Rian berjalan keluar ruangan Kean sembari memainkan flashdisknya. Dia tersenyum lebar karena mendapatkan barang yang bisa dia manfaatkan. Ketiga temannya berlari ke arahnya dengan raut wajah khawatir. "Pak Kean gak marah, kan? Kita gak bakal dipecat, kan?" tanya salah satu temannya. Rian mengangkat sebelah alisnya bingung. "Marah soal apa?" tanya Rian balik sambil melempar dan menangkap flashdisk yang berada di genggamannya. "Tentu saja soal video itu! Bukankah Pak Kean gak pernah memerintahkan kita untuk meniduri Laura dan merekam videonya, lalu kenapa kamu melakukan itu? Bagaimana kalau Pak Kean marah dan langsung memecat kita berempat?" sahut temannya yang lain dengan perasaan takut. Rian tersenyum kecil melihat kekhawatiran sahabatnya itu. Dia merangkul temannya untuk menenangkan mereka. "Tenang saja, Pak Kean tak peduli soal apa yang kita lakukan pada Laura. Dia hanya akan marah kalau kita mengganggu Azelyn," ucap Rian menenangkan. Dia menunjukkan flashdisk itu kepada
Kean dan Lino baru saja menyelesaikan pertemuan dengan CEO perusahaan yang akan bekerja sama dengannya. Mereka bertemu di sebuah cafe yang tak jauh dari apartemennya. Kean melirik jam tangannya, dia berniat untuk singgah sebentar ke apartemen untuk melihat Azelyn. Ketika turun ke lantai satu cafe, dia tak sengaja melihat seseorang yang tak asing baginya. Kean melihat Allen tengah berbincang dengan seorang wanita. Dia memperhatikan punggung gadis itu dari belakang, terlihat tak asing baginya. Apalagi warna rambut wanita itu adalah merah, sama persis seperti rambut istrinya. "Kean? Kamu mau ke mana?" tanya Lino yang melihat Kean berjalan cepat meninggalkannya padahal setelah ini ada pertemuan lain yang harus mereka hadiri. Kean mencoba mempersempit jarak untuk mencari tahu siapa wanita itu. Ketika gadis itu menoleh, dia bisa melihat bahwa wanita itu adalah Azelyn. Pria bermanik abu itu menatap tajam ke arah Allen sambil mengepalkan tangannya. Dia berjalan menghampiri mereka
Kean terdiam mendengar pertanyaan dari Azelyn. Dia sedikit terkejut mendengar kalimat yang keluar dari bibir gadis itu. Dia? Merasa cemburu? Sepertinya kalimat itu sedikit asing di telinga Kean.Kean mengatur napasnya kemudian menaruh kedua tangan di saku celananya. Dia melirik gugup pada Azelyn. "Aku tak bisa mengantarmu, kamu bisa pulang sendiri, kan? Aku harus pergi untuk menyelesaikan urusanku, kita bisa bicara nanti," kata Kean sambil berjalan pergi meninggalkan Azelyn tanpa berniat menjawab pertanyaan gadis itu.Azelyn hanya menatap punggung Kean yang mulai menjauh. Sebenarnya dia sangat ingin mengetahui jawaban pria itu, tetapi Kean seperti sengaja mengabaikan pertanyaannya. Belakangan ini entah kenapa perasaan Azelyn selalu berdegup kencang ketika berada di samping Kean. Mereka pernah tidur bersama dan sering menghabiskan waktu bersama, setidaknya akan ada percikan perasaan di antara mereka. Namun, apakah hanya dia yang merasakan itu?Azelyn berjalan pulang sendirian tanpa di
