabar sekali. Bocah kecil itu sedih dan heran, mengkhawatirkan Shanika yang tak diketahui keberadaannya. “Nggak mau, Evan mau nunggu Kakak aja. Biasanya Kakak selalu bilang padaku jika ada sesuatu,” balas Nevan membuat Sergio mewajarkan kalau Nevan peduli pada Shanika dan heran karena
Bab 52 Pagi harinya. Setelah semalaman Sergio melakukan pencarian. Nihil, tidak ada hasil. Shanika tidak ditemukan di mana pun. Sergio juga tidak pulang, ia mencari Shanika sampai pagi tiba. Ia tak merasa kantuk, yang lebih penting keberadaan Shanika diketahui. Sergio mendatangi kantor polisi, untuk melaporkan Shanika yang diduga hilang. “Pak Sergio? Wah, selamat siang. Tak disangka saya bisa bertemu dengan Anda si sini,” sapa polisi ketika Sergio menghampiri. “Saya ingin melaporkan orang hilang, Pak. Saya ingin Anda dan pihak kepolisian melakukan pencarian,” kata Sergio bicara langsung. “Baiklah, Anda bisa jelaskan kejadiannya agar kami langsung menangani.” Sergio menjelaskan sesuai yang dia tahu pada polisi, polisi mendengarkan semua yang dijelaskan. Sampai pada akhirnya, pihak polisi pun turun tangan untuk melakukan pencarian. “Anda te
Bab 53 Kabar ditemukannya Shanika membuat rasa cemas yang tak disadari Sergio mulai berkurang, tanpa menunggu istri serta ibu mertuanya, Sergio memilih datang sendiri ke rumah sakit lantaran mereka seperti tak memiliki rasa kepedulian sama sekali. Sergio heran, di saat Shanika hilang dan sudah berhasil ditemukan pun mereka masih cuek dan santai. Sekejam-kejamnya Sergio, dia masih memiliki rasa iba pada Shanika. Sergio mendatangi salah satu rumah sakit yang sudah diberitahukan oleh pihak polisi. Lumayan jauh, tetapi cepat sampai karena Sergio menjalankan mobilnya dengan begitu cepat. “Nggak, Dok, pasti ini nggak mungkin, ‘kan?” jerit seorang wanita kala Sergio sudah tiba di depan ruang inap Shanika, ia bertanya dahulu sebelum itu. “Benar, Nona, apa yang saya sampaikan itu berita benar dan tak mungkin laporan palsu,” sahut pria. Suara tangisan Shanika, Sergio bertan
Bab 54 “Apa maksudmu diculik?” Mendengar kejadian tragis menimpa Shanika, pandangan mata Sergio semakin lekat dan serius menatapnya. Kenapa bisa ada orang yang berbuat jahat pada Shanika, apalagi sampai berniat menculik dan membunuhnya. Apa alasannya? Sergio terus mendengarkan Shanika yang masih trauma dengan kejadian yang menimpa dirinya. Kendati demikian, tetap ia jelaskan sembari berusaha mengingat-ingat semuanya. Sergio duduk di samping Shanika sembari menggenggam tangannya, terlihat kentara kalau raut wajah Shanika berubah begitu saja. “Kamu jelaskan padaku secara perlahan-lahan, tak usah dipaksakan,” bisiknya lembut sambil mengusap pipi Shanika yang hanya bergeming, dadanya berdesir dengan perlakuan Sergio. Shanika menarik napas, menghembuskannya secara perlahan sambil menatap Sergio yang juga memandanginya. “Aku nggak tahu siapa tiga pria
Bab 55 Konyol dan gila ketika dua insan tersebut berciuman di atas brankar, Sergio tak melepaskan begitu mudah sekalian balas dendam sudah diabaikan selama satu bulan. Shanika bingung, kenapa ia malah pasrah dan menikmati begitu saja? Ke mana Shanika yang selalu tegas menolak? Hari ini, ia kehilangan dirinya yang dulu. “Akh!” Shanika mengasuh kesakitan ketika merasakan perutnya sakit karena bekas kuret. Sergio melepaskan cepat, melihat Shanika yang meringis sambil memegangi perutnya. Sergio tak tahu kalau Shanika dikuret. Secara perlahan, Sergio membaringkannya agar tak banyak bergerak. “Kata dokter aku habis kuret, Kak,” ujar Shanika, mulai agak enakan setelah ditidurkan. Sergio menganga, kenapa dia baru tahu hal ini. “Bodoh, kenapa kau tidak memberitahuku sejak awal!” omelnya. “Mana sempat, Kakak saja tak memberiku celah,” timpal Shanika tak k
