Lino datang memasuki ruangan Kean sambil membawa berkas untuk mendiskusikan tampilan dekorasi di perusahaan nanti. Mereka ingin mengadakan pesta yang besar dan mengundang banyak pengusaha lain. Pesta ini diadakan bertujuan untuk menjalin kerjasama dengan lebih banyak perusahaan lainnya. Pesta ini juga akan didekorasi seindah dan sesempurna mungkin agar semakin banyak pembisnis yang ingin berinvestasi di perusahaan Adhlino. Lino memperhatikan Kean yang terus membolak-balikkan lembaran berkas dengan ekspresi kesal. Tak biasanya dia melihat Kean tidak fokus seperti itu sedangkan sejak dulu pria itu selalu fokus ketika menyangkut pekerjaan. "Ada apa denganmu?" tanya Lino membuat Kean berhenti bergerak. Kean menutup berkas itu kasar lalu bangkit dari tempat duduknya. Dia berjalan menuju gantungan jasnya kemudian memakainya dan mengambil kunci mobil yang tergeletak di meja kerja. "Aku keluar sebentar, tolong selesaikan semuanya," pinta Kean sembari berjalan keluar ruangan tanpa me
Kean mengangkat sebelah alisnya melihat ekspresi Nona Marvino yang tak bisa dia baca. Dirinya juga sedikit tak mengerti maksud dari ucapan gadis itu, begitu juga dengan Kevin yang hanya bisa mendengar tanpa tahu arah pembicaraan dua orang yang berada di hadapannya. Tanpa mereka bertiga sadari, sedari tadi mereka menjadi pusat perhatian di cafe. Bagaimana tidak, dengan dua pria tampan duduk di meja yang sama bersama seorang wanita yang memakai topeng unik, siapa yang tidak memperhatikan? Nona Marvino menyadari itu, setelah menghabiskan minumannya dia bangkit dari kursi untuk pergi dari tempat itu. "Sepertinya kamu memiliki kesibukan yang lain, Tuan Kean," ucap Nona Marvino sembari melirik Kean yang terus memperhatikan ponselnya. "Kalau begitu aku izin undur diri lebih dulu dari tempat ini," lanjutnya sambil membungkuk hormat. "Benar, aku sedang sibuk mencari karyawan yang kabur," lirih Kean sambil memijat pelipisnya. Nona Marvino mengangkat sebelah alisnya bingung, dia meliri
Tinggal sehari lagi pesta akan diadakan. Beberapa pelayan yang diberikan tugas sibuk berlalu lalang mempersiapkan seluruh meja yang berada di ruangan. Dekorasi pesta benar-benar dibuat dengan megah sehingga siapapun yang melihatnya nanti akan langsung takjub dengan tampilan itu. Apalagi yang mendesain pesta ini adalah Kean sendiri, pendiri perusahaan termuda dan juga mendapatkan posisi sebagai pendesain terbaik di tahun ini mengalahkan beberapa perusahaan dari berbagai negara. Awalnya Kean berniat membuat pesta untuk perayaan proyeknya dengan Perusahaan Qazlion. Namun, dia memikirkan kembali dan mengubah rencananya seminggu yang lalu menjadi pesta besar-besaran dan mengundang banyak pihak. Kean tak tanggung-tanggung mengeluarkan biaya besar untuk mengadakan pesta ini demi memikat banyak investor nanti. Di tengah kesibukan para karyawan, Azelyn berjalan hati-hati memasuki perusahaan.