Laura pergi menuju ruangan Kevin. Dia melihat sekeliling mencoba berhati-hati agar tak ada seorangpun yang melihatnya.Ketika sampai di ruangan Kevin, dia mencoba mencari keberadaan pria itu. Berharap agar pria itu tidak ada di sana. Dan saat tahu tak ada tanda-tanda keberadaan Kevin, Laura langsung membongkar tas kerja pria itu dan mencari ponsel Kevin untuk menemukan bukti sertifikat pernikahan Kevin dan Azelyn. Siapa tahu pria itu masih menyimpannya di galeri.Setelah menemukan ponsel itu, Laura segera mengambilnya dan semakin senang karena ponsel itu tidak terkunci, sehingga semakin memudahkan Laura dalam membukanya. Laura segera menekan ikon galeri dan seketika pandangannya mengernyit tak senang, rupanya Kevin masih menyimpan beberapa fotonya dan Azelyn saat keduanya masih menikah saat itu. "Apa pria itu masih mencintai Azelyn?" gumam Laura kesal melihat foto itu yang masih tersimpan rapi.Namun, dirinya kembali mencari foto sertifikat pernikahan dan perceraian Kevin dan Azelyn
Foto itu adalah foto sertifikat pernikahan dan perceraiannya dengan Kevin. Sedangkan video menunjukan dimana dirinya ketika masuk ke dalam kamar hotel lalu disusul oleh seorang pria yang hanya kelihatan punggung belakangnya saja.Nomor tak dikenal itu juga mengirimkan pesan, "Bagaimana jika istri dari CEO perusahaan Adhlino adalah seorang janda dan diceraikan karena berselingkuh? Kamu ingin video ini tersebar dan Kean tahu tentang ini, atau kamu mau segera bercerai dengan tetap merahasiakan fakta ini?"Azelyn mengerutkan keningnya membaca pesan yang dikirimkan tersebut. "Apa maksudnya ini? Apa Laura mencoba mengancamku lagi dengan ini? Apa Kevin tahu?" kata Azelyn sambil tertawa kecil.Yang mempunyai foto pernikahannya dengan Kevin hanya dirinya dengan Kevin. Foto pernikahannya tak tersebar luas, sehingga melihat dari sudut pandang mana pun Azelyn tahu bahwa yang mengirimkan pesan ini sudah pasti Laura.Apalagi melihat arah video tersebut yang diambil secara diam-diam dan sudah jelas
Setelah kehebohan tentang Kean yang mengumumkan pada semua orang di pesta bahwa Azelyn adalah istrinya. Kini semua orang kembali dihebohkan dengan berita Azelyn yang ternyata pernah menikah dan menjadi janda karena berselingkuh.Sebuah akun tak dikenal memposting foto sertifikat pernikahan serta perceraian Azelyn juga video ketika wanita itu masuk ke dalam hotel disusul seorang pria di forum perusahaan. Semua karyawan terkejut dan gosip menyebar langsung tanpa permisi. Apalagi yang semakin membuat orang syok adalah Kevin yang mereka kenal sebagai single ternyata adalah mantan suami Azelyn.Mereka langsung membuat fitnah dan menyebarkan rumor yang dilebih-lebihkan dengan mengatakan bahwa mereka sudah menduga itu karena pernah melihat Kevin dan Azelyn bersama.Semua karyawan wanita yang pernah tidur dengan Kevin langsung memaki dan menghina Kevin mengatakan pria itu telah membohongi dan memanfaatkannya. Padahal mereka sendiri yang menawarkan diri agar bisa mendapatkan proyek yang dipim
Azelyn menepis tangan wanita yang mendorong tubuhnya dengan kasar. Dia menatap tajam satu per satu para wanita yang memojokkannya.Laura dan Kevin menghentikan perdebatan mereka lalu berjalan keluar melihat keributan yang terjadi di luar ruangan. Laura tersenyum puas ketika melihat Azelyn yang berada di tengah-tengah wanita yang sedang memojokkan gadis itu. Dia senang rencananya berjalan dengan lancar.Azelyn melihat Laura yang baru saja keluar dari ruangan. Dia bisa melihat raut wajah gadis itu yang sedang tersenyum licik melihat keadaannya. "Kalau tidak tahu fakta yang sebenarnya lebih baik kalian diam dan tidak ikut campur," ucap Azelyn sembari menyilangkan kedua tangannya di dada. "Memang benar aku pernah menikah dengan Kevin, dan kami sudah bercerai." Azelyn melirik pada Kevin yang sedang berdiri tak jauh darinya. "Tapi bukan aku yang berselingkuh, melainkan Kevin."Kevin terkejut mendengar ucapan Azelyn. Dia semakin cemas karena kebohongannya akan terungkap satu per satu. Mesk
