Beranda / Urban / Tergoda Pesona Ibu Mertua / Bab 34. Permainan panas di dapur

Share

Bab 34. Permainan panas di dapur

Penulis: Galaxybimasakti
last update Terakhir Diperbarui: 2025-04-15 23:57:45

“Mas, sekarang kamu rajin sekali?” kata Tiara, setengah bercanda saat melihat aku membereskan piring kotor setelah kami makan malam.

Aku hanya tersenyum tipis, tidak menjawab. Namun, tiba-tiba dia ikut membantu, padahal sebelumnya tidak pernah.

Nayla juga ikut, membereskan meja, dan kami bekerja bersama seperti tim dadakan.

“Kak, Abang, aku ke kamar dulu ya, mau tidur,” kata Nayla setelah selesai membersihkan meja.

“Iya, Nay, selamat istirahat,” jawabku sambil tersenyum ke arahnya. Sementara Tiara hanya mengangguk dan tersenyum.

Kemudian, aku melanjutkan kegiatanku. Saat aku sedang membilas gelas, Tiara tiba-tiba, memeluk pinggangku dari belakang. Aku kaget, hampir menjatuhkan gelas.

“Mas, kamu kangen momen kayak gini gak? Dulu kamu selalu lakuin ini ke aku,” katanya, suaranya genit, mencoba bercanda.

Namun, aku mencoba melepaskan pelukannya.

“Ti, aku lagi cuci piring ini,” kataku, nadaku datar.

Namun, dia malah memeluk lebih erat, tertawa kecil, seolah tidak peduli.

Saat aku mencoba
Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi
Bab Terkunci

Bab terkait

  • Tergoda Pesona Ibu Mertua    Bab 35. Getaran di pagi dan malam hari

    “Ma, Mama sudah sembuh, ya? Mama terlihat segar dan ceria lagi!” kata Tiara yang menyadari perbedaan Mama Siska.Pagi itu, saat kami semua sedang sarapan, Mama Siska memang tampak sangat berbeda dari hari kemarin. Wajahnya terlihat lebih segar, bahkan seperti bunga yang baru mekar.Mama Siska tertawa kecil, pipinya merona tipis.Nayla yang sejak tadi fokus makan, tiba-tiba ikut berkomentar.“Iya, semalam Mama terlihat lemas begitu,” katanya, menoleh ke Mama Siska dengan mata penasaran.Mama Siska menoleh kepadaku sekilas—sangat cepat, hampir tidak terlihat.“Oh, iya, semalam Mama agak kecapekan. Tapi sudah sembuh, berkat kapsul dari Raka,” katanya, senyumnya nakal, seperti sengaja menggoda. Aku kaget, tersedak, hampir menyemprotkan teh ke meja. Tiara buru-buru memberikan aku segelas air.“Mas, kenapa? Kamu gak apa-apa?” tanyanya, khawatir.“Gak apa-apa, cuma tersedak,” jawabku buru-buru, mencoba menutupi kepanikan. Nayla kembali menimpali dengan polos, “Oh, obat kapsul itu, ya? Iya

    Terakhir Diperbarui : 2025-04-16
  • Tergoda Pesona Ibu Mertua    Bab 36. Godaan di Malam yang bergairah

    “Pengaman yang waktu itu, masih ada loh,” kata Liana dengan suara yang sangat menggoda. Dia melepas pelukannya dan menatapku dari bawah dengan tatapan yang sangat sensual.Sebenarnya aku tahu, saat Liana memintaku untuk mampir, itu bukan hanya sekadar mampir."Liana, kamu ...."Namun, Liana langsung membungkamku dengan ciumannya, meskipun dia harus berjinjit.Aku sedikit terkejut saat Liana melakukan itu. Namun, entah kenapa rasanya aku sama sekali tidak keberatan.Perlahan aku membalas ciuman Liana. Aku sedikit menunduk dan memegang pinggang ramping Liana. Aku bisa merasakan senyum kemenangan dari Liana di sela ciuman kami.Kemudian, Liana melepas ciuman itu, kembali menatapku dengan mata sayunya. “Main di sofa kayaknya gak kalah panas dengan main di kasur.”Sejenak aku benar-benar terpaku dengan ucapan Liana. Aku sama sekali masih tidak menyangka bahwa Liana yang tampak seperti perempuan biasa justru memiliki sisi lain yang begitu ‘liar’.“Pintu depan sudah kamu kunci?” tanyaku deng

