Home / Urban / Tergoda Pesona Ibu Mertua / Bab 27. Langkah di Pagi Hari

Share

Bab 27. Langkah di Pagi Hari

last update Last Updated: 2025-04-10 23:03:49

Hari ini pekerjaanku di kantor lancar. Saat jam pulang tiba, aku melihat Liana berjalan bersama Sarah ke luar menuju tempat parkiran.

Aku sempat menoleh ke Reza—ia berdiri di sudut, matanya seolah mengawasi Liana. Aneh, pikirku. Mereka kan tidak akur.

Apa dia menunggu Liana? Tetapi rasanya tidak mungkin.

Aku pamit lebih dulu kepada Liana dan Sarah, lalu mendekati Reza.

“Za, pulang bareng, yuk,” ajakku.

Ia hanya tersenyum, “Kamu duluan saja, Raka. Aku masih ada urusan.”

Aku bingung apa yang ingin dia lakukan, tetapi tidak bertanya lebih jauh karena aku pikir itu memang urusan pekerjaan.

Aku langsung naik motor dan pulang.

Jalanan masih ramai, karena hari ini aku pulang tidak terlalu malam.

Saat sampai rumah, aku membuka pintu dan mendengar suara percakapan. Aku masuk, ternyata Tiara sudah pulang. Ia dan Mama Siska sedang duduk di ruang tamu, mengobrol santai. Mereka menoleh kepadaku, tersenyum, dan Mama Siska berdiri.

“Raka, Tiara, Mama ke belakang dulu, ya,” katanya, lalu pergi, menin
Continue to read this book for free
Scan code to download App
Locked Chapter

Related chapters

  • Tergoda Pesona Ibu Mertua    Bab 28. Tawa di Tengah Rumah

    Aku hanya mengangguk, berpura-pura percaya, padahal aku tahu itu pasti bohong. Pasti dia bertemu Alex lagi.Dia pergi sekitar pukul sembilan pagi, dan aku malah merasa lega tidak perlu mencari alasan untuk keluar dari rumah.Kini di rumah tinggal bertiga—aku, Mama Siska, dan Nayla. Setelah kami selesai sarapan, Nayla tiba-tiba berbicara.“Ma, teman-teman kampusku boleh datang ke sini, nggak? Kami mau kerja kelompok,” pintanya, matanya cerah penuh harap.Mama Siska tersenyum, “Boleh, Nay. Ajak saja.” Nayla sangat senang, langsung tersenyum lebar.Aku menoleh kepadanya, iseng. “Anak muda gak main ke luar saja? Kenapa malah main di rumah?” tanyaku, sengaja menggoda. Dia cemberut, “Ya, agar sekalian kerja kelompok, Bang! Lebih enak di rumah,” jawabnya cepat.Aku tertawa kecil, melanjutkan menggodanya. “Oh ya, Nay, si cowok yang suka mengganggu kamu itu bagaimana kabarnya? Masih mengejar-ngejar kamu?”Matanya langsung membulat, pipinya memerah.“Bang! Jangan bahas dia, aku malas!” katany

    Last Updated : 2025-04-11
  • Tergoda Pesona Ibu Mertua    Bab 29. Detak Jantung di Pasar dan Mal

    Obrolan ramai bersama Nayla dan teman-temannya masih berlanjut, tetapi Mama Siska tiba-tiba berdiri.“Mama ke pasar dulu, ya. Mau belanja untuk makan malam,” katanya sambil melangkah ke ke kamar untuk bersiap.Aku langsung menawarkan, “Ma, aku antar, ya.” Dia menggelengkan kepala, “Tidak usah, Raka. Kamu pasti capek, lebih baik istirahat saja.”Tapi aku tetap memaksa.“Mama, aku bosan di rumah. Aku sama sekali tidak merasa capek, mumpung lagi libur juga. Lagipula aku bisa mengantar Mama pakai motor, lebih hemat daripada naik ojek atau naik angkutan umum. Lebih aman juga kan,” kataku, lalu berdiri.Teman-teman Nayla serentak berkata, “Iya, Tante, biar Abang Raka antar aja!”Nayla ikut berkomentar, “Benar, Ma. Pulangnya juga jadi lebih cepat kan kalau Bang Raka antar.”Mama Siska menoleh padaku, lalu tersenyum kecil.“Ya sudah, kalau begitu ayo,” katanya akhirnya.Aku buru-buru ke kamar, mengambil jaket, lalu bergegas menyiapkan motor di depan rumah. Saat aku memanaskan mesin dulu, ent