Semua mata kaget melihat kehadiran Kean, termasuk Azelyn. Pagi tadi Kean berangkat lebih dulu langsung meninggalkan Azelyn tanpa berbicara dan pamitan, Azelyn mengira pria itu sedang memiliki urusan penting. Namun, apa pria itu justru malah membantu mengurus perihal bukti ini? Kean tiba-tiba sudah berdiri di samping Azelyn sambil merangkul tubuh istrinya itu. Dia menatap tajam pada seluruh karyawan yang berdiri mengerumuninya. Sepertinya mereka penasaran dengan kebenaran dari istri atasannya itu.Kean melirik ke arah Lino yang berdiri di sampingnya. Dia mengangkat alisnya seperti berbicara menggunakan isyarat.Lino mengangguk kemudian pergi mengambil laptopnya dan menyambungkan ke layar yang sudah disiapkan.Semua orang langsung mengalihkan pandangannya menuju layar. Tepat saat itu Lino memperlihatkan rekaman CCTV dimana Laura sering keluar masuk ke dalam gudang belakang dengan pria berbeda termasuk Kevin. Kemudian setelahnya gadis itu akan keluar dengan pakaian berantakan.Kevin me
Laura berjalan menuju ruangan karyawan dengan perasaan gembira. Dia merasa bahwa mendekati Allen adalah pilihan yang tepat. Dirinya merasa pria itu lebih mudah daripada Kean.Laura mulai menyapu dan memunguti sampah-sampah kertas yang berserakan di lantai. Dia merasa enggan memungut itu, seharusnya posisinya sebagai karyawan yang memiliki meja kerja, bukan yang membersihkan seperti ini.Laura terpaksa melakukan tugas itu karena hal yang dia pikirkan adalah bertahan di perusahaan ini sampai dirinya berhasil mendapatkan Allen."Ambilin aku minum dong," ucap salah satu karyawan wanita pada Laura sambil masih fokus mengetik pada komputernya.Laura menoleh ke sana kemari mencoba mencari tahu kepada siapa wanita itu berbicara. Melihat tak ada orang di sekitarnya, dia lebih memilih untuk melanjutkan membersihkan lantai.Wanita itu merasa kesal ketika Laura mengabaikan perintahnya begitu saja. Dia kemudian menggebrak meja dengan keras membuat sekeliling menatapnya, begitu juga dengan Laura."
Kean mengerjapkan matanya beberapa kali ketika sinar matahari masuk dari sela-sela jendelanya. Dia mencoba mengambil ponselnya dan melihat jam sudah menunjukkan pukul 11 siang, sepertinya dia bangun kesiangan karena kelelahan sejak kemarin.Kean segera bangkit kemudian berjalan keluar kamar dan melewati kamar Azelyn, dia mencoba mencari tahu apa yang dilakukan gadis itu, tetapi ketika membuka pintu, sosok gadis itu tak terlihat.Kean berjalan masuk ke kamar Azelyn kemudian melihat secarik kertas yang berada di meja tersebut. Dia mengambil kertas itu kemudian membaca setiap kalimatnya.Azelyn menulis di kertas tersebut bahwa hari ini dia izin untuk pergi karena ada masalah yang terjadi pada temannya. Dia juga mengatakan bahwa dirinya tak tahu apa akan pulang atau tidak.Kean meremas kertas tersebut, bisa-bisanya Azelyn lagi-lagi pergi tanpa sepengetahuannya. Dia mencoba melihat ponselnya dan membuka aplikasi pelacak, kali ini aplikasinya tak berfungsi lagi karena gadis itu mematikan po
