Seluruh karyawan yang berada di ruangan merinding takut. Mereka secara serentak mengangguk karena tak bisa mengeluarkan suara untuk menjawab. Kean melirik ke arah Azelyn, "Dan kamu, mulai sekarang bukan lagi seorang cleaning service, kamu cukup berada di sampingku," Kean memakaikan kembali jaketnya pada Azelyn lalu meninggalkan gadis itu di tengah kerumunan. Azelyn masih mencoba mencerna apa yang baru saja terjadi. Setelah mengerti situasinya, Azelyn langsung terdiam mematung. Semua karyawan kembali ke meja masing-masing. Mereka langsung bergosip dan menyebarkan berita melalui grup chat. Kali ini, pernyataan Kean benar-benar berhasil. Semua orang menganggap ada hubungan spesial antara Azelyn dan Kean. Apalagi saat melihat bekas kecupan yang bisa diartikan itu adalah milik Kean. Seseorang ada yang diam-diam memotret Azelyn tadi dan menyebarkan foto itu di grup chat. Semua langsung heboh dan tak berani berurusan dengan Azelyn. Namun, ada beberapa yang menganggap bahwa Azelyn h
Nona Marvino mengulurkan tangannya melihat kehadiran Kean di hadapannya, berniat berjabatan tangan, tetapi Kean kembali mengabaikan uluran tangan itu. Kean langsung duduk di kursinya."Apa kamu tak menduga bahwa yang datang adalah aku? Apa kamu terkejut, Tuan Kean?" tanya Nona Marvino sambil menopang dagu. Kean mengabaikan pertanyaan itu dan memanggil pelayan untuk menerima pesanannya. Nona Marvino menatap sinis lalu berdecak kesal karena sikap dingin Kean padanya. Kean memperhatikan penampilan Nona Marvino. Gadis itu memakai gaun panjang yang menutupi seluruh tubuhnya termasuk leher gadis itu. Dia menatap wajah gadis itu yang ternyata tetap memakai topeng meski tak berada di pesta. "Saya pikir Tuan Allen yang akan datang, saya tak menyangka bahwa Anda yang hadir, Nona Marvino," ucap Kean sambil meminum air mineral yang berada di meja. "Tentu saja aku, karena aku yang memegang proyek kerja sama kita. Kamu bisa berbicara santai denganku, Tuan Kean, karena umurmu berada di atask
Kean mondar-mandir melihat ke jalan raya. Satu jam yang lalu ban mobilnya bocor dan sedang diperbaiki di bengkel, tetapi butuh waktu lama untuk memperbaiki itu. Jam sudah menunjukkan pukul sepuluh malam, dia sudah meninggalkan Azelyn cukup lama di perusahaan. Lelaki itu mencoba menghubungi gadis itu berkali-kali, tetapi tak ada jawaban membuatnya khawatir. Kean sudah menelepon Lino untuk membawakannya mobil dan pria itu sedang dalam perjalanan. Ketika Lino sampai, Kean langsung menyuruh Lino turun dari mobil tersebut dan menyuruh lelaki itu pulang dengan mobilnya yang sedang diperbaiki. Lino langsung menurut tanpa bertanya dulu pada sahabatnya yang terlihat gelisah. Kean mengendarai mobil dengan kecepatan tinggi. Namun, lagi-lagi dia harus terjebak di perjalanan karena ramai kendaraan yang berlalu lalang. Lelaki itu tetap mencoba menghubungi Azelyn yang masih saja tak menjawab teleponnya. Kean memukul stir mobilnya kesal karena lagi-lagi gadis itu mengabaikannya. Apa yang susah da
Kean tanpa sadar mengeratkan genggamannya pada tangan Azelyn membuat gadis itu merintih sakit. Kean menatap tak suka pada Kevin lalu menarik gadis itu agar menjauh dari mantan suaminya. Kean membawa Azelyn ke mobilnya dan menyuruh gadis itu duduk di kursi depan. Kean merasa terganggu melihat keadaan Azelyn yang berantakan. Apa selama dia pergi, gadis itu bersama dengan mantan suaminya? Azelyn hanya mengikuti arahan dari Kean. Dia memperhatikan raut wajah Kean, meski lelaki itu hanya terdiam, tetapi dia bisa merasakan hawa mengerikan yang terpancar dari Kean yang membuatnya tak berani berbicara. Saat masuk ke dalam mobil, Azelyn bisa mencium bau parfum wanita. Gadis itu juga baru sadar bahwa mobil yang dipakai Kean bukanlah mobil yang biasa Kean gunakan. Azelyn berpikir apakah Kean menyuruhnya menunggu lama di perusahaan hanya untuk menunggunya selesai berkencan dengan wanita? Azelyn mengepalkan tangannya menahan emosi. Perasaannya terasa panas mengingat dia berada dalam bahaya
