Seketika ruangan langsung ricuh dengan suara bisikan semua orang yang berada di aula pesta. Mereka benar-benar tak mempercayai apa yang baru saja Kean katakan. Sebelumnya rumor tentang Kean yang tak menyukai wanita menjadi rahasia umum yang dibicarakan dari mulut ke mulut. Di tambah selama bertahun-tahun tak ada yang pernah melihat Kean menyentuh satu wanita pun, dan pemandangan ini adalah pertama kalinya. Apalagi yang mereka lihat langsung adalah ciuman singkat dari sepasang suami istri itu. Pemandangan itu langsung memberikan jawaban tentang rumor aneh yang tersebar tentang Kean ternyata sebuah kebohongan. Allen terdiam setelah mendengar pengumuman yang ditegaskan oleh Kean. Sedetik kemudian dia tersenyum tipis sambil berjalan mengambil segelas wine di salah satu meja. "Ternyata karena ini," lirih Allen sembari memainkan gelasnya. Reliza yang berdiri tak jauh dari situ menjatuhkan gelas minumannya sehingga pecahannya berserakan di lantai. Dia berdiri membeku setelah pengun
Laura duduk di tepi ranjang sambil menyeringai memandangi tubuh gadis yang sedang terbaring lemah di atas ranjang itu. Dia mengelus wajah Azelyn yang sedang tertidur akibat obat yang dicampurkannya di minuman tersebut. Laura bangkit sambil menekan tombol di layar ponselnya. Perlahan kesadaran Azelyn sedikit kembali, tetapi tubuhnya tetap lemas dan tak bisa digerakkan. Dia bisa mendengar dengan samar suara Laura yang sedang berbicara di telepon dengan seseorang. "Kamu sudah mempersiapkan apa yang kusuruh, kan? Bawa pria-pria itu ke kamar ini segera, jangan lupa abadikan pemandangannya," lirih Laura sembari tertawa kecil. Azelyn ingin mengepalkan tangannya untuk mengekspresikan amarahnya, tetapi apa daya dia tak memiliki sedikit pun tenaga, bahkan tubuhnya tak bisa digerakkan setelah meminum wine yang diberikan oleh Rian tadi. Sepertinya pria itu mencoba melumpuhkannya agar tak bisa bergerak dan kabur. Laura kembali duduk di tepi ranjang kemudian membelai wajah Azelyn dengan pel
Azelyn mengerjapkan matanya beberapa kali ketika sebuah sinar matahari masuk melalui celah-celah tirai yang tertutup. Dia mengedarkan pandangannya ke sekitar dan baru tersadar bahwa dirinya berada di kamar tamu yang terletak di lantai teratas perusahaan. Sebuah ingatan semalam langsung terlintas dengan cepat membuat Azelyn tersadar apa yang sudah dialaminya semalam. Azelyn segera bangkit kemudian memeriksa tubuhnya yang masih memakai pakaiannya. "Aku masih memakai pakaian," gumam Azelyn sambil mencoba mengingat-ingat kembali, tetapi tak ada satu pun ingatan yang terlintas membuatnya frustasi. Azelyn merasa bingung, jelas-jelas dia mendengar Laura tertawa bahagia sembari menelepon seseorang. Tak lama setelah itu beberapa pria datang dan salah satu pria itu memeluknya. Namun, kenapa dia masih terlihat baik-baik saja? Semakin mencoba mengingat, kepala Azelyn semakin terasa berdenyut sakit, sepertinya itu efek dari minuman semalam. Dia mencoba turun dari ranjang segera keluar da
Setelah mengganti pakaian, Kean membawa Azelyn menuju sebuah perusahaan yang berjarak sekitar 15 km dari perusahaan mereka. Pemilik perusahaan itu adalah salah satu yang hadir di pestanya semalam. Dia merasa tertarik dengan desain yang dibuat Kean untuk aula pesta sehingga memilih menghubungi Kean untuk membuat kontrak dan meminta pria itu untuk merenovasi perusahaannya. Ketika sampai di perusahaan, mereka berdua disambut dengan ramah oleh para karyawan di sana. Kean dan Azelyn langsung dituntun menuju ruangan pemilik perusahaan tersebut. Selama perjalanan di perusahaan itu, Azelyn hanya memperhatikan sekitar perusahaan. Mungkin karena perusahaan itu adalah perusahaan baru, sehingga terlihat masih sederhana dan juga tak memiliki banyak fasilitas. Karyawan yang menuntun mereka berdua menuju ruangan CEO itu mengetuk pintu memberikan tanda pada atasannya bahwa tamu mereka sudah datang. Kean melirik ke arah Azelyn dan menyodorkan tangannya agar gadis itu menggandengnya. Azelyn