    Last Updated : 2025-04-12
  • Tergoda Pesona Ibu Mertua    Bab 30. Tawa dan Aroma di Dapur

    Setelah sampai rumah dan aku membantu membawa barang belanjaan ke dapur, Mama Siska mengatakan akan ganti baju dulu, lalu berjalan ke kamarnya. Aku juga pergi ke kamarku, menyimpan jaket.Saat melewati kamar Nayla, aku mendengar tawa mereka. Nayla dan teman-temannya masih berada di sana dan terdengar bising.Selesai menyimpan jaket, aku kembali ke dapur. Mama Siska sudah ada di sana. Dia mengenakan daster favoritnya yang sederhana, tapi entah mengapa membuatnya tampak anggun, bahkan begitu memikat.Aku buru-buru menoleh ke arah lain, takut dia menangkapku sedang memandangnya.“Ma, aku bantu memasak, ya,” kataku cepat, berdiri.Dia menoleh, alisnya terangkat. “Raka, dari tadi kamu membantu Mama terus. Memangnya kamu tidak capek?” tanyanya.Aku tersenyum, “Nggak ko, Ma. Sekalian aku ingin belajar memasak. Lagipula, aku merasa bosan berdiam diri di kamar mengerjakan pekerjaan kantor. Tapi memang sekarang sedang tidak ada kerjaan, makanya aku ingin bantu Mama."Sebenarnya, aku ingin bilan

    Last Updated : 2025-04-12
  • Tergoda Pesona Ibu Mertua    Bab 31. Sandiwara di Meja makan

    Malam sudah larut, tetapi Tiara masih belum pulang. Bukannya aku peduli ataupun khawatir, tapi aku tidak habis pikir dengan sikapnya.Demi untuk kesenangan pribadi, dia sampai berbohong entah itu padaku, Mama Siska dan Nayla. Dia benar-benar keterlaluan, sudah saatnya kebohongannya aku bongkar.Sampai kemudian rasa kantuk datang, akupun tertidur pulas.Tengah malam, aku mendengar pintu kamar dibuka pelan, aku yakin pasti Tiara. Aku berpura-pura tidur, tidak mau membuka mata. Dia duduk di ranjang, di belakang punggungku. Aku mendengar getar ponselnya, pasti sedang chatingan dengan Alex. Aku menahan napas, menahan amarah, dan tetap diam sampai aku benar-benar tertidur lagi.Hingga pagi hari tiba, sandiwara kembali dimulai. Aku membuka mata, Tiara sudah di sampingku, merangkulku erat, lalu mencium keningku.“Mas, maaf, ya, semalam ada meeting sampai larut. Makanya tidak bisa makan malam bersama,” katanya, suaranya sangat manis, seperti istri penyayang.Aku hanya tersenyum kaku, menganggu

    Last Updated : 2025-04-13
  • Tergoda Pesona Ibu Mertua    Bab 32. Hubungan dengan Liana dan Reza yang aneh

    Tak lama setelah aku duduk di meja, Liana masuk kantor dengan langkah cepat, hampir berlari kecil. Bukan Liana namanya kalau tidak heboh, dia menyapa semua orang dengan suara riang, membuat suasana kantor yang tadinya sepi menjadi ramai.Namun, saat aku tidak lagi memperhatikannya dan fokus pada layar monitorku, tiba-tiba Liana datang sambil membawa segelas coklat panas.“Raka, ini pasti dari kamu, kan? Makasih ya, Raka,” katanya dengan senyum riang di wajahnya sambil menunjukkan segelas coklat panas itu.Aku mengernyitkan dahi, tidak paham dengan apa yang dikatakan Liana. “Li, itu bukan dari aku.”Namun, Liana seolah tidak peduli dan menganggap ucapanku hanya bercanda. “Ah, gak usah malu gitu, Raka. Aku tahu kamu memang bukan tipe yang perhatian secara blak-blakan.”“Tapi, Li, itu memang bukan dari aku,” kataku lagi, berusaha meyakinkan Liana.“Kenapa, Raka?” sahut Sarah yang tiba-tiba muncul setelah melihatku berbicara dengan Liana.“Sarah, kamu tadi datang sebelum aku datang, kan?

