Home / Pernikahan / Tergusur Dari Rumah Mertua / Bagaimana Dengan Tiara?

Share

Bagaimana Dengan Tiara?

last update Last Updated: 2023-11-04 21:25:34

"Fahmi, apa yang dikatakan Tiara benar. Kau belum nemuin anak-anakmu, kan? Malam ini, tidurlah di rumah!" Bu Nur ikut memintanya karena dia rasa, Fahmi seperti tidak peduli dengan ketiga anaknya. Entah apa yang ada dipikirannya, padahal mereka tidak bertemu selama empat tahun, apa dia tidak kangen dengan Fattan,Fadlan, dan Tanaya ?

Bu Nur jadi khawatir sendiri dengan kondisi anaknya. Tapi bagaimana pun juga, Fahmi itu anak kandungnya. Dia tidak berani berpikir yang macam-macam.

Bu Nung sudah duduk di bangku belakang segera menurunkan kaca di sampingnya. Melly yang ada di sebelahnya juga ikut memanjangkan lehernya ke Bu Nur.

"Fahmi harus menemani Mama Nung dan Melly, Ma. Meskipun tinggal di hotel tapi tidak ada yang mereka kenal di kota ini selain aku,"

"Mama tahu, tapi kau juga harus adil dengan anakmu. Ingat, mereka tidak salah apa-apa. Jangan hukum mereka dengan sikap tidak pedulimu,"

Melihat perdebatan ibu dan anak itu, membuat Bu Nung merasa tidak enak hati.

Dia langsung menengahi. "Apa yang dikatakan Mamamu benar. Tinggal lah bersama anak-anak. Kami tidak apa-apa, kok?"

Tiara yang melihat ekspresi mamanya Melly jadi makin kesal. Dia merasa kalau ada yang tidak beres  dengan wanita itu, begitu pun dengan anaknya.

Tapi dia bisa apa? Tidak ada yang bisa dia lakukan  selain tersenyum hambar melihat kepura-puraan di wajah yang terpolos riasan tebal.

"Tapi, Ma?" Fahmi langsung menoleh ke belakang. Melihat reaksi Melly.

"Iya, aku tidak apa-apa. Ada Mang Rudi kok,"sahut Melly. Saat bicara, dia sengaja melihat Tiara. Dia seakan ingin menunjukkan pada Taira kalau dia tidak sejahat yang dipikirkan. Dia bisa menjadi wanita yang mau berbagi suami meskipun sudah jelas kalau Fahmi lebih memilihnya daripada Tiara dan anak-anaknya.

****

Akhirnya Melly dan ibunya kembali ke hotel bersama Mang Rudi.

Fahmi masih berdiri di depan pintu gerbang meskipun mobil yang membawa istri mudanya itu sudah tidak terlihat lagi olehnya.

Bu Nur mendekati anaknya. Menepuk bahu Fahmi sambil berkata dengan suara pelan "Masuklah. Anak-anakmu ada di kamar tengah. Sejak tadi Fattan dan adik-adiknya nangis karena takut mendengar teriakan mamanya,"

Tanpa berkata apa-apa lagi, Fahmi langsung menutup pintu gerbang dan balik badan.

Dia melewati Tiara yang masih berdiri di depan pintu, langsung menuju ke kamar tempat anak-anaknya tidur.

Fahmi membuka pintu dengan pelan. Dari tempat dia berdiri, dia melihat tiga anak kecil terlelap di tempat tidur yang sama.

Ketiga anak itu saling berpelukan satu sama lain.

Dengan perasaan yang bergejolak di dalam hatinya, Fahmi memberanikan diri masuk. Dia mendekati tempat tidur itu dengan langkah yang sangat hati-hati. Dia tidak ingin mengusik ketiga anak yang terlelap itu.

Fahmi menyentuh pundak anak sulungnya dan mengelusnya dengan lembut. Seperti yang dia pikirkan, tampaknya Fattan memang sedang terlelap, dia tidak bergerak sedikit pun.

“Kamu sudah setinggi ini, Nak?”