Bab 56 “Sergio! Kamu apa-apaan, sih? Berani kamu mengusir kita? Kita ini keluargamu, kamu harus membela istrimu! Kenapa kamu malah membela wanita itu!” ketus Pak Dion menegur sikap kurang ajar sang putra. “Maaf, Pa. Mengertilah, Shanika masih lemas. Kita bicarakan hal ini nanti, kalian pergi sendiri atau aku panggilkan penjaga kemari?” balas Sergio, santai tapi penuh peringatan. Tanpa segan dan menentang para keluarganya, Sergio mengusir mereka sebelum terjadi sesuatu pada Shanika. Kasihan wanita itu, kondisinya masih lemas pasca keguguran harus dihadapkan dengan kemarahan orang-orang. “Mas, kamu pilih aku atau jalangmu itu?” teriak Carissa ketika Sergio akan menutup pintu ruangan. Carissa tidak menyangka sang suami malah membela selingkuhannya dan mengusirnya, padahal Carissa ingin menghajar Shanika yang sudah tega mengkhianati dirinya. Tanpa adanya jawaban, Sergi
Bab 57 Shanika diam diambang kebingungan dengan ajakan Sergio untuk membawanya ke tempat aman dan mengajaknya tinggal bersama. Bagaimana bisa Shanika tinggal bersama dengan Sergio di saat perselingkuhannya sudah diketahui. Shanika dicap bagai wanita tak tahu diri jika begini. Wanita itu menunduk dalam dengan perasaan campur aduk---bingung dan terpukul, meski apa yang ia alami saat ini tak seberapa dengan sakit hari Carisda karena ia khianati. “Maaf, Kak, aku nggak bisa. Daripada aku tinggal bersama Kakak, lebih baik aku mencari tempat tinggal sendiri saja. Perselingkuhan kita udah terbongkar, aku tak mau membuat keadaan semakin rumit,” kata Shanika menolak ajakan Sergio untuk tinggal bersama. Yang benar saja. Di situasi begini, Sergio hanya ingin Shanika istirahat dengan baik, melewati masa pemulihannya tanpa ada gangguan. Sergio juga akan pulang jika sudah mengurus kepindahan Shanika ke rumah
Bab 58 Carissa mengurung dirinya di dalam kamar, dia tidak mau bertemu dengan orang-orang sembari menenangkan diri. Alhasil, isi kamarnya yang menjadi sasaran. Ruangan yang tadinya rapih, kini sudah hancur berantakan seperti kapal pecah. Banyak barang hancur berantakan. Namun, lebih hancur lagi hati Carissa dengan pengkhianat suaminya. Seolah rumah tangga mereka selama ini tidak ada artinya sama sekali. “Gue gak bakalan lo hidup kali ini, Shanika, gue yang bakalan nentuin kematian lo. Karena lo dan nyokap lo sumber penderitaan gue, lo harus merasakan kehancuran yang sama dengan apa yang gue rasain,” ujar Carissa sembari memeluk dua kakinya, ia menatap sendu ke foto pernikahannya dengan Sergio. Dia pikir, Sergio tidak akan keberatan dengan semua kesibukannya. Ternyata ia salah, Sergio bisa santai karena main di belakang. Tok! Tok! Tok! “Carissa! Nak!” Suara ket
Bab 70 “Apakah semua yang kulakukan padamu selama ini tak cukup membuktikan bagaimana perasaanku padamu?” tanya Sergio berbalik tanya pada Shanika yang tak bisa lagi berkata-kata. Dua insan tersebut masih bertatapan, dengan jarak begitu dekat. Shanika terharu, setelah semua penderitaan datang silih berganti, telah terganti oleh kebahagiaan yang harus ia syukuri. Kejadian masa lalu, kesalahan Sergio di masa itu memang masih melekat dalam benak Shanika. Jika dipikir lebih dalam, Sergio orang yang selalu ada membantunya. Tak seharusnya Shanika menumpahkan semua yang terjadi pada Sergio, karena dirinya juga bersalah. “Bisakah kita perbaiki kesalahan kita untuk lebih baik ke depannya, Mas? Aku tahu cara kita bersatu memang salah, tapi aku tak bisa membayangkan bagaimana kita tidak terikat dengan kontrak itu. Mungkin aku dan kamu tidak akan bisa bersama seperti ini,” ujar Shanika, ingin