    Last Updated : 2025-04-13
  • Tergoda Pesona Ibu Mertua    Bab 33. Cemburu?

    Sore itu, setelah selesai bekerja, aku langsung pergi ke parkiran untuk meninggalkan kantor. Sebelum selesai bekerja, Mama Siska sempat mengirim pesan kepadaku, meminta tolong membeli sate untuk makan malam di rumah. Katanya, dia ingin makan sate.Namun, saat aku ingin melajukan motorku, tiba-tiba Liana datang.“Raka, boleh gak aku nebeng kamu? Hari ini aku capek banget, kalau harus nunggu ojek datang aku gak sanggup deh, biasanya suka lama soalnya,” kata Liana langsung.Aku bisa melihat wajah lelahnya. Jujur aku ingin mengantarnya, tapi aku juga harus pulang lebih cepat karena pasti Mama Siska menungguku membawakan pesanannya.“Aduh, Li, maaf banget, bukannya aku gak mau, tapi aku udah ada janji lain,” tolakku dengan halus, berusaha tidak membuatnya merasa tersinggung.“Yah, sebentar saja apa gak bisa, Raka?” tanya Liana. Wajahnya benar-benar terlihat lelah.“Gak bisa, Li. Aku harus buru-buru juga soalnya.”Namun, tak lama kemudian, Reza tiba-tiba datang.“Kamu mau pulang, Li? Aku an

    Last Updated : 2025-04-14
  • Tergoda Pesona Ibu Mertua    Bab 34. Permainan panas di dapur

    “Mas, sekarang kamu rajin sekali?” kata Tiara, setengah bercanda saat melihat aku membereskan piring kotor setelah kami makan malam.Aku hanya tersenyum tipis, tidak menjawab. Namun, tiba-tiba dia ikut membantu, padahal sebelumnya tidak pernah.Nayla juga ikut, membereskan meja, dan kami bekerja bersama seperti tim dadakan.“Kak, Abang, aku ke kamar dulu ya, mau tidur,” kata Nayla setelah selesai membersihkan meja.“Iya, Nay, selamat istirahat,” jawabku sambil tersenyum ke arahnya. Sementara Tiara hanya mengangguk dan tersenyum.Kemudian, aku melanjutkan kegiatanku. Saat aku sedang membilas gelas, Tiara tiba-tiba, memeluk pinggangku dari belakang. Aku kaget, hampir menjatuhkan gelas.“Mas, kamu kangen momen kayak gini gak? Dulu kamu selalu lakuin ini ke aku,” katanya, suaranya genit, mencoba bercanda.Namun, aku mencoba melepaskan pelukannya.“Ti, aku lagi cuci piring ini,” kataku, nadaku datar. Namun, dia malah memeluk lebih erat, tertawa kecil, seolah tidak peduli.Saat aku mencoba

    Last Updated : 2025-04-15
  • Tergoda Pesona Ibu Mertua    Bab 35. Getaran di pagi dan malam hari

    Setelah permainan malam itu dengan Mama Siska selesai, kami buru-buru kembali ke kamar masing-masing, tanpa kata-kata lagi. Aku masuk kamar, melihat Tiara masih tidur pulas, napasnya pelan. Aku merebahkan diri di sampingnya, merasa capek dan tidur dengan nyenyak.Pagi harinya, saat sarapan, aku menyadari ada yang berbeda dengan Mama Siska. Dia sangat ceria—wajahnya bersinar, senyumnya lebar, seperti orang yang baru mendapat kabar bahagia. Mama Siska orangnya memang selalu tersenyum dan ceria, tetapi pagi ini? Ada aura lain, seperti bunga yang baru mekar.Tiara menyadarinya, “Ma, Mama sudah sembuh, ya? Mama terlihat segar dan ceria lagi!” katanya, sambil menyendok nasi.Mama Siska tertawa kecil, pipinya merona tipis, seperti malu. “Mama tidak sakit ko,” jawabnya, nadanya lembut.Nayla, yang dari tadi fokus makan, tiba-tiba ikut berkomentar. “Iya, semalam Mama terlihat berbeda sekali. Lebih pendiam, terlihat lemas begitu,” katanya, menoleh ke Mama Siska dengan mata penasaran.Mama Siska