Tangannya mendadak kaku. Dia merasa tidak berguna melihat bagaimana anaknya yang menahan kesedihan hingga tidur saling berpelukan.

Mungkin kalau Fadlan tidak ingat betul dengan diriya karena saat pergi, anak itu masih bayi. Baru mau satu tahun umurnya. Tapi Fattan, tidak begitu. Usianya memang baru dua tahun waktu itu tapi anak ini sudah mejadi sumber kebahagiannya kala itu.

Karena Fattan dan adiknya, karena tanggung jawabnya sebagai ayah yang berjanji akan memberi kebahagian pada mereka lah Fahri memilih ikut test CPNS dan memilih daerah terpencil, yang peluangnya lebih besar dan saingannya tidak seberat ketika dia harus memilih di tempat dia honor saat itu.

Tujuannya hanya untuk kebahagian keluarga, dia ingin anak-anaknya kelak bangga punya ayah seperti dia.

Bu Nur yang melihat anak dan cucunya itu ikut sedih. Dia yang berdiri terpaku di depan pintu akhirnya mendekati Fahmi.

“Anakmu sudah gede-gede. Mereka anak yang baik,”

“Ma!”

Fahmi terkaget dan segera mengangkat tubuhnya dengan hati-hati. Dia tidak mau suara Mamanya itu akan mengusik anak-anaknya.

“Anak-anakmu itu kalau sudah nyium bantal, ga akan terusik oleh suara geledek sekali pun. Ga usah khawatir,”

“Begitu?” Fahmi terkaget. Yang dia tahu, kecilnya Fattan itu sangat rewel. Kadang Tiara sampai harus bangun sepuluh kali lebih untuk mengurus anaknya yang selalu rewel kalau malam hari. Apalagi setelah Fadlan lahir. Rumah ini sudah seperti  pasar malam. Tangisan anak silih berganti yang kadang membuat Fahmi nyaris tidak bisa istirahat.

“Iya, Tiara sudah menemukan kuncinya. Jadi, mereka ga rewel lagi kalau malam,”

Fahmi mengeryitkan keningnya dalam-dalam. Seperti tahu kalau anaknya butuh penjelasan, Bu Nur langsung menunjuk ke atas jendela kamar.

“Tuh, Tiara beli itu tak lama setelah kau pergi. Ibunya kirim uang, tadinya buat bekal kamu selama belum mendapat gaji PNS di sana tapi karena weselnya telat, dibelikan AC,”

Fahmi melihat benda yang menempel diantara kamar ini dan kamar sebelah, kamar utama. Ac itu masih terlihat mengkilat meskipun sudah berumur empat tahun.

“Rumah kita kan atapnya pendek dan tau sendiri, Jakarta panas ga ketulungan. Apalagi kita ini deket laut. Ibu pikir ga mungkin kalau anak-anak itu lapar karena ASI Tiara berlimpah, susu yang Mama  beliin buat tambahan juga ga kurang-kurang,”

“Iya, Ma. Aku juga sempet kepikiran begitu. Tapi waktu itu aku ga punya uang, aku bisa apa?”

Bu Nur tersenyum. Dia mengelus pundak anaknya dan mengajak anaknya itu bicara empat mata.

“Kau belum mau tidur, kan? Bisa kita bicara sebentar?”

Tanpa berkata apapun, Fahmi langsung mengikuti Bu Nur yang berjalan menuju ke ruang keluarga. Tempat dia nonton TV bersama keluarganya.

Fahmi duduk di samping ibunya. Wanita itu langsung menyalakan TV agar obrolan mereka tidak terdengar oleh Tiara.

“Ma, maafkan aku!”

Untuk kesekian kalinya Fahmi mengucapkan kata-kata itu. Namun sebagai ibu yang berada di posisi yang sulit, Bu Nur hanya bisa tersenyum.

