Semua mata kaget melihat kehadiran Kean, termasuk Azelyn. Pagi tadi Kean berangkat lebih dulu langsung meninggalkan Azelyn tanpa berbicara dan pamitan, Azelyn mengira pria itu sedang memiliki urusan penting. Namun, apa pria itu justru malah membantu mengurus perihal bukti ini? Kean tiba-tiba sudah berdiri di samping Azelyn sambil merangkul tubuh istrinya itu. Dia menatap tajam pada seluruh karyawan yang berdiri mengerumuninya. Sepertinya mereka penasaran dengan kebenaran dari istri atasannya itu.Kean melirik ke arah Lino yang berdiri di sampingnya. Dia mengangkat alisnya seperti berbicara menggunakan isyarat.Lino mengangguk kemudian pergi mengambil laptopnya dan menyambungkan ke layar yang sudah disiapkan.Semua orang langsung mengalihkan pandangannya menuju layar. Tepat saat itu Lino memperlihatkan rekaman CCTV dimana Laura sering keluar masuk ke dalam gudang belakang dengan pria berbeda termasuk Kevin. Kemudian setelahnya gadis itu akan keluar dengan pakaian berantakan.Kevin me
Azelyn menatap bingung saat Kean menariknya menuju sofa di ruangan kerjanya lalu menyuruhnya duduk. Sikap pria itu hari ini membuatnya keheranan. Pembelaan yang dilakukan Kean di hadapan semua orang membuat jantungnya berdegup dengan kencang. Apalagi mengingat kalimat terakhir yang dikatakan Kean. Apa pria itu benar-benar tak peduli meski dirinya seorang janda? Azelyn menelan ludah dengan rona merah di kedua pipinya ketika Kean duduk di sampingnya kemudian membaringkan tubuh dan menjatuhkan kepalanya di pangkuan Azelyn. Azelyn melirik dengan gugup pada wajah Kean. Pria itu memejamkan kedua matanya sambil bernapas dengan pelan. Kean kekurangan waktu tidur setelah beberapa hari mempersiapkan pesta. Baru saja dia ingin beristirahat, tiba-tiba rumor tentang Azelyn langsung menyebar di forum perusahaan membuatnya geram. Selama semalaman Kean berusaha untuk mengumpulkan bukti agar gadis itu tidak mendapatkan masalah. "Apa kamu tertidur?" tanya Azelyn sambil melambaikan tangannya
Kean duduk di samping Azelyn setelah memberikan perintah pada gadis itu untuk menggantikannya memeriksa berkas. Awalnya Azelyn sedikit gugup takut perintah yang akan diberikan pria itu adalah melanjutkan aktivitas mereka yang sempat terhenti. Kean mengangguk-anggukkan kepala melihat pekerjaan yang dilakukan Azelyn. Dia merasa takjub, tulisan gadis itu terlihat rapi dan Azelyn bisa memahami dengan teliti setiap detail berkas tersebut. Seperti dugaannya ada beberapa berkas mengajukan kontrak yang justru akan merugikan perusahaannya dan Azelyn berhasil menemukan berkas tersebut. Padahal kalimat yang tertulis di berkas tersebut sangat dirangkai dengan indah sehingga jika tak diperhatikan secara teliti maka bisa membuat kita berpikir bahwa itu menguntungkan, padahal jelas-jelas itu akan merugikan, dan Azelyn berhasil memahami itu tanpa bertanya padanya. Kean memandangi wajah Azelyn yang sedang fokus memeriksa berkas. Dia menatap setiap inci wajah gadis bermanik biru itu. Semak
"Apa jangan-jangan kamu cemburu?" "Apa?" Mata Azelyn membelalak, apa bertanya mengenai urusan Kean dengan Nona Marvino termasuk ke dalam kategori cemburu? Azelyn mendorong tubuh Kean agar sedikit menjauh kemudian bangkit dari kursi kerja pria itu. "Tentu saja tidak, aku hanya penasaran dengan pertemuan sesama pengusaha besar," ucap Azelyn beralasan.Jawaban Azelyn justru semakin membuat Kean mengangkat sebelah alisnya bingung. "Aku sudah menawarimu untuk ikut, kalau kamu penasaran, seharusnya kamu menerima tawaran untuk pergi bersamaku." Azelyn langsung menggeleng-gelengkan kepalanya cepat. "Tidak, aku memang penasaran, tapi aku tahu batasanku," kata Azelyn sembari tersenyum simpul. "Karena semua berkas sudah selesai diperiksa, aku izin pergi," lanjutnya sambil sedikit membungkuk memberi hormat lalu melangkah meninggalkan ruangan. Kean memandangi punggung Azelyn yang berjalan menuju pintu ruangan, kemudian merapikan berkas-berkas tersebut kemudian menghubungi Lino agar datang me