    Terakhir Diperbarui : 2025-04-16
  • Tergoda Pesona Ibu Mertua    Bab 37. Tawa pagi dan kue di kantor

    “Mas, olahraga pagi, ya?” kata Tiara, suaranya manja, kepalanya bersandar di punggungku.Aku yang baru selesai melakukan olahraga ringan dan sedang berdiri di depan jendela kamar langsung terkejut.Tadi saat aku bangun, Tiara masih tertidur pulas, padahal biasanya dia bangun lebih dulu dariku.Karena merasa sedikit tidak nyaman, aku mencoba melepaskan pelukan Tiara.“Ti, badanku penuh keringat,” kataku, berusaha santai.Tetapi dia malah tertawa kecil.“Tidak apa-apa, Mas. Aroma keringatmu justru harum. Kamu lupa, ya, dulu aku suka begini?” katanya dengan nada genit, tangannya semakin erat.Aku merasa geli—bukan geli senang, tetapi jijik. Dulu kami memang sering olahraga bersama, jogging pagi, gym, dan dia suka mencium aroma tubuhku setelah latihan. Tetapi sekarang? Sentuhannya membuatku tidak nyaman.“Aku mandi dulu, Ti. Takut terlambat,” kataku cepat, melepaskan pelukannya, buru-buru ke kamar mandi.Aku menoleh sekilas, wajahnya tampak sedikit kecewa, tetapi aku tidak peduli.Selesai

    Terakhir Diperbarui : 2025-04-17
  • Tergoda Pesona Ibu Mertua    Bab 38. Sandiwara Tiara di pesta

    “Raka, ke ruangan saya,” kata Bu Alicia yang baru saja datang, nadanya datar tetapi tegas. Sontak itu membuat pikiranku tentang Reza dan Liana hilang.Liana dan Reza juga langsung kembali ke meja mereka.Aku segera bangkit, mengikuti Bu Alicia dari belakang. Namun, entah mengapa aku merasa jantungku mulai berdebar.Di ruangan Bu Alicia, dia duduk di sofa yang ada di dalam ruangan itu, lalu juga menyuruhku untuk duduk. Tiba-tiba dia menyerahkan tas jinjing hitam yang tampak mewah.“Itu untuk kamu,” katanya sambil tersenyum tipis. “Buka saja.”Aku mengernyitkan dahi, merasa bingung. Namun, aku membukanya secara perlahan, sesuai dengan perintahnya.Saat melihat isinya mataku langsung terbelalak sempurna. Di dalam tas itu ada tuxedo hitam mengkilap, sepatu kulit, dan jam tangan dengan logo yang langsung membuatku tahu ini barang mahal. Bukan merek sembarangan, mungkin menabung setahun pun aku tidak akan mampu membelinya.“Ini… ini untuk apa?” tanyaku, masih tidak percaya.“Pakai itu untuk

    Terakhir Diperbarui : 2025-04-18
  • Tergoda Pesona Ibu Mertua    Bab 39. Sandiwara Malam

    “Salam kenal, Pak,” kata Tiara sambil tersenyum, tidak menolak, malah bersandar pada lengan Alex. Aku mengambil ponsel, merekam mereka pelan, memperbesar ke wajah Tiara yang penuh kepalsuan.Setelah itu, aku mendekati mereka, tetapi masih bersembunyi di antara tamu. Padahal jarak kita sangat dekat, Tiara tepat berada di belakangku. Tiara tertawa, menceritakan sesuatu ke klien, tangannya bermain di lengan Alex.Setiap tawanya, setiap sentuhan, seperti menusuk dadaku. Aku teringat pagi tadi dia berkata “lembur”, pelukannya yang penuh kebohongan, janji kami yang dia injak-injak. Sakitnya nyata—seperti hatiku yang di cabik-cabik, tetapi aku tidak boleh lemah.Aku harus membalasnya.Aku maju, menepuk pundak Tiara pelan. Dia menatapku, dan wajahnya langsung pucat, seperti melihat hantu.“Wah, jadi ini ya istri Pak Alex? Cantik ya,” kataku, tersenyum lebar, berpura-pura santai.Tiara gelagapan, tangannya buru-buru melepaskan dari Alex.“Ma-Mas?” tanyanya dengan suara gemetar, matanya menatap