    Last Updated : 2025-04-16

Latest chapter

  • Tergoda Pesona Ibu Mertua    Bab 36. Godaan di Malam yang bergairah

    "Raka, rasanya semakin lama kamu semakin tampan." pujinya masih terus menelusuri tubuhku. "Biasa saja, dari dulu aku seperti ini." jawabku dengan nafas yang memburu. "Kamu memang tampan Raka, badanmu juga bagus. Bukan hanya itu, kamu juga perkasa di ranjang. Aku sampai ketagihan, permainanmu bikin aku puas." nadanya menggoda sambil mengigit bibir bawahnya. Tangan Liana tidak berhenti bergerak, jari-jarinya menelusuri seluruh tubuhku. Gerakan telunjuknya berputar-putar di dadaku. Lalu dia bersandar di pundakku, rambutnya menyentuh leherku, membuat bulu kudukku berdiri. Sesekali dia memelukku erat, seolah tidak ingin melepaskan. Aku merasa panas, akibat rayuannya yang membuatku tegang.Kami mengobrol ringan, awalnya hanya soal kantor—laporan yang menumpuk, Reza yang tiba-tiba baik kepadanya. Namun, topiknya pelan-pelan bergeser, dan Liana tiba-tiba berkata, “Raka, apa istrimu sudah tahu, jika kamu tahu dia berselingkuh?” Matanya menoleh kepadaku, penuh rasa ingin tahu. Aku menarik

  • Tergoda Pesona Ibu Mertua    Bab 35. Getaran di pagi dan malam hari

    Setelah permainan malam itu dengan Mama Siska selesai, kami buru-buru kembali ke kamar masing-masing, tanpa kata-kata lagi. Aku masuk kamar, melihat Tiara masih tidur pulas, napasnya pelan. Aku merebahkan diri di sampingnya, merasa capek dan tidur dengan nyenyak.Pagi harinya, saat sarapan, aku menyadari ada yang berbeda dengan Mama Siska. Dia sangat ceria—wajahnya bersinar, senyumnya lebar, seperti orang yang baru mendapat kabar bahagia. Mama Siska orangnya memang selalu tersenyum dan ceria, tetapi pagi ini? Ada aura lain, seperti bunga yang baru mekar.Tiara menyadarinya, “Ma, Mama sudah sembuh, ya? Mama terlihat segar dan ceria lagi!” katanya, sambil menyendok nasi.Mama Siska tertawa kecil, pipinya merona tipis, seperti malu. “Mama tidak sakit ko,” jawabnya, nadanya lembut.Nayla, yang dari tadi fokus makan, tiba-tiba ikut berkomentar. “Iya, semalam Mama terlihat berbeda sekali. Lebih pendiam, terlihat lemas begitu,” katanya, menoleh ke Mama Siska dengan mata penasaran.Mama Siska

  • Tergoda Pesona Ibu Mertua    Bab 34. Permainan panas di dapur

    “Mas, sekarang kamu rajin sekali?” kata Tiara, setengah bercanda saat melihat aku membereskan piring kotor setelah kami makan malam.Aku hanya tersenyum tipis, tidak menjawab. Namun, tiba-tiba dia ikut membantu, padahal sebelumnya tidak pernah.Nayla juga ikut, membereskan meja, dan kami bekerja bersama seperti tim dadakan.“Kak, Abang, aku ke kamar dulu ya, mau tidur,” kata Nayla setelah selesai membersihkan meja.“Iya, Nay, selamat istirahat,” jawabku sambil tersenyum ke arahnya. Sementara Tiara hanya mengangguk dan tersenyum.Kemudian, aku melanjutkan kegiatanku. Saat aku sedang membilas gelas, Tiara tiba-tiba, memeluk pinggangku dari belakang. Aku kaget, hampir menjatuhkan gelas.“Mas, kamu kangen momen kayak gini gak? Dulu kamu selalu lakuin ini ke aku,” katanya, suaranya genit, mencoba bercanda.Namun, aku mencoba melepaskan pelukannya.“Ti, aku lagi cuci piring ini,” kataku, nadaku datar. Namun, dia malah memeluk lebih erat, tertawa kecil, seolah tidak peduli.Saat aku mencoba

  • Tergoda Pesona Ibu Mertua    Bab 33. Cemburu?

