Kean mendapatkan informasi dari asistennya tentang masalah yang terjadi di Perusahaan Marvino. Dirinya tak menyangka bahwa akan ada kejadian seperti itu. Lelaki itu menyuruh Lino untuk menghubungi pihak Perusahaan Marvino agar meluangkan waktu untuk bertemu. Kean melanjutkan memeriksa berkas yang menumpuk di mejanya. Sesekali dia melirik ke arah ponselnya, sampai sekarang Azelyn belum menghubunginya lagi. Sudah waktu jam makan siang, tetapi gadis itu belum juga kembali. Kean tak bisa fokus pada pekerjaannya karena memikirkan Azelyn. Dia khawatir dengan keadaan gadis itu. Lelaki itu memutar-mutar kursinya mencoba menjernihkan pikiran. Lino masuk ke dalam ruangan dan mengatakan bahwa karyawan mereka sudah kembali. Kean menyuruh semuanya menghadap ke arahnya untuk melaporkan apa yang terjadi. 10 karyawan itu memasuki ruangan, mereka semua menunduk menyesali kesalahan. Bram meminta maaf karena tidak memeriksa dengan teliti berkasnya terlebih dahulu sebelum menyerahkan pada Perusah
Informasi yang tak kalah penting Kean dapatkan adalah bahwa alasan Azelyn diceraikan karena ada hubungan gelap antara Kevin dan Laura. Kini Kean mengerti arah percakapan Kevin dan Laura di pesta malam itu. Kean memilih merebahkan tubuhnya di sofa untuk menenangkan pikirannya. Terlalu banyak hal yang harus dia pikirkan hari ini. Tiba-tiba pesan dari Lino masuk, lelaki itu mengirimkan video hasil pemeriksaan CCTV-nya. Kean langsung menonton rekaman itu. Lelaki itu memanggil Laura dan Elena untuk datang ke ruangannya. Kean memainkan jari-jarinya sambil memandangi Elena dan Laura secara bergantian. Tak ada yang berbicara satu pun. Ruangan terasa sangat hening, hanya ada suara dari jari-jari Kean yang bersentuhan dengan meja. "Apa kalian tahu maksud dari memanggil kalian ke sini?" tanya Kean menatap dingin pada mereka berdua. Laura dan Elena hanya menunduk takut untuk berbicara. "Siapa di antara kalian yang mencuri desain milik rekan sendiri? Apa tak ada yang ingin mengaku?" tanya K
Elena melepaskan pelukan Laura di kakinya lalu menuntunnya untuk berdiri. "Baiklah, aku tak akan membuat Pak Kean memecatmu, aku hanya akan meminta pada Pak Kean untuk memberikanmu diskors," ucap Elena sambil menatap kasihan pada Laura. Mendengar itu Laura langsung memeluk Elena erat dan berterima kasih berkali-kali. Di balik pelukannya, gadis itu tersenyum licik karena berhasil mengambil simpati dari Elena. Meski Laura mengambil desainnya, tetapi Elena berhasil mendapatkan proyek itu bahkan juga berhasil menjadi pemimpin dari proyek tersebut. Elena merasa bersyukur karena Perusahaan Marvino memberikan penilaian secara netral dan adil. Gadis itu ingin berterima kasih pada Nona Marvino di lain kesempatan. Sesuai perkataan Elena, Kean hanya memberikan diskors pada Laura dan juga mengeluarkan gadis itu dari proyek yang sedang dia kerjaan. Walau berhasil mengambil simpati dari Elena, tetapi Laura tak bisa membuat Kean berpihak padanya. Laura terpaksa harus merelakan semua proyekny
"Apa? Apa maksudmu merubah kontrak?" tanya Azelyn semakin bingung. Kean masih terdiam tak berbicara lagi membuat gadis itu kesal. Azelyn menatap wajah Kean mencoba menyuruh lelaki itu kembali berbicara. Kean menopang dagunya melihat wajah kesal gadis itu. "Aku ingin mengubah kontrak dan menghilangkan syarat yang kamu ajukan dulu," ucap Kean yang langsung membuat Azelyn melotot tak percaya. "Bagaimana bisa syaratnya dihilangkan! Padahal kamu sudah setuju dengan itu!" protes Azelyn tak setuju dengan keinginan Kean. "Memang, tapi syarat itu membuatmu bersikap seenaknya. Bukankah aku bilang kamu harus hadir saat itu juga saat kupanggil? Tapi kamu mematikan ponselmu dan menghilang seharian. Apa kamu pikir aku akan melepaskanmu begitu saja?" tegas Kean menatap dingin pada Azelyn. Lelaki itu mendekatkan tubuhnya pada Azelyn dan mengangkat dagu gadis itu dengan jari telunjuknya. "Hukumanmu adalah kamu harus berada di bawah kendaliku. Aku akan tetap membantumu membalas dendam, tetapi se