    Terakhir Diperbarui : 2025-04-19
  • Tergoda Pesona Ibu Mertua    Bab 40. Api di Hati dan Kepedulian di Pagi

    “Mas, tapi…” katanya lagi. Aku tidak menjawab dan hanya menutup mata, berpura-pura tidur. Dalam hati, aku sangat marah, aku sangat muak dengan sikapnya. Tiara mempermasalahkan kedekatanku dengan Alicia, tetapi dia sendiri berselingkuh dengan Alex. Sungguh sangat munafik. Dia seolah tidak menyadari kesalahannya sendiri, tapi justru menyalahkan orang lain. Pagi tiba, Tiara bangun lebih dulu, sudah menyiapkan baju kantorku yang di ranjang. “Pagi, Mas,” sapanya sambil tersenyum manis, suaranya sangat lembut. Tiara masih mengenakan handuk, rambutnya basah, baru selesai mandi. Aku hanya mengangguk. Tampaknya dia sudah melupakan kejadian semalam, atau mungkin ini semua sandiwaranya saja karena perselingkuhannya hampir terbongkar? Aku bangkit, meregangkan otot, seperti biasa aku berolahraga ringan dulu sebelum mandi. Sekilas aku melirik Tiara sedang memperhatikan aku dari meja rias. “Mas, badanmu semakin keren, lho. Wajahmu juga lebih cerah, kamu semakin tampan,” katanya, nadanya gen

    Terakhir Diperbarui : 2025-04-19
  • Tergoda Pesona Ibu Mertua    Bab 41. Rahasia di Pagi hari

    Pagi ini aku sampai kantor lebih awal karena ada proyek desain yang harus selesai hari ini. Ketika masuk kantor, langkahku terhenti saat melihat sesuatu yang membuatku tersenyum kecil. Namun, aku tidak ingin menegurnya dan membuatnya merasa malu.Aku menunggu sebentar hingga orang itu selesai melakukan aksinya, baru setelah itu aku masuk.“Tumben lu datang pagi banget?” tanya Reza tiba-tiba saat melihatku datang.“Iya, ada proyek harus selesai hari ini. Tapi, gua tetep gak bisa ngalahin lu yang selalu datang pagi sih,” balasku sambil tertawa kecil.Reza ikut tertawa.“Iya dong, kerja itu harus kan harus semangat! Eh, mau kopi gak? Gua mau buat biar sekalian,” tawarnya, lalu berjalan ke pantry.“Boleh-boleh,” kataku, tetapi aku juga ikut menyusulnya.Di pantry, aku membuka obrolan, “Za, gua mau tanya.”Reza menoleh, sambil membawa cangkir. “Nanya apa?”“Waktu itu lu bilang ada perempuan yang lu suka. Sebenarnya cewek yang lu maksud siapa?” tanyaku, langsung ke intinya.Reza berhenti k

    Terakhir Diperbarui : 2025-04-20
  • Tergoda Pesona Ibu Mertua    Bab 42. Godaan di Dapur

    Jam makan siang tiba, Reza mengajakku makan siang diluar.“Bro, ayo kita makan soto di depan,” ajaknya sambil tersenyum lebar.Aku mengerti maksud Reza.Namun, saat aku hendak menjawab, Liana tiba-tiba mendekat.“Raka, makan bareng, yuk!” katanya sambil tersenyum manis, tangannya memegang kotak bekal.Aku menatap Reza, melihat matanya yang gugup, lalu menjawab halus, “Maaf, Li, aku dan Reza ada urusan.”Liana sedikit cemberut.“Yah, ya udah deh kalau gitu. Tapi, lain kali kita makan bareng lagi, ya,” katanya, lalu kembali ke mejanya bersama Sarah.Aku dan Reza buru-buru keluar, naik motornya agar Liana tidak curiga.Di warung soto, aroma kuah panas membuat perutku keroncongan. Kami memesan, duduk di pojokan, dan Reza langsung membuka obrolan.“Serius deh, gua udah lama coba mendekati Liana, tapi kayaknya dia sukanya sama lu,” katanya, nadanya campur frustrasi dan malu.Namun, tak lama kemudian, soto yang kami pesan datang, terlihat masih panas. “Terima kasih, Bu,” kataku pada ibu pen