“Semua sudah terjadi. Kalau Mama minta kau meninggalkan Melly, rasanya tidak mungkin. Begitu juga jika Mama minta Tiara….,”

“Ma, kita sudah membahas ini. Setelah tahu kalau aku sudah punya anak dan istri, Melly tidak masalah dengan ini. Dia tidak akan mengambil aku dari anak-anakku, Ma,”

“Iya, Mama tahu. Tapi Mama kepikiran sama Tiara,”

“Empat tahun dia menunggu kamu, ternyata ini jawban dari penantian yang panjang itu. Apa ini tidak keterlaluan, Fahmi?”

“Aku tidak akan menceraikan dia, Ma!”

“Kalau iya, lalu apa Tiara mau menerima perlakuan ini?”

“Bagaimana Mama harus mengatakan ini semua pada ibunya?”

“Mama bingung. Mama yang minta Tiara ke Mamanya waktu itu dan atas perjodohan itu dia bahkan rela tidak meneruskan kuliah dan menikah sama kamu. Usia pernikahannya baru tujuh tahun dan ini yang dia dapat setelah hidup susah denganmu. Apa ini adil untuknya?”

Related chapters

  • Tergusur Dari Rumah Mertua   Pembagian Kamar

    Bu Nur dan ibunya Tiara itu berteman baik. Rekan satu profesi dan punya nasib yang sama dalam membina rumah tangga. Sama seperti Bu Nur, Papanya Tiara juga meninggalkan ibunya demi wanita lain. Entah dimana dia sekarang, Tiara juga tidak tahu keberadaan ayah kadungnya itu.Bu Nur juga yang punya ide menjodohkan Fahmi dan Tiara. Saat Mamanya Tiara pensiun dan memilih kembali ke kampung, mereka menikahkan anak-anaknya. Jadi Tiara tinggal di rumah Bu Nur bersama suaminya.“Ma, aku tidak akan menceraikan Tiara. Aku akan tetap memenuhi kebutuhan dia dan juga anak-anak. Makanya aku ijinkan Melly membuaka usaha. Ada lima kepala yang harus aku hidupi dan sebentar lagi anak Melly lahir. Itu semua tidak akan cukup jika hanya mengandalkan gaji aku sebagai PNS, Ma!”“Iya, Mama tahu,”Bu Nur mengangguk.“Tapi penghasilan PNS daerah dengan di sini kan beda. Selain gaji pokok dan tunjangan anak istri, kau juga akan mendapat tunjangan kerja dari pemda, bisa dua kali lipat dari gajimu. Belum lagi ua

    Last Updated : 2023-11-04
  • Tergusur Dari Rumah Mertua   Tiara Tidak Sejahat itu

    “Tiara tidak akan melakukannya, Ma!” kata Fahmi dengan begitu yakinnya setelah keduanya diam cukup lama.Bu Nur benar-benar takut akan hal ini. Apa yang sudah dicapai Fammi dengan bersusah payah akan lepas begitu saja jika apa yang dia pikirkan itu terjadi. Dan Bu Nur rasa, perkara ini belum disadari oleh Fahmi, Melly dan keluarganya.“Kenapa tidak? Dia memang pendiam dan sangat patuh pada kau dan Mama. Tapi kalau dia sakit hati, apa kau bisa jamin dia tidak melakukan itu untuk menghancurkan kau dan Melly?”“Jika kau pengangguran dan tanggunaganmu juga banyak, apa kau pikir Melly masih mau denganmu? Kau tidak hanya akan kehilangan pekerjaanmu tapi kau akan kehilangan istri-istrimu,”“Ma, itu tidak akan terjadi. Percayalah!”“Tiara tidak sejahat itu!”Meskipun hatinya gentar mendengar apa yang dikatakan Mamanya, dia tetap berusaha agar Mamanya tidak panik. Jujur, dia tidak berpikir sampai ke sana karena yang dia tahu, Tiara itu anak yang patuh dan dia juga tidak faham dengan urusan ya

    Last Updated : 2023-11-05
  • Tergusur Dari Rumah Mertua   Pagi Yang Cukup Tegang

