Home / Urban / Tergoda Pesona Ibu Mertua / Bab 8. Hasrat Tak Terbendung

Share

Bab 8. Hasrat Tak Terbendung

last update Last Updated: 2025-03-20 20:21:42

“Mpphh,” lenguh Mama Siska ketika aku langsung menciumnya.

Mendapat ciuman dadakan dariku, Mama Siska masih tampak sedikit bingung, ia meremas ujung bajuku dengan erat.

Tanganku mulai bergerak semakin liar, bukan hanya menyentuh pahanya, tapi juga menuju ujung pahanya hingga hampir mengenai bagian intinya.

Jika sebelumnya aku menolak, kini aku akan melakukan sebaliknya.

Aku membuka mataku, dan melepas ciumanku. Aku melirik Mama Siska yang menatapku dengan tatapan terkejut. Ia menggigit bibir bawahnya, aku tahu ia ingin melakukannya, tetapi ada sorot kebingungan di matanya.

Namun, aku tidak peduli, aku sudah tidak tahan lagi. Seketika, aku kembali mencium bibirnya. Kali ini bukan ciuman biasa, tetapi ciuman yang begitu bernafsu. Selama ini aku memang tertarik pada ibu mertuaku ini, tetapi aku masih menahannya karena memikirkan statusku sebagai suami Tiara.

Mama Siska kembali terkejut melihat aksiku yang sangat agresif.

“Nghhh.” Lagi-lagi Mama Siska mendesah lepas saat aku
Continue to read this book for free
Scan code to download App
Locked Chapter
Comments (1)
goodnovel comment avatar
bibin
PAAANASSSS
VIEW ALL COMMENTS

Related chapters

  • Tergoda Pesona Ibu Mertua    Bab 9. Kembali ke Rutinitas

    Setelah selesai mandi dan bersiap-siap untuk bekerja, aku segera bergegas pergi. Namun, seperti biasa, Mama Siska sudah menungguku di meja makan. Dia menatapku dengan sorot mata lembut, tetapi penuh ketegasan, lalu mendorong piring berisi sarapan ke arahku.Jika mengingat peristiwa semalam, rasanya aku tidak percaya itu semua bisa terjadi. Tapi dari awal, aku memang tertarik padanya. Walaupun sudah kepala empat, tapi dia masih terlihat awet muda. Dia masih tetap cantik, tubuhnya ramping dan seksi.Setelah tahu Tiara ternyata mengkhianatiku, kini aku tidak akan lagi menjadi seorang suami yang setia."Makan dulu, Raka. Setidaknya isi perutmu sebelum berangkat," katanya.Aku hanya menggeleng sambil tersenyum tipis. "Aku buru-buru, Ma. Kopi saja sudah cukup."Mama Siska menghela napas, tapi tidak memaksaku. Aku meneguk kopiku dengan cepat, lalu beranjak pergi. Namun sebelum aku benar-benar keluar rumah, dia sempat berkata, "Jaga dirimu baik-baik."Lalu, Mama Siska mengusap lenganku dengan

    Last Updated : 2025-03-23
  • Tergoda Pesona Ibu Mertua    Bab 10. Malam yang Lain

    Aku menyerahkan helm kepada Liana sebelum menyalakan motor. Dia menerimanya tanpa banyak bicara, lalu mengenakannya dengan sedikit canggung. Dari dekat, wajahnya memang terlihat lebih pucat dari biasanya. Saat aku menaiki motor dan menstabilkan posisi, Liana ragu-ragu sebelum akhirnya naik ke jok belakang. Aku bisa merasakan tubuhnya menempel di punggungku, meskipun dia tidak memelukku“Kamu yakin gak mau ke dokter dulu?” tanyaku memastikan lagi.Liana menggeleng pelan. “Gak perlu. Aku cuma capek aja, tadi siang aku lupa makan.”Aku menghela napas, lalu mulai melajukan motor keluar dari area parkir kantor.Beberapa menit berlalu dalam keheningan. Aku hanya fokus mengemudi, sementara Liana masih diam di belakangku. Tapi kemudian, aku mendengar suaranya yang kecil, nyaris tersapu angin.“Tumben kamu mau antar aku pulang, Raka? Dulu kamu kan gak pernah mau bawa cewek lain di motormu.”Aku menoleh sebentar sebelum kembali menatap jalan. “Kan kamu lagi sakit, Li.”Liana terkekeh pelan. “W

