Flora menepis tangan Demian. Sayangnya tangannya tidak sekuat itu. Suaminya mencengkram erat tangan Flora dan menatapnya tajam.Demian menggeser duduknya mendekat dan mengangkat Flora ke pangkuannya. Usahanya percuma, semakin dia meronta maka semakin kuat pula cengkraman Suaminya.Mata tajamnya seolah menusuk jiwa Flora. Mengingatkan kembali saat pertama kali mereka bertemu.Dulu matanya sangat teduh. Bibirnya selalu mengembangkan senyum ramah. Flora selalu hanyut akan ketampanan Demian saat itu.Entah apa yang membuatnya menjadi seperti sekarang. Kalau Demian menginginkan kekuasaan, harusnya dari dulu dia merebutnya dari Flora.Namun kenyataannya. Kenapa semua terjadi saat keduanya sudah memiliki buah hati yang haus akan kasih sayang mereka.Mata Flora berkaca. Dia tidak mampu menahan semua pedihnya. Dia juga wanita biasa yang tidak setegar di pikiran orang.Demian melepaskan cengkeramannya dan menghapus buliran bening yang menetes perlahan."Aku mohon Flo, lupakan semua ini. Aku aka
"Stop! Aku tidak bisa," Demian menjauhkan wajahnya.Dia tidak bisa untuk tetap baik-baik saja. Semua racun putus asa sudah menggerogoti hatinya. Dia tidak bisa berdiri di bayang-bayang Flora."Aku akan mengundurkan diri dari perusahaan. begitupun dengan pernikahan ini," lanjut Demian.Bagai badai di siang bolong. Flora tak percaya dengan apa yang dia dengar. Rencananya berjalan mulus tanpa dia harus kerja keras.Flora pikir dia akan merasa kesulitan meminta perceraian. Tetapi semua berbanding terbalik."Kau serius?" Flora masih tak percaya dengan ucapan Demian."Kau bisa bersama sekertaris mu itu! Aku tidak akan mengganggumu," lanjut Demian pergi meninggalkan Flora.Demian melangkah menuju kamar tidur. Sedangkan Flora masih termenung di ruang tamu.Harusnya saat ini dia bisa bahagia. Tetapi semua menjadi berbeda. Hatinya begitu perih dan sesak. Tanpa terasa buliran bening menetes perlahan dari ujung matanya.Kenapa dia tidak bisa memahami apa yang dia mau? Semuanya begitu sulit."Halo
Demian sedang asik bermain dengan kedua buah hatinya. Langit senja menyinari tubuh atletisnya sehingga terbentuk siluet yang menggoda.Dia melihat kedua anaknya yang saling berebut bola di tepi pantai. Sesekali keduanya terjatuh. Keduanya menampakkan kegembiraan.Senyuman keduanya mengingatkannya pada saat pertama bertemu dengan Flora. Saat itu dia membeli sebotol minuman dan melempar senyum cerah.Baru pertama kali dia melihat senyuman indah itu. Sudah 5 tahun dia menekuni profesi sebagai pedagang asongan. Dan hanya Flora yang tersenyum ramah kepadanya.Karena senyum itu mereka jadi dekat. Dan mulai menjalani hubungan. Dia masih ingat betapa hancur hatinya saat menerima penolakan dari orang tua Flora.Dunianya gelap gulita karena kehilangan senyum mataharinya. Namun Flora tetap tidak putus asa. Dia meyakinkan kedua orang tuanya agar menyetujui hubungannya ini.Demian sadar posisinya. Mana mungkin orang tua tega melihat anaknya menikahi pria dengan masa depan suram sepertinya.Hingga