Azelyn memiringkan kepalanya bingung mendengar penuturan dari lelaki yang berdiri di hadapannya itu. Setelah mengatakan itu, Kean langsung keluar dari kamar gadis itu. Azelyn hanya memandangi Kean yang mulai menghilang dari balik pintu kamarnya. Gadis itu acuh dengan perkataan Kean tadi dan kembali fokus pada ponselnya. Azelyn meminta pada Reana untuk mengiriminya banyak tangkapan layar dari percakapan grup chat perusahaan. Azelyn membaca satu per satu pesan tersebut hingga dia terfokus pada profil dari salah satu yang mengomentari foto dirinya. Gadis itu meminta pada Reana untuk mengiriminya dan benar saja, lelaki itu adalah salah satu yang mencoba mencelakainya tadi. Lelaki itu adalah yang berdiri di depannya sambil berdiskusi dengan yang lain harus membawanya ke mana. Azelyn bertanya pada Reana siapa lelaki itu dan gadis itu mengatakan bahwa dia adalah Rian dari divisi 3. Setelah membaca tangkapan layar dari chat tersebut, Azelyn bisa menebak bahwa tujuan lelaki itu adalah
Kean berjalan keluar dari kamar Azelyn sambil mendengarkan ucapan Lino. Lelaki itu meneleponnya karena mendapatkan informasi dari satpam yang sedang berjaga di perusahaan. Satpam itu mengatakan bahwa salah satu kaca ruangan di perusahaan pecah. Mereka menebak bahwa ada maling yang masuk. Namun, saat memperhatikan arah pecahan kaca, kaca itu justru pecah ke arah luar perusahaan bukan ke dalam. Menandakan bahwa kaca itu dipecahkan dari dalam ruangan. Ketika satpam itu berniat memeriksa ke dalam ruangan, ternyata ruangan itu terkunci dari dalam. Sehingga mereka berpikir bahwa seseorang berada di ruangan itu dan keluar dari jendela kecil tersebut. Setelah mendengar cerita itu pikiran Kean langsung tertuju pada Azelyn. Dia langsung berpikir yang memecahkan kaca itu adalah Azelyn karena tubuh gadis itu terluka oleh goresan kaca. Satpam itu memeriksa ruangan CCTV dan mengetahui alasan kenapa pecahan kaca itu bisa ada. Dia mengirimkan rekaman itu pada Lino dan setelah menontonnya, dia
Pertanyaan Lino membuat Kean yang hendak meminum winenya langsung menghentikan pergerakannya. Dia tak kepikiran bahwa Lino akan memberikan pertanyaan itu padanya. "Sebelumnya kamu gak pernah seperti ini. Kamu tahu bahwa Rian suka bermain dengan wanita, tapi kamu tetap membiarkannya bekerja karena melihat potensinya yang bisa memikat klien." Lino merebahkan tubuhnya di sofa saat Kean hanya terdiam tanpa menjawab ucapannya. "Tapi karena sekarang dia mendekati Azelyn, kamu ingin langsung memecatnya? Apa sekarang kamu mulai tertarik pada gadis itu?" lanjut Lino mengulangi pertanyaannya. Kean menunduk dan memejamkan mata setelah mendengar ucapan Lino. Dia menaruh gelas yang sedang di pegangnya lalu menutup wajahnya dengan sebelah tangan. Tiba-tiba Kean tertawa membuat Lino yang berada di seberang telepon keheranan. Padahal pertanyaan yang diajukan Lino tidak lucu, tetapi sahabatnya itu justru tertawa seperti baru saja mendengar lelucon. "Apa kamu bercanda?" Kean menatap tajam ke ar
Azelyn terdiam mematung setelah mendengarkan pernyataan Kean. "Ada masalah? "Antrian cafe daynight cukup panjang, jangan sampai terlambat sampai ke perusahaan, " ucap Kean sambil melirik jam tangannya. Azelyn langsung tersadar dari lamunannya. Dia mengepalkan tangannya erat menahan emosi ketika melihat lelaki itu mengendarai mobil dan meninggalkan dirinya sendirian. Gadis bermata biru itu menghela napas kasar memikirkan jarak cafe daynight dari apartemen cukup jauh, apalagi jika berangkat ke perusahaan dari tempat itu. Dia harus berjalan memutar dan menempuh perjalanan yang panjang untuk sampai ke perusahaan. Tanpa berpikir lagi, Azelyn mencari kendaraan agar waktunya tak terbuang. Apalagi cafe daynight terkenal dengan kue enaknya sehingga antriannya panjang dan kecil kemungkinan akan tersisa. Azelyn menaiki taksi menuju cafe tersebut. Sepanjang perjalanan dia hanya menggerutu mengutuk Kean yang selalu bersikap seenaknya. Seperti dugaannya, sesampai di cafe antriannya c