    Last Updated : 2025-03-25
  • Tergoda Pesona Ibu Mertua    Bab 11. Malam bergairah bersama Liana

    Liana langsung menarik tubuhku dan mencium bibirku. Di sela ciuman itu, dia menuntunku untuk berjalan perlahan, hingga akhirnya kami masuk ke kamarnya. Sentuhan bibirnya begitu hangat, lidahnya ia mainkan membuatku semakin bergairah."Ngghh Raka ssshh..." Dia mendesah saat aku memberikan kecupan di lehernya.Kami kembali saling berciuman, kemudian ia mendorongku ke atas kasur. Ia mengambil tasnya yang tergantung di dekat pintu dan mencari sesuatu. Aku terkejut ketika melihat Liana memberiku pengaman."Kok kamu bisa punya ini?" tanyaku penasaran.Liana sedikit menggigit bibir bawahnya, lalu tersenyum aneh. “Itu …”Aku mengerutkan dahi, terus menatapnya. Sejauh yang aku tahu, meskipun Liana mudah bergaul, dia tidak pernah sampai ke arah seperti ini.Kemudian, bayangan Sarah yang tersenyum aneh ketika aku memutuskan untuk mengantar Liana kembali muncul di kepalaku.Ah, sepertinya aku paham sekarang.Aku menatap Liana lalu tersenyum sambil mengangkat satu alis. Liana yang langsung menangk

    Last Updated : 2025-03-26
  • Tergoda Pesona Ibu Mertua    Bab 12. Antar Nayla ke kampus

    Mama Siska berdiri di ruang tamu, tatapannya terlihat sangat khawatir. Sepertinya ia menungguku sejak tadi, dan entah mengapa aku malah merasa bersalah padanya.Aku terdiam sejenak, mencari jawaban yang paling masuk akal. Tentu saja aku tidak bisa mengatakan kalau aku dari rumah Liana, jadi aku memilih jawaban yang aman.“Tadi masih banyak kerjaan di kantor, Ma.” Aku berusaha terdengar santai, meskipun sebenarnya entah kenapa ada ketegangan dalam hatiku.Mama Siska memperhatikanku dengan saksama, lalu mendekat. Matanya menyipit, seolah sedang menilai sesuatu yang tidak terlihat.Tanpa pikir panjang, aku langsung berjalan melewatinya. “Aku ke kamar dulu ya, Ma.”“Kenapa wangi tubuhmu aneh?” tanyanya tiba-tiba.Aku langsung tersentak dan seketika menghentikan langkahku. Jantungku berdegup lebih cepat. Aku baru sadar, sepertinya aroma parfum yang dipakai Liana tadi masih menempel di bajuku. Aku berusaha tetap tenang, meskipun dalam hati aku sudah panik setengah mati.“Eh… Aku tadi mandi

    Last Updated : 2025-03-27
  • Tergoda Pesona Ibu Mertua    Bab 13. Bocah imut dan cewek agresif

    Aku melihat sekeliling memastikan pria itu tidak mendekati Nayla lagi. Namun, aku justru melihat Nayla menatapku tanpa berkedip sambil tersenyum. "Nayla... Nayla... "Aku memanggilnya beberapa kali tapi dia tidak menjawab. Sepertinya ia sedang bengong, aku melihat ke kiri kanan dan kebelakang tapi tidak ada siapa-siapa hanya ada aku saja. Rupanya ia melihatku dari tadi. Dasar bocah, aku tertawa sambil menepuk pundaknya."Nay, Nayla... "Ia pun tersadar, ia terlihat terkejut dan malu."I-iya Bang." Jawabnya gelagapan."Ko malah bengong? Kenapa? Terpesona ya lihat Abang?" Tanyaku menggodanya.Mukanya langsung memerah. "Ihh e-enggak." Tapi, muka merahnya tidak bisa berbohong, aku mencubit hidungnya yang mancung."Ya udah kamu masuk sana! Abang pergi ya, mau langsung ke kantor!""Iya Bang hati-hati."Nayla pun berlari menuju kelas, kita berjalan berlawanan. Tapi saat aku berbalik untuk pergi, tiba-tiba sekelompok teman perempuan Nayla datang menghampirinya. Mereka tampak heboh, matanya