Flora duduk di kursi kebesarannya, di sampingnya berdiri seorang pria yang sabar menunggu keputusan boss nya saat ini. Jemari Flora kaku dan tidak bisa di gerakkan, begitu sulit baginya untuk menorehkan tanda tangannya di kertas tersebut.Di sana tertulis nama Demian Anggara dan Flora Aprilia. Surat permohonan perceraian harus segera di kumpulkan di pengadilan."Kau pasti bisa! kau sudah melewatinya sejauh ini." ucap Revan. Sekertaris yang sudah bersamanya sejak lima tahun terakhir.Dia juga saksi hidup betapa dulu Flora mati-matian memperjuangkan hubungan ini. Hubungan pernikahan yang harus kandas secepat ini.Dulu dia juga pernah bilang kalau dirinya adalah wanita arogan dan keras kepala. Butuh seorang pria yang cukup sabar untuk menerima kekurangannya.'Demian tidak bisa mengertimu jauh sepertiku, cepat tanda tangani surat itu dan datang padaku,' Revan penuh harap.Flora meletakkan penanya dan memijat kening yang mulai nyeri. Sebuah batu besar seolah menimpa kepalanya saat ini.And
Flora segera berlarian menuju kedua malaikat kecilnya. Mereka menangis karena terkejut dan ketakutan. Mobil yang melaju kencang dari kejauhan tiba-tiba menabrak mobil yang terparkir tepat di samping mereka.Terdengar suara sirine mobil yang tertabrak. Mobil yang menabrak segera mudur dan kembali melesat dengan kecepatan penuh.Di sisi lain, tepatnya di dalam kantor. Demian dan Revan segera berlari ke arah jalan raya setelah mendengar dentuman keras.Mereka melihat Flora memeluk Rey dan Key. Di samping mereka terlihat sebuah mobil yang bagian belakangnya sudah penyok.Demian berlari mendekati mereka. Rey dan Key masih menangis ketakutan."Ada apa?" tanya Demian meraih Key dan menggendongnya."Ada mobil yang sengaja ingin menabrak mereka." jawab Flora yang melihat mobil itu melaju cepat.Sayangnya dia tidak sempat melihat plat nomor mobil tersebut. Sialnya lagi, bahkan dia tidak bisa melihat dengan jelas siapa pengemudinya.Pikiran nya tertuju pada wanita yang saat ini menjadi pemisah a
Flora tersentak dia segera menggeser posisinya dan sedikit mendorong Demian dengan sikutnya. Dia merasa sedikit canggung."Baiklah selamat bersenang-senang dengan Dady, Momy akan menunggu telepon dari kalian." Flora kembali mengecup kedua buah hatinya dan turun dari mobil."Aku harap kau bisa menjaga sikapmu pada anak-anak, aku tidak mau mereka ..." Demian berbisik."Kau yang jaga sikap. Mereka sudah bisa di beri pengertian tanpa harus akting seperti ini," sahut Flora ketus.Demian tersenyum kecil, entah mengapa baginya reaksi Flora kali ini menggemaskan. Untuk menghindari pertengkaran lebih lanjut dia segera naik ke mobil dan bersiap untuk melaju meninggalkan area kantor.Dari kejauhan terlihat seseorang yang berlarian menuju mobil yang masih berbunyi nyaring. Dan seperti biasa, Revan segera menghampiri pria tersebut dan menyelesaikan semua masalah.Revan ingin Flora melihat dirinya sebagai pria tangguh yang mampu di andalkan. Meskipun kenyataannya sangat jauh. Selama ini tanpa Flora
Di tempat yang berbeda, rapatnya di jalan ramai lancar. Sebuah mobil sedang melaju dengan kecepatan sedang. Di dalamnya hanya ada kesunyian.Mobil ini tidak seramai biasanya. Anak-anak di kursi belakang sedang sibuk dengan ponsel mereka masing-masing.Demian berulang kali mengajak mereka ngobrol. Namun hanya jawaban singkat yang dia terima. Dan kini, stok pertanyaannya sudah habis, sehingga hanya kesunyian yang menemani perjalanan ini.Demian memutar musik. Berharap penghuni bangku belakang bisa bersenandung ria. Sama persis seperti yang di lakukan Flora biasanya.Nihil. Hanya itu yang Demian dapat."Halo guys, apakah Dady sedang jadi obat nyamuk di sini?" tanya Demian melirik penghuni bangku belakang lewat spion.Secara bersamaan Key dan Rey menaruh ponselnya. Mereka melempar pandangan ke arah Demian. Datar, begitulah pandangan mereka."Apakah Dady ingin menyampaikan sesuatu?" tanya Key singkat.Sepertinya putri kecilnya ini sedang tidak mode baik-baik saja. Biasanya dia dengan seman