Azelyn membersihkan lantai aula pesta sendirian tanpa bantuan siapapun. Dia menarik kemejanya dan menguraikan rambutnya agar menutupi area leher yang memiliki banyak bekas akibat ulah Kean. Lagi-lagi pria itu melanggar kontrak untuk ketiga kalinya membuatnya penuh dengan amarah. "Dasar pria brengsek!" Azelyn melirik tajam ke arah Kean yang sedang memperhatikannya dari lantai dua. Pria itu mengangkat sudut bibirnya seperti sedang mentertawakan dirinya. Gadis bermata biru itu memilih untuk fokus membersihkan dan mempersiapkan ruangan pesta karena besok adalah puncak pesta tersebut. Dia menyapu lantai kemudian lanjut mengepel dan memasang alas meja satu per satu. Meja yang berada di dalam ruangan sekitaran ada 100, belum lagi ada di lantai dua dan tiga. Azelyn memilih langsung membawa semua alas meja itu dengan troli kemudian berkeliling dengan mendorong itu untuk memasangnya. Azelyn sama sekali tak merasa lelah. Dia justru bersemangat karena bekerja sendirian. Kean menyilang
Azelyn mengerjapkan mata beberapa kali mencoba mengembalikan fokusnya. Dia bisa merasakan kepalanya sedang bersandar di bahu seseorang. "Siapa yang memiliki bahu ini? Kenapa tubuh ini terasa familiar, ya?" gumam Azelyn sambil menggerakkan tangannya mencoba meraba tubuh pria itu. Azelyn bisa tahu dari tubuhnya bahwa dia adalah seorang pria yang memiliki bahu lebar serta memiliki otot yang kekar. Tak sengaja Azelyn meraba dan menyentuh dada pria itu, jantungnya langsung berdegup dengan kencang dan mencoba menahan napas takut pria itu akan menyadari aksinya. . Azelyn ingin mengangkat kepalanya, tetapi kepala dari orang yang dia sandar ini berada di atasnya. Beberapa menit kemudian seseorang yang berada di sampingnya itu tersadar, dirinya segera berpura-pura masih tertidur. Kean membuka matanya kemudian melirik ke arah samping, Azelyn masih tertidur di bahunya. Dia melirik jam tangannya, sudah pukul dua belas malam. Tanpa membangunkan Azelyn, Kean langsung bangkit sambil m
Azelyn mencoba menggerakkan pandangannya ke kiri dan ke kanan, semuanya terlihat gelap. Sepertinya ketika dia kehilangan kesadaran tadi kepalanya langsung di tutupi kain. Azelyn bisa merasakan bahwa ikatan di pergelangan tangannya di lepas. Dia merasa bingung mengapa dirinya diculik tapi sekarang dilepas begitu saja. Terakhir, mereka membuka penutup wajah Azelyn. Dia mengerjapkan mata mencoba memfokuskan penglihatannya kembali. Hal yang pertama kali Azelyn lihat adalah kaki seseorang yang memakai sepatu hitam berdiri di hadapannya sekarang. Ukuran sepatu itu terlihat milik seseorang yang sangat familiar untuknya. Gadis bermata biru itu mencoba mendongak untuk melihat apakah pria yang berdiri di hadapannya sekarang ini adalah orang yang dia kira. Seperti tebakannya, benar, orang yang berdiri di hadapannya sekarang adalah Kean. "Kean?...," lirih Azelyn bingung dengan maksud dari semua ini. Kean menyunggingkan senyum sambil memandangi Azelyn yang masih terduduk di kursi. Gadis itu
"Terima kasih sudah datang. Semoga kalian bisa menikmati acara pestanya," sambut Kean singkat kemudian turun dari panggung. Kean berjalan menemui para pengusaha yang menyempatkan hadir ke pestanya. Beberapa pengusaha itu memuji dekorasi ruangan pesta yang diadakannya. Banyak yang tertarik untuk bekerja sama dan berinvestasi ke perusahaannya. Kean tersenyum tipis mendapatkan pujian itu. Allen berjalan menghampirinya sambil membawa segelas minuman. Pria bermanik abu itu memandangi Allen yang berjalan sendirian, sepertinya pria itu datang sendiri. "Terima kasih karena mengundangku, Tuan Kean," ucap Allen sambil mengangkat gelasnya. "Senang melihat kehadiranmu, Tuan Allen," jawab Kean sembari mendentingkan gelasnya pada gelas Allen kemudian meneguknya hingga habis. "Maaf hanya datang sendiri. Karena adikku memiliki urusan yang mendadak harus diselesaikan," jelas Allen yang hanya dijawab anggukan kepala oleh Kean. Dia juga tak terlalu peduli apakah Nona Marvino datang atau tidak.
Seketika ruangan langsung ricuh dengan suara bisikan semua orang yang berada di aula pesta. Mereka benar-benar tak mempercayai apa yang baru saja Kean katakan. Sebelumnya rumor tentang Kean yang tak menyukai wanita menjadi rahasia umum yang dibicarakan dari mulut ke mulut. Di tambah selama bertahun-tahun tak ada yang pernah melihat Kean menyentuh satu wanita pun, dan pemandangan ini adalah pertama kalinya. Apalagi yang mereka lihat langsung adalah ciuman singkat dari sepasang suami istri itu. Pemandangan itu langsung memberikan jawaban tentang rumor aneh yang tersebar tentang Kean ternyata sebuah kebohongan. Allen terdiam setelah mendengar pengumuman yang ditegaskan oleh Kean. Sedetik kemudian dia tersenyum tipis sambil berjalan mengambil segelas wine di salah satu meja. "Ternyata karena ini," lirih Allen sembari memainkan gelasnya. Reliza yang berdiri tak jauh dari situ menjatuhkan gelas minumannya sehingga pecahannya berserakan di lantai. Dia berdiri membeku setelah pengun