Bab 71 “Nala di rumah sakit, Pa, Nala koma,” balas Shanika menahan rasa sedihnya karena Nala belum juga sadar sampai sekarang. Di saat ayahnya kembali dan ditemukan, rasanya teras kurang jika Nala tidak ada. Kurang lengkap. Pak Grahardi mengusap wajah gusar sambil menyandarkan punggungnya di sandaran sofa dengan perasaan terpukul. Saat kecelakaan itu terjadi, Pak Grahardi memang sedang bersama Nala. Saat itu, Pak Grahardi akan mengantar Nala sekolah, tetapi rem mobilnya mendadak blong. “Antar Papa menemui Nala, Nak, Papa ingin tahu keadaannya,” pinta Pak Grahardi, meski terlihat tegar di luar, di dalam dia begitu sedih karena apa yang terjadi pada keluarganya disebabkan oleh Bu Listia yang salah paham selama ini. “Aku akan mengobati Shanika dulu di kamar, Pa,” kata Sergio melihat ada beberapa luka di tubuh istrinya. Dahi Pak Grahardi mengkerut, tatapannya mengintim
Bab 69 Para polisi datang, langsung menghampiri Carissa dan Bu Listia yang hendak melarikan diri. Kedua kaki mereka ditembak, sehingga mereka tak bisa kabur ke mana-mana sambil menahan rasa sakit di kakinya. “Argh, lepaskan aku! Aku tidak akan mengampuni kalian! Ingat aku baik-baik, aku akan membalas dendam nanti!” teriak Bu Listia diangkat paksa oleh polisi. “Tunggu, Pak. Saya ingin bicara sesuatu,” kata Pak Grahardi sebelum Bu Listia dibawa pergi, dia harus mengatakan kebenaran agar Bu Listia tidak salah paham dan menaruh kebencian pada mendiang istrinya yang sudah dilenyapkan dengan kejamnya. “Aku dan Nancy sudah berhubungan sejak kami SMA, kami menjalin hubungan diam-diam tanpa sepengetahuan kau. Bahkan, aku dan Nancy sudah menikah saat lulus kuliah. Kami menikah dan tinggal di tempat asing, kami hidup bahagia, tapi semenjak ada kau. Nancy menderita karena aku duakan, bahkan dengan tak tahu dirinya k
Bab 68 Penutup wajah itu dilempar dengan asal, menampakan wajah si pelaku dengan jelas. Melihat itu, Shanika hampir terjerembab saat orang itu adalah Carissa. “Kak Carisssa?” pekik Shanika kaget sekaget-kagetnya. Carissa menyunggingkan senyum dengan tatapan tak bersahabatnya. “Kenapa, lo kaget?” Wanita di belakangnya pun ikut membuka, lagi-lagi Shanika dibuat tercengang karena orang yang mengincar dan menculik Nevan adalah ibu serta kakak tirinya. “Mama? Kakak? Kenapa kalian menculik Nevan dan mengincarku?” tanya Shanika pada keduanya yang berdiri sembari bersedekap dada. Pertanyaan itu dianggap angin lalu, Bu Listia langsung melayangkan tamparan serta mendorong Shanika sampai tergeletak di tanah. Plak! “Dasar anak haram, seharusnya dari awal aku menyingkirkanmu jika kehadiranmu hanya merusak kebahagiaanku dengan anakku,
Bab 67 Cukup lama mereka mencari ke seluruh penjuru rumah sakit dengan bantuan penjaga. Nihil, hasilnya tidak ada, Nevan tidak ada di sini dan dibawa lari oleh orang tak dikenal. Shanika terduduk lemas di lantai sembari menutupi wajahnya karena sudah lalai menjaga Nevan. “Maafin Kakak, gak seharusnya Kaka lalai menjagamu, Nevan,” lirih Shanika terus menyalahkan diri sendiri karena ia lalai mengawasi adiknya. Jika terjadi sesuatu pada Nevan, Shanika tidak akan memaafkan dirinya sendiri. Sergio berjongkok, mensejajarkan tubuhnya dengan Shanika yang terus menangis di pelukannya. “Tenang, kita akan cari Nevan sampai ketemu, Sayang.” “Kalau begitu ayo kita cari, Mas, kita ke kantor polisi supaya dibantu mencari Nevan,” ajak Shanika tak peduli seberapa lelah dirinya, yang Shanika pikirkan soal keselamatan adiknya. Meskipun Shanika baru pulih, dia harus bisa mencari Nevan