Mobil Demian yang membawa anak-anak telah sampai di rumah barunya. Rumah yang nantinya akan melukis kehidupan baru bersama Rebecca.Wanita yang telah berhasil merebut kepercayaannya dan meninggalkan orang yang telah menemani masa sulitnya.Rey dan Key turun dari mobil. Mata mereka tertuju pada mobil yang terparkir di halaman rumah baru Dady nya. Sepertinya mobil itu tidak asing.Demian turun, wajahnya merona bahagia. Dengan semangat dia menuntun kedua anaknya untuk masuk ke rumah.Rumah ini tidak sebesar istana yang sebelumnya. Hanya hunian sederhana dengan dua lantai. Cukup sejuk karena ada taman kecil di depan rumah.Mereka melangkah menuju rumah. Namun dia pasangan mata bocah itu tetap tidak berpaling. Mereka masih penasaran dengan mobil yang terparkir itu.Keduanya semakin curiga saat melihat bagian depan mobil sedikit penyok, seperti habis menabrak sesuatu."Dad, ini mobil siapa?" tanya Reynard."Ini mobil Tante baik, ayo ..." ucapan Demian terhenti saat melihat bagian depan mobi
Hubungan Revan dan Flora sudah di restui oleh Risa. Melihat putranya serius dan bersi kukuh membuat dia tidak bisa melakukan apapun.Revan adalah anak tunggal, jadi mau bagaimana pun dia akan tetap menjadi pewaris tunggal kekayaan Risa. Kehidupan mereka kini menjadi lebih baik dan bahagia.Kabar baik juga datang dari mereka, di ulang tahun pertama pernikahannya. Flora telah di percaya Allah untuk di beri sebuah amanah, sebuah janin berada di dalam perutnya.Sedangkan pada hubungan lain, Demian mulai menerima Nirmala dalam kehidupannya. Mereka mulai menjalin hubungan. Meskipun sedikit kaku. Demian tidak mau salah dalam memperlakukan wanita lagi, kali ini dia akan lebih hati-hati. Untuk hubungan yang ketiga ini, dia mau menjadi hubungan terakhir. Wanita terakhir yang akan menemani hidupnya sampai akhir.Mereka kerap kali berlibur bersama bersama Rey dan Key, kedua anak itu juga mulai memanggil Nirmala dengan sebutan Momy. Untuk pasangan ke yang paling sad, Rebecca masih bersikukuh dal
Kita temui satu orang lain. Seorang pria yang telah merelakan istri dan putrinya semata wayang memilih keluar lain.Pria itu duduk di kursi besarnya. Dia menatap keramaian jalanan kota besar dari salah satu gedung pencakar langit, tempat perusahaannya didirikan."Sudah mendapatkan informasi,?" tanya Dion menatap sekertarisnya."Maaf Tuan Dion, kami masih belum bisa menemukan keberadaan Nona Rebecca. Bahkan Tuan Demian juga tidak tau dimana keberadaannya." Sekertaris itu menundukkan kepalanya.Sudah satu tahun ini mereka mencari sosok Wanita yang sukses membuat Tuan mudanya hancur. Untungnya ada beberapa karyawan yang bisa di andalkan, jadi perusahaan ini tidak sampai bangkrut.Sejak dia memutuskan untuk pergi. Dion menyesal karena mengingat Rebecca saat itu. Harusnya dia bawa paksa wanita itu bila tau kejadiannya akan seperti ini.Tak selang berapa lama, salah satu sekertaris masuk kedalam ruangan Dion. Wajahnya cerah secerah mentari yang saat ini berada tepat di atas mereka."Tuan, s