Keesokan harinya Allen langsung menyuruh Laura untuk datang ke perusahaan Marvino. Laura menggunakan kemeja putih dengan rok sepaha untuk pergi ke perusahaan Marvino, pakaiannya benar-benar mencerminkan seorang karyawan wanita di perusahaan. Dia tak tahu posisi apa yang akan diberikan Allen padanya, tetapi dia tak terlalu memikirkannya karena tujuan sebenarnya adalah untuk mendekati pria itu. Laura memesan taksi untuk pergi ke perusahaan tersebut. Ketika taksinya sudah datang, dia lansung meluncur tanpa menunda waktu lagi. Butuh waktu 30 menit untuk sampai ke perusahaan tersebut. Jarak perusahaan Marvino lebih jauh dibanding perusahaan Adhlino, tetapi Laura meyakinkan semangatnya karena dia sudah terlalu lelah untuk mencari pekerjaan dan tak akan membuang kesempatan emas ini. Laura berjalan memasuki perusahaan, tiba-tiba seisi perusahaan meliriknya kemudian berbisik-bisik membuatnya merasa risih. Sepertinya berita tentang dirinya yang dipecat di perusahaan Adhlino secara tak t
Laura berdiri diam di tengah jembatan. Di belakangnya beberapa motor dan mobil berlalu lalang tanpa memedulikan dirinya yang sedang berdiri sendirian. Dia menatap kosong ke arah air sungai yang mengalir dengan deras. Gadis bermanik coklat itu sudah mengirimkan lamaran pekerjaannya ke berbagai tempat setelah dia dipecat dari Perusahaan Adhlino, tetapi satu pun tak ada yang menghubunginya untuk interview. Laura mengacak-acak rambutnya kesal. Dia meremas dokumen lamaran pekerjaannya dengan perasaan penuh emosi. "Azelyn! Ini semua gara-gara kamu! Berani-beraninya kamu menghancurkan karirku! Aku tak akan tinggal diam, aku pasti akan membalasmu!" teriak Laura emosi. Suara teriakannya tenggelam karena suara mobil dan motor yang mengebut. Laura melampiaskan emosinya dengan mengacak-acak rambutnya frustasi. Tanpa sengaja dokumennya terlepas dari genggaman dan terjun jatuh ke bawah sungai. Laura secara spontan menaikkan kaki kanan ke penghalang jembatan mencoba untuk menangkap dokumen
Lino tak menduga bahwa Reliza akan mengatakan itu. Dia melirik ke arah Kean yang masih terdiam sembari menyisir rambutnya ke belakang. "Sepertinya Anda sangat mengenal saya, Nona Reliza," ucap Kean dingin. Dia menatap tajam pada gadis itu kemudian melanjutkan kalimatnya, "Karena Anda terlihat sangat mengenal saya, Anda pasti tahu bagaimana sikap saya pada wanita selama ini, kan?" tanyanya. Reliza terdiam, tentu saja dia sangat mengetahui itu. Karena dia adalah salah satu wanita yang mengejar Kean, tetapi pria itu tak pernah meliriknya sedikit pun. "Saya akan langsung mengatakan tidak suka dan sangat membenci wanita yang selalu ingin menempel pada saya. Jadi, apa Anda masih menganggap saya berbohong dan meragukan pernikahan saya sebagai pernikahan palsu yang diatur?" kata Kean yang langsung membuat Reliza terdiam. Reliza menggenggam erat ujung gaunnya mendengar penuturan Kean. Tentu saja wanita yang selalu menempel pada pria itu yang dimaksud adalah dirinya. Kean melirik ding
Allen melirik pada Azelyn sembari mencoba menahan tawanya. Dia merasa tak percaya dengan situasi yang dia hadapi sekarang. Rumor yang diketahui Allen selama ini adalah Kean memiliki sifat yang dingin. Sebelumnya juga banyak yang mengatakan bahwa Kean adalah pria yang tak berperasaan. Namun, apa ini? Kean justru terlihat sangat posesif pada Azelyn. "Maafkan saya atas sikap saya selama ini, Tuan Kean," kata Allen sambil sedikit membungkuk sebagai tanda permintaan maafnya. "Karena saya sudah berpisah cukup lama dengan Azelyn, saya masih ingin bertemu dan mengobrol dengannya lebih lama lagi, tapi sepertinya saya sudah melewati batas," lanjutnya sembari melirik wanita bermanik biru itu. Kean mengeratkan rangkulannya ketika mendengar perkataan Allen. Perasaannya terasa berdenyut sakit mendengar kalimat itu. Apa itu memiliki arti bahwa pria itu masih menyimpan perasaan pada istrinya? "Saya harap ini tidak terjadi lagi, saya merasa tak nyaman jika istri saya bertemu dengan pria lain t