Azelyn berjalan keluar perusahaan sambil melamun, dirinya mengenal Kevin lebih dari 8 tahun, dan pria itu adalah cinta dan pacar pertama Azelyn. Dulu Azelyn sangat tak bisa melihat Kevin bersedih, karena menginginkan pria itu selalu bahagia di setiap harinya dan mencoba mencari segala cara untuk menghiburnya. Namun, ketika berpapasan dengan Kevin tadi dan melihat raut wajah Kevin yang hendak menangis, Azelyn tak merasakan perasaan apa pun lagi. Dia merasa tak peduli dengan apa yang akan terjadi pada pria itu selanjutnya. Sepertinya perasaannya pada Kevin memang sudah tak tersisa lagi. Azelyn memilih untuk tak terlalu memikirkan itu lagi, mencoba melihat sekeliling perusahaan mencari mobil Kean, tetapi tak terlihat tanda-tanda mobil itu di sekitar situ. Dia berpikir mungkin pria itu sudah pulang lebih dulu untuk beristirahat. Ketika Azelyn hendak pergi menuju halte bus, tiba-tiba sebuah mobil hitam berhenti tepat di hadapannya. Kaca mobil itu mulai turun dan terlihat Allen berad
Kean berniat untuk menghampiri mereka, tetapi tiba-tiba dia menghentikan langkahnya lalu segera berbalik membelakangi mereka berdua yang belum menyadari kehadirannya. "Kenapa aku marah?" gumam Kean merasa heran dengan sikapnya sendiri, lalu mengurungkan niat untuk menghampiri Azelyn lalu segera keluar dari restauran tersebut. Meski mengatakan itu, Kean tetap menunggu Azelyn dan Allen yang masih mengobrol di dalam restauran. Dia duduk di dalam mobil sambil memperhatikan pintu restauran menunggu mereka untuk keluar. Tepat saat itu Azelyn dan Allen keluar dari restauran lalu kembali menjalankan mobil mereka menuju ke tempat selanjutnya. Kean mengikuti ke mana tujuan mereka berdua selanjutnya dari belakang. Allen mengendarai mobil kemudian tak sengaja melihat kaca spion mobilnya, dan menyadari mobil yang berada di belakangnya sedang mengikuti mereka. Allen mencoba berbelok ke arah lain dan mobil itu tetap mengikuti arah yang dia tuju. "Mau ke mana? Apartemenku bukan ke arah si
Allen melirik pada Azelyn sembari mencoba menahan tawanya. Dia merasa tak percaya dengan situasi yang dia hadapi sekarang. Rumor yang diketahui Allen selama ini adalah Kean memiliki sifat yang dingin. Sebelumnya juga banyak yang mengatakan bahwa Kean adalah pria yang tak berperasaan. Namun, apa ini? Kean justru terlihat sangat posesif pada Azelyn. "Maafkan saya atas sikap saya selama ini, Tuan Kean," kata Allen sambil sedikit membungkuk sebagai tanda permintaan maafnya. "Karena saya sudah berpisah cukup lama dengan Azelyn, saya masih ingin bertemu dan mengobrol dengannya lebih lama lagi, tapi sepertinya saya sudah melewati batas," lanjutnya sembari melirik wanita bermanik biru itu. Kean mengeratkan rangkulannya ketika mendengar perkataan Allen. Perasaannya terasa berdenyut sakit mendengar kalimat itu. Apa itu memiliki arti bahwa pria itu masih menyimpan perasaan pada istrinya? "Saya harap ini tidak terjadi lagi, saya merasa tak nyaman jika istri saya bertemu dengan pria lain t
Lino tak menduga bahwa Reliza akan mengatakan itu. Dia melirik ke arah Kean yang masih terdiam sembari menyisir rambutnya ke belakang. "Sepertinya Anda sangat mengenal saya, Nona Reliza," ucap Kean dingin. Dia menatap tajam pada gadis itu kemudian melanjutkan kalimatnya, "Karena Anda terlihat sangat mengenal saya, Anda pasti tahu bagaimana sikap saya pada wanita selama ini, kan?" tanyanya. Reliza terdiam, tentu saja dia sangat mengetahui itu. Karena dia adalah salah satu wanita yang mengejar Kean, tetapi pria itu tak pernah meliriknya sedikit pun. "Saya akan langsung mengatakan tidak suka dan sangat membenci wanita yang selalu ingin menempel pada saya. Jadi, apa Anda masih menganggap saya berbohong dan meragukan pernikahan saya sebagai pernikahan palsu yang diatur?" kata Kean yang langsung membuat Reliza terdiam. Reliza menggenggam erat ujung gaunnya mendengar penuturan Kean. Tentu saja wanita yang selalu menempel pada pria itu yang dimaksud adalah dirinya. Kean melirik ding