    Terakhir Diperbarui : 2025-04-21

Bab terbaru

  • Tergoda Pesona Ibu Mertua    Bab 54. Ranjang bergoyang

    Bu Alicia menyuruhku ke apartemennya terlebih dahulu sebelum kembali ke kantor.“Ada barang yang ingin aku bawa di apartemen,” katanya, nada santai tetapi matanya penuh rencana.“Baik, Bu,” jawabku, fokus menyetir.Perjalanan ke luar kota hanya sebentar, tidak terlalu jauh, hanya mengambil barang, tetapi obrolan di mobil membuatku tidak tenang.“Raka, gimana dengan Tiara? Apa dia sering keluar rumah?” tanya Alicia, menoleh dari ponselnya.Aku menarik napas, “Setiap hari juga, Tiara pergi. Malah, malam kemarin dia sampai gak pulang. Apa setiap hari Tiara tidak pernah bekerja? Jadi sebenarnya Tiara itu beneran kerja atau tidak?”Alicia tersenyum tipis, “Dia kerja, tapi hanya ikut acara penting saja. Alex kan bos, bisa mengatur apa saja sesuka hati. Perusahaannya sudah dikelola oleh anak buahnya, jadi dia gak wajib harus ke kantor setiap hari. Tiara juga begitu—Alex yang mengatur. Mungkin dia hanya disuruh menemani Alex di rumah.”Aku menggenggam setir, “Jadi semua karyawan Alex tahu hub

  • Tergoda Pesona Ibu Mertua    Bab 53. Pergi ke luar kota

    “Tapi gak semua ayah tiri jahat, Nay. Banyak kok yang baik hati dan tidak sombong.”Nayla tersenyum, “Iya, tapi sekarang aku kapok punya ayah! Eh maksudnya, takut seperti temanku yang bercerai itu, lho.”Tiba-tiba dia terlihat gugup, seolah menyadari sesuatu. Mama Siska dan Tiara menatapnya, tatapan mereka aneh, seolah menyimpan rahasia.Nayla kembali menambahkan, “Ma-maksudku, punya Mama saja sudah cukup, saat ini aku gak mau punya Ayah!” Dia tertawa canggung, berusaha menutupi.Aku merasa ada yang tidak beres, tetapi suasana kembali hangat. Nayla antusias bercerita tentang kampus, Mama Siska tertawa, dan aku ikut bercanda, meski pikiranku penuh tanda tanya—apa yang mereka sembunyikan? Tiara hanya tersenyum tipis, memegang ponsel, seolah tidak terlalu peduli.Selesai makan, sesuatu yang tidak biasa terjadi—Tiara berdiri, merapikan piringnya, membawa ke wastafel, dan berkata, “Ma, istirahat saja, biar aku yang cuci.”Aku terkejut—biasanya dia hanya berselonjoran saja, tidak pernah mau

  • Tergoda Pesona Ibu Mertua    Bab 52. Sindiran di meja makan

    Aku masuk kantor, kembali ke meja kerjaku, mencoba fokus mengetik laporan. Namun, mataku sesekali melihat Reza—dia duduk di mejanya, wajah datar, matanya kosong, penuh kekecewaan. Aku tahu dia hancur karena Liana, dan aku merasa sangat bersalah. Jika dari awal aku tahu Reza menyukai Liana, aku pasti tidak akan meresponsnya, tidak akan memberikan harapan. Aku hanya ingin membalas dendam kepada Tiara, tetapi malah menyakiti sahabatku sendiri. Aku menarik napas, mencoba fokus, tetapi hatiku berat.Hingga akhirnya tiba waktunya pulang, hari ini aku tidak akan langsung pulang dulu. Aku merasa bosan dengan kehidupanku yang monoton. Setiap hari kerja dan di tempat kerja banyak masalah, begitu juga di rumah. Tapi jika Tiara tidak ada, aku akan merasa bahagia. Ketika di perjalanan, aku membelokkan motorku ke arah kiri aku tidak tahu mau kemana yang jelas aku butuh ketenangan.Aku melihat jalan kecil di pinggir jalan, ditutupi pohon-pohon rindang, seolah mengundangku untuk datang. Jam tanganku

