Elena melepaskan pelukan Laura di kakinya lalu menuntunnya untuk berdiri. "Baiklah, aku tak akan membuat Pak Kean memecatmu, aku hanya akan meminta pada Pak Kean untuk memberikanmu diskors," ucap Elena sambil menatap kasihan pada Laura. Mendengar itu Laura langsung memeluk Elena erat dan berterima kasih berkali-kali. Di balik pelukannya, gadis itu tersenyum licik karena berhasil mengambil simpati dari Elena. Meski Laura mengambil desainnya, tetapi Elena berhasil mendapatkan proyek itu bahkan juga berhasil menjadi pemimpin dari proyek tersebut. Elena merasa bersyukur karena Perusahaan Marvino memberikan penilaian secara netral dan adil. Gadis itu ingin berterima kasih pada Nona Marvino di lain kesempatan. Sesuai perkataan Elena, Kean hanya memberikan diskors pada Laura dan juga mengeluarkan gadis itu dari proyek yang sedang dia kerjaan. Walau berhasil mengambil simpati dari Elena, tetapi Laura tak bisa membuat Kean berpihak padanya. Laura terpaksa harus merelakan semua proyekny
"Apa? Apa maksudmu merubah kontrak?" tanya Azelyn semakin bingung. Kean masih terdiam tak berbicara lagi membuat gadis itu kesal. Azelyn menatap wajah Kean mencoba menyuruh lelaki itu kembali berbicara. Kean menopang dagunya melihat wajah kesal gadis itu. "Aku ingin mengubah kontrak dan menghilangkan syarat yang kamu ajukan dulu," ucap Kean yang langsung membuat Azelyn melotot tak percaya. "Bagaimana bisa syaratnya dihilangkan! Padahal kamu sudah setuju dengan itu!" protes Azelyn tak setuju dengan keinginan Kean. "Memang, tapi syarat itu membuatmu bersikap seenaknya. Bukankah aku bilang kamu harus hadir saat itu juga saat kupanggil? Tapi kamu mematikan ponselmu dan menghilang seharian. Apa kamu pikir aku akan melepaskanmu begitu saja?" tegas Kean menatap dingin pada Azelyn. Lelaki itu mendekatkan tubuhnya pada Azelyn dan mengangkat dagu gadis itu dengan jari telunjuknya. "Hukumanmu adalah kamu harus berada di bawah kendaliku. Aku akan tetap membantumu membalas dendam, tetapi se
Lino berjalan menuju ruangan Kean sambil membaca berkas yang akan dia berikan pada lelaki itu. Dia mengetuk pintu ruangan, tak ada suara Kean yang menyuruhnya masuk. Pria itu tak terlalu memikirkannya dan memegang gagang pintu untuk segera masuk. "Pak Lino!" panggil seseorang membuat Lino mengurungkan niatnya membuka pintu. Orang yang memanggil Lino adalah satpam penjaga pintu utama perusahaan. Penjaga itu mengatakan bahwa seseorang mencarinya dan menyuruhnya keluar Lino bingung siapa yang mencarinya tanpa menghubunginya lebih dulu. Karena penasaran, Lino menunda untuk memberitahu Kean tentang kesepakatan bersama Perusahaan Marvino dan pergi menemui orang yang mencarinya. Penjaga itu membawa Lino ke sebuah mobil yang terparkir di depan perusahaan. Lino berjalan menghampiri mobil itu dan mengintip dari kaca mobil mencoba melihat siapa yang berada di dalam mobil tersebut. Seorang wanita dengan kacamata hitamnya duduk dengan anggun di kursi penumpang. Wanita itu membuka kacama
Azelyn berjalan keluar ruangan dan tak sengaja bertemu dengan Lino yang baru saja memasuki ruangan. Gadis itu menatap kesal pada Lino, dia marah karena pria itu terlambat masuk ke ruangan. Seandainya saja Lino masuk lebih cepat, pasti hubungan panas itu tak akan terjadi. Lino bingung dengan tatapan yang ditujukan Azelyn padanya. Lelaki itu berjalan memasuki ruangan dan terkejut melihat sahabatnya yang bertelanjang dada. Pikiran Lino mulai bekerja, dia bisa menebak apa yang terjadi di ruangan ini. Lino tertawa kecil mengingat beberapa waktu lalu dia berniat masuk, untungnya Reliza memanggilnya sehingga dia gagal menghentikan aktivitas mereka berdua. Lino menepuk bahu Kean sambil memberikan ucapan selamat pada sahabatnya itu. Kean hanya tersenyum tipis sebagai jawaban. Dia mengambil air mineral yang berada di meja kerjanya lalu meneguknya hingga tersisa setengah. "Kenapa kamu ke sini?" tanya Kean sambil kembali memakai kemejanya. "Aku hanya ingin memberikan informasi beberapa