Di tempat berbeda mobil Demian berhenti di depan sekolah Rey dan Key, seperti hari-hari sebelumnya Dia akan berangkat kerja setelah kedua anaknya itu masuk ke sekolah.Untungnya Revan dan Flora berbaik hati padanya, mengizinkan dua anak itu untuk tinggal bersamanya. Tidak ada hal yang paling indah di hidupnya selain ini.Mobil Demian melaju pergi meninggalkan sekolah dan menuju tempat kerjanya. Saat ini dia membuka rumah makan di pusat kota, setahun ini dia memiliki empat cabang rumah makan yang tersebar di setiap sudut kota.Meskipun tidak sejaya dulu, Demian bersyukur dengan kehidupannya yang sekarang. Hidupnya lebih tenang tanpa rasa iri dan dendam yang tersimpan di hati.Terkadang dia juga teringat akan Rebecca, sang istri yang jujur, dia masih mencintainya. Di tambah lagi dengan bayi yang dia bawa. Pria itu tau kalau anak itu memang bukan darah dagingnya. Tapi kenyataannya, dia juga ikut andil bukan? Saat itu dia akui sangat sakit hati pada Wanita itu. Sikapnya yang merahasiaka
Di tempat yang jauh dari hiruk pikuk kehidupan perkotaan. Seorang wanita sedang sibuk dengan laptopnya. Di sampingnya ada seorang bayi yang tertidur nyenyak.Saat ini dia tidak mempunyai sandaran hidup. Yang bisa dia andalkan hanyalah dirinya sendiri. Sisa tabungannya pun sudah terkikis.Hal ini membuatnya memutar otak, hobinya yang sering membaca novel online membuat Rebecca memutuskan untuk mendalami hobi tersebut, di tambah dengan belajar membuat jajanan pasar.Sebenarnya dia ingin pergi bekerja, tapi Lydora masih sangat kecil tidak memungkinkan untuknya pergi.Di zaman serba modern ini, online adalah pilihan terbaik. Dia bisa mengurus Lydora dan juga mencari uang. Awalnya dia membaca di sebuah platform novel dengan bertabur koin yang bisa di tukar dengan pundi-pundi rupiah. Meskipun tidak banyak, dia bersyukur bisa membeli kebutuhan dapur.Jangan tanya bagaimana kehidupan Rebecca sekarang. Dia belajar untuk hidup sederhana dan bersyukur dengan apa yang dia dapat hari ini.Bila du
Mentari pagi bersinar terang, Key dan Rey baru saja membuka mata. Di sampingnya mereka ada seorang pria yang tertidur dengan damai.Keduanya menatap lekat sosok tampan yang masih terlelap itu. Mereka sangat merindukannya. Tapi apalah daya, perasaan Momy mereka jauh lebih penting untuk di jaga.Mereka ingin sekali bertemu Dadynya, sayangnya peristiwa kemarin membuat mereka mendewasa sebelum usia.Apapun yang mereka inginkan harus melihat situasi mood sang Momy. Mereka kerap kali melihat sang Momy menangis, jadi tidak mau melukainya lagi.Demian mengucek matanya, pria itu mulai membuka mata. Tanpa seutas senyum tipis menghiasi wajah tampannya.Luka yang tadinya menganga kini sembuh seketika, kehadiran dua malaikat kecil ini telah merubah segalanya."Sudah bangun?" tanya Demian mengelus wajah imut Key dan Rey.Dua anak yang sedang menatap Demian mengangguk pelan. Mereka tersenyum kecil ketika melihat Dadynya bangun."Bagaimana tidurnya Dad, apakah nyenyak?" tanya Key melempar senyum."Se
Sampai di rumah, Flora menghempaskan tubuhnya di sofa. Sementara Revan melangkah menuju dapur untuk mengambil dua gelas air putih."Minum, kau sudah banyak mengeluarkan air. Kau bisa dehidrasi," ucap Revan mengulurkan segelas air putih."Itu semua karena mu, kenapa kau mengizinkan mereka tinggal. Kita tidak tau apa yang akan di lakukan Demian. Kalau sampai dia di hasut bagaimana?" ucap Flora khawatir.Dari ujung tangga, Lidya menyambut kedatangan Flora dan Revan. Kepalanya celingukan mencari dia sosok mungil yang menggemaskan."Dimana cucu-cucu ku?" tanya Lidya menatap pintu.Flora menghela napas panjang, dia menghentakkan kakinya menaiki tangga dan melangkah menuju kamar. Di sana Flora segera membuka baju dan berendam air hangat di bathtub.Sementara Revan di lantai bawah, dia sedang membujuk Mama mertuanya. Dia tau betapa Lidya membenci Demian, kalau dia tau saat ini cucunya ada di sana. Tanpa menunggu lama, wanita paruh baya itu akan menjemput mereka."Mama mau cucu baru nggak?" ta