    Tiara sudah bangun sejak jam lima pagi tapi dia masih diam di tempat tidur karena tidak tahu apa yang harus dia lakukan pagi ini.Dia ingin keluar untuk menyiapkan sarapan untuk anak-anaknya tapi dia tahu kalau Fahmi masih ada di rumah. Karena dia tidak mau melihat suaminya lah, dia enggan beranjak dari kamar.Pun ketika si bungsu bangun dan minta ke kamar mandi untuk pipis, Tiara malah menyuruh anak yang masih berumur tiga tahun itu keluar dari kamar.“Ada Nenek di belakang. Pipis sendiri, ya!”Tayana yang belum tahu ada apa dengan orang tuanya itu dengan patuh turun dari tempat tidur dan dengan langkahnya yang menggemaskan langsung berlari ke luar.Pintu kamar terbuka. Fahmi yang masih duduk di ruang tengah usai sholat subuh langsung menangkap sesosok anak kecil yang lucu dan menggemaskan berlari menuju ke dapur.Tanaya sempat menahan langkahnya karena melihat Fahmi. Ketika Fahmi mengulurkan kedua tangannya dan ingin menangkapnya, secara refleks anak itu menghindar.“Nenek!” dia lan

    Last Updated : 2023-11-08
  • Tergusur Dari Rumah Mertua   Kurang Satu

    Melly terus membereskan barang bawaannya sambil menjelaskan, apa-apa saja yang dia beli untuk sarapan hari ini. Dia seakan tidak peduli dengan tatapan heran Bu Bur. “Aku lihat daftar menu di hotel dan harganya juga cukup terjangkau. Jadi setelah aku pikir-pikir, daripada sarapan berdua saja di sana, aku pesan sekalian untuk semua keluarga,” “Ma, rendang yang sekilo tadi mana?” Dia bertanya sambil memandang plastik yang di tenteng Mamanya. Karena sudah diingatkan oleh anaknya, Bu Nung meletakkan platik itu ke atas meja dan mengeluarkan isinya. Masing-masing kantong berisi dua kotak berukuran besar. “Ini rendang asli, Ma. Kayaknya enak, jadi aku pesen sekalian buat kita semua,” katanya saat membuka kotak yang pertama. “Ini ayam goreng serundeng. Mungkin anak-anak ga suka rendang, jadi aku pesen khusus paha dan dada untuk mereka,” “Ada empal juga, masih fresh nih. Kata kokinya baru dimasak tadi sore. Mas Fahmi suka banget empal yang model begini. Aku suka buatkan buat bekal mak

    Last Updated : 2023-11-08
  • Tergusur Dari Rumah Mertua   Panggil Mommy

    “Fattan, makan yang banyak biar sehat!” seru Melly ketika melihat anak sulung suaminya itu makan dengan lahapnya. Satu porsi bubur ayam lengkap ditambah satu potong paha ayam goreng, habis dilahapnya dalam beberapa detik saja. Melly terlihat sangat senang. Meskipun anak-anaknya Fahmi masih cangcung dengannya tapi mereka tidak malu-malu makan bersama dirinya. “Mau nambah?” Fattan menggeleng dengan ragu. Dia menolak tawaran itu bukan karena sudah kenyang tapi karena tidak biasa makan dalam porsi yang banyak. Setiap makan, baik Nenek maupun Mamanya selalu membagi-bagi lauk untuknya dan kedua adiknya. Selama ini mereka berlima hidup hanya mengandalkan uang pensiun Bu Nur saja. Uang yang tidak seberapa jumlahnya itu harus dibagi-bagi untuk uang susu dan kebutuhan lainnya. Sudah bisa ditebak, bagaimana menu yang terhidang di meja ini setiap harinya. Yang Fattan ingat, seumur-umur dia belum pernah makan semewah ini. Tiara tidak punya uang sendiri, dia juga tidak pernah mengajak anaknya