    Sore itu, setelah selesai bekerja, aku langsung pergi ke parkiran untuk meninggalkan kantor. Sebelum selesai bekerja, Mama Siska sempat mengirim pesan kepadaku, meminta tolong membeli sate untuk makan malam di rumah. Katanya, dia ingin makan sate.Namun, saat aku ingin melajukan motorku, tiba-tiba Liana datang.“Raka, boleh gak aku nebeng kamu? Hari ini aku capek banget, kalau harus nunggu ojek datang aku gak sanggup deh, biasanya suka lama soalnya,” kata Liana langsung.Aku bisa melihat wajah lelahnya. Jujur aku ingin mengantarnya, tapi aku juga harus pulang lebih cepat karena pasti Mama Siska menungguku membawakan pesanannya.“Aduh, Li, maaf banget, bukannya aku gak mau, tapi aku udah ada janji lain,” tolakku dengan halus, berusaha tidak membuatnya merasa tersinggung.“Yah, sebentar saja apa gak bisa, Raka?” tanya Liana. Wajahnya benar-benar terlihat lelah.“Gak bisa, Li. Aku harus buru-buru juga soalnya.”Namun, tak lama kemudian, Reza tiba-tiba datang.“Kamu mau pulang, Li? Aku an

  • Tergoda Pesona Ibu Mertua    Bab 32. Hubungan dengan Liana dan Reza yang aneh

    Tak lama setelah aku duduk di meja, Liana masuk kantor dengan langkah cepat, hampir berlari kecil. Bukan Liana namanya kalau tidak heboh, dia menyapa semua orang dengan suara riang, membuat suasana kantor yang tadinya sepi menjadi ramai.Namun, saat aku tidak lagi memperhatikannya dan fokus pada layar monitorku, tiba-tiba Liana datang sambil membawa segelas coklat panas.“Raka, ini pasti dari kamu, kan? Makasih ya, Raka,” katanya dengan senyum riang di wajahnya sambil menunjukkan segelas coklat panas itu.Aku mengernyitkan dahi, tidak paham dengan apa yang dikatakan Liana. “Li, itu bukan dari aku.”Namun, Liana seolah tidak peduli dan menganggap ucapanku hanya bercanda. “Ah, gak usah malu gitu, Raka. Aku tahu kamu memang bukan tipe yang perhatian secara blak-blakan.”“Tapi, Li, itu memang bukan dari aku,” kataku lagi, berusaha meyakinkan Liana.“Kenapa, Raka?” sahut Sarah yang tiba-tiba muncul setelah melihatku berbicara dengan Liana.“Sarah, kamu tadi datang sebelum aku datang, kan?

  • Tergoda Pesona Ibu Mertua    Bab 31. Sandiwara di Meja makan

    Malam sudah larut, tetapi Tiara masih belum pulang. Bukannya aku peduli ataupun khawatir, tapi aku tidak habis pikir dengan sikapnya.Demi untuk kesenangan pribadi, dia sampai berbohong entah itu padaku, Mama Siska dan Nayla. Dia benar-benar keterlaluan, sudah saatnya kebohongannya aku bongkar.Sampai kemudian rasa kantuk datang, akupun tertidur pulas.Tengah malam, aku mendengar pintu kamar dibuka pelan, aku yakin pasti Tiara. Aku berpura-pura tidur, tidak mau membuka mata. Dia duduk di ranjang, di belakang punggungku. Aku mendengar getar ponselnya, pasti sedang chatingan dengan Alex. Aku menahan napas, menahan amarah, dan tetap diam sampai aku benar-benar tertidur lagi.Hingga pagi hari tiba, sandiwara kembali dimulai. Aku membuka mata, Tiara sudah di sampingku, merangkulku erat, lalu mencium keningku.“Mas, maaf, ya, semalam ada meeting sampai larut. Makanya tidak bisa makan malam bersama,” katanya, suaranya sangat manis, seperti istri penyayang.Aku hanya tersenyum kaku, menganggu