    Last Updated : 2025-03-28
  • Tergoda Pesona Ibu Mertua    Bab 14. Lembur kerja

    Hari ini aku pulang lebih awal dari biasanya.Saat tiba di rumah, Mama Siska dan Nayla masih duduk di ruang makan, menikmati makan malam bersama. “Ayo, makan dulu, Raka,” ajak Mama Siska dengan senyuman di wajahnya.Aku menggeleng pelan. “Nggak usah, Ma. Aku masih kenyang, tadi sebelum pulang aku makan dulu sama temen kantor.”Mama Siska terdiam sejenak, matanya terus menatapku dengan dalam.“Oh gitu, ya? Tapi, kamu jangan keseringan makan di luar ya, Raka. Kan, di rumah ini ada Mama yang bisa masak buat kamu, dan uang kamu juga bisa kamu tabung, katanya kamu mau beli rumah sama Tiara, kan?” kata Mama Siska akhirnya.Aku mengerutkan dahi, ternyata Mama Siska tahu kalau aku sedang menabung untuk membeli rumah dengan Tiara. Meskipun sekarang, rasanya aku sudah tidak minat untuk membeli rumah itu.Aku mengangguk pelan. “Iya, Ma. Kalau gitu, aku ke kamar dulu, ya.”Aku langsung melangkah ke arah kamarku tanpa menunggu jawaban dari Mama Siska.Malam itu, aku merasa sangat lelah. Tiara sem

    Last Updated : 2025-03-29
  • Tergoda Pesona Ibu Mertua    Bab 15. Gairah di Kantor

    Aku mengangguk, tapi aku merasa ada sesuatu yang aneh dalam situasi ini. Bukankah lebih baik kalau pekerjaan ini cepat selesai?Saat aku baru menggerakkan mouse untuk kembali mengedit gambar, Bu Alicia justru mengajakku mengobrol. Mau tidak mau, aku harus meladeninya, tidak enak kalau aku mengabaikan atasanku.Obrolan kami semakin intens. Hingga akhirnya aku menyadari bahwa cara duduk Bu Alicia telah berubah—lebih santai, lebih menggoda.Ia bahkan sengaja membuka kancing atas blusnya sedikit, memperlihatkan kulitnya yang halus.Aku mulai merasa kalau ini bukan sekadar perbincangan biasa.Aku bisa merasakan hawa panas yang berbeda di ruangan ini.Aku melirik jam di dinding yang telah berhenti di angka 10. Sudah berkali-kali aku mencoba kembali fokus menyelesaikan pekerjaanku, tapi Bu Alicia selalu punya cara untuk menahanku.Bu Alicia duduk lebih dekat dari sebelumnya. Parfum mahal yang selalu kupikir hanya sekadar pelengkap, malam ini terasa lebih menusuk. Matanya yang tajam, penuh pe

    Last Updated : 2025-03-30
  • Tergoda Pesona Ibu Mertua    Bab 16. Masalah di kantor

    Setelah larut malam, aku akhirnya baru bisa keluar dari kantor. Jalanan sudah sepi, hanya ada lampu jalan yang redup menemani langkahku.Aku menghela napas panjang. Kepalaku masih penuh dengan kejadian yang baru saja terjadi.Jujur, sebelumnya aku sama sekali tidak memiliki bayangan jika sikap Alicia bisa sangat berbeda. Biasanya, aku selalu melihatnya sangat profesional, dingin, dan tidak pernah tertarik pada kehidupan pribadi karyawannya. Namun, malam ini sangat berbeda, dan itu membuatku merasa benar-benar puas.Aku melajukan motorku lebih cepat menuju rumah karena rasa lelah mulai merayap ke tubuhku. Sampai di depan rumah, lampu ruang tamu sudah mati.Aku memang sudah memberi tahu Mama Siska bahwa aku akan lembur, jadi sepertinya semua sudah tidur. Saat aku hendak masuk ke kamar, aku bertemu dengan Nayla yang baru keluar dari dapur."Kok baru pulang, Bang?" tanyanya dengan suara mengantuk.Aku mengangguk. "Iya, kerjaan lagi banyak.""Kasihan banget ih, sekarang jadi sering lembur.