    Last Updated : 2023-11-12
  • Tergusur Dari Rumah Mertua   Menelpon Ibu

    “Tia, Kau mau ke mana?” tanya Bu nur sekali lagi. Dia khawatir kalau anak menantunya itu tidak mendengar pertanyaannya, jadi dia mengulanginya sekali lagi. “Aku mau ke wartel, Ma!” “Ke wartel?” Bu Nur makin kaget. Seumur-umur Tiara belum pernah pergi ke tempat seperti itu. Kalau dia mau gobrol sama Mamanya, kalau tidak menggunakan telpon rumah, pasti menggunakan HP jadulnya. “Ada seseorang yang mau aku telpon,” sahut Tiara. Dia menyebut seseorang dan Bu Nur tahu kalau Tiara tidak mau menyebut identitasnya. Karena situasinya tidak mungkin untuk bertanya lebih banyak, Bu Nur akhirnya membiarkan Tiara yang pergi seorang diri saja. Anak-anak sedang berbagi makanan yang dibawa oleh Melly,jadi tidak ada yang sadar kalau Tiara pergi. Termasuk Tanaya yang biasanya tidak bisa tinggal dari Tiara, kini sibuk dengan coklat batangan yang dibagi untuknya. Meskipun sedih, Tiara merasa diuntungkan juga. Jadi dia bisa pergi sebentar tanpa anak-anak untuk melepaskan kepenatan yang membuat kepalany

    Last Updated : 2023-11-12
  • Tergusur Dari Rumah Mertua   Kejutan Untuk Fahmi

    “Apa itu?” selidik ibunay tidak sabar. “Kau bukin ibu deg-degan aja, sayang!” “Mas Fahmi tidak hanya pulang, Bu. Tapi dia sudah mengurus mutasinya ke Jakarta,” “Oh….cepet sekali!” tidak bisa dipungkiri, Bu Dahlia sangat terkejut mendengan berita ini. “Dia baru empat tahun jadi PNS, bulan depan pas tapi sudah mengurus pindah. Fahmi benar-benar hebat, kau tidak salah memilih suami, sayang,” Tiara terdiam. Dia bingung harus menanggapi apa. “PAdahal Ibu baru saja kepikiran soal itu. Ibu ga tega melihat kau jauh dari Fahmi. Mungkin karena niatnya yang begitu kuat untuk kumpul kembali keluarga, agar ga sering- sering meninggalkan kalian, dia bekerja dengan giat mengumpulkan uang untuk mengurus kepindahan ini. Tia, Ibu benar-benar terharu. Fahmi itu sama seperti ayahnya, pria yang ulet mencari nafkah untuk keluarga. Kau harus menghargai pengorbanan dia. Jangan ungkit kenapa dia tidak pernah memberi kaba r karena kita sudah tahu jawabannya,” “Iya, Ma,” sahutnya lesu. Tadinya Tiara ing

    Last Updated : 2023-11-12
  • Tergusur Dari Rumah Mertua   Kejutan dari Suami

    Sejak membaca SMS Mas Fahmi di HP ibu mertuanya, hati Tiara langsung berbunga-bunga. Dia mendapat kabar yang sangat mebahagiakan hatinya. Hari ini suaminya akan pulang, dia memberi kabar kalau sedang dala perjalanan menuju Jakarta.Tiara langsung mempersiapkan penampilannya. Mendadani dirinya sebaik mungkin untuk menyenangkan suami. Luar dalam dia rapikan dan dibuat wangi agar memesona.Dia juga anak-anaknya. Maklum, waktu ini yang sudah ditunggunya. Yang selalu dia panjatkan dalam setiap doanya karena sudah empat tahun lamanya Mas Fahmi tidak pulang. Tepatnya ketika dia diangkat menjadi PNS dan ditugaskan ke pulau terluar dan terpencil.Sore itu, Tiara mengenakan mini dres berwarna putih tulang dengan barisan kancing dengan warna senada di bagian depannya. Baju terbaik yang dimilikinya ini adalah baju pemberian Mas Fahmi saat lamaran, tujuh tahun yang lalu.“Tia, anak-anak sudah makan dan mereka lagi mandi,” Bu Nur datang ke kamarnya, mengagetkan Tiara yang tengah merapikan