  • Tergoda Pesona Ibu Mertua    Bab 30. Tawa dan Aroma di Dapur

    Setelah sampai rumah dan aku membantu membawa barang belanjaan ke dapur, Mama Siska mengatakan akan ganti baju dulu, lalu berjalan ke kamarnya. Aku juga pergi ke kamarku, menyimpan jaket.Saat melewati kamar Nayla, aku mendengar tawa mereka. Nayla dan teman-temannya masih berada di sana dan terdengar bising.Selesai menyimpan jaket, aku kembali ke dapur. Mama Siska sudah ada di sana. Dia mengenakan daster favoritnya yang sederhana, tapi entah mengapa membuatnya tampak anggun, bahkan begitu memikat.Aku buru-buru menoleh ke arah lain, takut dia menangkapku sedang memandangnya.“Ma, aku bantu memasak, ya,” kataku cepat, berdiri.Dia menoleh, alisnya terangkat. “Raka, dari tadi kamu membantu Mama terus. Memangnya kamu tidak capek?” tanyanya.Aku tersenyum, “Nggak ko, Ma. Sekalian aku ingin belajar memasak. Lagipula, aku merasa bosan berdiam diri di kamar mengerjakan pekerjaan kantor. Tapi memang sekarang sedang tidak ada kerjaan, makanya aku ingin bantu Mama."Sebenarnya, aku ingin bilan

  • Tergoda Pesona Ibu Mertua    Bab 29. Detak Jantung di Pasar dan Mal

    Obrolan ramai bersama Nayla dan teman-temannya masih berlanjut, tetapi Mama Siska tiba-tiba berdiri.“Mama ke pasar dulu, ya. Mau belanja untuk makan malam,” katanya sambil melangkah ke ke kamar untuk bersiap.Aku langsung menawarkan, “Ma, aku antar, ya.” Dia menggelengkan kepala, “Tidak usah, Raka. Kamu pasti capek, lebih baik istirahat saja.”Tapi aku tetap memaksa.“Mama, aku bosan di rumah. Aku sama sekali tidak merasa capek, mumpung lagi libur juga. Lagipula aku bisa mengantar Mama pakai motor, lebih hemat daripada naik ojek atau naik angkutan umum. Lebih aman juga kan,” kataku, lalu berdiri.Teman-teman Nayla serentak berkata, “Iya, Tante, biar Abang Raka antar aja!”Nayla ikut berkomentar, “Benar, Ma. Pulangnya juga jadi lebih cepat kan kalau Bang Raka antar.”Mama Siska menoleh padaku, lalu tersenyum kecil.“Ya sudah, kalau begitu ayo,” katanya akhirnya.Aku buru-buru ke kamar, mengambil jaket, lalu bergegas menyiapkan motor di depan rumah. Saat aku memanaskan mesin dulu, ent

  • Tergoda Pesona Ibu Mertua    Bab 28. Tawa di Tengah Rumah

    Aku hanya mengangguk, berpura-pura percaya, padahal aku tahu itu pasti bohong. Pasti dia bertemu Alex lagi.Dia pergi sekitar pukul sembilan pagi, dan aku malah merasa lega tidak perlu mencari alasan untuk keluar dari rumah.Kini di rumah tinggal bertiga—aku, Mama Siska, dan Nayla. Setelah kami selesai sarapan, Nayla tiba-tiba berbicara.“Ma, teman-teman kampusku boleh datang ke sini, nggak? Kami mau kerja kelompok,” pintanya, matanya cerah penuh harap.Mama Siska tersenyum, “Boleh, Nay. Ajak saja.” Nayla sangat senang, langsung tersenyum lebar.Aku menoleh kepadanya, iseng. “Anak muda gak main ke luar saja? Kenapa malah main di rumah?” tanyaku, sengaja menggoda. Dia cemberut, “Ya, agar sekalian kerja kelompok, Bang! Lebih enak di rumah,” jawabnya cepat.Aku tertawa kecil, melanjutkan menggodanya. “Oh ya, Nay, si cowok yang suka mengganggu kamu itu bagaimana kabarnya? Masih mengejar-ngejar kamu?”Matanya langsung membulat, pipinya memerah.“Bang! Jangan bahas dia, aku malas!” katany

Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status