  • Tergoda Pesona Ibu Mertua    Bab 51. Persahabatan yang retak

    "Sekarang kamu bisa kembali ke ruanganmu!" Perintahnya. Akupun kembali ke ruanganku, hari ini pekerjaanku tidak terlalu sibuk. Hari ini aku pulang cepat, seperti biasa, tidak ingin bertemu Liana. Sesampainya di rumah, aku mendengar suara cempreng Nayla saat aku membuka pintu, rupanya dia sudah tiba di rumah lebih dulu. Aroma masakan dari dapur langsung tercium, membuat perutku keroncongan. Suara nyaring Nayla terdengar, mengobrol dengan Mama Siska, penuh tawa. Aku tersenyum kecil, tidak sengaja mendengar percakapan mereka. Nayla bercerita tentang teman kuliahnya yang menyukainya, Mama Siska tertawa, memberikan saran. Aku mengintip dari pintu dapur, melihat mereka sibuk—Nayla mengiris bawang, Mama Siska mengaduk bumbu. Aku masuk, “Aku pulang!” kataku, tersenyum. Mereka melirikku bersamaan, tersenyum lebar. “Eh, Bang, tidak biasanya pulang cepat!” kata Nayla, matanya berbinar. “Iya, hari ini tidak terlalu sibuk,” jawabku, mendekati mereka. “Sedang masak apa? Sepertinya seru!” Mama

  • Tergoda Pesona Ibu Mertua    Bab 50. Kehangatan sederhana di rumah

    Aku merasa darahku mendidih. Aku mengepalkan kedua tanganku, merasa bodoh.“Alicia, ternyata dia tidak bekerja. Apa dia tinggal di sini?” kataku, suaraku gemetar, penuh amarah.Alicia menatapku, “Sepertinya begitu, Raka. Rekam, sekarang!”Aku buru-buru membuka ponsel, memperbesar ke gerbang, tetapi Tiara sudah masuk. Aku hanya mendapat video gerbang dan kurirnya saja.“Tenang, Raka. Kita akan mendapat bukti lagi,” kata Alicia, tangannya memegang bahuku, memberikan ketenangan. Aku menarik napas, merasa campur aduk—amarah, sakit hati, tetapi juga semangat.Sebelum pergi aku menatap rumah Alex, membayangkan Tiara di dalam, tertawa bersama Alex, sementara aku di sini, menahan sakit. Tetapi di sela amarah, aku teringat Mama Siska—senyumnya, pelukannya, kehangatannya. Dia yang membuatku kuat, dia yang membuatku yakin—Tiara tidak pantas untukku. Aku menarik napas, memegang ponsel erat. Tiara, ini akhir dari sandiwaramu, aku akan membongkar kebusukanmu.Kitapun kembali ke kantor, walaupun har

  • Tergoda Pesona Ibu Mertua    Bab 49. Drama pagi dan kenyataan pahit

    “Pagi mas, aku kangen banget mesra-mesraan kayak gini,” kata Tiara dengan suara genitnya saat aku baru membuka mata.Dia memelukku dari samping, tangannya bermain di dadaku.Aku berusaha menahan diri dan membiarkannya melakukan itu semua. Masih terlalu pagi, rasanya masih begitu malas untuk memunculkan rasa kesal.Dia melanjutkan, “Mulai sekarang, aku akan lebih perhatian, Mas. Aku sadar aku belum menjadi istri yang baik, terlalu sibuk, lupa kewajibanku. Aku ingin berubah, jadi istri yang kamu inginkan.”Tetapi aku menahan diri, hanya berkata, “Baguslah kalau begitu. Aku mau mandi dulu.”Aku mencoba bangun, tetapi dia menarik tanganku, memelukku lagi, dan kali ini lebih erat.“Jangan dulu mandi, aku masih kangen sama kamu. Akhir-akhir ini kamu rasanya kamu berubah,” katanya, suaranya goyah, seolah ingin menangis.“Itu hanya perasaanmu saja. Aku nggak pernah berubah,” kataku berbohong.Dia kembali menatapku, matanya tajam. “Buktinya kamu diam saat aku peluk. Dulu kamu membalas pelukank