    Last Updated : 2023-10-18

Latest chapter

  • Tergusur Dari Rumah Mertua   Kejutan Untuk Fahmi

    “Apa itu?” selidik ibunay tidak sabar. “Kau bukin ibu deg-degan aja, sayang!” “Mas Fahmi tidak hanya pulang, Bu. Tapi dia sudah mengurus mutasinya ke Jakarta,” “Oh….cepet sekali!” tidak bisa dipungkiri, Bu Dahlia sangat terkejut mendengan berita ini. “Dia baru empat tahun jadi PNS, bulan depan pas tapi sudah mengurus pindah. Fahmi benar-benar hebat, kau tidak salah memilih suami, sayang,” Tiara terdiam. Dia bingung harus menanggapi apa. “PAdahal Ibu baru saja kepikiran soal itu. Ibu ga tega melihat kau jauh dari Fahmi. Mungkin karena niatnya yang begitu kuat untuk kumpul kembali keluarga, agar ga sering- sering meninggalkan kalian, dia bekerja dengan giat mengumpulkan uang untuk mengurus kepindahan ini. Tia, Ibu benar-benar terharu. Fahmi itu sama seperti ayahnya, pria yang ulet mencari nafkah untuk keluarga. Kau harus menghargai pengorbanan dia. Jangan ungkit kenapa dia tidak pernah memberi kaba r karena kita sudah tahu jawabannya,” “Iya, Ma,” sahutnya lesu. Tadinya Tiara ing

  • Tergusur Dari Rumah Mertua   Menelpon Ibu

    “Tia, Kau mau ke mana?” tanya Bu nur sekali lagi. Dia khawatir kalau anak menantunya itu tidak mendengar pertanyaannya, jadi dia mengulanginya sekali lagi. “Aku mau ke wartel, Ma!” “Ke wartel?” Bu Nur makin kaget. Seumur-umur Tiara belum pernah pergi ke tempat seperti itu. Kalau dia mau gobrol sama Mamanya, kalau tidak menggunakan telpon rumah, pasti menggunakan HP jadulnya. “Ada seseorang yang mau aku telpon,” sahut Tiara. Dia menyebut seseorang dan Bu Nur tahu kalau Tiara tidak mau menyebut identitasnya. Karena situasinya tidak mungkin untuk bertanya lebih banyak, Bu Nur akhirnya membiarkan Tiara yang pergi seorang diri saja. Anak-anak sedang berbagi makanan yang dibawa oleh Melly,jadi tidak ada yang sadar kalau Tiara pergi. Termasuk Tanaya yang biasanya tidak bisa tinggal dari Tiara, kini sibuk dengan coklat batangan yang dibagi untuknya. Meskipun sedih, Tiara merasa diuntungkan juga. Jadi dia bisa pergi sebentar tanpa anak-anak untuk melepaskan kepenatan yang membuat kepalany

  • Tergusur Dari Rumah Mertua   Panggil Mommy

    “Fattan, makan yang banyak biar sehat!” seru Melly ketika melihat anak sulung suaminya itu makan dengan lahapnya. Satu porsi bubur ayam lengkap ditambah satu potong paha ayam goreng, habis dilahapnya dalam beberapa detik saja. Melly terlihat sangat senang. Meskipun anak-anaknya Fahmi masih cangcung dengannya tapi mereka tidak malu-malu makan bersama dirinya. “Mau nambah?” Fattan menggeleng dengan ragu. Dia menolak tawaran itu bukan karena sudah kenyang tapi karena tidak biasa makan dalam porsi yang banyak. Setiap makan, baik Nenek maupun Mamanya selalu membagi-bagi lauk untuknya dan kedua adiknya. Selama ini mereka berlima hidup hanya mengandalkan uang pensiun Bu Nur saja. Uang yang tidak seberapa jumlahnya itu harus dibagi-bagi untuk uang susu dan kebutuhan lainnya. Sudah bisa ditebak, bagaimana menu yang terhidang di meja ini setiap harinya. Yang Fattan ingat, seumur-umur dia belum pernah makan semewah ini. Tiara tidak punya uang sendiri, dia juga tidak pernah mengajak anaknya