    Last Updated : 2025-03-31

Latest chapter

  • Tergoda Pesona Ibu Mertua    Bab 54. Ranjang bergoyang

    Bu Alicia menyuruhku ke apartemennya terlebih dahulu sebelum kembali ke kantor.“Ada barang yang ingin aku bawa di apartemen,” katanya, nada santai tetapi matanya penuh rencana.“Baik, Bu,” jawabku, fokus menyetir.Perjalanan ke luar kota hanya sebentar, tidak terlalu jauh, hanya mengambil barang, tetapi obrolan di mobil membuatku tidak tenang.“Raka, gimana dengan Tiara? Apa dia sering keluar rumah?” tanya Alicia, menoleh dari ponselnya.Aku menarik napas, “Setiap hari juga, Tiara pergi. Malah, malam kemarin dia sampai gak pulang. Apa setiap hari Tiara tidak pernah bekerja? Jadi sebenarnya Tiara itu beneran kerja atau tidak?”Alicia tersenyum tipis, “Dia kerja, tapi hanya ikut acara penting saja. Alex kan bos, bisa mengatur apa saja sesuka hati. Perusahaannya sudah dikelola oleh anak buahnya, jadi dia gak wajib harus ke kantor setiap hari. Tiara juga begitu—Alex yang mengatur. Mungkin dia hanya disuruh menemani Alex di rumah.”Aku menggenggam setir, “Jadi semua karyawan Alex tahu hub

  • Tergoda Pesona Ibu Mertua    Bab 53. Pergi ke luar kota

    “Tapi gak semua ayah tiri jahat, Nay. Banyak kok yang baik hati dan tidak sombong.”Nayla tersenyum, “Iya, tapi sekarang aku kapok punya ayah! Eh maksudnya, takut seperti temanku yang bercerai itu, lho.”Tiba-tiba dia terlihat gugup, seolah menyadari sesuatu. Mama Siska dan Tiara menatapnya, tatapan mereka aneh, seolah menyimpan rahasia.Nayla kembali menambahkan, “Ma-maksudku, punya Mama saja sudah cukup, saat ini aku gak mau punya Ayah!” Dia tertawa canggung, berusaha menutupi.Aku merasa ada yang tidak beres, tetapi suasana kembali hangat. Nayla antusias bercerita tentang kampus, Mama Siska tertawa, dan aku ikut bercanda, meski pikiranku penuh tanda tanya—apa yang mereka sembunyikan? Tiara hanya tersenyum tipis, memegang ponsel, seolah tidak terlalu peduli.Selesai makan, sesuatu yang tidak biasa terjadi—Tiara berdiri, merapikan piringnya, membawa ke wastafel, dan berkata, “Ma, istirahat saja, biar aku yang cuci.”Aku terkejut—biasanya dia hanya berselonjoran saja, tidak pernah mau

  • Tergoda Pesona Ibu Mertua    Bab 52. Sindiran di meja makan

    Aku masuk kantor, kembali ke meja kerjaku, mencoba fokus mengetik laporan. Namun, mataku sesekali melihat Reza—dia duduk di mejanya, wajah datar, matanya kosong, penuh kekecewaan. Aku tahu dia hancur karena Liana, dan aku merasa sangat bersalah. Jika dari awal aku tahu Reza menyukai Liana, aku pasti tidak akan meresponsnya, tidak akan memberikan harapan. Aku hanya ingin membalas dendam kepada Tiara, tetapi malah menyakiti sahabatku sendiri. Aku menarik napas, mencoba fokus, tetapi hatiku berat.Hingga akhirnya tiba waktunya pulang, hari ini aku tidak akan langsung pulang dulu. Aku merasa bosan dengan kehidupanku yang monoton. Setiap hari kerja dan di tempat kerja banyak masalah, begitu juga di rumah. Tapi jika Tiara tidak ada, aku akan merasa bahagia. Ketika di perjalanan, aku membelokkan motorku ke arah kiri aku tidak tahu mau kemana yang jelas aku butuh ketenangan.Aku melihat jalan kecil di pinggir jalan, ditutupi pohon-pohon rindang, seolah mengundangku untuk datang. Jam tanganku