Flora dan Revan berdiri di ambang pintu, mereka melangkah mendekat saat melihat Demian menangis sesenggukan. Flora melempar pandangan ke arah Revan, menunggu persetujuan untuk membantu pria tersebut. Melihat Pria yang berdiri di sampingnya mengangguk membuat Flora memberanikan diri untuk mendekat."Kita duduk dulu yuk," ucap Flora membantu Demian bangun dan menuntunnya duduk di sofa diikuti oleh kedua anaknya."Adek Lydora sedang pergi ke rumah neneknya, Dady sedih karena tinggal sendirian di rumah ini. Kalian mau menemani Dady di rumah?" ucap Demian menatap Rey dan Key bergantian.Flora duduk di samping Key di susul oleh Revan yang duduk di sebelahnya. Pria itu menggenggam erat tangan Flora, seolah menunjukkan kalau sang mantan suami tidak bisa mengganggu hubungan mereka.Flora mengelus pucuk kepala Key, ingin sekali dia menolak permintaan Demian. Tapi wajah Rey dan Key bertolak belakang."Key dan Rey mau tinggal di sini?" tanya Revan menatap kedua anaknya.Rey dan Key mengangguk se
Seorang wanita berjalan di trotoar, dia menggendong seorang bayi yang di tutup oleh selimut tebal. Bayi itu sudah tidak pucat lagi. Butuh perawatan khusus karena dia memaksa untuk menyelesaikan rawat inap bayi tersebut."Nak, Bunda janji akan merawat mu dengan baik. Kita pasti bisa tanpa Dady Demian dan Ayah Dion." Rebecca mendekap erat putrinya.Wanita itu merogoh posnelnya dan membuka satu chat dengan seseorang. Dia sana terdapat alamat tempat dimana dirinya membeli sebuah rumah.Dia ingin memulai kehidupan baru tanpa Bebena hidup dan fokus untuk membesarkan Putrinya. Kenangan Demian dan Dion akan dia tutup rapat.Rebecca melambaikan tangan saat melihat taxi yang melintas. Tanpa membuang waktu dia segera naik saat taxi berhenti tepat di hadapannya.Mobil warna biru itu melaju ketempat tujuan. Hanya membutuhkan waktu tiga puluh menit merek sampai di depan rumah yang cukup sederhana.Rebecca membayar taxi dan melangkah memasuki halaman rumah tersebut. Rumah itu adalah rumah asri denga
Flora memungut bajunya yang berserakan di lantai. Air matanya terus mengali di pipi. Dia tidak menyangka pria yang dinikahi kemarin memiliki sifat kasar seperti ini.Wanita itu memakai bajunya satu persatu dan mulai merapikan riasan makeup nya. Sementara di sofa, Revan masih berbaring dengan tubuh polosnya itu.Pria itu menatap sang istri yang masih sesenggukan, perlahan Revan bangkit dan memeluk Flora dari belakang."Maafkan aku, aku tidak bermaksud seperti ini. Kau bisa pergi dariku bila hatimu masih belum bisa menerimaku," ucap Revan lembut."Aku tidak ingin mendengarkan apapun saat ini, cepat pakai bajumu," ucap Flora melepas tangan Revan.Untung saja di dalam ruangan terdapat kamar mandi, jadi dia tidak perlu repot-repot keluar ruangan untuk membersihkan diri. Dia tidak bisa membayangkan bagaimana reaksi para karyawan saat melihatnya seperti ini. Revan segera meraih baju dan masuk ke kamar mandi. Sementara Flora segera membersihkan tisu yang berserakan dan beberapa benda yang te