  • Tergusur Dari Rumah Mertua   Kurang Satu

    Melly terus membereskan barang bawaannya sambil menjelaskan, apa-apa saja yang dia beli untuk sarapan hari ini. Dia seakan tidak peduli dengan tatapan heran Bu Bur. “Aku lihat daftar menu di hotel dan harganya juga cukup terjangkau. Jadi setelah aku pikir-pikir, daripada sarapan berdua saja di sana, aku pesan sekalian untuk semua keluarga,” “Ma, rendang yang sekilo tadi mana?” Dia bertanya sambil memandang plastik yang di tenteng Mamanya. Karena sudah diingatkan oleh anaknya, Bu Nung meletakkan platik itu ke atas meja dan mengeluarkan isinya. Masing-masing kantong berisi dua kotak berukuran besar. “Ini rendang asli, Ma. Kayaknya enak, jadi aku pesen sekalian buat kita semua,” katanya saat membuka kotak yang pertama. “Ini ayam goreng serundeng. Mungkin anak-anak ga suka rendang, jadi aku pesen khusus paha dan dada untuk mereka,” “Ada empal juga, masih fresh nih. Kata kokinya baru dimasak tadi sore. Mas Fahmi suka banget empal yang model begini. Aku suka buatkan buat bekal mak

  • Tergusur Dari Rumah Mertua   Pagi Yang Cukup Tegang

    Tiara sudah bangun sejak jam lima pagi tapi dia masih diam di tempat tidur karena tidak tahu apa yang harus dia lakukan pagi ini.Dia ingin keluar untuk menyiapkan sarapan untuk anak-anaknya tapi dia tahu kalau Fahmi masih ada di rumah. Karena dia tidak mau melihat suaminya lah, dia enggan beranjak dari kamar.Pun ketika si bungsu bangun dan minta ke kamar mandi untuk pipis, Tiara malah menyuruh anak yang masih berumur tiga tahun itu keluar dari kamar.“Ada Nenek di belakang. Pipis sendiri, ya!”Tayana yang belum tahu ada apa dengan orang tuanya itu dengan patuh turun dari tempat tidur dan dengan langkahnya yang menggemaskan langsung berlari ke luar.Pintu kamar terbuka. Fahmi yang masih duduk di ruang tengah usai sholat subuh langsung menangkap sesosok anak kecil yang lucu dan menggemaskan berlari menuju ke dapur.Tanaya sempat menahan langkahnya karena melihat Fahmi. Ketika Fahmi mengulurkan kedua tangannya dan ingin menangkapnya, secara refleks anak itu menghindar.“Nenek!” dia lan

  • Tergusur Dari Rumah Mertua   Tiara Tidak Sejahat itu

    “Tiara tidak akan melakukannya, Ma!” kata Fahmi dengan begitu yakinnya setelah keduanya diam cukup lama.Bu Nur benar-benar takut akan hal ini. Apa yang sudah dicapai Fammi dengan bersusah payah akan lepas begitu saja jika apa yang dia pikirkan itu terjadi. Dan Bu Nur rasa, perkara ini belum disadari oleh Fahmi, Melly dan keluarganya.“Kenapa tidak? Dia memang pendiam dan sangat patuh pada kau dan Mama. Tapi kalau dia sakit hati, apa kau bisa jamin dia tidak melakukan itu untuk menghancurkan kau dan Melly?”“Jika kau pengangguran dan tanggunaganmu juga banyak, apa kau pikir Melly masih mau denganmu? Kau tidak hanya akan kehilangan pekerjaanmu tapi kau akan kehilangan istri-istrimu,”“Ma, itu tidak akan terjadi. Percayalah!”“Tiara tidak sejahat itu!”Meskipun hatinya gentar mendengar apa yang dikatakan Mamanya, dia tetap berusaha agar Mamanya tidak panik. Jujur, dia tidak berpikir sampai ke sana karena yang dia tahu, Tiara itu anak yang patuh dan dia juga tidak faham dengan urusan ya