  • Tergoda Pesona Ibu Mertua    Bab 51. Persahabatan yang retak

    "Sekarang kamu bisa kembali ke ruanganmu!" Perintahnya. Akupun kembali ke ruanganku, hari ini pekerjaanku tidak terlalu sibuk. Hari ini aku pulang cepat, seperti biasa, tidak ingin bertemu Liana. Sesampainya di rumah, aku mendengar suara cempreng Nayla saat aku membuka pintu, rupanya dia sudah tiba di rumah lebih dulu. Aroma masakan dari dapur langsung tercium, membuat perutku keroncongan. Suara nyaring Nayla terdengar, mengobrol dengan Mama Siska, penuh tawa. Aku tersenyum kecil, tidak sengaja mendengar percakapan mereka. Nayla bercerita tentang teman kuliahnya yang menyukainya, Mama Siska tertawa, memberikan saran. Aku mengintip dari pintu dapur, melihat mereka sibuk—Nayla mengiris bawang, Mama Siska mengaduk bumbu. Aku masuk, “Aku pulang!” kataku, tersenyum. Mereka melirikku bersamaan, tersenyum lebar. “Eh, Bang, tidak biasanya pulang cepat!” kata Nayla, matanya berbinar. “Iya, hari ini tidak terlalu sibuk,” jawabku, mendekati mereka. “Sedang masak apa? Sepertinya seru!” Mama

  • Tergoda Pesona Ibu Mertua    Bab 50. Kehangatan sederhana di rumah

    Aku merasa darahku mendidih. Aku mengepalkan kedua tanganku, merasa bodoh.“Alicia, ternyata dia tidak bekerja. Apa dia tinggal di sini?” kataku, suaraku gemetar, penuh amarah.Alicia menatapku, “Sepertinya begitu, Raka. Rekam, sekarang!”Aku buru-buru membuka ponsel, memperbesar ke gerbang, tetapi Tiara sudah masuk. Aku hanya mendapat video gerbang dan kurirnya saja.“Tenang, Raka. Kita akan mendapat bukti lagi,” kata Alicia, tangannya memegang bahuku, memberikan ketenangan. Aku menarik napas, merasa campur aduk—amarah, sakit hati, tetapi juga semangat.Sebelum pergi aku menatap rumah Alex, membayangkan Tiara di dalam, tertawa bersama Alex, sementara aku di sini, menahan sakit. Tetapi di sela amarah, aku teringat Mama Siska—senyumnya, pelukannya, kehangatannya. Dia yang membuatku kuat, dia yang membuatku yakin—Tiara tidak pantas untukku. Aku menarik napas, memegang ponsel erat. Tiara, ini akhir dari sandiwaramu, aku akan membongkar kebusukanmu.Kitapun kembali ke kantor, walaupun har

  • Tergoda Pesona Ibu Mertua    Bab 49. Drama pagi dan kenyataan pahit

    “Pagi mas, aku kangen banget mesra-mesraan kayak gini,” kata Tiara dengan suara genitnya saat aku baru membuka mata.Dia memelukku dari samping, tangannya bermain di dadaku.Aku berusaha menahan diri dan membiarkannya melakukan itu semua. Masih terlalu pagi, rasanya masih begitu malas untuk memunculkan rasa kesal.Dia melanjutkan, “Mulai sekarang, aku akan lebih perhatian, Mas. Aku sadar aku belum menjadi istri yang baik, terlalu sibuk, lupa kewajibanku. Aku ingin berubah, jadi istri yang kamu inginkan.”Tetapi aku menahan diri, hanya berkata, “Baguslah kalau begitu. Aku mau mandi dulu.”Aku mencoba bangun, tetapi dia menarik tanganku, memelukku lagi, dan kali ini lebih erat.“Jangan dulu mandi, aku masih kangen sama kamu. Akhir-akhir ini kamu rasanya kamu berubah,” katanya, suaranya goyah, seolah ingin menangis.“Itu hanya perasaanmu saja. Aku nggak pernah berubah,” kataku berbohong.Dia kembali menatapku, matanya tajam. “Buktinya kamu diam saat aku peluk. Dulu kamu membalas pelukank