Seluruh karyawan yang berada di ruangan merinding takut. Mereka secara serentak mengangguk karena tak bisa mengeluarkan suara untuk menjawab. Kean melirik ke arah Azelyn, "Dan kamu, mulai sekarang bukan lagi seorang cleaning service, kamu cukup berada di sampingku," Kean memakaikan kembali jaketnya pada Azelyn lalu meninggalkan gadis itu di tengah kerumunan. Azelyn masih mencoba mencerna apa yang baru saja terjadi. Setelah mengerti situasinya, Azelyn langsung terdiam mematung. Semua karyawan kembali ke meja masing-masing. Mereka langsung bergosip dan menyebarkan berita melalui grup chat. Kali ini, pernyataan Kean benar-benar berhasil. Semua orang menganggap ada hubungan spesial antara Azelyn dan Kean. Apalagi saat melihat bekas kecupan yang bisa diartikan itu adalah milik Kean. Seseorang ada yang diam-diam memotret Azelyn tadi dan menyebarkan foto itu di grup chat. Semua langsung heboh dan tak berani berurusan dengan Azelyn. Namun, ada beberapa yang menganggap bahwa Azelyn h
Nona Marvino mengulurkan tangannya melihat kehadiran Kean di hadapannya, berniat berjabatan tangan, tetapi Kean kembali mengabaikan uluran tangan itu. Kean langsung duduk di kursinya."Apa kamu tak menduga bahwa yang datang adalah aku? Apa kamu terkejut, Tuan Kean?" tanya Nona Marvino sambil menopang dagu. Kean mengabaikan pertanyaan itu dan memanggil pelayan untuk menerima pesanannya. Nona Marvino menatap sinis lalu berdecak kesal karena sikap dingin Kean padanya. Kean memperhatikan penampilan Nona Marvino. Gadis itu memakai gaun panjang yang menutupi seluruh tubuhnya termasuk leher gadis itu. Dia menatap wajah gadis itu yang ternyata tetap memakai topeng meski tak berada di pesta. "Saya pikir Tuan Allen yang akan datang, saya tak menyangka bahwa Anda yang hadir, Nona Marvino," ucap Kean sambil meminum air mineral yang berada di meja. "Tentu saja aku, karena aku yang memegang proyek kerja sama kita. Kamu bisa berbicara santai denganku, Tuan Kean, karena umurmu berada di atask
Kean mondar-mandir melihat ke jalan raya. Satu jam yang lalu ban mobilnya bocor dan sedang diperbaiki di bengkel, tetapi butuh waktu lama untuk memperbaiki itu. Jam sudah menunjukkan pukul sepuluh malam, dia sudah meninggalkan Azelyn cukup lama di perusahaan. Lelaki itu mencoba menghubungi gadis itu berkali-kali, tetapi tak ada jawaban membuatnya khawatir. Kean sudah menelepon Lino untuk membawakannya mobil dan pria itu sedang dalam perjalanan. Ketika Lino sampai, Kean langsung menyuruh Lino turun dari mobil tersebut dan menyuruh lelaki itu pulang dengan mobilnya yang sedang diperbaiki. Lino langsung menurut tanpa bertanya dulu pada sahabatnya yang terlihat gelisah. Kean mengendarai mobil dengan kecepatan tinggi. Namun, lagi-lagi dia harus terjebak di perjalanan karena ramai kendaraan yang berlalu lalang. Lelaki itu tetap mencoba menghubungi Azelyn yang masih saja tak menjawab teleponnya. Kean memukul stir mobilnya kesal karena lagi-lagi gadis itu mengabaikannya. Apa yang susah da
Kean tanpa sadar mengeratkan genggamannya pada tangan Azelyn membuat gadis itu merintih sakit. Kean menatap tak suka pada Kevin lalu menarik gadis itu agar menjauh dari mantan suaminya. Kean membawa Azelyn ke mobilnya dan menyuruh gadis itu duduk di kursi depan. Kean merasa terganggu melihat keadaan Azelyn yang berantakan. Apa selama dia pergi, gadis itu bersama dengan mantan suaminya? Azelyn hanya mengikuti arahan dari Kean. Dia memperhatikan raut wajah Kean, meski lelaki itu hanya terdiam, tetapi dia bisa merasakan hawa mengerikan yang terpancar dari Kean yang membuatnya tak berani berbicara. Saat masuk ke dalam mobil, Azelyn bisa mencium bau parfum wanita. Gadis itu juga baru sadar bahwa mobil yang dipakai Kean bukanlah mobil yang biasa Kean gunakan. Azelyn berpikir apakah Kean menyuruhnya menunggu lama di perusahaan hanya untuk menunggunya selesai berkencan dengan wanita? Azelyn mengepalkan tangannya menahan emosi. Perasaannya terasa panas mengingat dia berada dalam bahaya