  • Tergusur Dari Rumah Mertua   Pembagian Kamar

    Bu Nur dan ibunya Tiara itu berteman baik. Rekan satu profesi dan punya nasib yang sama dalam membina rumah tangga. Sama seperti Bu Nur, Papanya Tiara juga meninggalkan ibunya demi wanita lain. Entah dimana dia sekarang, Tiara juga tidak tahu keberadaan ayah kadungnya itu.Bu Nur juga yang punya ide menjodohkan Fahmi dan Tiara. Saat Mamanya Tiara pensiun dan memilih kembali ke kampung, mereka menikahkan anak-anaknya. Jadi Tiara tinggal di rumah Bu Nur bersama suaminya.“Ma, aku tidak akan menceraikan Tiara. Aku akan tetap memenuhi kebutuhan dia dan juga anak-anak. Makanya aku ijinkan Melly membuaka usaha. Ada lima kepala yang harus aku hidupi dan sebentar lagi anak Melly lahir. Itu semua tidak akan cukup jika hanya mengandalkan gaji aku sebagai PNS, Ma!”“Iya, Mama tahu,”Bu Nur mengangguk.“Tapi penghasilan PNS daerah dengan di sini kan beda. Selain gaji pokok dan tunjangan anak istri, kau juga akan mendapat tunjangan kerja dari pemda, bisa dua kali lipat dari gajimu. Belum lagi ua

  • Tergusur Dari Rumah Mertua   Bagaimana Dengan Tiara?

    "Fahmi, apa yang dikatakan Tiara benar. Kau belum nemuin anak-anakmu, kan? Malam ini, tidurlah di rumah!" Bu Nur ikut memintanya karena dia rasa, Fahmi seperti tidak peduli dengan ketiga anaknya. Entah apa yang ada dipikirannya, padahal mereka tidak bertemu selama empat tahun, apa dia tidak kangen dengan Fattan,Fadlan, dan Tanaya ?Bu Nur jadi khawatir sendiri dengan kondisi anaknya. Tapi bagaimana pun juga, Fahmi itu anak kandungnya. Dia tidak berani berpikir yang macam-macam.Bu Nung sudah duduk di bangku belakang segera menurunkan kaca di sampingnya. Melly yang ada di sebelahnya juga ikut memanjangkan lehernya ke Bu Nur."Fahmi harus menemani Mama Nung dan Melly, Ma. Meskipun tinggal di hotel tapi tidak ada yang mereka kenal di kota ini selain aku,""Mama tahu, tapi kau juga harus adil dengan anakmu. Ingat, mereka tidak salah apa-apa. Jangan hukum mereka dengan sikap tidak pedulimu,"Melihat perdebatan ibu dan anak itu, membuat Bu Nung merasa tidak enak hati.Dia langsung menengahi

  • Tergusur Dari Rumah Mertua   Aku Yang Salah.

    "Terserah apa yang kau pikirkan tentang anakku dan Fahmi. Saya ke sini hanya menjalankan kewajiban saya sebagai orang tua. Ketika anaknya akan ikut suaminya, saya sebagai orang tua tunggal dari Melly harus memastikan di mana dia akan tinggal. Itu saja,""Tiara, jangan bersikap kasar pada mertuaku. Apa yang dikatakan Bu Ning, semuanya benar. Kodisi aku memang seperti yang beliau ceritakan. Apa yang terjadi di sana, tidak seperti yang aku pikirkan. Kampung tempat aku mengajar benar-benar terpencil. Jarak antara satu rumah dengan rumah yang lain bisa satu kilo. Jalan masih tanah, kalau hujan jadi kubangan. Anak yang sekolah di tempat itu juga cuma beberapa orang saja, kalau hujan malah tidak ada yang datang. Aku yakin, jika kau jadi aku, kau juga tidak akan betah di sana. Aku sudah terlanjur mengambil keputusan dan demi tanggung jawab aku sebagai pria yang akan menafkahi keluarganya, aku harus menjalani itu semua. Aku salah, awalnya aku hanya ingin memanfaatkan kebaikan Bu Ning tapi sia

DMCA.com Protection Status