Lino berjalan menuju ruangan Kean sambil membaca berkas yang akan dia berikan pada lelaki itu. Dia mengetuk pintu ruangan, tak ada suara Kean yang menyuruhnya masuk. Pria itu tak terlalu memikirkannya dan memegang gagang pintu untuk segera masuk. "Pak Lino!" panggil seseorang membuat Lino mengurungkan niatnya membuka pintu. Orang yang memanggil Lino adalah satpam penjaga pintu utama perusahaan. Penjaga itu mengatakan bahwa seseorang mencarinya dan menyuruhnya keluar Lino bingung siapa yang mencarinya tanpa menghubunginya lebih dulu. Karena penasaran, Lino menunda untuk memberitahu Kean tentang kesepakatan bersama Perusahaan Marvino dan pergi menemui orang yang mencarinya. Penjaga itu membawa Lino ke sebuah mobil yang terparkir di depan perusahaan. Lino berjalan menghampiri mobil itu dan mengintip dari kaca mobil mencoba melihat siapa yang berada di dalam mobil tersebut. Seorang wanita dengan kacamata hitamnya duduk dengan anggun di kursi penumpang. Wanita itu membuka kacama
Azelyn berjalan keluar ruangan dan tak sengaja bertemu dengan Lino yang baru saja memasuki ruangan. Gadis itu menatap kesal pada Lino, dia marah karena pria itu terlambat masuk ke ruangan. Seandainya saja Lino masuk lebih cepat, pasti hubungan panas itu tak akan terjadi. Lino bingung dengan tatapan yang ditujukan Azelyn padanya. Lelaki itu berjalan memasuki ruangan dan terkejut melihat sahabatnya yang bertelanjang dada. Pikiran Lino mulai bekerja, dia bisa menebak apa yang terjadi di ruangan ini. Lino tertawa kecil mengingat beberapa waktu lalu dia berniat masuk, untungnya Reliza memanggilnya sehingga dia gagal menghentikan aktivitas mereka berdua. Lino menepuk bahu Kean sambil memberikan ucapan selamat pada sahabatnya itu. Kean hanya tersenyum tipis sebagai jawaban. Dia mengambil air mineral yang berada di meja kerjanya lalu meneguknya hingga tersisa setengah. "Kenapa kamu ke sini?" tanya Kean sambil kembali memakai kemejanya. "Aku hanya ingin memberikan informasi beberapa
Seluruh karyawan yang berada di ruangan merinding takut. Mereka secara serentak mengangguk karena tak bisa mengeluarkan suara untuk menjawab. Kean melirik ke arah Azelyn, "Dan kamu, mulai sekarang bukan lagi seorang cleaning service, kamu cukup berada di sampingku," Kean memakaikan kembali jaketnya pada Azelyn lalu meninggalkan gadis itu di tengah kerumunan. Azelyn masih mencoba mencerna apa yang baru saja terjadi. Setelah mengerti situasinya, Azelyn langsung terdiam mematung. Semua karyawan kembali ke meja masing-masing. Mereka langsung bergosip dan menyebarkan berita melalui grup chat. Kali ini, pernyataan Kean benar-benar berhasil. Semua orang menganggap ada hubungan spesial antara Azelyn dan Kean. Apalagi saat melihat bekas kecupan yang bisa diartikan itu adalah milik Kean. Seseorang ada yang diam-diam memotret Azelyn tadi dan menyebarkan foto itu di grup chat. Semua langsung heboh dan tak berani berurusan dengan Azelyn. Namun, ada beberapa yang menganggap bahwa Azelyn h
Nona Marvino mengulurkan tangannya melihat kehadiran Kean di hadapannya, berniat berjabatan tangan, tetapi Kean kembali mengabaikan uluran tangan itu. Kean langsung duduk di kursinya."Apa kamu tak menduga bahwa yang datang adalah aku? Apa kamu terkejut, Tuan Kean?" tanya Nona Marvino sambil menopang dagu. Kean mengabaikan pertanyaan itu dan memanggil pelayan untuk menerima pesanannya. Nona Marvino menatap sinis lalu berdecak kesal karena sikap dingin Kean padanya. Kean memperhatikan penampilan Nona Marvino. Gadis itu memakai gaun panjang yang menutupi seluruh tubuhnya termasuk leher gadis itu. Dia menatap wajah gadis itu yang ternyata tetap memakai topeng meski tak berada di pesta. "Saya pikir Tuan Allen yang akan datang, saya tak menyangka bahwa Anda yang hadir, Nona Marvino," ucap Kean sambil meminum air mineral yang berada di meja. "Tentu saja aku, karena aku yang memegang proyek kerja sama kita. Kamu bisa berbicara santai denganku, Tuan Kean, karena umurmu berada di atask