  • Tergoda Pesona Ibu Mertua    Bab 48. Nafsu liar Liana

    “Li, itu reaksi biologis. Siapa yang nggak terangsang kalau digoda seperti ini?” kataku, berusaha menolak.Namun, itu tidak membuat Liana berhenti. Dia justru langsung naik ke pangkuanku dan mencium bibirku dengan agresif.Aku terkejut dengan apa yang dia lakukan. Namun saat aku ingin mendorong tubuh Liana, dia justru menekan pinggulnya dan menggerakkannya pelan hingga membuatku mengerang.Liana meraih tanganku dan mengarahkannya ke buah dadanya yang kenyal.Aku benar-benar tidak bisa lagi berpikir jernih. Tubuhku benar-benar sudah menolak untuk bekerja sama.Aku meremas buah dada itu dengan sedikit keras, membuat Liana justru mendesah nikmat.Aku memperdalam ciuman kami. Di sela-sela itu, tanganku sudah masuk ke dalam blouse coklat yang Liana pakai. Pengait bra itu sudah kulepaskan, membuat kulit tanganku bisa lebih leluasa bersentuhan dengan Liana.“Ahh, aku tahu kamu selalu ingin ini, Raka …” kata Liana di sela ciuman kami.Kegiatan panas ini terus berlangsung, membawaku dan Liana

  • Tergoda Pesona Ibu Mertua    Bab 47. Masalah semakin rumit

    “Oke, buat kamu aja berarti,” kata Liana pasrah. Sorot matanya masih menunjukkan ketidakrelaan. “Aku ke mejaku dulu ya.”Setelah Liana pergi ke mejanya, aku mengacungkan jempol pada Reza, sambil tersenyum tipis. “Bagus. Tangkap terus peluangnya.”“Makasih, bro,” jawab Reza sambil tertawa kecil, lalu memberikan segelas kopi yang telah dia buat kepadaku. “Kalau gitu, ini buat lu aja. Sebagai gantinya, hahaha.”Aku ikut tertawa pelan. Setelah itu, Reza kembali ke mejanya. Aku juga langsung membuka laptop dan melanjutkan pekerjaanku.Aku harap hari ini tidak ada masalah lain lagi.Hingga akhirnya, aku larut dalam pekerjaanku dan tidak sadar jika jam sudah menunjukkan waktu untuk makan siang.Aku merenggangkan badanku sejenak, terlalu lama duduk membuat punggungku terasa sedikit kaku.“Raka, makan di kantin, yuk,” ajak Liana yang tiba-tiba sudah ada di samping mejaku.“Aku kan bawa bekal, Li. Jadi, aku makan di sini saja,” jawabku sambil menunjuk kotak bekalku.“Tapi kan bisa dimakan di ka

  • Tergoda Pesona Ibu Mertua    Bab 46. Kembali ke dunia nyata

    Sontak aku langsung memundurkan kursiku yang terlalu dekat dengan Mama Siska, membuatku hampir terjatuh. Bahkan, Mama Siska juga terkejut dengan pergerakanku.“Eh eh, Abang kenapa?” tanya Nayla panik saat melihatku hampir terjatuh. Namun, ada tawa kecil di sana karena melihat tingkahku.“Hah ini … anu tadi ada kecoa!” kataku asal.“Iyaa tadi ada kecoa di bawah meja,” sahut Mama Siska seolah memahami apa yang aku maksud.“Oh ya? Tumben ada kecoa ya. Tapi udah kabur, kan?” tanya Nayla sambil membungkuk ke bawah meja, mencari keberadaan kecoa itu.“Udah kayaknya, tadi kayaknya lari ke arah sana,” jawabku, sambil menunjuk ke arah asal. “Kamu jangan nunduk-nunduk gitu nanti kalau kecoanya terbang ke kamu gimana?”Namun, Nayla justru tertawa. “Aku gak takut tuh.”“Sudah-sudah, Nayla kamu taruh dulu itu tasmu ke kamar,” kata Mama Siska mencoba menyudahi kekacauan ini.“Nanti dulu ah,” jawab Nayla, matanya justru tertuju pada makanan yang ada di meja makan. “Eh, Mama goreng udang? Wih enak ni

Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status