  • Tergoda Pesona Ibu Mertua    Bab 48. Nafsu liar Liana

    “Li, itu reaksi biologis. Siapa yang nggak terangsang kalau digoda seperti ini?” kataku, berusaha menolak.Namun, itu tidak membuat Liana berhenti. Dia justru langsung naik ke pangkuanku dan mencium bibirku dengan agresif.Aku terkejut dengan apa yang dia lakukan. Namun saat aku ingin mendorong tubuh Liana, dia justru menekan pinggulnya dan menggerakkannya pelan hingga membuatku mengerang.Liana meraih tanganku dan mengarahkannya ke buah dadanya yang kenyal.Aku benar-benar tidak bisa lagi berpikir jernih. Tubuhku benar-benar sudah menolak untuk bekerja sama.Aku meremas buah dada itu dengan sedikit keras, membuat Liana justru mendesah nikmat.Aku memperdalam ciuman kami. Di sela-sela itu, tanganku sudah masuk ke dalam blouse coklat yang Liana pakai. Pengait bra itu sudah kulepaskan, membuat kulit tanganku bisa lebih leluasa bersentuhan dengan Liana.“Ahh, aku tahu kamu selalu ingin ini, Raka …” kata Liana di sela ciuman kami.Kegiatan panas ini terus berlangsung, membawaku dan Liana

  • Tergoda Pesona Ibu Mertua    Bab 47. Masalah semakin rumit

    “Oke, buat kamu aja berarti,” kata Liana pasrah. Sorot matanya masih menunjukkan ketidakrelaan. “Aku ke mejaku dulu ya.”Setelah Liana pergi ke mejanya, aku mengacungkan jempol pada Reza, sambil tersenyum tipis. “Bagus. Tangkap terus peluangnya.”“Makasih, bro,” jawab Reza sambil tertawa kecil, lalu memberikan segelas kopi yang telah dia buat kepadaku. “Kalau gitu, ini buat lu aja. Sebagai gantinya, hahaha.”Aku ikut tertawa pelan. Setelah itu, Reza kembali ke mejanya. Aku juga langsung membuka laptop dan melanjutkan pekerjaanku.Aku harap hari ini tidak ada masalah lain lagi.Hingga akhirnya, aku larut dalam pekerjaanku dan tidak sadar jika jam sudah menunjukkan waktu untuk makan siang.Aku merenggangkan badanku sejenak, terlalu lama duduk membuat punggungku terasa sedikit kaku.“Raka, makan di kantin, yuk,” ajak Liana yang tiba-tiba sudah ada di samping mejaku.“Aku kan bawa bekal, Li. Jadi, aku makan di sini saja,” jawabku sambil menunjuk kotak bekalku.“Tapi kan bisa dimakan di ka

  • Tergoda Pesona Ibu Mertua    Bab 46. Kembali ke dunia nyata

    Sontak aku langsung memundurkan kursiku yang terlalu dekat dengan Mama Siska, membuatku hampir terjatuh. Bahkan, Mama Siska juga terkejut dengan pergerakanku.“Eh eh, Abang kenapa?” tanya Nayla panik saat melihatku hampir terjatuh. Namun, ada tawa kecil di sana karena melihat tingkahku.“Hah ini … anu tadi ada kecoa!” kataku asal.“Iyaa tadi ada kecoa di bawah meja,” sahut Mama Siska seolah memahami apa yang aku maksud.“Oh ya? Tumben ada kecoa ya. Tapi udah kabur, kan?” tanya Nayla sambil membungkuk ke bawah meja, mencari keberadaan kecoa itu.“Udah kayaknya, tadi kayaknya lari ke arah sana,” jawabku, sambil menunjuk ke arah asal. “Kamu jangan nunduk-nunduk gitu nanti kalau kecoanya terbang ke kamu gimana?”Namun, Nayla justru tertawa. “Aku gak takut tuh.”“Sudah-sudah, Nayla kamu taruh dulu itu tasmu ke kamar,” kata Mama Siska mencoba menyudahi kekacauan ini.“Nanti dulu ah,” jawab Nayla, matanya justru tertuju pada makanan yang ada di meja makan. “Eh, Mama goreng udang? Wih enak ni

Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status