Kean berniat untuk menghampiri mereka, tetapi tiba-tiba dia menghentikan langkahnya lalu segera berbalik membelakangi mereka berdua yang belum menyadari kehadirannya. "Kenapa aku marah?" gumam Kean merasa heran dengan sikapnya sendiri, lalu mengurungkan niat untuk menghampiri Azelyn lalu segera keluar dari restauran tersebut. Meski mengatakan itu, Kean tetap menunggu Azelyn dan Allen yang masih mengobrol di dalam restauran. Dia duduk di dalam mobil sambil memperhatikan pintu restauran menunggu mereka untuk keluar. Tepat saat itu Azelyn dan Allen keluar dari restauran lalu kembali menjalankan mobil mereka menuju ke tempat selanjutnya. Kean mengikuti ke mana tujuan mereka berdua selanjutnya dari belakang. Allen mengendarai mobil kemudian tak sengaja melihat kaca spion mobilnya, dan menyadari mobil yang berada di belakangnya sedang mengikuti mereka. Allen mencoba berbelok ke arah lain dan mobil itu tetap mengikuti arah yang dia tuju. "Mau ke mana? Apartemenku bukan ke arah si
Azelyn berjalan keluar perusahaan sambil melamun, dirinya mengenal Kevin lebih dari 8 tahun, dan pria itu adalah cinta dan pacar pertama Azelyn. Dulu Azelyn sangat tak bisa melihat Kevin bersedih, karena menginginkan pria itu selalu bahagia di setiap harinya dan mencoba mencari segala cara untuk menghiburnya. Namun, ketika berpapasan dengan Kevin tadi dan melihat raut wajah Kevin yang hendak menangis, Azelyn tak merasakan perasaan apa pun lagi. Dia merasa tak peduli dengan apa yang akan terjadi pada pria itu selanjutnya. Sepertinya perasaannya pada Kevin memang sudah tak tersisa lagi. Azelyn memilih untuk tak terlalu memikirkan itu lagi, mencoba melihat sekeliling perusahaan mencari mobil Kean, tetapi tak terlihat tanda-tanda mobil itu di sekitar situ. Dia berpikir mungkin pria itu sudah pulang lebih dulu untuk beristirahat. Ketika Azelyn hendak pergi menuju halte bus, tiba-tiba sebuah mobil hitam berhenti tepat di hadapannya. Kaca mobil itu mulai turun dan terlihat Allen berad
"Apa jangan-jangan kamu cemburu?" "Apa?" Mata Azelyn membelalak, apa bertanya mengenai urusan Kean dengan Nona Marvino termasuk ke dalam kategori cemburu? Azelyn mendorong tubuh Kean agar sedikit menjauh kemudian bangkit dari kursi kerja pria itu. "Tentu saja tidak, aku hanya penasaran dengan pertemuan sesama pengusaha besar," ucap Azelyn beralasan.Jawaban Azelyn justru semakin membuat Kean mengangkat sebelah alisnya bingung. "Aku sudah menawarimu untuk ikut, kalau kamu penasaran, seharusnya kamu menerima tawaran untuk pergi bersamaku." Azelyn langsung menggeleng-gelengkan kepalanya cepat. "Tidak, aku memang penasaran, tapi aku tahu batasanku," kata Azelyn sembari tersenyum simpul. "Karena semua berkas sudah selesai diperiksa, aku izin pergi," lanjutnya sambil sedikit membungkuk memberi hormat lalu melangkah meninggalkan ruangan. Kean memandangi punggung Azelyn yang berjalan menuju pintu ruangan, kemudian merapikan berkas-berkas tersebut kemudian menghubungi Lino agar datang me