Rian berjalan keluar ruangan Kean sembari memainkan flashdisknya. Dia tersenyum lebar karena mendapatkan barang yang bisa dia manfaatkan. Ketiga temannya berlari ke arahnya dengan raut wajah khawatir. "Pak Kean gak marah, kan? Kita gak bakal dipecat, kan?" tanya salah satu temannya. Rian mengangkat sebelah alisnya bingung. "Marah soal apa?" tanya Rian balik sambil melempar dan menangkap flashdisk yang berada di genggamannya. "Tentu saja soal video itu! Bukankah Pak Kean gak pernah memerintahkan kita untuk meniduri Laura dan merekam videonya, lalu kenapa kamu melakukan itu? Bagaimana kalau Pak Kean marah dan langsung memecat kita berempat?" sahut temannya yang lain dengan perasaan takut. Rian tersenyum kecil melihat kekhawatiran sahabatnya itu. Dia merangkul temannya untuk menenangkan mereka. "Tenang saja, Pak Kean tak peduli soal apa yang kita lakukan pada Laura. Dia hanya akan marah kalau kita mengganggu Azelyn," ucap Rian menenangkan. Dia menunjukkan flashdisk itu kepada
Kean dan Lino baru saja menyelesaikan pertemuan dengan CEO perusahaan yang akan bekerja sama dengannya. Mereka bertemu di sebuah cafe yang tak jauh dari apartemennya. Kean melirik jam tangannya, dia berniat untuk singgah sebentar ke apartemen untuk melihat Azelyn. Ketika turun ke lantai satu cafe, dia tak sengaja melihat seseorang yang tak asing baginya. Kean melihat Allen tengah berbincang dengan seorang wanita. Dia memperhatikan punggung gadis itu dari belakang, terlihat tak asing baginya. Apalagi warna rambut wanita itu adalah merah, sama persis seperti rambut istrinya. "Kean? Kamu mau ke mana?" tanya Lino yang melihat Kean berjalan cepat meninggalkannya padahal setelah ini ada pertemuan lain yang harus mereka hadiri. Kean mencoba mempersempit jarak untuk mencari tahu siapa wanita itu. Ketika gadis itu menoleh, dia bisa melihat bahwa wanita itu adalah Azelyn. Pria bermanik abu itu menatap tajam ke arah Allen sambil mengepalkan tangannya. Dia berjalan menghampiri mereka
Kean terdiam mendengar pertanyaan dari Azelyn. Dia sedikit terkejut mendengar kalimat yang keluar dari bibir gadis itu. Dia? Merasa cemburu? Sepertinya kalimat itu sedikit asing di telinga Kean.Kean mengatur napasnya kemudian menaruh kedua tangan di saku celananya. Dia melirik gugup pada Azelyn. "Aku tak bisa mengantarmu, kamu bisa pulang sendiri, kan? Aku harus pergi untuk menyelesaikan urusanku, kita bisa bicara nanti," kata Kean sambil berjalan pergi meninggalkan Azelyn tanpa berniat menjawab pertanyaan gadis itu.Azelyn hanya menatap punggung Kean yang mulai menjauh. Sebenarnya dia sangat ingin mengetahui jawaban pria itu, tetapi Kean seperti sengaja mengabaikan pertanyaannya. Belakangan ini entah kenapa perasaan Azelyn selalu berdegup kencang ketika berada di samping Kean. Mereka pernah tidur bersama dan sering menghabiskan waktu bersama, setidaknya akan ada percikan perasaan di antara mereka. Namun, apakah hanya dia yang merasakan itu?Azelyn berjalan pulang sendirian tanpa di
Laura pergi menuju ruangan Kevin. Dia melihat sekeliling mencoba berhati-hati agar tak ada seorangpun yang melihatnya.Ketika sampai di ruangan Kevin, dia mencoba mencari keberadaan pria itu. Berharap agar pria itu tidak ada di sana. Dan saat tahu tak ada tanda-tanda keberadaan Kevin, Laura langsung membongkar tas kerja pria itu dan mencari ponsel Kevin untuk menemukan bukti sertifikat pernikahan Kevin dan Azelyn. Siapa tahu pria itu masih menyimpannya di galeri.Setelah menemukan ponsel itu, Laura segera mengambilnya dan semakin senang karena ponsel itu tidak terkunci, sehingga semakin memudahkan Laura dalam membukanya. Laura segera menekan ikon galeri dan seketika pandangannya mengernyit tak senang, rupanya Kevin masih menyimpan beberapa fotonya dan Azelyn saat keduanya masih menikah saat itu. "Apa pria itu masih mencintai Azelyn?" gumam Laura kesal melihat foto itu yang masih tersimpan rapi.Namun, dirinya kembali mencari foto sertifikat pernikahan dan perceraian Kevin dan Azelyn