Bab 66 Karena Pak Hans adalah orang terdekat ayahnya sekaligus juga mereka sudah bersahabat sejak kecil, Shanika berpikir kalau Pak Hans tahu sesuatu tentang kejadian di masa lalu. Mungkin dia bisa tahu soal Bu Listia yang sangat membencinya dan juga membenci sang ibu. Pak Hans menepuk pucuk kepala Shanika yang sudah ia anggap sebagai putrinya, dia merasa bersalah sudah patuh pada Bu Listia. Pak Hans enggan melakukan kesalahan untuk kedua kalinya. “Kamu yakin ingin tahu?” ujar Pak Hans, sebelum bercerita ia bertanya pada Shanika siap atau tidak mendengarkan ceritanya. Shanika mengangguk mantap, dia ingin tahu hal ini sejak dulu. Hanya saja Shanika tidak tahu harus menanyakan ini pada siapa, pada Mbok Cahyani, beliau tidak tahu. Selagi mereka bertemu, Shanika ingin bertanya. Ia yakin kalau Pak Hans tahu. “Aku yakin, Pak, aku siap mendengarnya. Apa pun itu,” ujar Shanika bersungguh-sung
Bab 65 Tidak tahu berapa lama mereka bercinta, sampai keduanya merasa puas hingga tertidur pulas. Sergio bangun dari tidurnya, dia menatap Shanika yang masih tidur dan memunggunginya. Sergio tersenyum tipis, mengingat momen indah semalam membuatnya enggan untuk pergi ke alam mimpi. Andai tak punya hati nurani, tak akan ia biarkan Shanika istirahat dan terus bercinta hingga pagi hari tiba. “Udah bangun, Kak?” tanya Shanika sudah bangun lebih awal, hanya saja ia masih kantuk dan juga badannya pegal. “Baru aja, morning, Baby,” bisik Sergio melingkarkan tangan kekarnya di perut rata Shanika yang tak memakai apa-apa. “Hari ini aku mau ke rumah sakit, mau jenguk Nala sama Nevan. Mumpung Nevan libur sekolah,” ujar Shanika sambil mengusap punggung tangan Sergio yang melingkar di perutnya. Ia menghela napas panjang saat Sergio melayangkan kecupan bertubi-tubi. “Aku antar.”
Bab 64 “Ya ampun, Den Gio dan Non Shanika kenapa?” pekik Mbok Cahyani ketika membuka pintu, melihat dua majikannya sudah kotor oleh telur di sekujur tubuh. Shanika dan Sergio tidak menjawab, melewati Mbok Cahyani begitu saja lantaran Shanika diam membisu sejak jadi. Sergio menuntun Shanika, menggenggam tangannya naik ke tangga untuk membersihkan diri kamar mandi mereka. Sergio juga tak banyak bicara, membiarkan Shanika sibuk dengan pikirannya. Sergio mendorong pintu kamar mandi dengan kaki, melepaskan baju yang melekat di tubuhnya karena bau anyir begitu menyeruak masuk ke indra penciumannya. “Mandi dulu, aku akan mengobati pipimu. Pipimu memar,” kata Sergio lembut, menarik Shanika ke dalam kamar mandi tanpa menutup pintu. Toh, tidak ada yang berani masuk tanpa izin dahulu. “Mandi bareng?” tanya Shanika akhirnya buka suara setelah bungkam sekian lama, Sergio mengangguk.
Bab 63 Shanika langsung menarik selimut, menutupi Sergio yang tengah dikeloni olehnya. Nevan menatap dengan bingung, membuat Shanika jadi malu. Nevan berjalan mendekat ke arah kakaknya, bocah kecil itu naik ke atas ranjang dan memeluknya. “Kok Kakak tidurnya sama Kak Gio terus, sih? Apalagi disusui, kayak tuyul. Ih, udah gede dikeloni,” ejek Nevan menatap Sergio di balik selimut tebal. Shanika menyemburkan tawa ketika Nevan begitu polosnya mengatakan demikian. Nevan memeluknya dari samping, membuat Shanika seperti punya dua bayi. Yang satu kecil, yang satu besar. “Karena Kak Gio suami Kakak, jadi tidurnya berdua. Kamu kenapa nggak tidur? Udah malam loh,” ujar Shanika membalas pelukan adiknya. “Evan kangen Nala, Kak, kapan Nala sadar? Kok Nala tidurnya lama ….” Nada sedih Nevan barusan, hati Shanika tercenung. Hatinya teriris jika Nevan sudah me